Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Keamanan dan keselamatan pasien merupakan hal mendasar yang perlu diperhatikan oleh

tenaga medis saat memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Keselamatan pasien

adalah suatu sistem dimana rumah sakit memberikan asuhan kepada pasien secara aman serta

mencegah  terjadinya cidera akibat kesalahan karena melaksanakan suatu tindakan atau tidak

melaksanakan suatu tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan

resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan

dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi

untuk meminimalkan resiko (Depkes 2008).

Setiap tindakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien sudah sepatutnya

memberi dampak positif dan tidak memberikan kerugian bagi pasien. Oleh karena itu,

rumah sakit harus memiliki standar tertentu dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

Standar tersebut bertujuan untuk melindungi hak pasien dalam menerima pelayanan

kesehatan yang baik serta sebagai pedoman bagi tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan

kepada pasien. Selain itu, keselamatan pasien juga tertuang dalam undang-undang kesehatan.

Terdapat beberapa pasal dalam undang-undang kesehatan yang membahas secara rinci

mengenai hak dan keselamatan pasien.

Keselamatan pasien adalah hal terpenting yang perlu diperhatikan oleh setiap petugas

medis yang terlibat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Tindakan

pelayanan, peralatan kesehatan, dan lingkungan sekitar pasien sudah seharusnya menunjang

1
keselamatan serta kesembuhan dari pasien tersebut. Oleh karena itu, tenaga medis harus

memiliki pengetahuan mengenai hak pasien serta mengetahui secara luas dan teliti tindakan

pelayanan yang dapat menjaga keselamatan diri pasien.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Prinsip Dan Konsep Patient Safety ?

2. Apa Pengaruh Dari Faktor Lingkungan Dan Manusia Pada Patient Safety ?

3. Bagaimana Cara Untuk Meningkatkan Patient Safety Dengan Menggunakan Metode

Peningkatan Kualitas ?

4. Bagaimana Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai?.

1.3 TUJUAN

1. Untuk Mengetahui Bagaimana Prinsip Dan Konsep Patient Safety

2. Untuk Mengetahui Apa Pengaruh Dari Faktor Lingkungan Dan Manusia Pada Patient

Safety

3. Untuk Mengetahui Bagaimana Cara Untuk Meningkatkan Patient Safety Dengan

Menggunakan Metode Peningkatan Kualitas

4. Untuk Mengetahui Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PRINSIP DAN KONSEP PATIENT SAFETY

Menurut Supari tahun 2005, patient safety adalah bebas dari cidera aksidental atau

menghindarkan cidera pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan.

Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit

membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : assesment resiko, identifikasi dan

pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,

kemampuan belajar dari insident dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk

meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang di sebabkan

oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang

seharusnya dilakukan (DepKes RI, 2006).

2.2 PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN DAN MANUSIA PADA PATIENT SAFETY

a) LINGKUNGAN

Dalam penerapannya keselamatan pasien ada hubungannya faktor lingkungan kerja

dalam penerapan patient safety oleh perawat, ada hubungan faktor kesadaran individu

terhadap patient safety oleh perawat. Ada hubungan yang secara bersama-sama antara faktor

lingkungan kerja dan faktor kesadaran individu terhadap penerapan patient safety.Dalam

realita pelayanan keperawatan pelaksanaan patient safety masih belum optimal, padahal

kewajiban perawat secara umum adalah menjaga keselamatan pasien.Praktek keselamatan

3
pasien adalah mengurangi risiko kejadian yang tidak diinginkan yang berhubungan dengan

paparan lingkungan.

Program keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit

menerapkan asuhan pasien yang lebih aman, meliputi kegiatan pengkajian risiko, identifikasi

dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko, implementasi solusi untuk

meminimalkan timbulnya risiko, pelaporan dan analisis kejadian, proses belajar dari

kejadian, perencanaan tindak lanjut kejadian, serta strategi pencegahan terjadinya cedera

yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil

tindakan yang seharusnya diambil (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Ada beberapa contoh

resiko jika perawat tidak memperhatikan keselamatan pasien ( patient safety) contohnya

seperti resiko pasien jatuh.

