Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi isu di banyak
negara. Masyarakat menggunakan terapi ini dengan alasan keyakinan,
keuangan, reaksi obat kimia dan tingkat kesembuhan. Perawat mempunyai
peluang terlibat dalam terapi ini, tetapi memerlukan dukungan hasil-hasil
penelitian (evidence-based practice). Pada dasarnya terapi komplementer telah
didukung berbagai teori, seperti teori Nightingale, Roger, Leininger, dan teori
lainnya. Terapi komplementer dapat digunakan di berbagai level pencegahan.
Perawat dapat berperan sesuai kebutuhan klien.
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak di dukung oleh
situasi. Ansietas atau kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesipik
secara subjektif di alami dan di komunikasikan secara interfersonal ( sulis pati)
Suatu waktu CAM dianggap sebagai perdukunan. Sebagai hasil dari penelitian,
beberapa terapi ini, seperti akupuntur, telah pindah dari kategori alternative dalam
kategori komplementer, yang akan di integrasikan bersama dengan perawatan
komvesional. Pengobatan komplementer telah menjadi bagian penting dari
perawatan paliatif dan perawatan pendukung, menangani control gejala
mengurangi stress, relaksasi, dan peningkatan kualitas hidup

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana aplikasi komplementer pada Anak Sekolah ?

1.3 Tujuan
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami aplikasi komplementer pada
anak sekolah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Aplikasi Komplementer Pada Anak Sekolah


1. Pengertian
Menurut WHO (World Health Organization), Pengobatan komplementer
adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang
bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu misalnya, bukan termasuk
pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional.
Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari
zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu
negara. Tapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai
pengobatan komplementer.
Terapi komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung kepada Pengobatan Medis Konvensional atau
sebagai Pengobatan Pilihan lain diluar Pengobatan Medis yang Konvensional. 
Anak usia sekolah adalah anak dengan usia 6-12 tahun, dimana pada usia
ini anak memperoleh dasar pengetahuan dan keterampilan untuk keberhasilan
penyesuaian diri anak pada kehidupan dewasanya. Sekolah menjadi
pengalaman inti pada anak, karena dianggap mulai bertanggung jawab atas
perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua, teman sebaya, dan
orang lainnya (Wong,et all, 2009). Pada usia ini anak suka berkelompok (gang
age), anak sudah mulai mengalihkan perhatian dari hubungan intim dalam
keluarga dan mulai berkerjasama dengan teman dalam bersikap atau belajar
(Gunarsa, 2006), dengan demikian Anak usia sekolah mulai dominan
menghabiskan waktu dengan teman sebayanya.

Mekanisme Swedish Massage Therapy Terhadap Tingkat Kualitas


Hidup Pada Pasien Leukemia yaitu :
Swedish Massage Therapy adalah merupakan pijat klasik dasar dari semua
metode pijatan yang dikembangakan sejak abad ke-19 untuk peningkatan
kesehatan dan terapi membantu orang sakit (Clavert, 2002; Beck, 2010).

2
Selain itu juga merupakan terapi komplementer atau pengobatan
pendamping yang digunakan untuk mengurangi efek samping dari kemoterapi
pada penderita leukemia itu sendiri.
Pengobatan kanker dengan kemoterapi mempunyai efek mual dan muntah,
walaupun tidak jarang pasien diberikan antiemetik. Akan tetapi reaksi efek
samping obat kemoterapi tidak sama, dan kompensasi tubuh pasien pun
berbeda–beda.
Sehingga dibutuhkan mekanisme untuk meningkatkan aktivitas nervus
vagus yang menstimulasi motilitas gastrik sehingga merangsang produksi
hormon-hormon yang meningkatkan penyerapan nutrisi (gastrin dan insulin)
(Bobak et al., 2005). Beberapa faktor yang dapat memengaruhi nilai dari
kualitas hidup dan menentukan keberhasilan terapi antara lain faktor internal
mencakup stadium keganasan kanker, prognosis penyakit leukemia, tingkat
kepatuhan regimen terapi berhubungan dengan kekambuhan, gejala penyakit
dan efek samping pengobatan yang dapat tertangani, status gizi anak baik, dan
gaya hidup sehat seluruh anggota keluarga. Sedangkan faktor eksternal
mencakup keadaan kesehatan lingkungan yang mendukung, adanya cinta
kasih orang tua serta saudara kandung (Eiser, 2004; Wong et al., 2008).
Terapi Swedish Massage Therapy digunakan karena memiliki dampak
yang sangat berpengaruh terhadap tingkat kualitas hidup penderita leukemia.
Penelitian oleh Mazlum et al. (2013). dilakukan dengan tujuan yang sama
untuk menemukan pengaruh Swedish Massage Therapy pada pasien anak
kanker, dalam mengatasi efek samping kemoterapi selama regimen terapi.
Hasil penelitian tersebut ditemukan penurunan yang signifikan terhadap
intensitas, frekuensi, dan insiden mual dan muntah, dan juga durasi mual.
Konsep Swedish Massage Therapy memiliki keunggulan dimana sudah
dilakukan penelitian tentang keefektifannya pada tingkat tertinggi hierarchy of
evidence, terapi ini dapat digunakan pada semua rentang usia, pada anak-anak
terapi ini dilakukan untuk stimulasi tumbuh kembang dan palliative care pada
kondisi penyakit terminal atau penyakit kronis, intervensi ini bersifat healing
touch manipulasi tubuh yang efektif dan efisien. Terapi ini juga mempunyai
nilai budaya yang kental secara empiris, dan yang terpenting terapi ini harus

