Anda di halaman 1dari 31

PRINSIP DAN TEKNIK BEDAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah IBM II

Oleh:

Deny Rakhman Fadly Rasyid


I G N Putra Yudistira Muhamad Adri Nurrahim
Putri Nurfuadah Albertin Jane Agung Tanusantoso

Pembimbing:
Lucky Riawan, drg., Sp.BM.(K)

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS


BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2018

PENDAHULUAN

1. Persiapan Pra Bedah


Persiapan bedah yang baik akan member pengaruh baik pula terhadap kondisi pascaoperasi.
Persiapan sebelum bedah sangat diperlukan untuk berbagai hal, diantaranya untuk indikasi
operasi, untuk evaluasi dan mengatasi kecemasan pasien, untuk kejelasan hukum dan perjanjian,
serta yabg terpenting adalah untuk meminimalisir komplikasi pada pasien setelah pembedahan
dilaksanakan.
Tidak semua operasi membutuhkan langkah-langkah persiapan yang sama. Ada operasi yang
membutuhkan persiapan yang mendetail dengan memerlukan waktu beberapa hari, dari
persiapan fifik dengan pemeriksaan laboratorium, rontgen, jantung, dan lain-lain bahkan
menentukan hari baik dalam pelaksanaannya.
Persiapan prabedah ini erat kaitannyadengan komunikasi yang baik antara dokter dan
pasien.Komunikasi antara dokter dan pasien ini dapat memastikan bahwa pasien benar-benar
memahami masalah yang ada, mengapa tindakan operasi ini diambil, dan hasil operasi yang
diharapkan.Waktu khusus antara dokter dan pasien serta keluarga pasien merupakan unsure
penting dari persiapan prabedah.Pada saat diskusi ini juga disampaikan mengenai resiko yang
dapat ditimbulkan setelah pembedahan.Persiapan prabedah ini terdiri dari tiga persiapan, yaitu
persiapan pasien, persiapan operator staf, dan persiapan alat dan ruangan.

1
TINJAUAN PUSTAKA

1. Persiapan Pasien
Secara umum persiapan pasien sebelum pembedahan dapat dilakukan pada ruang perawatan dan
ruang operasi. Selain itu sebelum memasuki ruang operasi pasien berada diruangan khusus untuk
pemeriksaan ulang dan dimanfaatkan untuk pemeriksaan akhir sebelum masuk key meja operasi,
seperti pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernapasan, dan evaluasi dari dokter anastesi. Persiapan
pasien ini terdiri dari berbagai macam untuk mendapatkan proses dan hasil pembedahan yang
baik serta mengurangi resiko terjadinya komplikasi. Persiapan prabedah pada pasien tersebut
antara lain:

1.1 Persiapan Mental


Persiapan mental merupakan hal yang penting dalam proses persiapan operasi karena mental
pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Kecemasan
merupakan reaksi normal yang dapat dihadapi dengan sikap terbuka dan penerangan yang
cukup. Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun actual pada integritas
seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stress fisiologis maupun psikologis. (Barbara C
Long)
Contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan atau ketakutan anatara lain: sulit
tidur dan tekanan darah meningkat (pada pasien hipertensi) dan menstruasi lebih cepat dari
biasanya, sehingga operasi terpaksa harus ditunda (pada wanita).
Berbagai alasan yang dapat menyebabkan kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan
antara lain : takut nyeri setelah pembedahan (body image), takut keganasan, takut cemas
mengalami kondisi yang sama dengan orang lain, takut ngeri menghadapi ruang operasi,
peralatan pembedahan dan petugas, dan takut operasi gagal.
Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi pengambilan keputusan pasien
dan keluarganya.Sehingga tidak jarang pasien menolak operasi yang sebelumnya telah
disetujui.Oleh karena itu persiapan mental pasien menjadi hal yang penting untuk
2
diperhatikan dan didukung oleh keluarga orang terdekat pasien.Kehadiran dan keterlibatan
keluarga sangat mendukung persiapan mental pasien. Keluarga dapat mendampingi pasien
sebelum operasi, memberikan doa dan dukungan dengan kata-kata yang menenangkan hati
dan meneguhkan keputusan pasien untuk menjalani operasi.
Peranan dokter dan dibantu perawat dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan
dengan membantu pasien mengetahui tentang tindakan0tindakan yang dijalani sebelum
operasi, memberikan informasi tentang waktu operasi, hal-hal yang akan dialami selama
proses operasi, dan menunjukkan tempat kamar operasi. Dengan mengetahui berbagai
informasi selama operasimaka diharapkan pasien menjadi lebih siap menghadapi operasi.
Gunaklan bahasa yang sederhana dan jelas, misalnya: jika pasien harus puasa, perawat akan
menjelaskan kapan mulai puasa dan sampai kapan, manfaatnya untuk apa. Diharapkan
dengan pemberianinformasi yang lengkap, kecemasan pasien akan dapat diturunkan.
Untuk menimbulkan kenyamanan lagi, dokter member kesempatan pada pasien dan
keluarganya untuk menanyakan tentang segala prosedur yang ada. Dokter juga dapat
mengoreksi pengertian yang salah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal lain karena
pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien.