Chun Ruby (2017); Pearson & Andrew (2011), menyertakan bahwa faktor risiko jatuh

dibagi menjadi faktor intrinsik (Patientrelated risk factors) dan faktor ektrinsik (Healthcare

factors related to falls) seperti yang dijelaskan berikut :

1. Faktor Intrinsik (Patient-Related Risk Factors)

Faktor risiko yang berasal dari dalam tubuh pasien biasanya berasal dari penyakit yang

menyertai pasien seperti :

 Gangguan sensori dan Gangguan neurologi Gangguan sensori dapat menurunkan

kemampuan seseorang dalam menilai dan mengantisipasi bahaya yang terdapat

dilingkunganya. Gangguan ini biasa terjadi pada golongan usia dewasa-tua dimana

perlemahan dan memburuknya pengelihatan karena usia secara signifikan dapat

meningkatkan risiko dari jatuh. Hasil studi yang dilakukan Skalska et al., pada

golongan umur responden (55-59 dan > 65 tahun) didapatkan hasil insiden jatuh yang

4
tinggi memiliki hubungan dengan gangguan pengelihatan dan pendengaran, dengan

kata lain semakin tinggi gangguan pengelihatan dan pendengaran yang dialami maka

semakin tinggi pula risiko jatuh yang terjadi. Pasien dengan gangguan neurologi

seperti pingsan dan penurunan kesadaran dapat menyebabkan pasien mendadak jatuh

sehingga pasien perlu dibutuhkan pengawasan dan observasi khusus secara terus-

menerus.

 Gangguan kognitif Dimensia, delirium, dan penyakit perkinson memiliki hubungan

yang jelas dengan risiko terjadinya jatuh terutama saat perilaku agitasi dan

berkeliaran muncul. Selain itu penurunan kognitif dan kognisi secara umum dapat

mempercepat risiko jatuh pada pasien dewasa tua tanpa penyakit delirium atau tanpa

penyakit dimensia (Feil dan Gardner, 2012).

 Gaya berjalan dan Gangguan keseimbangan Gangguan berjalan dan keseimbangan

sangat sering terjadi pada lansia karena proses alami dari penuaan. Proses tersebut

menyebabkan penurunan kekuatan otot, gangguan keseimbangan, dan penurunan

kelenturan sendi. Selain proses penuaan riwayat berjalan berjongkok dan

mengunakan tongkat juga dapat meningkatkan risiko 24 dari jatuh, penyakit stroke

dapat menjadi salah satu penyebab gangguan keseimbangan, hal tersebut karena

pasien mengalami kelumpuhan sehingga mengakibatkan pasien sulit berjalan atau

bergerak

 Gangguan urinaria Gangguan ini dapat menyebabkan pasien lebih sering keluar-

masuk menuju kamar mandi, sehingga meningkatkan risiko jatuh pada pasien. Contoh

gangguan urinaria adalah : menurunkan gejala saluran kemih pada pria, inkontinesia

5
urinaria yang bersifat neurologis, dan gejala saluran kemih pada perempuan (NICE,

2017).

 Pengobatan Banyak pasien tidak memahami pemakaian berbagai macam obat dapat

meningkatkan risiko jatuh. Pasien dengan pemakaian obat antihipertensi dan

psikiatrik lebih sering terjadi jatuh (Majkusova & Jarosova, 2014). Pengobatan

kardiovasikular seperti deutetik dan antihipertensi dapat mengakibatkan efek samping

hipotensi yang dapat menyebabkan pasien jatuh.

2. Faktor Ektrinsik (Healthcare Factors Related to Falls)

Faktor ini sebagian besar terjadi karena kondisi bahaya dari lingkungan atau tempat

atau ruangan di mana pasien dirawat, seperti :

 Kondisi lingkungan pasien Pencahayaan ruangan yang kurang terang, lantai licin,

tempat berpegangan yang tidak kuat atau tidak stabil atau terletak dibawah,

tempat tidur yang tinggi, WC yang rendah atau berjongkok, obat-obatan yang

diminum dan alat-alat bantu berjalan dapat meningkatkan risiko dari jatuh

(Darmojo, 2004).

 Lampu panggilan dan Alarm kursi atau tempat tidur Lampu panggilan dan alarm

kursi atau tempat tidur berperan penting dalam pencegahan pasien jatuh karena

pasien yang ingin menuju kamar mandi dapat memberitahu perawat melalui alarm

yang tersedia untuk segera dibantu.

 Tenaga profesional kesehatan dan sistem pelayanan Selain kondisi lingkungan

yang membahayakan pasien, sistem dari pelayanan kesehatan juga berpengaruh

terhadap terjadinya pasien jatuh. Severo et al (2014), menyebutkan salah faktor

6
ektrinsik jatuh adalah tatanan 26 rumah sakit dan proses kesehatan profesional

kesehatan khususnya dalam keperawatan.

 Dampak Pasien Jatuh Banyak dampak yang disebabkan karena insiden dari jatuh

contoh dampak pasien jatuh sebagai berikut :

1) Dampak Fisiologis Dampak fisik yang disebabkan oleh jatuh berupa lecet,

memar, luka sobek, fraktur, cidera kepala, bahkan dalam kasus yang fatal

jatuh dapat mengakibatkan kematian.

2) Dampak Psikologis Jatuh yang tidak menimbulkan dampak fisik dapat

memicu dampak psikologis seperti; ketakutan, anxiety, distress, depresi, dan

dapat mengurangi aktivitas fisik (Miake-Lye et al, 2013).

