Anda di halaman 1dari 66

IMPLEMENTASI

PEMBELAJARAN INKLUSIF

Suprihatin, Ed.D

29 Oktober 2 0 2 2
Prinsip Pendidikan Inklusif
Pelaksanaan Pendidikan Iklusif
memang sangat besar tantangannya
namun harus berkomitmen terhadap prinsip penyelenggaraan

(Present) (Acceptance) (Achievement)


(Participation)
Hadir Diterima Berpartisipasi Berprestasi
MODEL-MODEL KURIKULUM
DALAM PENDIDIKAN INKLUSIF

KURIKULUM UNTUK ABK DISAMAKAN DENGAN


DUPLIKASI KURIKULUM UMUM

KURIKULUM UMUM DIRUBAH UNTUK


MODIFIKASI DISESUAIKAN DENGAN KEBUTUHAN
DAN KEMAMPUAN SISWA ABK

BEBERAPA BAGIAN DARI KURIKULUM UMUM


SUBSTITUSI DITIADAKAN TETAPI DIGANTI DENGAN SESUATU
YANG KURANG LEBIH SETARA.

BEBERAPA BAGIAN DARI KURIKULUM UMUM


DITIADAKAN SAMA SEKALI KARENA TIDAK
OMISI MEMUNGKINKAN BAGI ABK
PEMBELAJARAN INKLUSIF
• Penerapan pembelajaran inklusif merupakan kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan untuk mengakomodasi kebutuhan
semua anak dan dalam pelaksanaannya melibatkan anak
berkebutuhan khusus.

• Pembelajaran inklusif dapat dilakukan setelah pendidik


mengidentifikasi potensi perkembangan anak dan hambatan yang
dihadapi anak berkebutuhan khusus, dengan tujuan agar pendidik
dapat membantu dalam pengembangan potensi yang dimiliki oleh
anak.

• Pada prinsipnya penerapan pembelajaran dilaksanakan melalui


kolaborasi guru dengan anak, orang tua dan masyarakat.
PERAN GURU DALAM
PEMBELAJARAN INKLUSIF
a.Menentukan program dan model pembelajaran berdasarkan kebutuhan anak.

b.Membuat variasi perencanaan kegiatan dan laksanakan sesuai dengan kebutuhan


anak. Saat kegiatan belajar berlangsung, jika pendidik melihat anak-anak tidak
merespon secara positif atau tidak memberi perhatian secara penuh, jangan ragu
untuk mengubah dan memodifikasi kegiatan.

c. Selalu tepat waktu, dan tidak menyia-nyiakan waktu anak untuk hal-hal yang
sebetulnya dapat dilakukan oleh pendidik di luar waktu belajar anak.

d.Selalu lakukan kegiatan rutin secara berulang dan konsisten, sebab anak belajar
tentang rutinitas, dengan mengenalkan berbagai jenis kegiatan harian melalui
gambar atau dengan penanda waktu (misalnya bel atau tamborin).

e.Memberi kesempatan pada semua anak untuk terlibat pada setiap kegiatan,
pastikan tidak ada yang terabaikan. Bangunlah aktivitas yang memungkinkan anak
belajar bersama.
MEDIA PEMBELAJARAN
a. Semua alat permainan dan bahan belajar sudah tersedia sebelum
kegiatan dimulai.

b. Alat permainan sangat penting untuk ditata, mudah dijangkau dan


aman bagi anak. Guru dapat mengajak anak untuk terlibat aktif
dalam kegiatan dengan meminta anak untuk mengambil mainan
secara mandiri dan bermain secara aktif.

c. Gunakan selalu media yang bersifat konkrit saat memperkenalkan


pengetahuan baru ke anak.

d. Untuk anak yang memiliki kesulitan bicara, papan bantu


komunikasi harus selalu tersedia.
Strategi Umum Penanganan Anak
Berkebutuhan Khusus
1. Identifikasi masalah perilaku dan masalah belajar serta keunikan anak sejak
dini secara rinci dan komprehensif.
2. Penegakan diagnosa melalui pengamatan intensif yang melibatkan pihak guru,
orangtua dan rujukan ahli lain jika diperlukan.
3. Mengolah kurikulum klasikal yang berdiferensiasi dan/atau kurikulum
individual untuk anak sesuai kebutuhan khusus yang dimilikinya.
4. Melakukan penyesuaian asesmen secara khusus dan umum sesuai dengan
karakteristik anak berkebutuhan khusus.
5. Menjalin komunikasi intensif dengan orangtua secara berkala melalui berbagai
media (email, sms, buku komunikasi, telepon, atau tatap muka).
6. Mengelola professional development (pengembangan profesi untuk para guru
kelas, guru individual) agar memiliki sikap positif, berbagi ilmu/informasi dan
dapat melakukan penanganan efektif untuk anak-anak berkebutuhan khusus
baik.
PROGRAM KHUSUS

JENIS HAMBATAN MODIFIKASI PROSES

PENGLIHATAN • Penyajian materi lebih menekankan pada verbal/auditif (verbalistik)


• Penggunaan braille sebagai media baca tulis.
• Media yang dapat diraba
• Menggunakan media auditif (tafe recorder)
• Buku bicara, computer bicara, media bicara yang lain

PENDENGARAN • Visualisasi materi


• Menggunakan bahasa isyarat
• ABK duduk di depan
• Penggunaan alat bantu visual

KECERDASAN • Penyederhanaan bahasa dan penjelasan.