1.2 Persiapan Fisik


Selain mempersiapkan mental, waktu dan biaya, pembedahan berencana juga mewajibkan
pasien untuk menyiapkan kondisi fisik demi lancarnya operasi yang akan berlangsung.
Persiapan fisik ini berhubungan dengan kelainan atau penyakit yang akan dibedah tersebut,
dan juga persiapan fisik berkenaan dengan pembiusan, agar obat-obat bius yang nantinya
diberikan tidak menimbulkan efek negative akibat kemampuan respon tubuh yang tidak
normal lagi.
Persiapan fisik ini berkenaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital pasien: denyut nadi,
tekanan darah, respirasi dan suhu tubuh pasien. Dipastikan semua tanda-tanda vital pasien
dalam batasan normal.Pemeriksaan fisik lengkap anatara lain status hemodinamk, status
kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatic, fungsi endokrin, fungsi
imunologi, dan lain-lain.Tinggi dan berat badan pasien diperiksa untuk memperkirakan dosis
3
obat, terapi, ciran yang diperlukan, serta jumlah urine selama dan sesudah
pembedahan.Jantung, paruparu, abdomen, ekstremitas, punggung, neurologis, dan saluran
nafas juga merupakan pemeriksaan fifik yang diperlukan.
Untuk jangka pendek, setidaknya 8 jam sebelum masuk kamar operasi, fisik penderita
diharapkan sdh fit, tidak sedang pilek, batuk, atau yang lainnya, dalam keadaan bersih hingga
key cuci rambut dan siap menanggalkan aksesoris seperti perhiasan, gigi palsu, tidak
bergincu, dan cat kuku mesti dihapus. Ini dilakukan untuk mencegah kontaminasi operasi dan
menunjang sterilitas proses operasi. Selain itu pasien juga harus istirahat yang cukup, karena
dengan istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami stress fisik, tubuh lebih
rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil.

1.3 Riwayat Penyakit


Jawaban pasien mengenai penyakit-penyakit sistemik yang kita ajukan tidaklah menjamin
bahwa pasien mengatakan yang sebnarnya.Ia mungkin tidak menyadari bahwa keadaan itu
terjadi. Setidaknya kita harus mengetahui riwayat kesehatan pasien yang meliputi kesehatan
umum, rasa sakit yang ada, obat-obatan dan pengobatan, alergi, dan tekanan
darah.Pertanyaan yang berkenaan dengan perawatan terakhir dan dokter yang merawat
merupakan informasi tambahan yang bermanfaat.
Jika ahli laboratorium menemukan sejarah dan pemeriksaan fisik dalam keadaan abnormal,
maka operasi harus dibatalkan dan hanya dilakukan medical treatment saja hingga kondisi
fisik pasien memungkinkan untuk dilakukan operasi dengan resiko yang seminimal
mungkin.Jika seluruh hasil pemeriksaannya ditemukan dalam keadaan normal, segera
lakukan tindakan operasi.
Bagi penderita yang memiliki penyakit lain selain kasus bedah akan menjadi perhatian
khusus bagi tim bedah sebelum menjalankan tindakan operasinya. Gangguan atau penyakit
lain, akan berpengaruh terhadap kelangsungan proses operasi. Penyakit seperti gangguan
jantung, penderita diabetes, gangguan fungsi ginjal, fungsi pembekuan darah, dan lainnya
jika tidak harus menjalani operasi emergensi, sedapat mungkindipastikan dulu bahwa
penyakitnya tersebut dalam keadaan stabil. Keadaan inilah yang akan mengakibatkan
4
seorang penderita butuh waktu relative lama dalam masa preoperatifnya dan juga dapat
menyebabkan timbulnya resiko komplikasi pembedahan maupun pasca pembedahan.

1.4 Pemeriksaan Penunjang dan Skrining


Diagnosa penyakit diharapkan sejelas mungkin sebelum pembedahan dijalankan, sehingga
diperlukan pemeriksaan tambahan di luarpemeriksaan fisik untuk manuju kepastian itu.
Mungkin akan diperlukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium saja atau
dibutuhkan lagi pemeriksaan penunjang yang masih taraf sederhana sampai yang sdh
canggih.
Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada pasien, dokter
melakukan berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit pasien, sehingga dokter
bisa menyimpulkan penyakit yang diderita.Untuk itu dokter memerlukan berbagai macam
pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang biasa digunakan adalah
pemeriksaan rutin, yang terdiri dari pemeriksaan darah (hemoglobin, leukosit, jenis leukosit,
golongan darah, perdarahan, bleeding time, clotting time, trombosit, LED), pemeriksaan
urine (protein, reduksi dan sedimen), pemeriksaan radiologi dan diagnostic berupa foto
fraktur, abdomen, thorax (untuk bedah mayor), USG, EKG, CT Scan, MRI (Magnetic
resonance Imagine) dan bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsum tulang jika penyakit
terkait dengan kelainan darah.