3) Dampak finansial Pasien yang mengalami jatuh pada unit rawat inap dapat

menambah biaya perawatan, hal tersebut karena jatuh dapat menyebabkan

luka pada pasien.

b) MANUSIA

Patient safety atau keselamatan pasien di Indonesia  menjadi salah satu indikator

pelayanan kesehatan, diatur dalam pasal 43 Undang-Undang No. 44 Tahun 2009

tentang Rumah Sakit dan untuk kepentingan pelaksanaannya maka ditetapkannya

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 tentang  Keselamatan Pasien yang

merupakan penyempurnaan dari Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

1691/MENKES/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit dengan

menganalisa perkembangan dan kebutuhan pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan.

7
Kebijakan Pengaturan Keselamatan Pasien bertujuan untuk meningkatkan mutu

pelayanan pada fasilitas layanan kesehatan melalui penerapan manajemen risiko dalam

seluruh aspek pelayanan yang disediakan.

Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu ditangani

segera di fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia maka diperlukan standar

keselamatan pasien yang merupakan acuan bagi fasilitas pelayanan kesehatan di

Indonesia dalam melaksanakan kegiatannya. Sasaran Keselamatan Pasien menjadi syarat

yang harus diterapkan di semua pelayanan kesehatan dalam hal ini Rumah Sakit dan

menjadi standar akreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini

mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety

(2007) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI

(KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission International (JCI).

Pemimpin yang efektif diajak untuk menunjukkan keterlibatannya secara aktif

terhadap pasien dan staf untuk meningkatkan perawatan pasien yang lebih aman. Staf

keperawatan memainkan peran penting sebagai pemimpin dalam tatanan klinis, mereka

memahami masalah keamanan pasien, memanfaatkan sumber daya dan memberikan

solusi terhadap permasalahan keselamatan pasien.

Human Factors In Patient Safety Model yang dikembangkan oleh Royal College Of

Nursing (RCN) adalah model yang disarankan untuk mengadopsi perspektif sistem

keselamatan pada dunia keperawatan  dengan mempertimbangkan berbagai faktor

kontekstual yang berhubungan dengan manusia dalam sistem untuk mempengaruhi

kinerja perawat. Faktor manusia di definisikan sebagai disiplin ilmiah bukan kumpulan

faktor tentang manusia, yang dapat mempengaruhi perilaku yang mengakibatkan

8
kesalahan pada pasien. Faktor manusia menghasilkan faktor langsung berupa tindakan

atau kelalaian yang mempengaruhi praktik keperawatan, sehingga berpotensi untuk

memperbaiki hal-hal yang memperburuk Sistem & Budaya melalui intervensi perbaikan

sistem dan budaya (RCN,2014). Analisis sistem faktor manusia menyediakan cara untuk

mengidentifikasi di mana potensi kesalahan yang mungkin timbul.

Manfaat menerapkan Human Factors In Patient Safety Model bagi seorang pemimpin

di tatanan keperawatan adalah dapat memahami  mengapa staf membuat kesalahan dan

faktor mana yang mengancam keselamatan pasien, memperbaiki budaya keselamatan tim

dan organisasi, meningkatkan kerja tim dan memperbaiki komunikasi antar staf,

memperbaiki disain sistem dan peralatan dalam menunjang mutu pemberian asuhan

keperawatan, mengidentifikasi apa yang 'salah' dan memprediksi apa yang 'bisa salah' dan

yang penting selanjutnya adalah menganalisa bagaimana alat tertentu dapat membantu

mengurangi kemungkinan bahaya pada pasien (Patient Safety First, 2010).

2.3 CARA UNTUK MENINGKATKAN PATIENT SAFETY 

a. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip

Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM),yang membingungkan staf

pelaksana adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat

(medication error) dan ini merupakan suatu keprihatinan di seluruh dunia. Dengan

puluhan ribu obat yang ada saat ini di pasar, maka sangat signifikan potensi terjadinya

kesalahan akibat bingung terhadap nama merek atau generik serta kemasan. Solusi

NORUM ditekankan pada penggunaan protokol untuk pengurangan risiko dan

9
memastikan terbacanya resep, label, atau penggunaan perintah yang dicetak lebih dulu,

maupun pembuatan resep secara elektronik.

Pastikan Identifikasi Pasien.

Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi pasien secara benar

sering mengarah kepada kesalahan pengobatan, transfusi maupun pemeriksaan;

pelaksanaan prosedur yang keliru orang; penyerahan bayi kepada bukan keluarganya,

dsb. Rekomendasi ditekankan pada metode untuk verifikasi terhadap identitas pasien,

termasuk keterlibatan pasien dalam proses ini; standardisasi dalam metode identifikasi di

semua rumah sakit dalam suatu sistem layanan kesehatan; dan partisipasi pasien dalam

konfirmasi ini; serta penggunaan protokol untuk membedakan identifikasi pasien dengan

nama yang sama.

Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima / Pengoperan Pasien.

Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan pasien antara unit-unit

pelayanan, dan didalam serta antar tim pelayanan, bisa mengakibatkan terputusnya

kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat, dan potensial dapat

mengakibatkan cedera terhadap pasien. Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki pola

serah terima pasien termasuk penggunaan protokol untuk mengkomunikasikan informasi

yang bersifat kritis; memberikan kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya dan

menyampaikan pertanyaan-pertanyaan pada saat serah terima,dan melibatkan para

pasien serta keluarga dalam proses serah terima.

b. Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar

Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat dicegah. Kasus-kasus

dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh yang salah

10
sebagian besar adalah akibat dan miskomunikasi dan tidak adanya informasi atau

informasinya tidak benar. Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap kesalahan-

kesalahan macam ini adalah tidak ada atau kurangnya proses pra-bedah yang

distandardisasi. Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-jenis kekeliruan yang

tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi prapembedahan; pemberian tanda pada

sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan melaksanakan prosedur; dan adanya tim

yang terlibat dalam prosedur’Time out” sesaat sebelum memulai prosedur untuk

mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi yang akan dibedah.

c. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated)

Sementana semua obat-obatan, biologics, vaksin dan media kontras memiliki

profil risiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya adalah

berbahaya. Rekomendasinya adalah membuat standardisasi dari dosis, unit ukuran dan

istilah; dan pencegahan atas campur aduk / bingung tentang cairan elektrolit pekat yang

spesifik.

Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan.

Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi / pengalihan. Rekonsiliasi

(penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang didesain untuk mencegah

salah obat (medication errors) pada titik-titik transisi pasien. Rekomendasinya adalah

menciptakan suatu daftar yang paling lengkap dan akurat dan seluruh medikasi yang

sedang diterima pasien juga disebut sebagai “home medication list”, sebagai

perbandingan dengan daftar saat admisi, penyerahan dan / atau perintah pemulangan

bilamana menuliskan perintah medikasi; dan komunikasikan daftar tsb kepada petugas

layanan yang berikut dimana pasien akan ditransfer atau dilepaskan.

11
Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube).

Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain sedemikian rupa agar

mencegah kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) yang bisa

menyebabkan cedera atas pasien melalui penyambungan spuit dan slang yang salah,

serta memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru. Rekomendasinya

adalah menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi secara detail / rinci bila sedang

mengenjakan pemberian medikasi serta pemberian makan (misalnya slang yang benar),

dan bilamana menyambung alat-alat kepada pasien (misalnya menggunakan sambungan

& slang yang benar).

d. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai

Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran dan HIV, HBV, dan

HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari jarum suntik. Rekomendasinya

adalah penlunya melarang pakai ulang jarum di fasilitas layanan kesehatan; pelatihan

periodik para petugas di lembaga-lembaga layanan kesehatan khususnya tentang prinsip-

pninsip pengendalian infeksi,edukasi terhadap pasien dan keluarga mereka mengenai

penularan infeksi melalui darah;dan praktek jarum sekali pakai yang aman.

e. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan lnfeksi

Nosokomial

Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia

menderita infeksi yang diperoleh di rumah-rumah sakit. Kebersihan Tangan yang efektif

adalah ukuran preventif yang pimer untuk menghindarkan masalah ini. Rekomendasinya

adalah mendorong implementasi penggunaan cairan “alcohol-based hand-rubs” tersedia

pada titik-titik pelayan tersedianya sumber air pada semua kran, pendidikan staf

12
mengenai teknik kebarsihan taangan yang benar mengingatkan penggunaan tangan

bersih ditempat kerja; dan pengukuran kepatuhan penerapan kebersihan tangan melalui

pemantauan / observasi dan tehnik-tehnik yang lain.

2.4 PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI

A. PENGERTIAN

Obat yang Perlu Diwaspadai (High-Alert Medications) adalah sejumlah obat-

obatan yang memiliki risiko tinggi menyebabkan bahaya yang besar pada pasien jika

tidak digunakan secara tepat (drugs that bear a heightened risk of causing significant

patient harm when they are used in error (ISMP - Institute for Safe Medication Practices).

Obat yang Perlu Diwaspadai (High-Alert Medications) merupakan obat yang

persentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadinya kesalahan / error dan / atau kejadian

sentinel (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak

diinginkan (adverse outcome) termasuk obat-obat yang tampak mirip (nama Obat, rupa

dan ucapan mirip / NORUM, atau Look-Alike Sound-Alike/LASA), termasuk pula

elektrolit konsentrasi tinggi. Jadi, obat yang perlu diwaspadai merupakan obat yang

memerlukan kewaspadaan tinggi, terdaftar dalam kategori obat berisiko tinggi, dapat

menyebabkan cedera serius pada pasien jika terjadi kesalahan dalam penggunaan.