• Menggunakan objek-objek kongkrit
• Tugas lebih mudah
• Memberi tambahan waktu
• Materi-materi fungsional

FISIK DAN MOTORIK • Modifikasi alat dan sarana pembelajaran


• Memudahkan ABK beraktifitas di kelas

EMOSI DAN PRILAKU • Modifikasi prilaku melalui kegiatan kelompok


• Memberikan tambahan belajar
• Tempat duduk lebih dekat dengan guru
• Menyalurukan pada keahlian tertentu
Perbedaan PPI dan RPP
Isi Program Proses Penyusunan

PPI • Mengacu pada Profil • Berorientasi Individu


PDBK • Tim (guru kelas, kepala
• Dimulai dengan sekolah, orang tua,
identifikasi dan tenaga ahli seperti dokter,
asesmen anak. psikolog, terapis dll)

RPP • Mengacu pada KI-KD • Bersifat klasikal


• Dimulai dengan • Berorientasi pada KI KD
analisis KI-KD • Guru (kepala sekolah
• Pemetaan KD mengetahui)
kedalam STPPA
PENYUSUNAN PPI
Nama Sekolah :

Nama Anak :

Tanggal Lahir Anak :

Tanggal Pertemua Tim PPI :

Tanggal penempatan di kelas :

Tanggal berakhir :

Kesimpulan Hasil Asesmen


No. Aspek Kekuatan Kelemahan Kebutuhan
Perkembangan
1. Kognitif
2. Komunikasi

3. Social & Emosi

4. Fisik & Motorik

5. Program Khusus

Tujuan

1. Kognitif

2. Social & Emosi

3. Fisik & Motorik

4. Komunikasi

5. Program Khusus
CONTOH RPPH INDIVIDUAL
PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

1. HAMBATAN PENGLIHATAN
Pembelajaran
Bagi Anak Usia Dini Dengan Hambatan Penglihatan

• Istilah hambatan penglihatan artinya kondisi seseorang yang mengalami


gangguan atau hambatan dalam indra penglihatannya.

• Hambatan Pelihatan dapat dikelompokkan, yaitu:


a. Buta (blind) adalah seseorang yang tidak memiliki penglihatan sama
sekali tetapi mungkin saja memiliki persepsi cahaya yaitu membedakan
ada tidaknya cahaya.
b. Kurang lihat (low vision) adalah seseorang yang memiliki keterbatasan
melihat pada jarak jauh tetapi mampu melihat objek pada jarak tertentu.
c. Penglihatan terbatas (visually limited) adalah seseorang yang memiliki
masalah penglihatan ketika melihat benda dalam kondisi pada umumnya
Keterbatasan Anak Usia Dini Dengan
Hambatan Penglihatan

Mempengaruhi:
Keterbatasan l Aktifitas Belajar
menurut l Bekerja
Lowenfeld l Kegiatan Sehari-hari
l Perkembangan l Kognitif (akibat kurangnya
Konsepsi/Pengalaman informasi/ pengalaman visual)
l Interaksi dengan l Emosi (perasaan takut, cemas,
Lingkungan/Sosialisasi mudah tersinggung, curiga,
l Gerak/Mobilitas marah, sedih)
l Sosial (sikap masyarakat yang
kurang menguntungkan seperti
penolakan, pengabaian, isolasi)
Keterampilan Yang Perlu Dipersiapkan
Bagi AUD dengan Hambatan Penglihatan

• Keterampilan sensoris
• Perkembangan motorik
• Pengembangan konsep
• Keterampilan komunikasi,
• Keterampilan sosial
• Keterampilan bina diri
Prinsip Pembelajaran
Bagi AUD dengan Hambatan Penglihatan

• Pengalaman konkrit,
Segala sesutu yang diperkenalkan atau diajarkan kepada AUD dengan
hambatan penglihatan harus diupayakan agar dapat diterima, dialami
secara nyata dan sejauh mungkin menghindarkan terjadinya
verbalisme atau konsep yang dipahami secara verbal saja.
• Belajar sambil melakukan
Prinsip belajar sambil melakukan (learning by doing) erat kaitannya
dengan prinsip pengalaman kongkrit yang menekankan agar anak
usia dini dengan hambatan penglihatan memperoleh pengetahuan
melalui pengalaman yang secara langsung dialami sendiri.
Prinsip Pembelajaran
Bagi AUD dengan Hambatan Penglihatan

• Penyatuan antar konsep-konsep,


a. Perabaan memegang peranan penting untuk memperoleh informasi
tentang obyek yang tidak bersuara.
b. Obyek yang harus dipahami melalui perabaan dapat dikategorikan obyek
yang kecil atau dapat dijangkau oleh perabaan dalam telapak tangan
dan obyek yang besar atau diluar jangkauan telapak tangan.
c. Untuk mengenal benda dalam jangkauan perabaan telapak tangan,
teknik perabaan analitis (analytic touch) lebih penting.
d. Untuk memahami benda yang di luar jangkauan telapak tangan, teknik
perabaan sintetis (sintetic touch) lebih berperan.
e. Dalam teknik perabaan sintetis, karena obyek tidak dalam jangkauan
telapak tangan, maka harus diraba bagian demi bagian dan kemudian
konsep secara keseluruhan dibentuk berdasarkan informasi bagian-
bagian tersebut.
Strategi dan Langkah Pelaksanaan Kegiatan di Kelas
Bagi AUD dengan Hambatan Penglihatan

a. Dudukkan anak usia dini dengan hambatan penglihatan pada bangku


paling depan atau dekat dengan sumber kegiatan.
b. Buat media yang bersifat timbul atau asli/mendekati aslinya.
c. Dekatkan obyek sedekat mungkin dengan mata anak usia dini
dengan hambatan penglihatan.
d. Buat tulisan atau gambar yang besar-besar dan dengan warna yang
kontras dengan warna latar (lebih baik dengan warna latar putih,
tulisan atau gambar dengan hitam atau biru tua atau sebaliknya.
e. Gunakan penerangan yang baik, misalnya posisi anak usia dini
dengan hambatan penglihatan lebih dekat dengan sumber cahaya.
f. Pada anak low vision kondisikan kontak mata langsung dengan
obyek.
ALTERNATIF CARA MEMBANTU SISWA YANG MENGALAMI
HAMBATAN PENGLIHATAN
DI TEMPAT (PEMBELAJARAN) INKLUSIF