1.5 Konsultasi Medis


Konsultasi medis meliputi, konsultasi bedah, konsultasi anastesi, konsultasi dengan sejawat
anastesi dan spesialis lain, konsultasi untuk mendapat dan member informasi tambahan,
konsultasi untuk dapat menghilangkan kecemasan dan ketakutan pasien, dan kondisi untuk
mempertimbangkan apakah pasien perlu melakukan pemeriksaan tambahan.
Setelah dokter bedah memutuskan untuk dilakukan operasi maka dokter anastesi berperan
untuk menentukan apakah kondisi pasien layak menjalani operasi.Hal ini diperlikan
konsultasi antara dokter bedah dan dokter anastesi. Selain itu, dokter bedah juga harus dapat
berkonsultasi masalah kesehatan dan kondisi pasien terhadap dokter bedah lain yang terkait
5
dalam pelaksanaan pembedahan. Konsultasi yang saling berkaitan ini bertujuan untuk
mempersiapkan pasien untuk tindakan pembedahan agar tidak menimbulkan komplikasi atau
kecelakaan saat pembedahan, dan dapat membantu untuk mempermudah dalam pengelolaan
pasca operasinya.

1.6 Keadaan Gizi


Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat kulit
trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan
nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk
memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan.Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan
pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit.
Komplikasi yang palng sering terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisensi (terlepasnya
jahitan sehingga lika tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama.Pada
kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan
kematian.Kondisi malnutrisi dan obesitas atau kegemukan lebih beresiko terhadap
pembedahan dibandingkan dengan orang normal dengan gizi yang baik terutama pada fase
penyembuhan.
Pada orang malnutrisi maka orang tersebut mengalami defisiensi nutrisi yang sangat
diperlukan untuk proses penyembuhan luka. Nutrisi-nutrisi tersebut anatara lain adalah :
protein, kalori air, vitamin c, vitamin B kompleks, vitamin A, vitamin K, zat besi dan seng
(diperlukan untuk sintesis protein). Pada pasien yang mengalami obesitas selama
pembedahan jaringan lemak sangat rentan terhadap infeksi.Selain itu, obesitas meningkatkan
permasalahan teknik dan mekanik.Pasien obesitas sering sulit dirawat karena tambahan berat
badan dapat menyebabkan pernafasan tidak optimal saat berbaring miring, mudah mengalami
hipoventilasi, dan komplikasi pulmonary pascaopertif.

6
1.7 Persediaan darah
Pada persiapan ruangan juga ada pemeriksaan kelengkapan penunjang operasi, adanya
persediaan darah merupakan hal yang vital didalam ruangan operasi.Persediaan darah ini
dimaksudkan untuk menjadi cadangan apabila saat pembedahan terjadi komplikasi atau
perdarahan sekunder, sehingga dokter dapat menangani pasien dengan efektif dan efisien.

1.8 Puasa
Penderita yang akan dipersiapkan operasi dengan pembiusan umum membutuhkan puasa
beberapa jam sebelum operasi dijalankan. Lamanya puasa berkisar antara 6 sampai 8 jam
sebelum operasi dilakukan. Tujuan dari puasa ini adalah untuk pengosongan lambung dan
kolon agar terhindar dari aspirasi (masuknya cairan lambung key paru-paru) atau reflex
muntah disaat penderita tidak sadar, dan untuk menghindari kontaminasi feses ke area
pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan. Pada pembiusan
local masalah ini bisa diabaikan.

1.9 Kebutuhan Cairan Basal dan Elektrolit


Keseimbangan cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output cairan.
Demikian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang normal. Kadar elektrolit
yang biasanya dilakukan pemeriksaan diantaranya adalah kadar natrium serum (normal: 135-
145 mmoll), kadar kalium serum (normal: 3,5 / 5 mmoll) dan kadar kreatinin serum (0,70 /
1,50 mgdl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal.Dimana
ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan sekresi metabolit obat-obatan
anastesi.Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat delakukan dengan baik.Namun jika ginjal
mengalami gangguan seperti oligurianuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi
harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal.Kecuali pada kasus-kasus yang mengancam
jiwa.
1.10 Antibiotik Profilaksis
Yang dimaksud dengan antibiotic profilaksis pada pembedahan ialah antibiotic yang
diberikan pada pasien yang menjalani pembedahan sebelum adanya infeksi, tujuannya adalah
7
untuk mencegah terjadinya infeksi akibat adanya tindakan bedah yaitu infeksi luka operasi
atau surgical site infection.Antibiotic profilaksis biasanya diberikan 1-2 jam sebelum operasi
dimulai dan dilanjutkan pasca bedah 2-3 kali.Antibiotic profilaksis harus aman, bakterisid
dan efektif melawan bakteri yang menyebabkan infeksi. Antibiotic yang dapat diberikan
bermacam-macam sesuai indikasi pasien, biasanya pada kedokteran gigi digunakan
Clindamysin 300 mg intravena
Factor pasien dapat mempermudah terjadinya infeksi luka operasi adalah pasien obesitas,
diabetes, mengalami pembedahan kontaminasi, rawat inap pre-operatif yang panjang,
menjalani operasi yang lama (>2 jam), bakteri staphylococcus aureus, skill yang kurang
terampil, dan pertahanan tubuh yang lemah.