B. TUJUAN

 Memberikan pedoman dalam manajemen dan pemberian obat yang perlu

diwaspadai (high-alert medications) sesuai standar pelayanan farmasi dan

keselamatan pasien rumah sakit.

 Meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit.

13
 Mencegah terjadinya sentinel event atau adverse outcome.

 Mencegah terjadinya kesalahan / error dalam pelayanan obat yang perlu diwaspadai

kepada pasien.

 Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

C. OBAT YANG PERLU DIWASPADAI

Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang mengandung risiko yang meningkat

bila kita salah menggunakan dan dapat menimbulkan kerugian besar pada pasien. Obat

yang perlu diwaspadai terdiri atas

 Obat risiko tinggi, yaitu obat yang bila terjadi kesalahan (error) dapat

menimbulkan kematian atau kecacatan seperti, insulin, heparin, atau

kemoterapeutik

 Obat yang nama, kemasan, label, penggunaan klinik tampak/kelihatan sama (look

alike), bunyi ucapan sama (sound alike), seperti Xanax dan Zantac atau

hydralazine dan hydroxyzine atau disebut juga nama obat rupa ucapan mirip

(NORUM)

 Elektrolit konsentrat seperti potasium klorida dengan konsentrasi sama atau lebih

dari 2mEq/ml, potasium fosfat dengan konsentrasi sama atau lebih besar dari 3

mmol/ml, natrium klorida dengan konsentrasi lebih dari 0,9% dan magnesium

sulfat dengan konsentrasi 20%, 40%, atau lebih.

Ada banyak obat yang termasuk dalam kelompok NORUM. Nama-nama yang

membingungkan ini umumnya menjadi sebab terjadi medication error diseluruh dunia.

Penyebab hal ini adalah :

1) Pengetahuan tentang nama obat yang tidak memadai

14
2) Ada produk baru

3) Kemasan dan label sama

4) Indikasi klinik sama

5) Bentuk, dosis, dan aturan pakai sama

6) Terjadi salah pengertian waktu memberikan perintah.

Daftar obat yang perlu diwaspadai (high alert medication) tersedia di berbagai organisasi

kesehatan seperti the World Health Organization (WHO) dan Institute for SafeHeatlh

Medication Practices(ISMP), diberbagai kepustakaan, serta pengalaman rumah sakit dalam

hal KTD atau kejadian sentinel. Isu tentang penggunaan obat adalah pemberian yang salah

atau ketidak sengajaan menggunakan elektrolit konsentrat. Contohnya, potasium klorida

dengan konsentrasi sama atau lebih dari 2 mEq/ml, potasium fosfat dengan konsentrasi sama

atau lebih besar dari 3 mmol/ml, natrium klorida dengan konsentrasi lebih dari 0,9%, dan

magnesium sulfat dengan konsentrasi 20%, 40%, atau lebih

D. PRINSIP PEMBERIAN OBAT

Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar memberikan pil

untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh darah (parenteral), namun juga

mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut. Pengetahuan tentang manfaat

dan efek samping obat sangat penting dimiliki oleh perawat. Perawat memiliki peran yang

utama dalam meningkatkan dan mempertahankan kesehatan klien dengan mendorong klien

untuk lebih proaktif jika membutuhkan pengobatan. Perawat berusaha membantu klien dalam

membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap

obat yang dipesankan dan turut serta bertanggungjawab dalam pengambilan keputusa tentang

pengobatan bersama dengan tenaga kesehatan lain. Perawat dalam memberikan obat juga

15
harus memperhatikan resep obat yang diberikan harus tepat, hitungan yang tepat pada dosis

yang diberikan sesuai resep dan selalu menggunakan Prinsip 12 Benar, yaitu:

a. Benar Obat

Sebelum mempersiapkan obat ketempatnya perawat harus memperhatikan

kebenaran obat sebanyak 3 kali yaitu ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan

obat, saat obat diprogramkan, dan saat mengembalikan ketempat penyimpanan. Jika

labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian

farmasi. Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang

yang asing harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk

menanyakan nama generik atau kandungan obat. Jika pasien meragukan obatnya, perawat

harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu

diberikan. Ini membantu perawat mengingat nama obat dan kerjanya.

b. Benar Dosis

Untuk menghindari kesalahan pemberian obat, maka penentuan dosis harus

diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi alat

tetes, gelas ukur, spuit atau sendok khusus, alat untuk membelah tablet dan lain-lain

sehingga perhitungan obat benar untuk diberikan kepada pasien.

 Dosis yang diberikan klien sesuai dengan kondisi klien

 Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang

bersangkutan

 Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis yang akan

diberikan, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: tersedianya obat dan

16
dosis obat yang diresepkan/diminta, pertimbangan berat badan klien (mg/KgBB/hari),

jika ragu-ragu dosisi obat harus dihitung kembali dan diperiksa oleh perawat lain

 Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu

c. Benar Pasien

Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan

dengan cara mengidentifikasi kebenaran obat dengan mencocokkan nama, nomor

register, alamat dan program pengobatan pada pasien.