DAMPAK KEBUTUHAN PRINSIP PELAKSANAAN


PEMBELAJARAAN PEMBELAJARAN
1. Keterbatasan dalam 1. Keterampilan 1. Pengalaman konkrit 1. Memanfaatkan sisa
mobilitas sensoris. 2. Belajar sambil penglihatan (
2. Keterbatasan dalam 2. Pengembangan melakukan mengatur
interaksi dengan motoric 3. Memanfaatkan sisa pencahayaan,
lingkungan 3. Pengembangan penglihatan mengunakan kaca
3. Keterbatasan dalam konsep 4. Mendorong pembesar, dan huruf
variasi dan luasnya 4. Keterampilan keprcayaan diri, dan cetak besar)
pengalaman komunikasi dan social kemandirian 2. Posisi (siswa duduk di
5. Keterampilan ADL 5. Penyatuan antar depan atau jauh dari
konsep kegaduhan).Usahakan
pengalaman langsung
melalui sentuhan
3. Cepat lelah dalam
belajar karena itu
berikan tugas secara
bertahap.
PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

2. HAMBATAN PENDENGARAN
Pembelajaran
Bagi Anak Usia Dini Dengan Hambatan Pendengaran

• Istilah hambatan pendengaran biasa dikenal dengan istilah


tunarungu diambil dari kata “tuna” dan “rungu”, tuna artinya kurang
dan rungu artinya pendengaran.
• Hambatan pendengaran adalah suatu istilah umum yang
menunjukkan kesulitan mendengar dari yang ringan sampai berat,
digolongkan ke dalam tuli dan kurang dengar.
• Ketunarunguan adalah keadaan kehilangan pendengaran meliputi
seluruh gradasi/tingkatan baik ringan, sedang, berat dan sangat
berat, yang akan mengakibatkan pada gangguan komunikasi dan
bahasa. Keadaan ini walaupun telah diberikan alat bantu
mendengar (ABD) tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Masalah yang Persepsi
Ditimbulkan Akibat Auditif
Hambatan Pendengaran
Bahasa
(Menurut: Arthur
Emosi dan
Boothroyd) Komunikasi

Permasalahan
yang timbul Kognisi dan
Sosial akibat Intelektual
Hambatan
Pendengaran

Masyarakat Pendidikan
&
Ortu
Vokasional
HAMBATAN PENDENGARAN

Language
across the
curricullum
Pendekatan Pembelajaran
Untuk Anak Hambatan Pendengaran
Pendekatan informal/natural-
Pendekatan formal/gramatikal/ alami/imitatif
konstruksional/struktural Yaitu untuk mengatasi kekurangan anak
tunarungu, anak tidak diberikan
yaitu untuk mengatasi kekurangan pembelajaran formal mengenai
anak tunarungu, perlu digunakan tatabahasa, topik dan isi pembelajaran
prosedur dan teknik khusus dimana berpusat pada minat dan keinginan anak.
anak disajikan dengan sejumlah kata- Anak secara terus menerus disajikan
kata/kelompok kata lepas disertai dengan berbagai bentuk bahasa yang
wajar sesuai dengan situasi yang dialami
dengan latihan menyusun kalimat anak, dan kemudian anak diharapkan akan
berdasarkan materi menirukannya

Metode Maternal Reflektif


MMR
Metode MaternalReflektif
(MMR)
Metode pengajaran bahasa
ibu untuk anak tunarungu
yang belum menguasai
bahasa berdasarkan
prinsip psikolinguistik

Prinsip utama
PERCAKAPAN dengan
ciri INTER
SUBYEKTIFITAS

Semboyan :
APA YANG INGIN
KAUKATAKAN,
KATAKANLAH BEGINI…….
APA YANG
Metode Maternal Reflektif DIPERCAKAPKAN
(MMR)
Pada mulanya lingkaran
AKU

Diriku

Kegiatanku Lingkungan
sehari-hari sekitarku

Keluargaku
Metode Maternal Reflektif (MMR)

CIRINYA:

• Melaksanakan percakapan yang sewajarnya


• Metode tangkap, tanggap, peran ganda
• Ungkapan anak seritmis mungkin
• Mengikuti cara-cara anak dengar menguasai bahasa ibu
• Bertitik tolak pada minat & kebutuhan komunikasi anak
• Menyajikan bahasa sewajar mungkin baik reseptif maupun
ekspresif
• Menuntun anak agar secara bertahap dapat menemukan
sendiri aturan atau bentuk Bahasa melalui refleksi terhadap
segala pengalaman berbahasa
Strategi dan Langkah Pelaksanaan Kegiatan di Kelas
Bagi AUD dengan Hambatan Pendengaran

a. Biasakan AUD dengan hambatan pendengaran menggunakan alat bantu


mendengar
b. Posisikan duduk AUD dengan hambatan pendengaran pada bangku paling
depan atau dekat dengan sumber kegiatan tidak terhalang oleh apapun,
sebaiknya setting duduk setengah lingkaran atau U
c. Bantu AUD belajar dengan benda-benda konkret yang diberi nama bendanya
dengan menggunakan tulisan tegak bersambung.
d. Buat media visual sebagai alat bantu pembelajaran sesuai kegiatan.
e. Saat menjelaskan posisi guru berada di depan kelas dan tidak sambil
berjalan, upayakan agar AUD dapat melihat mulut guru dan artikulasi harus
jelas
f. Saat menjelaskan hal yang abtrak harus dikontraskan dengan lawannya
(cantik X jelek, bersihX kotor, atas X bawah, dst)
g. Gunakan tulisan tegak bersambung saat menuliskan dalam setiap
pembelajaran
Strategi dan Langkah Pelaksanaan Kegiatan di Kelas
Bagi AUD dengan Hambatan Pendengaran

a. Gunakan penerangan yang baik di dalam kelas, misalnya posisi AUD


dengan kebutuhan khusus hambatan pendengaran lebih dekat
dengan sumber cahaya agar mulut guru dalam percakapan mudah
terlihat
b. Lakukan percakapan dengan AUD kebituhan khusus hambatan
pendengaran dimana saja, kapan saja, sesering mungkin.
c. Gunakan bahasa tubuh/mimik wajah/ gesture sebagai penguat
percakapan yang dilakukan
d. Gunakan bahasa yang sederhana, mudah dipahami, ekpresif dan
seritmis mungkin
ALTERNATIF CARA MEMBANTU SISWA YANG MENGALAMI
HAMBATAN PENDENGARAN
DI TEMPAT (PEMBELAJARAN) INKLUSIF