3
dilakukan oleh terapis yang teregistrasi dan bersertifikasi dengan tingkatan
kompetensi.

2. Jenis – Jenis Terapi Komplementer


a) Praktek-praktek penyembukan tradisional seperti ayurweda dan
akupuntur.
b) Terapi fisik seperti chiropractic, pijat, dan yoga.
c) Hypnotherapy dan Hypnosirkumsisi
d) Homeopati atau jamu-jamuan.
e) Pemanfaatan energi seperti terapi polaritas, reiki, biocosmic, bio aura,
dsb.
f) Teknik-teknik relaksasi, termasuk meditasi dan visualisasi.
g) Suplemen diet, seperti vitamin dan mineral, dan banyak lagi

3. Teknik dan Aplikasi Terapi Komplementer
Terapi komplementer yang di integrasikan dalam pelayanan
konvensional
Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang
telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan
kedalam pelayanan konvensional khususnya pada anak, yaitu sebagai
berikut :
a. Akupuntur
Akupuntur medik yang dilakukan oleh dokter umum berdasarkan
kompetensinya.Metode yang berasal dari Cina ini di perkirakan
sangat bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi kesehatan
tertentu dan juga sebagai analgesi (peredanyeri). Cara kerjanya
adalah dengan mengaktivasi berbagai molekul signal yang berperan
sebagai komunikasi antar sel. Salah satu pelepasan molekul tersebut
adalah pelepasan endorphin yang banyak berperan pada sistem
tubuh.
b. Terapi hiperbarik

4
Terapi hiperbarik yaitu suatu metode terapi dimana pasien
dimasukkan kedalam sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara 2
– 3 kali lebih besar dari pada tekanan udara atmosfer normal (1
atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%).Selama
terapi, pasien boleh membaca, minum, atau makan untuk
menghindari trauma pada telinga akibat tingginya tekanan udara
c. Terapi herbal medik,
Terapi herbal medic yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan
alam, baik berupa herbal terstandardalam kegiatan pelayanan
penelitian maupun berupa fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu herbal
yang telah melalui uji pre klinik pada cell line atau hewan coba, baik
terhadap keamanan maupun efektivitasnya.Terapi dengan
menggunakan herbal ini akan diatur lebih lanjut oleh Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Dari 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang ada, daya
efektivitasnya untuk mengatasi berbagai jenis gangguan penyakit tidak
bisa dibandingkan satu dengan lainnya karena masing-masing mempunyai
teknik serta fungsinya sendiri-sendiri. Terapi hiperbarik misalnya,
umumnya digunakan untuk pasien-pasien dengan gangren supaya tidak
perlu dilakukan pengamputasian bagian tubuh.Terapi herbal, berfungsi
dalam meningkatkan daya tahan tubuh.Sementara, terapi akupunktu
berfungsi memperbaiki keadaan umum, meningkatkan sistem imun tubuh,
mengatasi konstipasi atau diare, meningkatkan nafsu makan serta
menghilangkan atau mengurangi efek samping yang timbul akibat dari
pengobatan kanker itu sendiri, seperti mual dan muntah, fatigue
(kelelahan) dan neuropati.
Terapi komplementer non konvensional
a. Akupresur/pijat
Akupresur adalah sebuah sistem metode therapi yang banyak di
gunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit.Menggunakan
metode yang sama dengan cara yang digunakan akupuntur, hanya
bedanya, akupresur tidak menggunakan jarum dalam proses

