2. Terapi spiritual
Dewasa ini konsep kedokteran moderen mengenai pengobatan ialah dengan
pertimbangan aspek biopsikososial. Artinya pengobatan tidak hanya berusaha untuk
mengembalikan fungsi fisik seseorang tetapi juga fungsi psikis dan social. Pendekatan ini
menepatkna kembali pengobatan spiritual sebagai salah satu cara pengobatan dalam upaya
penyembuhan penderita.
Di Indonesia pengobatan spiritual biasanya dikaitkan dengan agama. Seseorang
pemeluk agama islam misalnya cenderung untuk menjalani pengobatan spiritual yang
dilaksanakan sesuai ajaran agama islam, misalnya berzikir, berdoa, berpuasa, sholat hajat
dll. Dalam agama lain juga terdapat kegiatan ritual untuk penyembuhan baik yang
dibimbing oleh rohaniawan maupun yang dilakukan sendiri. Odha dapat memilih untuk
menjalankana pengobata spiritual yang sesuai dengan agamanya atau pengobatan spiritual
yang berlaku umum. Bila dia memilih pengobatan spiritual yang sesuai dengan agamanya
maka kegiatan tersebut tidak asing lagi baginya serta mendukung jemaah yang dikenal
dan akrab akan mempermudah sosialisasi.
3. Terapi nutrisi
Nutrisi yang sehat dan seimbang diperlukan pasien HIV /AIDS untuk mempertahankan
kekuatan, meningkatkan fungsi system imun, meningkatkan kemampuan tubuh untuk
memerangi infeksi, dan menjaga orang yang hidup dengan HIV/AIDS tetap aktif dan
produktif. Defisiensi vitamin dan mineral bisa dijumpai pada orang degan HIV, dan
defisiensi sudah terjadi sejak dini walaupun pada ODHA mengonsumsi makanan dengan
gizi berimbang. Defisiensi terjadi karena HIV menyebabkan kehilangan nafsu makan dan
gangguan absorbs zat gizi. Di unti perawatan intermediet penyakit terdapat 87% ODHA
dengan berat badan di bawah normal.
Sebagian besar para ODHA dan keluarga mengatakan bahwa nafsu makanya menurun
sehingga frekuensi makan juga berkurang. Keadaan ini dimanfaatkan oleh HIV untuk
berkembang lebih cepat. Di samping itu daya tahan tubuh untuk melawan HIV menjadi
berkurang. Untuk mendapatkan nutrisi yang sehat dan berimbang, ODHA sebaiknya
mengosumsi makanan yang bervariasi, seperti makanan pokok, kacang-kacangan, produk
susu, daging, serta sayur dan buah-buahan setiap hari, lemak dan gula, dan meminum
banyak air bersih dan aman. Bila diperlukan bisa diberikan zat gizi mikro dalam bentuk
supleme makanan sera jus buah dan sayur.
a. Pentingnya nutrsi bagi pasien HIV/AIDS
Nutrisi yang sehat dan sembang harus selalu diberikan pada klien dengan HIV/AIDS
ada semua tahap infeksi HIV. Perawatan dan dukungan nutrisi bagi pasien berfungsi
untuk (1) mempertahankan kekuatan tubuh dan berat badan, (2) mengganti
kehilangan vitamin dan minerl, (3) meningkatkan fungsi sitem imun dan kemampuan
tubuh untuk memerangi infeksi, (4) memperpanjang periode dari infeksi hingga
perkembangan menjadi panyakit AIDS, (5) meningkatkan respon terhadap
pengobatan, mengurangi waktu dan uang yang dihabiskan untuk perawatan
kesehatan, (6) menjaga orang yang hidup dengan HIV/AIDS agar dapat tetap aktif,
sehingga memungkinkan mereka untuk merawat diri sendiri, keluarga dan anak-anak
mereka, dan (7) menjaga orang dengan HIV/AIDS agar tetap produktif, mampu
berkerja, tumbuh baik dan tetap berkontribusi terhadap pemasukan kelurga mereka
(FAO-WHO, 2002). Makanan penting bagi tubuh kita untuk: (1) berkembang,
mengganti dan memperbaiki sel-sel dan jaringan, (2) memproduksi energy agar tetap
hangat, bergerak dan berkerja, (3) membawa proses kimia misalnya pencernaan
makanan, (4)melindungi melawan, bertahan terhadap infeksi serta mambantu proses
penyembuhan penyakit. Makan terdiri atas zat gizi mikro dan makro. Zat gizi mikro
dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil, sedangkan zat gizi makro (kabohidrat, protein
dan lemak) dibutuhkan dalam jumlah yang lebih banyak (FAO-WHO, 2002).
b. Bahan makanan yang dianjurkan dikonsumsi pasien
Berbagai bahan makanan yang banyak di dapatkan di Indonesia seperti tempe,
kelapa, wortel, kembang kol, sayuran dan kacang-kacangan dapat diberikan
dalam penatalaksanaan gizi pada pasien.
1. Tempe atau produknya mengandung protein dan vitamin B12 untuk
mencukupi kebutuhan pasien dan mengandung bakterisida yang dapat
mengobati dan mencegah diare.