DAMPAK KEBUTUHAN PRINSIP PELAKSANAAN


PEMBELAJARAAN PEMBELAJARAN
1. Tidak ada/kurangnya 1. Pencapaian Kermampuan 1. Menerapkan filosofi 1. Tepat dudukjauh dari
kemampuan berbahasa, berbahasa, bekomunikasi komunikasi total getaran, di depan kelas,
berkomunikasi sesuai dengan berta 2. Gunakan pendekatan perhatikan telinga yang
2. Mudah tersinggung, rasa ringannya kelainan Maternal Reflektif dalam ada gangguan
curiga, emosioanl 2. Pemberian latihan upaya pemerolehan 2. Beri kesemptan untuk
mendengar, bicara bahasa berbicara
3. Pengembangan social dan 3. Keterarah wajahan 3. Guru tidak
emosi bergerak/berpindah-
4. Bimbingan orang tua dalm pindah tempat bila sedang
memelihara alat bantu bicara
dengan, dan 4. Dorong semua sisa dan
mengembangkan smua kegiatan dengan
keterampilan komunikasi berbicara
5. Tingkatkan harga diri sisa
dengan menyambut
kemampuan bicara
6. Alat bantu perlu
tambahkan kata sebagai
lambing/arti dari alat
tersebut.
PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

3. HAMBATAN INTELEKTUAL
Strategi dan Langkah Pelaksanaan Kegiatan di Kelas
Bagi AUD dengan Hambatan Intelektual

• Menurut DSM V (Diagnostic Statistic Manual) hambatan intelektual atau yang


lebih dikenal dengan nama tunagrahita (tuna=kurang, grahita= kecerdasan)
adalah gangguan dengan onset (saat yang paling bermakna untuk
menyatakan bahwa seseorang mengalami gangguan) selama periode
perkembangan yang mencakup keduanya defisit fungsi intelektual dan adaptif
di domain konseptual, sosial, dan praktis.
• Defisit dalam fungsi intelektual, meliputi kekurangan dalam penalaran,
pemecahan masalah, perencanaan, pemikiran abstrak, penilaian, belajar
akademik dan belajar dari pengalaman, serta pemahaman praktis.
• Kesemuanya ini harus di dikonfirmasi oleh asesmen klinis dan individu, dan
tes standar intelegensi.
• Defisit dalam fungsi adaptif menyebabkan kegagalan memenuhi standar
perkembangan dan sosiokultural untuk kemandirian pribadi dan tanggung
jawab sosial.
• Defisit adaptif berfungsi satu atau beberapa aktivitas kehidupan sehari-hari,
seperti komunikasi, partisipasi sosial, dan hidup mandiri, dan di berbagai
lingkungan, seperti rumah, pekerjaan sekolah dan sekolah, pekerjaan, dan
rekreasi.
Klasifikasi Hambatan Intelektual

Ringan = IQ 55-70

Menurut DSM V
(Diagnostic Statistic Manual) Sedang = IQ 40-55

Berat= IQ 25-40

Sangat berat= IQ < 25


Program Kebutuhan Khusus
Anak Usia Dini dengan Hambatan Intelektual

• Pada anak usia dini berkebutuhan khusus dengan hambatan


intelektual kebutuhan khusus mereka adalah bina diri.
• Tujuan dari bina diri adalah terwujudnya kemandirian dengan
keterlibatannya dalam kehidupan sehari-hari secara memadai.
• Selain itu menumbuhkan kemampuan tunagrahita dalam tata
laksana pribadi (mengurus diri, menolong diri, dan merawat
diri)
Strategi Program Kebutuhan Khusus
Anak Usia Dini dengan Hambatan Intelektual
Untuk mengoptimalkan keterampilan bina diri maka perlu diketahui aspekaspek bina diri
yang akan diajarkan untuk mereka yaitu:
a. Kemampuan Merawat Diri, antara lain:
1) Pemeliharaan tubuh
2) Kesehatan dan keselamatan diri dari bahaya di sekitar

b. Kebutuhan Mengurus Diri, antara lain:


1) Memelihara diri secara praktis
2) Mengurus kebutuhan yang bersifat pribadi (makan minum)
3) Pergi ke wc/kamar mandi

c. Kebutuhan Menolong Diri, melalui permainan:


1) Memasak sederhana
2) Mencuci (alat makan, pakaian, dll)
3) Melakukan aktivitas rumah
d. Kebutuhan Komunikasi, diantaranya:
1) Reseptif
2) Ekspresif

e. Kebutuhan Sosialisasi/Adaptasi, diantaranya:


1) Keterampilan bermain
2) Keterampilan berinteraksi
3) Berpartisipasi dalam kelompok

f. Kebutuhan Keterampilan Hidup melalui bermain peran, seperti:


1) Berbelanja
2) Mengenal uang
3) Vocasional

g. Kebutuhan Mengisi Waktu Luang, yaitu:


1) Olahraga
2) Kesenian
Strategi Pembelajaran di Kelas
Bagi Anak Usia Dini dengan Hambatan Intelektual

• Anak diposisikan sebagai subyek pembelajar dan sekolah harus


menciptakan lingkungan yang kondusif dalam belajar agar anak
senang dan dapat terlibat aktif dalam proses belajarnya.
• Lakukan pembelajaran dengan pendekatan joyfull learning (belajar
yang menyenangkan).
• Kondisi dari anak usia dini dengan hambatan intelektual
menyebabkan mereka “terlambat” untuk mengikuti pembelajaran di
kelas. Dalam setting kelas inklusif maka anak-anak ini perlu program
pembelajaran individual (PPI).
• Untuk anak usia dini dengan hambatan intelektual guru kelas jika
memungkinkan harus dibantu oleh guru pendamping khusus (GPK)
untuk mengembangkan pembelajaran mereka.
Aspek Yang Harus Diperhatikan Dalam Pembelajaran
Bagi Anak Usia Dini dengan Hambatan Intelektual

a. Sebagai guru, cobalah pelajari tentang kebutuhan dan karakteristik


peserta didik, namun tidak secara otomatis menganggap mereka
akan berperilaku dengan cara yang sama hari ini seperti yang
mereka lakukan kemarin.
b. Perencanaan pengembangan perlu dilakukan sebelum kegiatan
dilakukan. Perencanaan ini ada pada PPI.
c. Libatkan keluarga dan orang terdekat lainnya dalam kegiatan
belajar, perencanaan dan hari-hari istimewa, serta memberi tahu
tentang kebutuhan anak muda kepada orang-orang yang terlibat.
d. Gunakan kerja kelompok, agar mereka tetap dapat bersosialisasi
dengan teman, namun pendekatan tetap individual.
e. Mempergunakan benda-benda konkrit dan banyak contoh untuk
menjelaskan konsep-konsep baru.
f. Menggunakan bahasa yang jelas namun sesuai dengan kondisi
peserta didik ketika berkomunikasi dengan mereka.
g. Jangan memberikan perintah yang terlalu banyak dan terlalu
kompleks karena anak akan bingung dan akibatnya kemungkinan
tidak akan mengerjakan atau salah dalam mengerjakan perintah
guru.
h. Menggunakan strategi analisa tugas atau tugas dipecah-pecah ke
dalam aspek-aspek kecil, dan role model sebagai pendekatan.
i. Tanyakan kepada mereka, bagaimana mereka merasa mereka
belajar paling baik, dan bantu mereka untuk mengendalikan
pembelajaran mereka sebaik mungkin.
j. Jangan lupa beri positive reward.
ALTERNATIF CARA MEMBANTU SISWA YANG MENGALAMI
HAMBATAN INTELEKTUAL
DI TEMPAT (PEMBELAJARAN) INKLUSIF
DAMPAK KEBUTUHAN PRINSIP PEMBELAJARAAN PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN

1. Memiliki ciri klinis (lahiriah): 1 Pengembangan motorik, 1. Skala perkembagan mental 1. Pengembangan pengajaran
down syndrome, hidrosefal, kemampuan sosialisasi, dan (penataan usia kecerdasan) yang tepat (munculkan
mikrosefal, cretinisme) emosi 2. Kecekatan motoric rasa keberhaslan dan
2. Sukar memulai dan 2. Latihan konsentrasi 3. Keperagaan tmbul harga diri)
melanjutkan sesuatu 3. ,Kemampuan pra akdemik 4. Pengulangan 2. Imbulkan suasana yang
3. Mengerjakan sesuatu berulang 4. Pengembangan Diri 5. Pembelajaran yang kondusif ( gunakan
tetapi tidak bervariasi 5. Pengemmbangan diindividualisasikan penugasan yang
4. Ekspresi muka tanpa kemampuan bahasa dan mendukung ketimbang
pengertian bicara menuduh
5. Meraksi cepat tetapi tidak 3. Gunakan pembelajaran
tepat yang diindividualisasikan
6. Pemusatan perhatian pendek 4. Tempatlan dekat guru
7. Tampak aktif, hiperaktif. (hiperaktif) atau dekat
teman yang dapat
mengarahkannya.
5. Penggunaan bahasa yang
dapa dimengerti anak
6. Ketersediaan program
khusus (Pengembangan
Diri).
PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

4. HAMBATAN FISIK MOTOR


Pembelajaran
Bagi AUD dengan Hambatan Fisik dan Motorik

• Anak yang mengalami gangguan motorik adalah seseorang yang


memiliki kelainan fisik dan gangguan fungsi fisik.
• Kelainan fisik merupakan berbagai kelainan bentuk tubuh yang
berhubungan dengan tulang, sendi dan otot.
• Misalnya mereka yang menyandang kelainan amputie, kelainan
bentuk tubuh dan organ gerak, serta dislokasi sendi.
• Gangguan fungsí fisik adalah seseorang yang memiliki kondisi fisik
pada umumnya tetapi memiliki fungsi fisik yang terganggu atau
motoriknya terganggu, contohnya penyandang polio dan cerebral
palsy.
Program Kebutuhan Khusus
Bagi Anak Usia Dini dengan Hambatan Fisik dan Motorik

• Anak dengan hambatan fisik dan motorik membutuhkan


Binadiri (kemampuan mengurus diri, atau menolong diri
sendiri) dan Binagerak.

• Tujuan dari bina gerak yaitu untuk memperbaiki dan


mengembangkan fungsi gerak pada anak, serta untuk
memberikan bekal dan kemampuan gerak yang dapat
mengantarkan anak mampu bergerak untuk berpartisipasi
dan bersosialisasi dengan lingkungannya.
Materi Kebutuhan Khusus
Bagi Anak Usia Dini dengan Hambatan Fisik dan Motorik
• Materi bina diri
a. Kebersihan badan antara lain; mencuci tangan, mencuci muka,
mencuci kaki, menyikat gigi, mandi, mencuci rambut, dan
menggunakan wc. B
b. Makan dan minum.
c. Berpakaian dan berhias.
d. Keselamatan diri.
e. Adaptasi lingkungan.
• Materi bina gerak
a. Penguatan otot yang lemah.
b. Pelemasan otot yang kaku.
c. Mempertahankan kekuatan otot dan mencegah atropi otot.
d. Memperbaiki gerak pada persendian.
e. Menanamkan keterampilan lokomotor.
f. Menanamkan keterampilan non-lokomotor.
g. Memperbaiki koordinasi gerak tubuh
Pembelajaran di kelas
Bagi Anak Usia Dini dengan Hambatan Fisik dan Motorik
1. Pembelajaran harus berdasarkan Program Pembelajaran Individual (PPI)
yang melibatkan ahli lain seperti fisio therapist dan occupational therapist ,
PPI berdasarkan hasil asesmen.
2. Dalam mengajar anak dengan hambatan fisik dan motorik penataan
lingkungan harus diusahakan memfasilitasi setiap anak dapat bergerak
dengan leluasa. Keamanan dan kenyamanan di dalam kelas juga diusahakan
ada.
3. Hal yang penting adalah dalam mengembangkan bina gerak, guru harus
bekerja sama dengan guru pendamping khusus (GPK) dan ahli dalam bidang
otot dan tulang.
4. Apabila terdapat hambatan berat pada anak ini usahakan dia mendapatkan
fasilitas khusus misalnya kursi yang berbeda yang sesuai dengan kondisi fisik
mereka.
5. Guru harus tetap memiliki harapan yang tinggi kepada anak-anak ini, agar
mereka dapat berkembang dengan baik.
6. Guru harus membiasakan kepada anak-anak lain untuk tidak memanggil nama
anak-anak ini dengan istilah yang tidak sesuai. (bully).
7. Beri kesempatan anak-anak ini untuk tetap melakukan kegiatan bersama dengan
teman sesuai dengan kondisi mereka.
8. Berikan latihan untuk mengembangkan sensori motor seperti, meronce, mewarnai,
menempel, bermain puzzle dan lainnya.
9. Berikan kegiatan yang melibatkan tangan (hand activities) meliputi :
a. Eksplorasi alat-alat tulis
b. Menggunakan telepon
c. Memijit bel
d. Menyalakan dan mematikan lampu
e. Membuka dan menutup pintu
10. Latihan mobilisasi seperti berdiri, berjalan, menaiki tangga di dalam dan luar
ruangan. Latihan Penggunaan alat-alat pendukung untuk berdiri, berjalan, dan
keseimbangan. Alat-alatnya meliputi : braces, crutch, night splint, walker, kursi roda
(harus dikonsultasikan dengan ahli).
11. Latihan bina diri
ALTERNATIF CARA MEMBANTU SISWA YANG MENGALAMI
HAMBATAN HAMBATAN FISIK dan MOTORIK
DI TEMPAT (PEMBELAJARAN) INKLUSIF
KEBUTUHAN PRINSIP PEMBELAJARAAN PELAKSANAAN
DAMPAK PEMBELAJARAN

1. Kelainan fungsi 1. Pengembangan 1. Pendekatan 1. Penataan lingkungan


mobiitas kemampuan mobilisasi multisensory belajar yang khusus
2. Hambatan dalam 2. Pengembangan 2. Prinsip individualisasi 2. Ketersediaan fasilitas
aktivitas sehai-hari kemampuan ADL 3. Prinsip kolaborasi belajar
3. Hambatan dalam 3. Pengembangan antar disiplin ilmu 3. Belajar berkelompok,
aspek ekonomi kemampuan utamakan kerjasama
produktif komunikasi untuk membentuk
4. Hambtaan intelektual 4. Bimbingan social sikap tolong menolong
5. Hambatan motoric, psikologis 4. Pengajaran
grak, sosialisasi.. 5. Pendidikan kemandirian yang
6. Rehabilitasi dan optimal.
habilitasi 5. Pelaksanaan program
pengembangan diri
dan gerak
PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

5. HAMBATAN GANGGUAN PEMUSATAN


PERHATIAN & HYPERAKTIVITAS
Pembelajaran
Bagi Anak Usia Dini dengan GPPH/ADHD
• ADHD merupakan singkatan dari Attention Defisit Hyperactivity
Disorder, istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan anak yang
memiliki hambatan pemusatan perhatian, mudah teralihkan,
hiperaktifitas, dan impulsif dalam perilakunya, yang dapat
menyebabkan ketidakseimbangan sebagian besar aktivitas hidup
mereka.

• Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan ADHD salah satunya


adalah ADD yang merupakan singkatan dari Attention Defisit Disorder
yang berarti gangguan pemusatan perhatian. Istilah ADD digunakan
berdasarkan kenyataan bahwa anak dengan hambatan ADHD ini tidak
selalu disertai dengan gangguan hiperaktifitas.

• Dalam bahasa Indonesia ADHD disebut dengan GPPH yaitu Gangguan


Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas.
Klasifikasi Anak Usia Dini Dengan ADHD
Anak dengan ADHD dibagi menjadi 3 type, yaitu:

• ADHD- Inattentive, tanpa hiperaktifitas.


Anak yang memiliki hambatan inatensi mengalami kesulitan dalam memusatkan
perhatiannya, mudah teralihkan dengan rangsangan yang tiba-tiba diterima oleh alat
inderanya.

• ADHD-hyperactive-impulsive
Anak yang memiliki hambatan hiperaktif -impulsif menunjukkan gerakan yang
berlebihan yang dilakukan secara umum, perilaku hiperaktif ini tampak tidak
bertujuan.
Mereka kesulitan untuk mengontrol dan melakukan koordinasi dalam aktivitas
motoriknya.gerakannya dilakukan terus menerus tanpa lelah, sehingga kesulitan untuk
memusatkan perhatian.

• ADHD-kombinasi
Merupakan gabungan dari type ADHD-inattentive dan ADHD- Hyperactive-impulsive.
Program Kebutuhan Khusus
Anak Usia Dini Dengan ADHD
Kebutuhan anak dengan ADHD/ADD berbeda dengan anak lainnya. Bentuk
layanan yang diberikan guru kepada anak dengan ADHD pun tidak sama dengan
anak lainnya.

a. Kebutuhan Pengendalian Diri


Pengendalian diri pada anak hiperaktif berkaitan dengan pengurangan
perilaku hiperaktif,peningkatan rentang perhatian, dan pengendalian
impulsivitas.
Beberapa kebutuhan pengendalian diri tersebut ialah: 1) rutinitas, struktur,
dan konsistensi 2) fokus pada hal - hal positif, 3) penjelasan sederhana dan
singkat 4) hindarkan argumentasi, dan 5) abaikan hal-hal yang tidak penting.

b. Kebutuhan Belajar
Anak dengan ADHD perlu adanya pengaturan kegiatan yang terjadwal tidak
hanya dalam pengendalian diri, tapi juga pada pengelolaan kelas. Anak
dengan ADHD membutuhkan suasana kelas yang tenang, kondusif, dan
terkendali. Pengelolaan kelas dalam hal ini termasuk juga pengaturan
pembelajaran dan pemberian tugas.
Kebutuhan Pembelajaran
Anak Usia Dini Dengan ADHD
Beberapa kebutuhan dalam hal pembelajaran yang berbeda dengan anak lain,
berbagai kebutuhan tersebut ialah:
1) Lingkungan kerja, tugas, dan bahan - bahan yang terstruktur,
2) Dukungan eksternal yang membantu pemusatan perhatian,
3) Kesempatan merespon yang tinggi,
4) Bantuan di bidang keterampilan belajar dan belajar aktif,
5) Pengajaran yang melibatkan multisensory,
6) Menyesuaikan dengan gaya belajar anak dan modifikasi tulisan,
7) Jadwal dan rutinitas yang mampu diprediksi,
8) Waktu yang ekstra untuk memproses informasi,
9) Modifikasi kurikulum yang kreatif,
10) Bantuan jika anak frustasi,
11) Modeling dan pengajaran yang terpusat pada guru,
12) Pengalaman belajar yang bermakna, dan
13) Strategi pengajaran yang membangun kekuatan dengan memperhatikan
kelemahan anak.
Strategi Pembelajaran
Untuk Anak Usia Dini Dengan ADHD

Strategi pembelajaran yang dapat diterapkan untuk anak


dengan ADHD adalah:
1. Strategi Jadwal Visual Harian (visual schedule)
2. Strategi Modifikasi Perilaku
3. Strategi Ekologi
4. Strategi Afektif
5. Strategi Fisik
PEMBELAJARAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

6. HAMBATAN GANGGUAN
PRILAKU & AUTISME
Pembelajaran
Bagi Anak Usia Dini dengan Autisme

Autisme atau istilahnya Autism Spectrum Disorder


(ASD) atau Gangguan Spektrum Disorder (GSA)
merupakan suatu gangguan perkembangan yang
kompleks dan muncul pada masa awal
perkembangan anak yang ditandai dengan adanya
gangguan pada kemampuan interaksi sosial,
komunikasi dan tingkah laku, serta merespon
lingkungan (sensor) secara tepat.
Spektrum Autisme
Non
Verbal Komunikasi Verbal

Penyen Pasif
diri Interaksi sosial

Kurang Menonjol
Tampak Perilaku minat terbatas perilaku repetitif

Hiper Hipo
sensitiv Proses sensoris Sensitiv

< rata- > rata-


rata Intelektual rata
Klasifikasi Autisme Menurut DSM 5
Tingkat berat ringannya Komunikasi Sosial Minat yang terbatas dan
autisme perilaku berulang
Level 3 „Membutuhkan Defisit yang parah dalam Keasyikan, ritual yang
dukungan yang sangat keterampilan komunikasi kaku dan/atau perilaku
banyak‟ sosial secara verbal dan berulang secara nyata
nonverbal yang mengganggu
menyebabkan gangguan keberfungsian di semua
fungsi yang parah; inisiasi bidang. Nampak terlihat
interaksi sosial yang sangat menderita ketika
sangat terbatas dan ritual atau rutinitasnya
respons minimal terganggu; sangat sulit
terhadap tawaran sosial untuk mengalihkan
dari orang lain perhatian dari hal yang
sangat menarik
perhatiannya atau
mengembalikannya
dengan cepat.
Klasifikasi Autisme Menurut DSM 5
Tingkat berat Komunikasi Sosial Minat yang terbatas dan
ringannya perilaku berulang
autisme
Level 2 Defisit yang moderat dalam Perilaku ritual dan berulang
„Membutuhkan keterampilan komunikasi dan / atau keasyikan atau
banyak sosial verbal dan nonverbal; minat yang melekat muncul
dukungan‟ gangguan sosial yang jelas cukup sering dan jelas bagi
bahkan dengan dukungan di pengamat biasa dan
tempat; inisiasi terbatas mengganggu keberfungsian
dalam berinteraksi sosial dan dalam berbagai konteks.
kurang atau abnormal respons Kesedihan atau frustrasi
terhadap tawaran sosial dari terlihat ketika perilaku ritual
orang lain. dan berulang terganggu; sulit
untuk dialihkan dari minat
yang melekat.
Klasifikasi Autisme Menurut DSM 5
Tingkat berat Komunikasi Sosial Minat yang terbatas dan
ringannya perilaku berulang
autisme
Level 1 Tanpa dukungan di tempat, Perilaku ritual dan berulang
„Membutuhkan defisit dalam komunikasi menyebabkan gangguan yang
dukungan‟ sosial yang menyebabkan signifikan terhadap
disabilitas komunikasi yang keberfungsian dalam satu
nyata. Memiliki kesulitan atau lebih konteks. Menolak
dalam memulai interaksi upaya orang lain untuk
sosial dan menunjukkan mengganggu perilaku ritual
contohcontoh yang jelas dan berulang atau untuk
tentang tanggapan yang tidak dialihkan dari minat yang
lazim atau tidak benar melekat
terhadap tawaran sosial orang
lain. Mungkin menampakkan
minat yang rendah pada
interaksi sosial.
Prinsip – prinsip Pendidikan dan Pengajaran
Kontinu
Konsisten
Terpogram
“ Tetap
dalam Pendidikan
Terpola Dilakukan bagi anak
berbagai
secara autistik
hal,
Terstruktur bertahap dan harus
meliputi
berdasarkan ruang dan dilaksanakan
Menciptak
Dimulai pada secara
an waktu”
kemampuan Tetap untuk berkesinamb
dari kegiatan
anak, ungan,
pembelajar pemberian
materi sehingga respon simultan dan
an
yang berdasarka
apabila target positif atau integral
mudah program reward (menyeluruh
n rutinitas
pertama /hadiah dan
menuju ke yang
tersebut terpadu).
terpola yang
bahan menjadi memotiva
melalui
materi penjadwala
dasar target si anak
yang program yang
n baik di
kedua,
kompleks sekolah
demikian
maupun di pula
rumah
selanjutnya.
Program Kebutuhan Khusus
Anak dengan Autisme
Beberapa hal yang perlu dilakukan :
a. Pahami karakteristik anak setiap anak dengan kebutuhan khusus memiliki karakter
berbeda. Misalnya dengan mengalami hambatan penglihatan, maka mereka
mengalami masalah dalam orientasi dan mobilitas. Contohnya: ketika guru akan
memberi tahu sesuatu dan menggunakan media, misalnya gelas, maka guru harus
memberi kesempatan pada anak untuk meraba gelas itu. Hal ini dilakukan agar
anak mendapatkan persepsi tentang bentuk gelas, berat dan sebagainya tentang
gelas.
b. Sediakan bantuan
1) Menggunaan pendekatan pengajaran terstruktur yang didasari oleh
pemikiran bahwa lingkungan harus diadaptasi untuk anak dengan ASD, bukan
anak yang beradaptasi pada lingkungan.
2) Menggunakan pendekatan yang mendasarkan pada pemahaman menyeluruh
akan fungsi anak.
3) Menggunaan strategi pengajaran yang didesain untuk mengakomodasi
kelebihan dan kelemahan anak, termasuk mengakomodasi kekurangannya
dan mengurangi stresor
4) Kerjasama dan kolaborasi dengan orangtua penting sehingga pelajaran yang
diberikan di sekolah dapat dilanjutkan di rumah.
Strategi Lingkungan

• Adaptasikan Lingkungan
• Dukungan rutinitas
• Perubahan/Transisi Bahasa
ekpresi
• Penjadwalan
• Berikan pilihan kegiatan
• Istirahat
• Rewards/reinforcers
• Strategi Komunikasi Total
• Dukungan sensori
Pendekatan dan Metode
• Pendekatan pengajaran terstruktur yang didasari oleh pemikiran bahwa
lingkungan harus diadaptasi untuk anak dengan ASD, bukan hanya anak yang
beradaptasi pada lingkungan.

• Merupakan perpaduan dari metode yang ada, dimana penerapannya


disesuaikan kondisi dan kemampuan anak serta materi dari pengajaran yang
diberikan kepada anak.

• Metode dalam pengajaran anak autisme adalah metode yang memberikan


gambaran kongkrit tentang "sesuatu", sehingga anak dapat menangkap pesan,
informasi dan pengertian tentang "sesuatu" tersebut.

• Pendekatan yang didasarkan pada pemahaman menyeluruh akan fungsi anak

• Strategi pengajaran didesain untuk mengakomodasi kelebihan dan kelemahan


anak, termasuk mengakomodasi kekurangannya dan mengurangi stresor
ALTERNATIF CARA MEMBANTU SISWA AUTIS
DI TEMPAT (PEMBELAJARAN) INKLUSIF

DAMPAK KEBUTUHAN PRINSIP PELAKSANAAN


PEMBELAJARAAN PEMBELAJARAN

1. Tidak tampak respek 1. Pengembangan relasi social ( 1. Terstrukutur 1. Merespon perilaku dengan
terhadap orang lain keterbatasan dalam mencari-cari 2. Terpola mengubahnya (modifikasi
2. Gerakan diulang-ulang kesempatan untuk melakukn 3. Terprogram perilaku)
3. Menghindari kontak interaksi social, 4. Konsisten 2. Menciptakan lingkugan
mata 2. Pengembangan komunikasi 5. Terjadal/Rutinitas belajar yang positif,
4. Tetap dalam (mereka menalami 6. Modeling/Contoh tersturktur dan rutinitas.
kebiasaannya keterlambatan dalam berbahasa 7. Pendamping/Tutor 3. Gunakan kartu bergambar
sehingga mereka banyak dalam menjelskan
berteriak-teriak/mejerit) prosedur pembelajaran.
3. Pengembangan minat (mereka 4. Gunakan pendekatan
berminat pada satu objek yag jadwal visual
dapat dialihkn untuk (menggunakan
membangun relasi social dn kata/gambar; sistem
komunikasi) komunikasi bertukar
4. Penangan stress dan tekanan ( gambar ( siswa mengambil
merubah kebiasaan secara gbr benda dan guru
bertahap dengan melakukan menukar dengan benda
kegitan dalam waktu yang lama). aslinya dan kisah social
5. Pendekatan kolaborasi dari (membacakan kisah kisah
berbagai disiplin ilmu social yang disertai dgn
gambar.

Anda mungkin juga menyukai