1.11 Premedikasi
Sebelum operasi dilakukan, pasien akan diberikan obat-obatan premedikasi untuk
memberikan kesempatan kepada pasien untuk istirahat yang cukup. Obat-obatan premedikasi
ini juga berfungsi untuk menurunkan sekresi cairan tubuh, mengurangi kecemasan dan
ketakutan, mengurangi mual dan muntah, mengurangi keasaman lambung, serta berfungsi
untuk memperkuat efek hipnotik pada penggunaan anastesi umum.Obat-obatan premedikasi
yang diberikan biasanya adalah Benzodiazepine, fenotiazin, analgetik, dan untuk operasi
yang cukup berat dapat diberikan valium.
Pemberian obat-obatan premedikasi dapat menginduksi obat-obat anastesi, memelihara, dan
memberikanpemulihan yang baik. Pemberian dosis dan jenis obat premedikasi ini
dipertimbangkan dengan usia, berat badan, keadaan fisik dan psikis, serta teknik anastesi dan
pembedahan yang akan dilakukan.
Dalam kasus pembedahan apabila selama praevaluasi pasien dianggap tidak layak untuk
melakukan operasi bedah, maka operasi harus ditunda sampai waktu key depan ketika pasien
dinilai layak untuk menjalani operasi bedah tersebut, kecuali pada kasus pembedahan yang
mengancam jiwa. Oleh karena itu, demi kelancaran kinerja operasi bedah maka persiapan
pasien secara menyeluruh sebelum operasi bedah harus benar-benar dilaksanakan dengan
baik.
8
2. Persiapan Tim Bedah / Surgical Team (Dokter dan Stafnya)

Tim bedah terdiri dari operator (dokter) dan asistennya, dokter anastesi /anesthetist, scrub
nurse dan circulating nurse. Operator bertindak sebagai kepala tim, dimana operator
memiliki tanggung jawab dan instruksinya dipatuhi oleh semua anggota tim bedah.

3. Persiapan Operator Staf


Persiapan prabedah untuk operator dan staf adalah sebagai berikut :
3.1 Dressing operator dan asisten
Operator dan masing-masing asistennya, memakai pakaian katun bersih yang terdiri dari
celana panjang dan baju.Pakaian katun tidak menghasilkan percikan dari elektrik statis
yang dapat berkembang ketika pakaian nylon atau wol dikenakan.Percikan elektrik statis
dapat menyebabkan ledakan tragis pada ruang operasi. Clean scrub suits, juga
mengeliminasi baju penuh debu dari ruang operasi, menyediakan kenyamanan untuk
operator, dan melindungi pakaian dokter dari kerusakan.
Dipilih lengannya tidak melebihi siku sehingga memungkinkan tangan dicuci hingga key
siku.Apabila pembedahan yang dilakukan kemungkinan menyebabkan darah atau saliva
mengotori pakaian, maka dapat digunakan baju dengan lengan panjang, baik yang dapat
digunakan ulang, atau lebih baik lagi bila digunakan yang disposable.Apabila dipakai
baju yang digunakan ulang, maka sesudah dipakai harus dicuci dengan air panas dan
detergen.Pakaian klinik harus diganti setiap hari apabila tercemar oleh darah.
Selanjutnya operator mengenakan sepasang sepatu atau boots konduktif disposable. Saat
ini peralatan rumah sakit yang baik memiliki lantai ruang operasi kondiktif khusus untuk
mencegah ledakan atau letupan dan seluruh personel harus menggunakan sol sepatu
konduktif atau boots konduktif khusus yang menutupi seluruh sepatu jalanan. Hal ini
untuk mencegah elektrik statis dari akumulasi pada operator, yang dapat menghasilkan
sebuah percikan ketika dokter mendekati lingkungan grounded.

9
Gambar 1. Dressing operator dan asisten steril

3.2 Persiapan tangan dan lengan


Pencucian tangan yaitu menggosok, mengawali teknik asepsis/sterilisasi.Pemakaian
sabun anti kuman harus sesuai dengan rekomendasi pabriknya.Biasanya diperlukan
paling tidak penggosokan 5-6 menit menggunakan sikat disposable/ yang sudah
diautoclaf, baik yang sederhana atau yang berisi sabun.Untuk prosedur non bedah, sabun
biasa dianggap cukup layak oleh CDC (Center for Disease Control).Alternative lain
adalah mencuci tangan dengan sabun anti kuman (chlorhexidine gluconat 4 %) selama 1
menit.

10
Berikut ini merupakan urutan yang dilakukan dalam mempersiapkan tangan dan lengan :
 Persiapan
Menempatkan topi untuk menutupi rambut selutuhnya, dan menempatkan masker
untuk menutupi hidung dan mulut. Gulung lengan sampai diatas siku. Lepaskan seluruh
perhiasan dan jam tangan. Kuku harus pendek dan halus.

 Prosedur
Alirkan air dari wastafel sampai suhu yang diinginkan. Cuci tangan dan lengan
bawah dengan seksama, dan bersihkan kuku jari dengan orangewood stik.
Dimulai dengan menyikat telapak tangan.. Sikat telapak dalam tiga bagian, dari
kelingking ke ibu jari (sikat seluruh empat permukaan tiap jari), kemudian balik tangan
dan sikat buku-buku jari, kemudian sikat lengan dan siku, yakinkan untk
menggosok ruang interdigital secara seksama ketika menggosok punggung masing
masing jari, sampai ke pergelangan tangan. Setelah menggosok satu tangan dan lengan,
lakukan prosedur yang sama untuk tangan yang lain. Pembilasan tangan dan lengan,
secara seksama menguras mereka dari ujung jari sampai siku. Bilas sikat. Matikan
air dengan sikat dan singkirkan sikat. Berjalanlah ke ruang operasi, angkat tangan keatas,
dan perawat akan menyediakan handuk kering.