 Klien berhak untuk mengetahui alasan obat

 Klien berhak untuk menolak penggunaan sebuah obat

 Membedakan klien dengan dua nama yang sama

d. Benar Cara Pemberian

Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang

menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan

respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan.

Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.

 Oral adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena

ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut

(sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.

 Parenteral. Kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti

usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui

vena (perset / perinfus).

 Topikal yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep,

losion, krim, spray, tetes mata.

17
 Rektal. Obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan

mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal

seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang

(stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan

pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan

dalam bentuk supositoria.

 Inhalasi yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki

epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian

obat secara lokal pada salurannya.

e. Benar Waktu

Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang dprogramkan,

karena berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat.

 Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan

 Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari. Misalnya seperti dua

kali sehari, tiga kali sehat, empat kali sehari dan 6 kali sehari sehingga kadar obat

dalam plasma tubuh dapat dipertimbangkan

 Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t ½ ). Obat yang mempunyai

waktu paruh panjang diberikan sekali sehari, dan untuk obat yang memiliki waktu

paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu tertentu

 Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum atau sesudah makan atau

bersama makanan

 Memberikan obat obat-obat seperti kalium dan aspirin yang dapat mengiritasi mukosa

lambung bersama-sama dengan makanan

18
 Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah dijadwalkan

untuk memeriksa diagnostik, seperti tes darah puasa yang merupakan kontraindikasi

pemeriksaan obat

f. Benar Dokumentasi

Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh

siapa obat itu diberikan. Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di

rumah sakit. Dan selalu mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah

diberikan serta respon klien terhadap pengobatan.

g. Benar Pendidikan Kesehatan Perihal Medikasi Klien

Perawat mempunyai tanggungjawab dalam melakukan pendidikan kesehatan pada

pasien, keluarga dan masyarakat luas terutama yang berkaitan dengan obat seperti

manfaat obat secara umum, penggunaan obat yang baik dan benar, alasan terapi obat dan

kesehatan yang menyeluruh, hasil yang diharapkan setelah pembeian obat, efek samping

dan reaksi yang merugikan dari obat, interaksi obat dengan obat dan obat dengan

makanan, perubahan-perubahan yang diperlukan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari

selama sakit, dan sebagainya.

h. Hak Klien Untuk Menolak

Klien berhak untuk menolak dalam pemberian obat. Perawat harus memberikan

Inform consent dalam pemberian obat.

i. Benar Pengkajian

Perawat selalu memeriksa TTV (Tanda-tanda vital) sebelum pemberian obat.

j. Benar Evaluasi

Perawat selalu melihat/memantau efek kerja dari obat setelah pemberiannya.

19
k. Benar Reaksi Terhadap Makanan

Obat memiliki efektivitas jika diberikan pada waktu yang tepat. Jika obat itu

harus diminum sebelum makan (ante cimum atau a.c) untuk memperoleh kadar yang

diperlukan harus diberi satu jam sebelum makan misalnya tetrasiklin, dan sebaiknya ada

obat yang harus diminum setelah makan misalnya indometasin.

l. Benar Reaksi Dengan Obat Lain

Pada penggunaan obat seperti chloramphenicol diberikan dengan omeprazol

penggunaan pada penyakit kronis.

E. IDENTIFIKASI AREA YANG MEMBUTUHKAN ELEKTROLIT KONSENTRAT

Berdasarkan pelayanan medis yang diberikan kepada pasien maka unit yang dinilai

membutuhkan penempatan elektrolit konsentrat tinggi di unit pelayanan hanya ada di :

a. ICU

b. UGD

c. Kamar operasi

o Elektrolit tersebut tidak boleh ada di ruang perawatan, kecuali diruang tersebut di

atas, dengan syarat tersimpan di tempat terpisah, akses terbatas, jumlah terbatas, dan

diberi label yang jelas untuk menghindari penggunaan yang tidak sengaja, dan diberi

label “harus diencerkan sebelum digunakan”.

o Peresepan , penyimpanan, penyiapan, pemberian elektrolit konsentrat di ruang

tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku tentang manajemen obat yang perlu

diwaspadai (high-alert-medication).

20
F. PERESEPAN DAN INSTRUKSI MEDIS

1) Penulisan resep untuk obat yang termasuk kelompok obat yang perlu diwaspadai

(High-Alert Medications) harus sesuai dengan ketentuan penulisan resep yang baku

serta beberapa hal penting berikut :

 Dokter memeriksa kelengkapan dan ketepatan resep  penulisan resep, indikasi,

ketepatan obat, dosis,rute pemberian.