5
pengobatannya. Akupresur adalah salah satu bentuk fisioterapi
dengan memberikan pemijatan dan stimulsi pada titik- titik tertentu
pada tubuh.Berguna untuk mengurangi bermacam-macamsakit dan
nyeri serta mengurangi ketegangan, stres kelelahan dan
penyakit.akupresur menyembuhkan sakit dan nyeri yang sukar di
sembuhkan seperti, nyeri punggung, spondilitis, kramperut,
gangguan neurologis, artritis, dll. Titik akupresur terletak
pada  telapak tangan begitu juga dengan kedua telapak kaki.  Di
telapak tangan kita terdapat titik akupresur untuk: jantung, paru,
ginjal, mata, hati, kelenjadtiroid, pankreas, sinus, danotak.
b. Bekam/ chupingtherapi
Bekam merupakan istilah yang di kenal dam bahasa melayu, hijamah
(bahasaarab) cupping (bahasa inggris) danguasha ( bahasa
cina) sedangkan orang indoneia mengenalnya dengan catukatau kop.
Bekam sudah di kenal sejak jaman mesir kuno.Bekam mengatur
energi dan aliran darah.Tujuan utama dari pengobatan bekam adala
untuk menghilangkan penyebab ketidakharmonisan  dari tubuh,
memulihkan sirkulasi darah.

4. Peran Perawat
Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi
komplementer diantaranya sebagai konselor, pendidik kesehatan, peneliti,
pemberi pelayanan langsung, koordinator dan sebagai advokat. Sebagai
konselor perawat dapat menjadi tempat bertanya, konsultasi, dan diskusi
apabila klien membutuhkan informasi ataupun sebelum mengambil keputusan.
Sebagai pendidik kesehatan, perawat dapat menjadi pendidik bagi perawat di
sekolah tinggi keperawatan seperti yang berkembang di Australia dengan lebih
dahulu mengembangkan kurikulum pendidikan (Crips & Taylor, 2001). Peran
perawat sebagai peneliti di antaranya dengan melakukan berbagai penelitian
yang dikembangkan dari hasilhasil evidence-based practice.
Perawat sebagai salah satu profesional kesehatan, dapat turut serta
berpartisipasi dalam terapi komplementer. Peran yang dijalankan sesuai

6
dengan peran-peran yang ada. Arah perkembangan kebutuhan masyarakat dan
keilmuan mendukung untuk meningkatkan peran perawat dalam terapi
komplementer karena pada kenyataannya, beberapa terapi keperawatan yang
berkembang diawali dari alternatif atau tradisional terapi.
Perawat dapat berperan sebagai pemberi pelayanan langsung misalnya
dalam praktik pelayanan kesehatan yang melakukan integrasi terapi
komplementer (Snyder & Lindquis, 2002). Perawat lebih banyak berinteraksi
dengan klien sehingga peran koordinator dalam terapi komplementer juga
sangat penting. Perawat dapat mendiskusikan terapi komplementer dengan
dokter yang merawat dan unit manajer terkait. Sedangkan sebagai advokat
perawat berperan untuk memenuhi permintaan kebutuhan perawatan
komplementer yang mungkin diberikan termasuk perawatan alternative
Smithet al.2004).

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam
sistem pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara
umum tidak menjadi bagian dari pengobatan konvensional.
Peran perawat dalam terapi komplementer, yaitu : peran sebagai pemberi
asuhan keperawatan, peran sebagai advokat (pembela) klien, peran edukator,
peran researcher.

3.2 Saran
Perawat sebagai salah satu profesional kesehatan, dapat turut serta
berpartisipasi dalamterapi komplementer. Peran yang dijalankan sesuai
dengan peran-peran yang ada. Arah perkembangan kebutuhan masyarakat dan
keilmuan mendukung untuk meningkatkan peran perawat dalam terapi
komplementer karena pada kenyataannya, beberapa terapi keperawatan yang
berkembang diawali dari alternatif atau tradisional terapi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. (2011). Pengobatan Komplementer Tradisional-Alternatif.


http://buk.Depkes.go.id. Kemenkses [Diakses 23 Februari 2012 :
21.27]
Suardi D.R., 2011. Peran dan Dampak Terapi Komplementer/ Alternatif bagi
Pasien Kanker. Diakses pada November 2011 pada CDK Vol.38 No. 7.
http://www.kalbemed.com.
Widyatuti W, 2008. Terapi Komplementer dalam Keperawatan. Diakses pada
Maret 2008 pada Jurnal Keperawatan Indonesia Volume 12 No. 1,
Maret2008, Hal 53-57.
http://jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/view/200.
https://www.researchgate.net/publication/323632324_Pengaruh_Swedish_Massa

Therapy_terhadap_Tingkat_Kualitas_Hidup_Penderita_Leukemia_Usi

a_Sekolah

Anda mungkin juga menyukai