11
Gambar 1. Teknik Mencuci Tangan

12
 Jubah (pakaian) dan sarung tangan,
Tangan dan lengan dikeringkan dengan handuk bersih, dan tiap anggota dari tim
bedah memakai jubah steril. Tangan iberikan bedak steril oleh suster sebelum
menggunakan sarung tangan steril. Teknik aseptik yang sempurna mengharuskan sarung
tangan dipasang tanpa menyentuh permukaan luar dengan tangan. Dari poin ini operator
dan semua personel steril harus peduli bahwa lingkungan dibawah bidang operasi
dipertimbangkan kontaminasinyadan tidak boleh disentuh.

13
14
Gambar 2a. Cara memakai jubah

15
Gambar 2b. Cara memakai sarung tangan

16
3.3 Triad barrier 
Untuk membatasi kontaminasi silang pada dokter gigi, staf dan pasiennya,maka
digunakan triad barrier yaitu masker, sarung tangan dan kacamata pelindung.Sarung
tangan uji disposable yang non steril bisa digunakan untuk kebanyakan prosedurbedah
mulut. Apabila sterilitas sangat diperlukan, misalnya pemasangan implan atau bahan
aloplastik untuk menambah linggir (ridge), dapat digunakan sarung tangan steril.
Kekurangan sarung tangan uji ialah bahwa hanya mempunyai satu ukuran saja
atau berukuran S, M, L yang membatasi akurasi pemakaian dengan tepat. Juga agak
sedikittebal dibandingkan sarung tangan bedah, sehinggamengurangi sensasi taktil pada
tangan. Meski demikian,keuntungan utamanya ialah harganya yang murah. Masker dapat
dengan mudah dibeli di toko. Masker dengan tali lebih mudah digunakan untuk  jangka
panjang daripada yang menggunakan elastik. Keuntungan masker elastik ialah dapat
dilepas dengancepat dan mudah bila ingin dibuka sewaktu-waktu. Seperti halnya sarung
tangan masker harus digantisetiap kali ganti pasien.Kacamata pelindung yang terbuat dari
plastic dan ringan melengkapi triad barier tersebut. Perlindungan mata dari saliva,
mikroorganisme, aerosol, dan debrissangatdiperlukan untuk operator maupun asistennya

Gambar 3. Triad barrier

17
3.4 Imunisasi
Pelindung yang paling mudah digunakan dan yang paling jarang digunakansebagai
sumber perlindungan untuk dokter gigi dan staf adalah imunisasi, misalnyaHeptavax-B
untuk perlindungan terhadap hepatitis B

4. Persiapan Alat dan Ruangan


Karena semua pasien yang terinfeksi tidak bisa dengan mudah diidentifikasi, baik secara
historic, pemeriksaan fisik, maupun laboratorium, maka pencegahan secara rutin sebagai
berikut harus digunakan pada semua pasien.Apabila dilakukan tindakan bedah mulut, darah
yang keluar dan meningkatnya kemungkinan tumbuhnya kuman oleh karena pemakaian
instrument yang tajam (pemaparan parenteral0, dapat dikurangi hanya dengan tindakan
control yang efektif.

4.1 Ruangan
 Dekontaminasi
Kebersihan saja tidaklah cukup untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
kontaminasi silang.Dekontaminasi permukaan-permukaan yang tersentuh sekresi mulut
pasien, instrument atau tangan operator biasanya bisa diatasi dengan bahan kimia
antikuman. Semua permukaan kerja yang terkontaminasi, pertama-tama dilap dengan
handuk pengisap untuk menghilangkan bahan-bahan organic kemudian didesinfeksi
dengan larutan pemutih (Clorox diencerkan dalam perbandingan 1 : 10 sampai dengan 1 :
100 tergantung bahan organic yang ada). Hal tersebut dilakukan setiap hari.Pemutih
adalah salah satu bahan antikuman yang murah dan efektif, namun perlu diperhatikan
bahwa bahan ini bersifat korosig terhadap logam khususnya aluminium.
 Pelindung permukaan
Kertas dengan lapisan kedap air, aluminium foil atau plastic yang jernih bisa
dipergunakan sebagai penutup permukaan yang mudah terkontaminasi dengan darah atau
saliva, yang sulit didesinfeksi secara efektif misalnya pegangan lampu dan kepala unit
18
sinar X. penutup ini dibuka oleh personel yang menggunakan sarung tangan pada akhir
suatu tindakan pembedahan, kemudian diganti dengan yang bersih (sesudah melepas
sarung tangan atau mengganti sarung tangan). Selama prosedur pembedahan, permukaan
yang tidak terlindung misalnya pengontrol kursi atau lampu operasi bisa diatur atau
digunakan tanpa menimbulkan kontaminasi dengan menggunakan sponge bedah 4x4 dan
tangan yang memakai sarung tangan sebagai barier tambahan.Idealnya pengontrolan
dengan tangan sebaiknya dihindarkan atau dikurangi.Tempat kumur, dispencer untuk
sabun dan pengontrol kursi sebaiknya menggunakan peralatan yang bisa dioperasikan
dengan kaki.
 Pearalatan yang tajam
Peralatan yang tajam yang biasanya digunakan didalam prosedur bedah mulut dan
sering terkontaminasi darah dan saliva misalnya, jarum suntik, jarum jahit, Man (blade)
skapel, elevator periosteal, dan elevator akar, dianggap berpotensi untuk menginfeksi dan
harus ditangani dengan cara khusus untuk mencegah luka yang tidak sengaja. Untuk
menghindari kontak yang tidak diperlukan, semua peralatan disposable ditempatkan
dalam wadah yang diletakkan sedekat mungkin dengan tempat penggunaannya. Jarum
yang kotor jangan dibengkokkan, dipatahkan/ ditutup, atau dengan kata lain jangan
dipegang dengan tangan. Untuk pengulangan suntikananastesi local, sebaiknya jarum
ditempatkan terbuka diatas tempat steril ketimbang harus melepas tutup jarum sekali
lagi.Kunci keberhasilan penanganan alat-alat tajam yang terkontaminasi adalah
mengurangi frekuensi pemakaiannya sehingga menurunkan kesempatan terjadinya
tusukan atau goresan yang tidak disengaja.Secara umum, semua alat yang disposable
diautoclaf dulu sebelum dibuang.Pada kasus perawatan pasien yang menular, peralatan
disposibel dibungkus rangkap dua sesegera mungkin sesudah digunakan.

19
4.2 Alat
Langkah persiapan alat adalah sebagai berikut :
 Menghilangkan debris
Diperlukan ruangan atau tempat yang terpisah untuk mempersiapkan
peralatan.Bak yang dibuka untuk menyikat alat biasanya dianggap sudah terkontaminasi
dan tidak boleh digunakan untuk mencuci tangan.Apabila bak cuci tangan yang terpisah
tidak ada, maka bak tersebut harus diguyur dan didekontaminasi dahulu dengan
menggunakan desinfektan yang terdapat dalam EPA.Orang yang menyikat peralatan
harus memakai sarung tangan yang tebal.Semua saliva, darah, atau sisa jaringan
dibersihkan sebelum dilakukan sterilisasi dan desinfeksi.Dianjurkan memakai pembersih
ultrasonic.
 Pengemasan peralatan
Membungkus peralatan yang benar, baik menggunakan kain yang bisa dipakai
ulang, atau menggunakan bungkus sekali pakai ialah dengan dua lapis.Semua peralatan
yang berengsel harus dalam keadaan terbuka.Pengemasan ini dilengkapi dengan pita
indicator yang peka panas atau uap yang dengan perubahan warnanya bisa menunjukkan
bahwa bungkusan tersebut sudah diautoklaf.Sebaiknya alat dibungkus dalam plastic
jernih yang diklip, diplester, atau direkat dengan pita indicator.Tanggal dilakukannya
autoklaf dicatat pada bagian luar setiap bungkusan.Peralatan yang dibungkus hanya satu
lapis harus di autoklaf lagi dalam 30 hari, sedangkan yang dibungkus rangkap dua dapat
bertahan sampai 6 bulan.
 Peralatan siap pakai/disposable
Sterilitas dapat dengan mudah dipastikan pada keadaan kritis alat-alat siap pakai.
Yang paling penting adalah jarum suntik yang digunakan untuk anastesi local atau bahan
lain. Jarum tersebut terbungkus sendiri-sendiri dan disterilkan, sihingga dijamin
ketajaman dan sterilitasnya.Pemasangan jarum pada selubungnya jangan dilakukan
dengan tangan.Apabila tidak ada alternative lain untuk memasang selubung jarum, maka
bisa digunakan hemostat/ needle holder.

20
Benang dan jarum jahit juga tersedia dalam bentuk siap pakai. Ini ialah yang
disebut armed suture yaitu jarum yang disatukan dengan benang jahitnya. Bilah scalpel
dan kombinasi bilah tangkai juga tersedia dalam bentuk steril untuk sekali
pemakaian.Sarung tangan steril baik yang panjang maupun yang pendek menjamin
adanya asepsis dan dibungkus rangkap dua untuk menjamin bahwa pada waktu
pemakaian tidak terkontaminsai.Sebagian besar agen hemostatik, bahan pengganti tulang
alloplastik, dan material untuk implant tidak membutuhkan sterilisasi lagi.
Sponge dan bahan-bahan dressing biasanya tersedia dalam bungkusan steril yang
terpisah. Penutup yang steril, idealnya dengan pelindung plastic digunakan apabila
diperkirakan akan terjadi kontaminasi oleh darah atau saliva. Sebagian peralatan
dibungkus dengan system peel down. Dibungkus rangkap dua sehingga memungkinkan
orang yang tidak menggunakan sarung tangan membuka dan menyerahkan isinya kepada
orang lain yang sudah memakai sarung tangan atau menaruh isisnya diaatas tempat steril.
Apabila bungkusnya sobek, peralatantersebut sebaiknya jangan digunakan.Meskipun bisa
diautoklaf, tidak ada peralatan disposibel yang boleh digunakan ulang.
 Meja tempat instrument steril
a. Meja instrument diatur oleh scrub nurse
b. Terdiri dari alat-alat yang steril dan semua instrument yang dapat digunakan dalam
bedah mulut.
c. Meja ini tidak boleh sampai terkontaminasi selama operasi sedang berjalan.
d. Meja instrument sebaiknya ditutup oleh kain steril
e. Peralatan yang dibutuhkan ditranfer key rak mayo dengan penjepit instrument yang
steril.
Untuk mendapatkan tingkat sterilisasi/desinfeksi yang layak, maka alat-alat digolongkan
sesuai dengan penggunaan dan aplikasinya, yaitu:
1. Alat-alat kritis
Untuk menentukan tingkat sterilisasi/ desinfeksi yang layak, maka alat-alat
digolongkan sesuai dengan penggunaan dan aplikasinya.Alat-alat kritis adalah alat yang
berkontak langsung dengan daerah steril pada tubuh yaitu semua struktur atau jaringan
21
yang tertutup kulit/mukosa, karena semua ini mudah terserang infeksi.Peralatan kritis
harus steril sebelum digunakan. Termasuk dalam kategori ini yaitu : jarum suntik,
scalpel, elevator, bur, tang, jarum jahit, dan peralatan untuk implantasi (mis: implant,
bahan alloplastik dan bahan hemostatik). Apabila memungkinkan sebaiknya peralatan
disterilisasi dengan autoklaf.
Apabila penggunaan autoklaf tidak memungkinkan, desinfeksi yang sangat baik dapat
dicapai dengan menggunakan bahan kimia yang terdaftar pada US EPA, waktu
pemaparan tergantung pada instruksi pabrik.Diikuti dengan pembasuhan menggunakan
air steril. Cara lain untuk mensterilkan ialah dengan merendam dalam air mendidih
selama paling sedikit 10 menit.

2. Alat-alat semi kritis


Peralatan semikritis ialah alat-alat yang bisa bersentuhan tapi sebenarnya tidak
dipergunakan untuk penetrasi ke membrane mukosa kulit. Meskipun terkontaminasi oleh
saliva dan darah, alat tersebut biasanya tidak membawa kontaminan key daerah steril di
dalam tubuh. Kaca mulut dan alat lain yang digunakan untuk pemeriksaan dan tes
termasuk dalam kategori ini. Handpiece digunakan untuk bedah mulut idealnya bisa
diautoklaf. Jika harus menggunakan handpiece yang lain, maka setiap selesai pemakaian
sebaiknya dilakukan pengurasan air pendingin 20-30 menit, kemudian disikat didalam air
dan kotorannya dihilangkan dengan sabun. Kemudian dengan hati-hati dilap dengan
bahan pengisap yang mengandung bahan antikuman yang terdaftar di EPA sebagai
desinfektan rumah sakit dan mycobactericidal.

3. Alat-alat non kritia


Yaitu peralatan yang biasanya tidak berkontak dengan membrane
mukosa.Meliputi countertops, pengontrol posisi kursi, kran yang dioperasikan dengan
tangan, dan pengontrol kotak untuk melihat gambar sinarX. Apabila terkontaminasi
dengan darah, saliva atau kedua-duanya, mula-mula harus dilap dengan handuk pengisap
kemudian didesinfeksi dengan larutan antikuman yang cocok, missal 5000 ppm
22
(pengenceran larutan pemutih 1 : 10, clorox) atau 500 ppm (pengenceran 1:100 sodium
hipoklorit). Harus hati-hati karena sodium hipoklorit korosif terhadap logam.

Sterilisasi Alat Instrument


Semua instrument yang dipergunakan di kedokteran gigi seharusnya di sterilkan. Sterilisasi
adalah suatu proses membunuh dan menghilangkan semua kuman dan sporanya yang menempel
pada suatu objek atau benda. Sterilisasi dibagi dalam 4 tahap yaitu :
1. Pencucian pra-sterilisasi.
Instrument yang telah dipergunakan, sesegera mungkin dibersihkan / dicuci. Pada
saat melakukan pencucian , jangan lupa untuk memakai triad barrier yaitu sarung tangan,
masker dan kaca mata pelindung. Setelah semau instrument di cuci dengan menggunakan
sabun, kemudian masukkan ke dalam larutan klorin. Dekontaminasi dengan
menggunakan larutan klorin dapat membunuh virus hepatitis A, b, C dan juga HIV, oleh
karena itu proses ini membuat barang-barang ini lebih aman ditangani oleh staf saat
membersihkannya.

2. Pembungkusan.
Setelah instrument di cuci, maka di lakukan pembungkusan.

23
3. Proses sterilisasi.
Proses sterilisasi yang biasa digunakan di kedokteran gigi adalah :
a. Autoclave
Sterilisasi dengan menggunakan uap bertekanan tinggi, merupakan metoda yang
paling efektif untuk membunuh spora yang resisten serta fungus.Alat-alat yang
disterilkan dengan menggunakan autoclave biasanya dibungkus dulu dalam kasa,
biasanya di sterilisasi dalam satu paket bedah.Pembungkusan denga kain kasa ini
gunanya untuk mempertahankan sterilitas alat atau bahan beberapa hari di luar
autoclave. Lama waktu sterilisasi dengan menggunakan autoclave adalah 30 menit
pada suhu 1210C (2500F), dengan tekanan 20 pon (10 Kg).