 Penulisan obat yang termasuk kelompok obat LASA/NORUM harus

menggunakan huruf kapital semuaserta mencantumkan dengan jelas dosis dan

satuan obat. Contoh IR 15 IU seharusnya dituliskan IR 15 International Unit.

 Instruksi lisan hendaknya dihindari, jika sangat terpaksa diperbolehkan dalam

keadaan emergensi yang diatur sesuai dengan pedoman komunikasi efektif

dengan tekhnik SBAR.

 Apoteker atau Asisten Apoteker yang menerima resep, harus melakukan

konfirmasi jika terdapat penulisan yang tidak sesuai (nama obat/sediaan, satuan,

dll).

2) Penulisan instruksi terapi oleh dokter dan perawat di rekam medis (catatan

terintegrasi) juga sesuai dengan penulisan resep, yaitu:

 Ditulis huruf capital

 Satuan tertentu harus ditulis lengkap

 Dosis dan pemberian harus ditulis jelas

 Pemberian elektrolit konsentrat hendaknya memberikan penjelasan untuk

mengingatkan perawat tentang dosis dan cara pemberiannya

21
3) Satuan obat harus ditulis lengkap

Missal : IU harus ditulis International Unit

G. PENYIMPANAN

1) Lokasi penyimpanan

Lokasi penyimpanan obat yang perlu diwaspadai berada di logistik farmasi dan

pelayanan farmasi, khusus untuk elektrolit konsentrasi tinggi terdapat juga di unit

pelayanan, yaitu ICU, UGD, kamar operasi dalam jumlah yang terbatas. Obat

disimpan sesuai dengan kriteria penyimpanan perbekalan farmasi, utamanya dengan

memperhatikan jenis sediaan obat (rak/kotak penyimpanan,lemari pendingin), sistem

FIFO dan FEFO serta ditempatkan sesuai ketentuan obat “High Alert”.

2) Penyimpanan elektrolit konsentrat tinggi

 Asisten apoteker (logistik farmasi / pelayanan farmasi) yang menerima obat

segera memisahkan obat yang termasuk kelompok obat yang (High Alert) sesuai

Daftar Obat High Alert

 Tempelkan stiker merah bertuliskan (High Alert) pada setiap kemasan obat high

alert

 Berikan selotip merah pada sekeliling tempat penyimpanan obat high alert yang

terpisah dariobat lain.

3) Penyimpanan obat LASA (Look Alike)

 Look Alike Sound Alike) merupakan sebuah peringatan (warning) untuk

keselamatan pasien(patient safety ) : obat-obatan yang bentuk / rupanya mirip dan

pengucapannya / namanya mirip tidak boleh diletakkan berdekatan.

22
 Walaupun terletak pada kelompok abjad yang sama harus diselingi dengan

minimal (dua) obat dengan kategori LASA diantara atau ditengahnya.+

 Biasakan mengeja nama obat dengan kategori LASA saat memberi/menerima

instruksi.

4) Pemberian Label

Label untuk obat yang perlu diwaspadai dapat dibedakan menjadi dua jenis:

 “HIGH ALERT” untuk elektrolit konsentrasi tinggi, jenis injeksi atau infus

tertentu, misalnya heparin, insulin, dll.

Penandaan obat High Alert dilakukan dengan stiker (High Alert Double Check) pada

obat.

 “LASA” untuk obat-obat yang termasuk kelompok LASA/NORUM

 Obat kategori Look Alike Sound Alike diberikan penanda dengan stiker

LASA pada tempat penyimpanan obat.

 Apabila obat dikemas dalam paket untuk kebutuhan pasien, maka diberikan

tanda LASA pada kemasan primer obat.

5) Penyiapan obat High Alert

 Apoteker, Asisten Apoteker memberi memverifikasi resep obat high alert sesuai

Pedoman Pelayanan farmasi penangananHigh Alert

 Garis bawahi setiap obat high alert pada lembar resep dengan tinta merah.

 Jika apoteker tidak ada di tempat, maka penanganan obat high alert dapat

didelegasikanpada asisten apoteker yang sudah ditentukan.

 Dilakukan pemeriksaan kedua oleh petugas farmasi yang berbeda sebelum obat

diserahkankepada perawat.

23
 Petugas farmasi pertama dan kedua, membubuhkan tanda tangan dan nama jelas

di bagian belakang resep sebagai bukti telah dilakukan double check.

 Obat diserahkan kepada perawat/pasien disertai dengan informasi yang memadai

dan menandatangani buku serah terima obat rawat inap.

6) Cara Pencegahan Obat yang Perlu diwaspadai (High Alert) di riang perawatan:

 KCL 7,46% injeksi (konsentasi sediaan yang ada adalah 1mEq = 1 ml) Nacl 3%

injeksi intravena diberikan melalui vena sentral dengan kecepatan infuse tidak

lebih dari 100mL/jam.

 Natrium Bicarbonat (Meylone vial 8,4%) injeksi harus diencerkan sebelum

digunakan.

7) Cek 7 benar obat pasien

 Benar obat

 Benar waktu dan frekuensi pemberian

 Benar dosis

 Benar rute pemberian

 Benar identitas pasien

- nama

- nomor rekam medis

- umur, tanggal lahir pasien

- alamat rumah

- DPJP

 benar informasi

 benar dokumentasi

24
8) Pemberian obat yang perlu diwaspadai (high Alert) di ruang perawatan

 Sebelum perawat memberikan obat high alert  kepada pasien maka perawat lain

harusmelakukan pemeriksaan kembali (double check ) secara independen

 kesesuaian antara obat dengan rekam medik/instruksi dokter.

 ketepatan perhitungan dosis obat.

 Identitas pasien.

 Obat high alert infus harus dipastikan

 ketepatan kecepatan pompa infus (infuse pump).

 Jika obat lebih dari satu, tempelkan label nama obat pada syringe pump dan

disetiap ujung selang.

 Obat high alert elektrolit konsentrasi tinggi harus diberikan sesuai perhitungan

standar yang telah berlaku, yang berlaku disemua ruang perawatan

 Setiap kali pasien pindah ruang rawat, perawat pengantar menjelaskan kepada

perawat penerima pasien bahwa pasien mendapatkan obat high alert, dan

menyerahkan formulir pencatatan obat

 Dalam keadaan emergency yang dapat menyababkan pelabelan dan tindak

pencegahan terjadinya kesalahan obat high alert dapat mengakibatkan

tertundanya pemberian terapi dan memberikan dampak yang buruk pada

pasien, maka dokter dan perawat harus memastikan terlebih dahulu keadaan

klinis pasien yang membutuhkan terapi segera (cito) sehingga double check

dapat tidak dilakukan, namun sesaat sebelum memberikan obat, perawat harus

menyebut secara lantang semua jenis obat yang diberikan kepada pasien

25
sehingga diketahui dan didokumentasikan dengan baik oleh perawat yang

lainnya.

9) Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan

 Setiap depo farmasi, ruang rawat, poliklinik harus memiliki daftar obat high alert.

 Setiap tenaga kesehatan harus mengetahui penanganan khusus untuk obat high

alert

 Prosedur peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai dilakukan mulai dari

peresepan, penyimpanan, penyiapan di farmasi dan ruang perawatan dan

pemberian obat.

 Obat high alert disimpan di tempat terpisah, akses terbatas, diberi label High

Alert.

 Pengecekan dengan dua (2) orang petugas yang berbeda untuk menjamin

kebenaran obat high alert yang digunakan.

 Tidak menyimpan obat kategori kewaspadaan tinggi di meja dekat pasien tanpa

pengawasan

BAB III
26
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Setiap tindakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien sudah

sepatutnya memberi dampak positif dan tidak memberikan kerugian bagi pasien. Oleh

karena itu, rumah sakit harus memiliki standar tertentu dalam memberikan pelayanan

kepada pasien. patient safety adalah bebas dari cidera aksidental atau menghindarkan

cidera pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan. Jadi, dalam pasient

safety pengaruh faktornya ada dari lingkungan dan manusia nya sendiri.

Cara untuk meningkatkan pasient safety yaitu : Perhatikan Nama Obat, Rupa dan

Ucapan Mirip, Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar, Kendalikan

Cairan Elektrolit Pekat (concentrated), Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai dan Tingkatkan

Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan lnfeksi Nosokomial. Obat yang

Perlu Diwaspadai (High-Alert Medications) adalah sejumlah obat-obatan yang memiliki

risiko tinggi menyebabkan bahaya yang besar pada pasien jika tidak digunakan secara tepat

(drugs that bear a heightened risk of causing significant patient harm when they are used in

error (ISMP - Institute for Safe Medication Practices). Jadi, obat yang perlu diwaspadai

merupakan obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi, terdaftar dalam kategori obat

berisiko tinggi, dapat menyebabkan cedera serius pada pasien jika terjadi kesalahan dalam

penggunaan.

Prinsip Perawat dalam memberikan obat juga harus memperhatikan resep obat

yang diberikan harus tepat, hitungan yang tepat pada dosis yang diberikan sesuai resep dan

selalu menggunakan Prinsip 12 Benar, yaitu Benar pasien, benar obat, benar dosis, benar

cara pemberian, benar waktu, benar dokumentasi, benar pengkajian, benar hak klien untuk

27
menolak, benar pendidikan kesehatan perihal medikasi klien, benar reaksi obat dengan obat

lain, benar reaksi obat dengan makanan lain dan benar evaluasi.

3.2 SARAN

Kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari kata sempurna, kedepannnya

penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan

sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan

28

Anda mungkin juga menyukai