2. Kelapa dan produknya dapat memenuhi kebutuhan lemak sekaligus sebagai
sumber energy karena mengandung medium chain trigliserida (MCT) yang
mudah diserap dan tidak menyebabkan diare. MCT merupakan sumber
energy yang dapat digunakan untuk pembentukan sel.
3. Wortel kaya kandungan beta karoten sehingga dapat meningkatkan daya
tahan tubuh dan sebagai bahan pembentukan CD4, vitamin C, vitamin E,
dan beta karoten berfungsi sebagai antiradical bebas yang dihasilkan oleh
perusakan oleh HIV pada sel tubuh.
4. Sayuran hijau dan kacang-kacangan, mengandung vitamin neurotropik
yakni vitamin B1, B6, B12 dan zat gizi mikro lainya yang berfungsi untuk
pembentukan CD4 dan pencegahan anemia.
5. Buah alpukat mengandung banyak lemak yang sangat tinggi dan dapat
dikonsumsi sebagai bahan makanan tambahan. Lemak tersebut dalam
bentuk MUFA (mono unsaturated fatty acid) yang 63% dari jumlah
tersebut berfungsi sebagai antioksidan dan dapat menurunkan HDL, selain
itu alpukat juga mengandung glutationuntuk menghambat replikasi HIV.
c. Jus buah dan sayur
Orang yang terinfeksi HIV akan kehilangan selerah makan dan sulit menguyah
makanan, daya serap pencernaan dan tubuh juga lemah, oleh karenyanya pasien
membutuhkan makanan yang mudah dikunya dan diserap tubuh serta
meningkatlkan nafsu makan. Olahan berupa jus dibutuhkan agar kandungan gizinya
mudah dan cepat diserap oleh tubuh sehingga energy akan meningkatnkan dan tuuh
lebih sehat. Gizi yang terkandung dalam jus buah dan sayuran tergolong lengkap
seperti protein, kabohidrat, asam lemak esensial, vitamin, dan mineral. Lemak yang
terkandung dalam buah dan sayur termaksud lemak yang menguntungkan yang
berperan sebagai komponen sel saraf, membrane sel, homon dalam tubuh. Jus
mengandung enzim alami yang bermanfaat untuk pencernaan sehinggah tubuh
tidak mengeluarkan enzim pencernaan dan energy dapat dihemat untukperbaikan
peremajaan sel. Jus hanya memerlukan waktu penyerapan 5 menit sedangkan
makanan yang lain memerlukan waktu 3-5 jam (putu, oka 2005).
4. Terapi fisik
Terapi fisik adalah upaya yang bisa dijadikan alternatif pelengkap dalam upaya
memperbaiki disfungi yang berikatan dengan tubuh yang disebabkan HIV, virus penyebab
AIDS. Ada beberapa jenis terapi fisik yang bisa dilakukan. Antara lain terapi makanan dan
jamani. Pada asanya terapi yang dilakukan bisa membuat daya tahan tubuh atau keadaan
kekebalan ODHA bisa dipertahankan secara maksimal, juga kondisi fisiknya tetap dilatih
agar lebih kuat. Misalnya massa otot orang pada masa AIDS yang biasanya akan menurun
drastis, semakin kurus. Saat seseorang mulai menunjukan gejala, masa otot dan lemak
berkurang perlahan namun pasti. Kalau dari awalnya masa otot tidak diperhatikan, maka
penampilan serta daya tahan akan sangat berpengaruh.
Beberapa penelitian melaporkan bahwa olahraga dengan tigkat/ kadar sedang ternyata
bisa meningkatkan system kekebalan tubuh menjadi lebih tinggi. Selama berolahraga,
tubuh mengelurkan berbagai hormon. Antara lain yang berfungsi meningkatnkan mutu dan
jumlah limfosit B dan T, serta endfrin, dan enkafalin, serta homon yang berfungsi
menurunkan kekebalan seperti suatu hormone yang disebut ACTH. ACTH bekerja
meningkatkan kadar kortisol yang berperan menekan produksi sel kekebalan.
Keluarnya hormen tersebut sangat beraneka ragam tergantung beberapa factor, antara lain
beratnya latihan. Latihan ringan sampai sedang akan mengelurkan hormone yang
merangsang pembentukan system kekebalan. Sementara latihan berat yang menimbulkan
kelelahan justru sebaliknya, yaitu menekan produksi sel kekebalan.
Agar keadaan tubuh tetap stabil lebih baik memilih jenis olahraga yang tidak
menimbulkan stress. Seperti jalan kaki dan renag. Terapi jenis jasmani lain yang bisa
dilakukan adalah tehnik aromaterapi. Beberapa alhi menyarankan penggunaan wewangian
berbagai jenis tumbuhan, seperti lavender. Yoga, meditasi, dan pemijatan merupakan
tehnik yang baik untuk dipilih sebagai alternative terapi fisik-jasmani yang lain. Beberapa
penelitian membuktikan bahwa jenis olah fisik tersebut mampu menghilangkan stress dan
membuat tubuh tenang. Ketenangan yang diperoleh bisa meningkat pembuatan sel
kekebalan tubuh di dalam tubuh