Anda di halaman 1dari 19

Terapi Wicara

Lisna Agiara,S.Ked

Preseptor: Dr. dr. Indra Zachreini, Sp. THT-KL(K), FISCM


Sejarah
1971 1973
ditingkatkan menjadi program
Speech correction therapy
pendidikan 3 tahun
Pertama kali profesi terapi wicara
diperkenalkan di Indonesia 01

02
1987-1996 1985
pendidikan terapi wicara ini resmi
dibawah pembinaan Menteri 04 Lembaga Pendidikan Bina
Wicara
Kesehatan dan diakui sebagai
salah satu jenis tenaga kesehatan Berbaur dengan fisioterapi >>
yang termasuk kedalam Tenaga Akademi Rehabilitas Medik
Keterapian Fisik bersama-sama
dengan fisioterapi dan okupasi 03 dengan jurusan terapi wicara
terapi
Terapi Wicara ?
bentuk pelayanan untuk mengatasi gangguan bahasa, gangguan produksi bicara,

literasi, gangguan suara, gangguan resonansi, gangguan kognitif, gangguan irama

kelancaran, gangguan makan dan menelan, rehabilitasi auditori/aural rehabilitation

auditory, dan komunikasi multimodal


Area Penanganan Terapi Wicara
Ganggguan
Gangguan resonansi
Bahasa

Gangguan
kognitif Gangguan Gangguan suara
produksi bicara
Atensi, memori, berpikir, fungsi
eksekutif
Area Penanganan Terapi Wicara
Komunikasi
Gangguan multimodal
kemampuan
irama kelancaran

Gangguan
makan dan
menelan Gangguan literasi Auditory
Rehabilitation
Auditory Rehabilitation

1. Kemampuan bicara, bahasa, komunikasi dan


mendengar dampak dari hilangnya kemampuan
pendengaran/tuli.
2. Auditory processing.
Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Standar Profesi Terapis Wicara
NOMOR HK.01.07/MENKES/3648/2021
Faktor gangguan bicara

Faktor Internal/ Faktor Eksternal/


Biologis Lingkungan

daerah sosial
Persepsi
(persepsi auditorik mulai terbentuk usia ekonomi
6-12 bulan hingga memahami kerumitan
kosakata pd usia 23 bulan
Kognisi
Genetik
Prematuritas
WHO 2019 Indonesia urutan ke 4
setelah Sri Langka, Myanmar, dan India
466 juta orang di dunia
mengalami gangguan
pendengaran

34 juta diantaranya
merupakan anak-anak Riskesdas 2018
proporsi tuna rungu sejak lahir pada anak
umur 24-59 bulan di Indonesia
mencapai 0,11%

360 juta (5,3%)


penduduk dunia mengalami ketulian Diperkirakan pada tahun 2050, lebih dari 900 juta orang atau
setiap satu dari sepuluh orang di dunia memiliki gangguan
pendengaran
Hambatan utama dari orang dengan gangguan pendengaran adalah proses komunikasi
dikarena miskin kosa kata dan tidak lancar dalam proses bicara

Sulit dipahaminya wicara pada anak tuna rungu merupakan hasil dari
beberapa faktor, yaitu karena masalah dalam menghasilkan suara,
kualitas suara yang buruk, ketidakmampuan membedakan nada dan
berkaitan dengan struktur bahasa.

Terapi wicara diberikan kepada mereka dengan ganggua


pendengaran atau mereka yang mengalami gangguan
komunikasi.

Metode terapi wicara yang sering digunakan untuk orang


dengan gangguan pendengaran (dengan/tanpa
memanfaatkan alat bantuan dengar) dikenal sebagai
Auditory Visual Therapy (AVT)
Terapi wicara Gangguan pendengaran

Dengan atau tanpa alat


Auditory rehabilitasi bantu dengar/implan
koklear

Auditory Visual/Verbal
Therapy (AVT)
AVT • Metode AVT merupakan terapi auditori-
verbal yang dapat mengoptimalkan proses
mendengar dan berbahasa anak.
• AVT mengutamakan pendengaran anak
• pendekatan yang menekankan penggunaan sisa dalam berkembang, dan melatih bahasa
pendengaran untuk membantu anak belajar verbal anak.
mendengarkan, memproses bahasa verbal, dan • Pada proses AVT anak hal utama yang
berbicara. diperiksa adalah alat bantu mendengar anak,
• melatih anak untuk dapat mengoptimalkan mengatur alat pendengaran agar dapat
fungsi pendengaran yang telah disediakan digunakan secara maksimal lalu anak di
melalui Alat Bantu Dengar (ABD) maupun berikan stimulus verbal, dan menirukan
Cochlear Implant (CI) sebagai modal dalam suara sesuai dengan apa yang dia dengar,
menerima informasi dari lingkungan. tanpa membaca bibir.
Bentuk Perencanaan Terapi AVT pada anak dengan gangguan pendengaran

Anak dengan
kehilangan
pendengaran antara
20–30 dB (slight
losses) Kehilangan pendengaran
antara 30–40 dB (mild losses).
latihan membaca bibir
untuk pemahaman membaca bibir, latihan
pendengaran, latihan bicara
artikulasi, serta latihan kosakata.
Bentuk Perencanaan Terapi AVT pada anak dengan gangguan pendengaran

kehilangan pendengarannya anatara


40–60dB (moderate losses).

artikulasi, latihan membaca bibir, latihan


kosakata, serta perlu menggunakan alat
bantu dengar untuk membantu
ketajaman pendengaran.
kehilangan pendengaran antara
60-75dB (severe losses)
latihan pendengaran intensif, membaca
bibir, dan latihan pembentukan kosakata.
Bentuk Perencanaan Terapi AVT pada anak dengan gangguan pendengaran

Kehilangan pendengaran antara 75


dB keatas (profoundly losses)
membaca bibir, latihan mendengar untuk kesadaran,
latihan membentuk dan membaca ujaran dengan
menggunakan pengajaran khusus, seperti tactile,
kinesthetic, visualisasi yang dibantu dengan segenap
kemampuan indranya yang tersisa.
Evaluasi Pendengaran
Tahapan mendengar dalam pelaksanaan AVT

Deteksi atau Identifikasi


Sadar bunyi Diskriminasi
Audiogram Anak mulai menoleh,
bunyi
berkedip, mengernyitkan dapat memilih dengan
alis, tersenyum membedakan panjang atau tepat bisa menunjuk,
pendeknya bunyi atau suara mengambil
BERA/OAE sebagai deteksi menyadari suara ling six
sepert aaaa atau a….a….a
dini gangguan sound yang sudah sekolah dapat
membedakan intonasi atau
pendengaran meliputi a,i,e,u,m,st,sh menuliskan yang mereka
penekanan nada
dengar
(30-50cm)

Komprehensif
mampu mengembangkan kosa kata yang lebih kompleks misalnya kosa kata yang sifatnya abstrak
mampu menjawab pertanyaan sederhana seperti “dimana, apa, siapa
memahami kalimat kompleks dengan tiga elemen “tolong ambilkan ayah buku di kamar bukan di meja”
dapat menjawab pertanyaan kompleks seperti “bagaimana, apa”
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan AVT

1. Usia Pemakaian Alat Bantu 6. Karakteristik Anak


Dengar/Cochlear Implant.

2. Kecerdasan Anak 5. Partisipasi Orang Tua

3. Kesehatan Anak Secara Umum 4. Kecacatan Lain yang Dimiliki Anak


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai