Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

DIET PRE DAN POST OPERASI FRAKTUR TULANG

Disusun oleh :

1. Dian Kurniawati
2. Nurina fitrianingsih
3. Apri Ginanjar
4. Yeni Subaedah
5. Puspita Damayanti
6. Asih Purwati
7. Ika Fardianita

D-III KEPERAWATAN 2B

STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH

CILACAP
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nutrisi adalah zat-zat makanan yang diperlukan tubuh untuk


melekukan fungsinya yaitu menghasilkan energi, membangun dan
memelihara jaringan serta mengatur proses-proses kehidupan terdiri dari
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.
Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh.
Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang
berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak
langsung (Sjamsuhidajat & Jong, 2005). Fraktur lebih sering terjadi pada
laki-laki daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering
berhubungan dengan olah-raga, pekerjaan, atau luka yang disebabkan oleh
kecelakaan kendaraan bermotor.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi dari fraktur ?

2. Bagaimana tujuan pemberian nutrisi fraktur ?

3. Bagaimana diet pre operasi fraktur tulang ?

4. Bagaimana diet post operasi fraktur tulang ?

5. Apa saja kebutuhan nutrisi farktur ?

6. Apa saja makanan yang dianjurkan dan dihindari oleh pasien fraktur ?

7. Zat-zat gizi apa saja yang di butuhkan pada fraktur femur ?


8. Bagaimana contoh menu sehari pada nutrisi fraktur femur ?
C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui definisi dari fraktur.

2. Untuk mengetahui tujuan pemberian nutrisi fraktur.

3. Untuk mengetahui diet pre operasi fraktur tulang.

4. Untuk mengetahui diet post operasi fraktur tulang.

5. Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi farktur.

6. Untuk mengetahui makanan yang dianjurkan dan dihindari oleh pasien

fraktur.

7. Untuk mengetahui zat-zat gizi apa saja yang di butuhkan pada fraktur

femur.

8. Untuk mengetahui contoh menu sehari pada nutrisi fraktur femur.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian fraktur
Fraktur adalah rusak atau hilangnya sebagian jaringan kulit, dan Fraktur
adalah terputusnya kesinambungan sebagian atau seluruh tulang atau tulang
rawan.Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya. (Smeltzer dan Bare, 2002).
B. Tujuan pemberian nutrisi fraktur
Tujuan pemberian nutrisipadapasien fraktur adalah untuk memenuhi
kebutuhan energi untuk proses metabolisme, perbaikan jaringan. memberikan
makanan berenergi dan zat gizi yang cukup, agar status gizi pasien segera
kembali normal untuk mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan
daya tahan tubuh pasien.

C. Persiapan dan diet sebelum operasi


1. Persiapan pasien
Secara umum persiapan pasien sebelum pembedahan dapat dilakukan
pada ruang perawatan dan ruang operasi. Selain itu sebelum memasuki
ruang operasi pasien berada diruangan khusus untuk pemeriksaan ulang
dan dimanfaatkan untuk pemeriksaan akhir sebelum masuk ke meja
operasi, seperti pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernafasan, dan evaluasi
dari dokter anestesi. Persiapan pasien ini terdiri dari berbagai macam
untuk mendapatkan proses dan hasil pembedahan yang baik serta
mengurangi resiko terjadinya komplikasi. Persiapan prabedah pada pasien
tersebut antara lain:
2. Persiapan mental
Persiapan mental merupakan hal yang penting dalam proses persiapan
operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh
terhadap kondisi fisiknya. Kecemasan merupakan reaksi normal yang
dapat dihadapi dengan sikap terbuka dan penerangan yang cukup.
Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada
integeritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis
maupun psikologis. (Barbara C. Long).

Contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan atau


ketakutan antara lain; sulit tidur dan tekanan darah meningkat (pada pasien
hipertensi) dan menstruasi lebih cepat dari biasanya, sehingga operasi
terpaksa harus ditunda (pada wanita).

Berbagai alasan yang dapat menyebabkan kecemasan pasien dalam


menghadapi pembedahan antara lain : Takut nyeri setelah pembedahan
(body image), takut keganasan, takut cemas mengalami kondisi yang sama
dengan orang lain, takut ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan
pembedahan dan petugas, dan takut operasi gagal.

Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi


pengambilan keputusan pasien dan keluarganya. Sehingga tidak jarang
pasien menolak operasi yang sebelumnya telah disetujui. Oleh karena itu
persiapan mental pasien menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dan
didukung oleh keluarga orang terdekat pasien. Kehadiran dan keterlibatan
keluarga sangat mendukung persiapan mental pasien. Keluarga dapat
mendampingi pasien sebelum operasi, memberikan doa dan dukungan
dengan kata-kata yang menenangkan hati dan meneguhkan keputusan
pasien untuk menjalani operasi.

Peranan dokter dan dibantu perawat dalam memberikan dukungan


mental dapat dilakukan dengan membantu pasien mengetahui tentang
tindakan-tindakan yang dijalani sebelum operasi, memberikan informasi
tentang waktu operasi, hal-hal yang akan dialami selama proses operasi,
dan menunjukkan tempat kamar operasi. Dengan mengetahui berbagai
informasi selama operasi maka diharapkan pasien menjadi lebih siap
menghadapi operasi. Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas, misalnya:
jika pasien harus puasa, perawat akan menjelaskan kapan mulai puasa dan
sampai kapan, manfaatnya untuk apa. Diharapkan dengan pemberian
informasi yang lengkap, kecemasan pasien akan dapat diturunkan.

Untuk menimbulkan kenyamanan lagi, dokter memberi kesempatan


pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan tentang segala prosedur
yang ada. Dokter juga dapat mengoreksi pengertian yang salah tentang
tindakan pembedahan dan hal-hal lain karena pengertian yang salah akan
menimbulkan kecemasan pada pasien.

3. Persiapan Fisik

Selain mempersiapkan mental, waktu dan biaya, pembedahan


berencana juga mewajibkan pasien untuk menyiapkan kondisi fisik demi
lancarnya operasi yang akan berlangsung. Persiapan fisik ini berhubungan
dengan kelainan atau penyakit yang akan dibedah tersebut, dan juga
persiapan fisik berkenaan dengan pembiusan, agar obat-obat bius yang
nantinya diberikan tidak menimbulkan efek negatif akibat kemampuan
respon tubuh yang tidak normal lagi.

Persiapan fisik ini berkenaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital


pasien; denyut nadi, tekanan darah, respirasi, dan suhu tubuh pasien.
Dipastikan semua tanda-tanda vital pasien dalam batasan normal.
Pemeriksaan fisik lengkap antara lain status hemodinamika, status
kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi
endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain. Tinggi dan berat badan pasien
diperiksa untuk memperkirakan dosis obat, terapi, cairan yang diperlukan,
serta jumlah urine selama dan sesudah pembedahan. Jantung, paru-paru,
abdomen, ekstremitas, punggung, neurologis, dan saluran nafas juga
merupakan pemeriksaan fisik yang diperlukan.

Untuk jangka pendek, setidaknya 8 jam sebelum masuk ke dalam


kamar operasi, fisik penderita diharapkan sudah fit, tidak sedang pilek,
batuk atau yang lainnya, dalam keadaan bersih hingga ke cuci rambut dan
siap menanggalkan asesoris seperti perhiasan, gigi palsu, tidak bergincu
dan cat kuku mesti dihapus. Ini dilakukan untuk mencegah kontaminasi
operasi dan menunjang sterilitas proses operasi. Selain itu pasien juga
harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur yang cukup
pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi
pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil.

4. Riwayat Penyakit

Jawaban pasien mengenai penyakit-penyakit sistemik yang kita


ajukan tidaklah menjamin bahwa pasien mengatakan yang sebenarnya. Ia
mungkin tidak meyadari bahwa keadaan itu terjadi. Setidaknya kita harus
mengetahui riwayat kesehatan pasien yang meliputi kesehatan umum, rasa
sakit yang ada, obat-obatan dan pengobatan, alergi, dan tekanan darah.
Pertanyaan yang berkenaan dengan perawatan terakhir dan dokter yang
merawat merupakan informasi tambahan yang bermanfaat.

Jika ahli laboratorium menemukan sejarah dan pemeriksaan fisik


dalam keadaan abnormal, maka operasi harus dibatalkan dan hanya
dilakukan medical treatment saja hingga kondisi fisik pasien
memungkinkan untuk dilakukan operasi dengan resiko yang seminimal
mungkin. Jika seluruh hasil pemeriksaannya ditemukan dalam keadaan
normal, segera lakukan tindakan operasi.

Bagi penderita yang memiliki penyakit lain selain kasus bedah akan
menjadi perhatian khusus bagi tim bedah sebelum menjalankan tindakan
operasinya. Gangguan atau penyakit lain, akan berpengaruh terhadap
kelangsungan proses operasi. Penyakit seperti gangguan jantung, penderita
diabetes, gangguan fungsi ginjal, fungsi pembekuan darah dan lainnya jika
tidak harus menjalani operasi emergensi, sedapat mungkin dipastikan dulu
bahwa penyakitnya tersebut dalam keadaan stabil. Keadaaan inilah yang
mengakibatkan seorang penderita butuh waktu relatif lama dalam masa
preoperatifnya dan juga dapat menyebabkan timbulnya resiko komplikasi
pembedahan maupun pasca pembedahan.
5. Pemeriksaan Penunjang dan Skrining
Diagnosa penyakit diharapkan sejelas mungkin sebelum pembedahan
dijalankan, sehingga diperlukan pemeriksaan tambahan di luar
pemeriksaan fisik untuk menuju kepastian itu. Mungkin akan diperlukan
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium saja atau
dibutuhkan lagi pemeriksaan penunjang yang masih taraf sederhana
sampai yang sudah canggih.

Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada


pasien, dokter melakukan berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan
penyakit pasien, sehingga dokter bisa menyimpulkan penyakit yang
diderita. Untuk itu dokter memerlukan berbagai macam pemerikasaan
laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang biasa digunakan adalah
pemeriksaan rutin, yang terdiri dari pemeriksaan darah (hemoglobin,
leukosit, jenis leukosit, golongan darah, perdarahan, bledding time,
clotting time, trombosit, LED), pemeriksaan urine (protein, reduksi dan
sedimen), pemeriksaan radiologi dan diagnostik berupa foto fraktur,
abdomen, dan thoraks (untuk bedah mayor) USG, EKG, CT scan
(computerized Tomography Scan) , MRI (Magnrtic Resonance Imagine)
dan bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun tulang jika penyakit
terkaut dengan kelainan darah.

6. Konsultasi Medis

Konsultasi medis meliputi, konsultasi bedah, konsultasi anestesi,


konsultasi dengan sejawat anestesi dan spesialis lain, konsultasi untuk
mendapat dan memberi informasi tambahan, konsultasi untuk dapat
menghilangkan kecemasan dan ketakutan pasien, dan konsultasi untuk
mempertimbangkan apakah pasien perlu melakukan pemeriksaan
tambahan.

Setelah dokter bedah memutuskan untuk dilakukan operasi maka


dokter anstesi berperan untuk menentukan apakan kondisi pasien layak
menjalani operasi. Hal ini diperlukan konsultasi antara dokter bedah dan
dokter anestesi. Selain itu, dokter bedah juga harus dapat berkonsultasi
masalah kesehatan dan kondisi pasien terhadap dokter bedah lain yang
terkait dalam pelaksanaan pembedahan. Konsultasi yang saling berkaitan
ini bertujuan untuk mempersiapkan pasien untuk tindakan pembedahan
agar tidak menimbulkan komplikasi atau kecelakaan saat pembedahan,
dan dapat membantu untuk mempermudah dalam pengelolaan pasca
operasinya.

7. Keadaan Gizi

Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan


berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah
(albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk
defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan
protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan
mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit.

Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi,


dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam
dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat
mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian. Kondisi malnutris
dan obesitas atau kegemukan lebih beresiko terhadap pembedahan
dibandingkan dengan orang normal dengan gizi baik terutama pada fase
penyembuhan.

Pada orang malnutrisi maka orang tersebut mengalami defisiensi


nutrisi yang sangat diperlukan untuk proses penyembuhan luka. Nutrisi-
nutrisi tersebut antara lain adalah protein, kalori, air, vitamin C, vitamin B
kompleks, vitamin A, Vitamin K, zat besi dan seng (diperlukan untuk
sintesis protein). Pada pasien yang mengalami obesitas selama
pembedahan jaringan lemak sangat rentan terhadap infeksi. Selain itu,
obesitas meningkatkan permasalahan teknik dan mekanik. Pasien obesitas
sering sulit dirawat karena tambahan berat badan dapat menyebabkan
pernafasan tidak optimal saat berbaring miring, mudah mengalami
hipoventilasi, dan komplikasi pulmonari pascaoperatif.

8. Persediaan Darah

Pada persiapan ruangan juga ada pemeriksaan kelengkapan penunjang


operasi, adanya persediaan darah merupakan hal yang vital di dalam
ruangan operasi. Persedian darah ini dimaksudkan untuk menjadi
cadangan apabila saat pembedahan terjadi komplikasi atau perdarahan
sekunder, sehingga dokter dapat menangani pasien dengan efektif dan
efisien.

9. Puasa

Penderita yang akan dipersiapkan operasi dengan pembiusan


umum membutuhkan puasa beberapa jam sebelum operasi dijalankan.
Lamanya puasa berkisar antara 6 sampai 8 jam sebelum operasi dilakukan.
Tujuan dari puasa ini adalah untuk pengosongan lambung dan kolon agar
terhindar dari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) atau reflek
muntah di saat penderita tidak sadar, dan untuk menghindari kontaminasi
feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi
pasca pembedahan. Pada pembiusan lokal masalah ini bisa diabaikan.

10. Kebutuhan Cairan Basal dan Elektrolit

Keseimbangan cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input


dan output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada
dalam rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakuakan
pemeriksaan diantaranya dalah kadar natrium serum (normal : 135 -145
mmoll), kadar kalium serum (normal : 3,5 / 5 mmoll) dan kadar kreatinin
serum (0,70 / 1,50 mgdl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat
dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam
basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik
maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami
gangguan seperti oligurianuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka
operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada
kasus-kasus yang mengancam jiwa.

11. Antibiotik Profilaksis

Yang dimaksud dengan antibiotik profilaksis pada pembedahan ialah


antibiotik yang diberikan pada pasien yang menjalani pembedahan
sebelum adanya infeksi, tujuannya ialah untuk mencegah terjadinya
infeksi akibat tindakan pembedahan yaitu infeksi luka operasi (ILO) atau
surgical site infection (SSI). Antibiotik profilaksis biasanya di berikan
sebelum pasien di operasi. Antibiotik profilaksis biasanya di berikan 1-2
jam sebelum operasi dimulai dan dilanjutkan pasca beda 2- 3 kali.
Antibiotik profilaksis harus aman, bakterisid dan efektif melawan bakteri
yang menyebabkan infeksi. Antibiotik yang dapat diberikan bermacam-
macam sesuai indikasi pasien, biasanya pada kedokteran gigi digunakan
Clindamycin 300mg intravena.

Faktor pasien dapat mempermudah terjadinya ILO adalah pasien


obesitas, diabetes, mengalami pembedahan kontaminasi, rawat inap pre-
operatif yang panjang, menjalani operasi yang lama (>2 jam), bakteri
Staphylococcus aureus, skil yang kurang terampil, dan pertahanan tubuh
yang lemah.

12. Premedikasi

Sebelum operasi dilakukan, pasien akan diberikan obat-obatan


premedikasi untuk memberikan kesempatan kepada pasien untuk istirahat
yang cukup. Obat-obatan premedikasi ini juga berfungsi untuk
menurunkan sekresi cairan tubuh, mengurangi kecemasan dan ketakutan,
mengurangi mual dan muntah, mengurangi keasaman lambung, serta
berfungsi untuk memperkuat efek hipnotik pada penggunaan anestesi
umum. Obat-obatan premedikasi yang diberikan biasanya adalah
Benzodazepine, fenotiazin, analgetik, dan untuk operasi yang cukup berat
dapat diberikan valium.
Pemberian obat-obat premedikasi ini dapat menginduksi obat-obat
anestesi, memelihara, dan memberikan pemulihan yang baik. Pemberian
dosis dan jenis obat premedikasi ini dipertimbangkan dengan usia, berat
badan pasien, keadaan fisik dan psikis, serta teknik anestesi dan
pembedahan yang akan dilakukan.

Dalam kasus pembedahan apabila selama praevaluasi pasien dianggap


tidak layak untuk melakukan operasi bedah, maka operasi harus ditunda
sampai waktu kedepan ketika pasien dinilai layak untuk menjalani operasi
bedah tersebut, kecuali pada kasus pembedahan yang mengancam jiwa.
Oleh karena itu, demi kelancaran kinerja operasi bedah maka persiapan
pasien secara menyeluruh sebelum operasi bedah harus benar-benar
dilaksanakan dengan baik.

D. Diet Post Operasi


1. Teoritis Diet pre operasi menurut ahli dunia

London, Lebih dari 100 tahun protokol medis, pasien biasanya


tidak diperbolehkan makan setidaknya 12 jam sebelum menjalani operasi.
Namun ada pendekatan baru yang mengubah kebiasaan tersebut, makan
sebelum operasi justru dapat mempercepat masa pemulihan.Dilansir dari
Dailymail, Sabtu (2/10/2010), pendekatan baru ini dipelopori di akhir
tahun sembilan puluhan oleh ahli bedah Denmark, Profesor Henrik Kehlet.
Menurutnya, protokol medis lama tidak memperbolehkan pasien makan
12 jam sebelum operasi. Selain itu, bila pasien menjalani operasi perut,
maka ia pun tidak boleh makan sampai seminggu setelah operasi dan
hanya boleh bergerak di tempat tidur selama berminggu-minggu.

Dengan demikian, tidak mengherankan bila pasien sering


mengalami penurunan berat badan yang dramatis, khususnya bagi orang
yang lemah dan usia lanjut. Bila dibiarkan seperti ini, pasca operasi pasien
justru lebih lemah dan rentan terhadap infeksi, sehingga akan memakan
waktu laama untuk pemulihan.Bertentangan dengan tradisi konvensional,
Prof Kehlet justru merekomendasikan pasien untuk diberi makanan yang
kaya karbohidrat seperti kentang dan pasta sampai 6 jam sebelum operasi,
serta minuman berenergi tinggi sampai 2 jam sebelum operasi.Selain itu,
setelah operasi pun pasien sebaiknya makan sesegera mungkin. Pasien
juga hendaknya bangun dan banyak bergerak di hari berikutnya, bukan
hanya beristirahat di tempat tidur. Bergerak juga merupakan hal yang
penting. Tidak bergerak dan hanya tidur di tempat tidur dalam waktu yang
lama akan meningkatkan risiko infeksi sehingga dapat memperpanjang
penyakit,” jelas Prof Kehlet.

Prof Kehlet juga mempertanyakan semua prosedur standar dan


menyingkirkan semua prosedur bila tidak mendukung penyembuhan dan
pemulihan pasien. Menurutnya, alasan utama untuk tidak
memperbolehkan pasien makan sebelum operasi adalah risiko kesulitan
bernapas karena makanan dari lambung masuk ke paru-paru. Tetapi risiko
ini ternyata sangat minimal. Pendekatan Prof Kehlet telah diikuti di
Inggris sejak tahun 2002, dipelopori oleh seorang ahli bedah kolorektal di
Yeovil District Hospital dan St Mark’s Hospital. Cara baru yang
dinamakan Enhanced Recovery (ER) ini telah diam-diam merevolusi
perawatan pra dan pasca operasi untuk pasien. ER jelas merupakan kisah
sukses, namun baru ada 72 rumah sakit di Inggris menggunakan teknik
ini,” ujar Ian Jenkins, dokter bedah di St Mark’s Hospital, London.

2. Diet Pre operasi yang umum di indonesia


Jika operasi Anda akan berada di bagian dari sistem pencernaan Anda,
memiliki makanan dalam sistem Anda bisa mempersulit operasi dan
menyebabkan infeksi atau menyebabkan operasi dibatalkan. Jika Anda
memiliki makanan atau cairan di perut Anda selama operasi Anda,
Anda bisa muntah sementara di bawah anestesi. Janganlah makan
makanan berat selama 8 – 12 ja, dan makanlah salad atau sup unuk
makanan terakhir sebelum operasi.
3. Nutrisi
Di rumah : Makan 3 - 4 x sehari , dengan jenis nasi putih, sayur dan
lauk pauk, tidak ada pantangan dalam makanan. Dan klien lebih
senang dengan makanan ringan (snack). Klien minum 4 – 6 gelas
sehari dengan jenis air putih, teh dan kadang susu.
Di rumah sakit : Makan 3 x sehari dengan diet TKTP , makanan yang
disediakan hanya ½ yang dihabiskannya dan lebih suka dengan
makanan yang dibeli diluar RS. Minum 4-5 gelas / hari dengan jenis
air putih dan teh.

Kebutuhan Nutrisi Fraktur

Kebutuhan nutrisi yang baik untuk pasien fraktur adalah dengan


melakukan diet TKTP ( Tinggi Kalori Tinggi Protein ).

1. Pengertian Diet TKTP


Diet TKTP adalah pengaturan jumlah protein dan kalori serta jenis zat
makanan yang dimakan disetiap hari agar tubuh tetap sehat.
2. Tujuan diet TKTP
Diet TKTP bertujuan untuk :
a. Memberikan makanan secukupnya atau lebih dari pada biasa untuk
memenuhi kebutuhan protein dan kalori. Maksudnya, jumlah
makanan khusus kebutuhan protein dan kalori dibutuhkan dalam
jumlah lebih dari pada kebutuhan biasa.
b. Menambah berat badan hingga mencapai normal
Penambahan berat badan hingga mencapai normal menunjukkan
kecukupan energi. Untuk mengetahui berat badan yang normal,
seseorag dapat menggunakan kartu menuju sehat (KMS), untuk
anak balita, anak sekolah, remaja, ibu hamil dan kelompok usia
lanjut. Bagi orang dewasa digunakan Indek Masa Ttubuh (IMT).
c. Mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan.
Artinya, dengan terpenuhinya kebutuhan energi / kalori dan protein
di dalam tubuh, sehingga menjamin terbentuknya sel-sel baru di
dalam jaringan tubuh.
3. Syarat Diet TKTP
a. Tinggi Energi
b. Tinggi Protein
c. Cukup mineral dan Vitamin
d. Mudah dicerna
e. Diberikan secara bertahap bila penyakit dalam keadaan darurat
f. Makanan yang dapat mengurangi nafsu makan dihindari.
4. Indikasi Pemberian Diet TKTP
a. Malnutrisi, defisiensi kalori, protein, anemia, kwashiorkor.
b. Sebelum dan sesudah operasi.
5. Macam-macam Diet TKTP
a. TKTP I : Kalori : 2600 kal/kg BB
Protein : 100 g (2 g/kgBB)
b. TKTP II : Kalori : 3000 kal / kg BB

Protein : 125 g (2½ g / kg BB)


Kebutuhan kalori dan protein pada setiap orang berbeda-beda
tergantung pada umur dan berat badan masing-masing orang.
 untuk menghitung kebutuhan normal protein per hari dapat
dihitung dengan cara :
Kebutuhan protein (gr) = Berat Badan(kg)x8

 untuk menhitung kebutuhan kalori untuk perorangan dihitung


berdasarkan FAO/WHO 1973 Energy and Protein
 Requirements seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini :

Gol. Umur Kebutuhan Kalori

<1 1.090
1–3 1.360
4–6 1.830
7–9 2.190
Laki-laki :
10 – 12 2600
13 – 15 0,97 M x A
16 – 19 1,02 M x A
20 – 39 1,00 M x A
40 – 49 0,95 M x A
50 – 59 0,90 M x A
60 – 69 0,80 M x A
>70 0,70 M x A
Wanita :
10 – 12 2.350
13 – 15 1,13 M x A
16 – 19 1,05 M x A
20 – 39 1,00 M x A
40 – 49 0,95 M x A
50 – 59 0,90 M x A
60 – 69 0,80 M x A
>70 0,70 M x A
Keterangan :
M = berat badan x 46 kalori = kebutuhan kalori laki-laki dewasa
pada berat badan tertentu
F = berat badan x 40 kalori = kebutuhan kalori wanita dewasa pada
berat badan tertentu
A = indeks aktivitas
ringan = 0,90 , sedang = 1,0 , aktif = 1,17
 Sumber makanan yang berprotein tinggi (per 100gram)
Protein adalah kelompok makronutrisi berupa senyawa asam amino
yang berfungsi sebagai zat pembangun dan pendorong metabolisme.
Zat ini tidak bisa dihasilkan sendiri oleh manusia kecuali
lewat makanan.

Bahan Makanan Nilai Protein


Kacang Kedelai 34,9
Kacang Merah 29,1
Kacang tanah 25,3
Keju 22,8
Kacang Hijau 22,2
Mete 21,2
Udang Segar 21,0
Daging Sapi 18,8
Tempe kacang kedelai murni 18,3
Ayam 18,2
Krupuk Udang 17,2
Ikan Segar 16,0
Telur Bebek 13,1
Telur Ayam 12,0
Jagung Kuning 9,2
Roti putih 8,0
Mie Kering 7,9
Tahu 7,8
beras setengah giling 7,6
Daun singkong 6,8
Bayam 3,5
Kangkung 3,0
Kentang 2,0
Singkong 1,2

Sumber makanan yang tinggi Kalori

Kalori adalah satuan energi. Dalam nutrisi danbahasa sehari-

hari, kalori mengacu pada konsumsi energi melalui

makan dan minum danpenggunaan energi melalui aktivitas fisik.

Bahan Makanan Nilai kalori


Minyak sawit (216 g) 1910
Bawang Bombay (160 g) 64
Wortel (126 g) 52
Nasi (186 g) 242
Terigu (28 g) 102
Tuna (196 g) 204
Susu cair (244 g) 146
Telur (243 g) 347
Makanan yang dianjurkan dan dihindari oleh pasien fraktur

1. Makanan yang dihindari


Makanan yang harus dihindari adalah makanan yang terlalu manis
dan gurih yang dapat mengurangi nafsu makan, seperti gula-gula, dodol,
cake, tarcis dan sebagainya.
2. Makanan yang dianjurkan
Makanan yang harus diberikan meliputi :
a) Sumber Kalori : Nasi,Kentang,Roti,Gandum, Jangung dan
lain-lain
b) Sumber Protein hewani : ayam,daging,hati,telur,susu dan
keju.
c) Sumber protein nabati : kacang-kacangan ,tahu,tempe, dan
oncom
d) Sumber Protein Vitamin D : Ikan lele, sarden, ikan salmon,
minyak ikan, telur ayam, hati sapi.
Zat-zat gizi yang di butuhkan pada fraktur femur

 Kalsium berperan dalam pembentukan tulang dan mempertahankan


kepadatan tulang
 Vitamin D mendorong penyerapan kalsium dan membantu membentuk
dan mempertahankan tulang yang kuat
 Fosfor bergabung dengan kalsium untuk membentuk kalsium fosfat,
yaitu zat yang memberikan kekerasan tulang
 Magnesium kira-kira 50% dari seluruh magnesium tubuh ditemukan di
dalam tulang dan berkontribusi pada kerangka fisik tulang

13. Contoh menu sehari pada nutrisi fraktur femur


Pagi Siang Malam
Nasi Nasi Nasi
Telur dadar Ikan goreng Daging empal
Daging semur Ayam goreng Telur balado
Ketimun dengan
Tempe bacem Sup sayuran
tomat iris
Susu Sayur asam Pisang
Pepaya
Pukul 10.00 Pukul 16.00 Pukul 20,00
Bubur kacang hijau Susu Roti panggang
Susu Teh
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Nutrisi diperlukan pada pasien fraktur (patah tulang). Karena Nutrisi


adalah zat-zat makanan yang diperlukan tubuh untuk melekukan fungsinya
yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan serta
mengatur proses-proses kehidupan terdiri dari karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, mineral, dan air.
 Sumber Kalori
Hewani : produk susu (susu, yoghurt, keju)
Nabati : produk kedelai, kacang-kacangan, rumput laut dan brokoli
 Sumber Protein dan Vitamin D
Ikan lele, sarden, ikan salmon, minyak ikan, telur ayam, hati sapi.

B. SARAN
1. Diharapkan bagi penderita fraktur untuk mengkonsumsi makanan yang
bernutrisi seperti Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP)
2. Diharapkan bagi penderita fraktur untuk lebih berhati-hati dalam
beraktivitas agar tubuh dapat terjaga dan terlindungi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

www.google.com

http://health.detik.com/read/2012/02/08/134803/1837291/1307/nutrisi-apa-yang-
bagus-untuk-penyembuhan-patah-tulang

http://web.ipb.ac.id/~tpg/de/pubde_ntrtnhlth_gizifraktur.php

http://web.ipb.ac.id/~tpg/de/pubde_ntrtnhlth_gizimanula.php
http://en.wikipedia.org/wiki/Fraktur
www.nutritiondata.com
Almatsier,Sunita.2009.Prinsip dasar Ilmu Gizi.Jakarta.Gramedia PustakaUtama

Anda mungkin juga menyukai