24
b. Panas kering (Dry Heat)
Teknik ini sering digunakan di kedokteran gigi, dapat mensterilkan instrument,
powder, minyak, bone wax dan bahan- bahan lain yang tidak tahan dengan
menggunakan sterilisasi dingin, autoclave dan lain-lain. Kelebihan dari cara ini
adalah tidak merusak kaca, tidak mengakibatkan alat berkarat. Kerugiannya adalah
membutuhkan waktu yang lebih lama bila dibandingkan autoclave

.
c. Sterilisasi secara kimiawi
Sterilisasi dengan cara merendam semua instrument dalam cairan kimia, antara lain
klorin. Selama 10 jam, dan selama masa perendaman tidak boleh memasukkan alat-
alat baru lagi ke dalam tempat perendaman.

25
4. Penyimpanan aseptic.
Setelah di sterilkan, alat di simpan pada tempat penyimpanan yang steril.

26
B. Desinfeksi
Pada saat sterilisasi tidak memungkinkan, desinfeksi tingkat tinggi adalah satu-satunya
alternative yang dapat diterima untuk proses terakhir peralatan dan benda pakai ulang.
Desinfeksi tingkat tinggi membunuh semua mikroorganisme, kecuali beberapa endospora
penyebab penyakit, seperti tetanus.
1. Merebus semua instrument selama 20 menit.
2. Mengukus semua instrument selama 20 menit.
3. Merendam instrument dalam larutan klorin 0,1 % atau glurtaraldehid 2 % selama
20 menit.

Asepsis Laboratorium
Banyak praktisi dokter gigi secara teratur mengirimkan bahan klinis pada laboratorium: berupa bahan
hasil cetakan, protesa yang dikirim pada tekhniker laboratorium kedokteran gigi. Atau contoh mengenai
sample penyakit seperti spesimen biopsi atau abses. Dokter gigi dapat melakukan pengiriman semua bahan
tersebut. Untuk dapat menyingkirkan resiko terjadinya penyebaran penyakit selama pengangkutan atau dalam
laboratorium, saliva dan darah harus secara hati-hati dibersihkan dari bahan cetak dan protesa gigi dengan
pencucian pada air mengalir dan kemudian dilakukan desinfeksi kemudian menempatkan ke dalam tas plastik
sebelum dibawa ke laboratorium. Penggunaan desinfectan spray mungkin akan lebih bermanfaat dalam
menghindari decontaminasi mikroba pada permukaan bahan cetakan.
27
laboratorium kedokteran gigi harus memperhatikan kebersihan tempat dan area sekitarnya( tidak ada
kontaminasi ) dan juga prosedur untuk penyucihamaan bahan dan permukaan, seperti halnya penggunaan obat
pembasmi hama harus tepat waktu dan teratur. Merokok dan makan harus dilarang.
Spesimen mikrobiologi yang dikirim ke laboratorium harus terjamin dan tertutup rapat untuk menghindari
kontaminasi pada tangan yang membawanya.Bentuk pengiriman harus tertutup untuk mencegah terjadinya
kontaminasi.Specimen biopsi harus ditempatkan dalam suatu botol dengan penutup yang aman untuk
mencegah kebocoran selama pengangkutan.Perlu diperhatikan prosedur pada saat pengambilan spesimen
untuk menghindari kontaminasi permukaan eksternal dari botol.

28
KESIMPULAN

Persiapan bedah yang baik akan memberi pengaruh baik pulaterhadap kondisi pasca
operasi. Persiapan sebelum bedah sangat diperlukan untuk berbagai hal, diantaranya untuk
indikasi operasi, untuk evaluasi dan mengatasi kecemasan pasien, untuk kejelasan hokum dan
perjanjian, serta yang terpenting adalah untuk meminimalisir komplikasi pada pasien setelah
pembedahan dilaksanakan.Persiapan prabedah ini terdiri dari tiga persiapan, yaitu persiapan
pasien, persiapan operator staf, dan persiapan alat dan ruangan.
Persiapan pasien terdiri dari persiapan mental, persiapan fisik, riwayat penderita,
pemeriksaan penunjang dan skrining, konsultasi medis, keadaan gizi, persediaan darah, puasa,
kebutuhan cairan basal dan elektrolit, antibiotika propilaksis dan premedikasi
Persiapan dokter dan stafnya terdiri dari dressing operator dan asisten, persiapan tangan dan
lengan, triad barrier, dan imunisasi.
Persiapan alat dan ruangan terdiri dari dekontaminasi ruangan, pelindung permukaan,
peralatan yang tajam. Alat-alat disterilisasi dengan cara penghilangan debris, pengemasan alat
yang baik, alat yang siap pakai dan sekali pakai, serta mempersiapkan meja untuk alat-alat steril.
Alat-alat dalam pembedahan terdiri dari alat-alat kritis, alat-alat semi kritis, dan alat non
kritis yang berbeda-beda proses sterilisasinya.

29
DAFTAR PUSTAKA
Pederson, Gordon W. 1996. Buku ajar praktis Bedah Mulut.Jakarta :penerbit buku kedokteran
EGC.
Archer W. H. 1975. Oral maxillofacial Surgery 5th ed. W.B. Saunders
Sabiston. 1992. Buku Ajar Bedah. Jakarta: penerbit Buku Kedokteran EGC
Pallasch TJ. 2003. Antibiotic Prophylaxis. Endodontic.
Walling ADs. 2005. Antimicrobial Prophylaxis for Surgical Site Infections. Am Fam Physician

30

Anda mungkin juga menyukai