1. MUHAMMAD IKHSAN
2. IRAWATI
3. EMIZAR
4. YENNI MARTA
6. MASYITAH
7. MIRA WATI
8. SUSI YASMI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
dengan menggabungkan obat herbal dengan pengobatan konvensional
untuk mengatasi suatu penyakit secara optimal. .
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan Khusus
3
D. Manfaat
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI KOMPLEMENTER
5
yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun –
temurun pada suatu negara. Tapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia
bisa dikategorikan sebagai pengobatan komplementer.
6
Jenis pelayanan pengobatan komplementer – alternatif berdasarkan
Permenkes RI Nomor : 1109/Menkes/Per/2007 adalah :
7
seperti obat – obatan tradisional cina dan ayurweda, yang berasal
dari india, dan jamu dari Indonesia, sangat menarik untuk mencatat
bahwa meskipun dianggap sebagai praktik alternative hingga
pengobatan konvensional, banyak dari sistem tersebut terutama
sistem yang berasal dari timur mendahului beberapa ribu tahun dari
sistem medis barat saat ini.
8
sendiri, seperti tekanan otot yang seringkali dikaitkan dengan
migrain. Pendekatan pikiran tubuh juga akan membantu anda
untuk mempelajari bagaiaman mengatur respon fisik anda sendiri,
seperti tekanan otot yang seringkalai dikaitkan dengan migrain.
Pendekatan pikiran tubuh sangat aman dan diterima dengan luas
sebagai bagian penting dari pengobatan migrain dan sakit kepala.
Contoh dari praktik pikiran tubuh termasuk biofeedback
(penggunaan alat-alat yang memakai listrik untuk mengubah fungsi
tubuh seperti detak jantung, tekanan otot agar mencapai relaksasi),
Meditasi (proses memfokusan perhatian untuk meningkatkan
kesadaran) relaksasi, tehnik pernafasan ( beragam tehniks yang
menggunakan pola bernafas untuk mencapai relaksasi) hypnosis
(ragam tehnik untuk mendorong kondisi kesadaran untuk mencapai
relaksasi dan sugesti diri), gambaran yang terarah (penggunaan
gambar dalam pikiran, visualisasi dan imajinasi untuk
meningkatkan penyembuhan atau perubahan kesehatan emosi dan
prilaku) yoga (sebuah ilmu yang mempromosikan kesehatan fisik,
emosi dan spiritual melalui latihan postur, peregangan, pernafasan,
dan meditasi) dan visualisasi kreatif (penggnaan gambar visual
dalam pikiran untuk meningkatkan relaksasi, penyembuhan, dan
perubahan dalam kesehatan dan prilaku)
9
keamananya. Resiko efek emrugikan dari praktik ini dianggap
tinggi dibandingkan pendekatan Pengobatan Komplementer
lainnya, sehingga peringatan harus digunakan ketika menggunakan
produk apa pun atau bahan alami tanpa persetujuan dari dokter
anda.
5. Terapi Energi
10
Kategori pendekatan ini berdasarkan konsep dari kekuatan energi,
bias berasal dari tubuh manusia ataupun kekuatan spiritual, yang
dapat dimanipulasi atau disalurkan untuk memfasilitasi respon
penyembuhan. Banyak dari konsep tersebut berasal dari dasar
praktik penyembuhan kuno yang mistik. Pendekatan ini semakin
popular dan meskipun ada beberapa risiko merugikan dalam
praktiknya ; efek terapi tersebut seccara spesifik belum bias diukur
secara objektif. Contoh termasuk sentuhan terapeutik,
penyembuhan melalui keyakinan dan spiritual, reiki (bentuk
pengobatan tradisional cina yang berdasarkan pada sentuhan
berbasis energi penyembuhan), Qi gong (terapi energi tradisional
cina dengan menggunakan gerakan, pernafasan, dan meditasi) dan
penggunaan magnet
C. DASAR HUKUM
11
Sementara itu, Keputusan Menkes RI No
1076/Menkes/SK/VII/2003 mengatur tentang penyelenggaraan
Pengobatan Tradisional. Di dalam peraturan tersebut diuraikan cara- cara
mendapatkan izin praktek pengobatan tradisional beserta syarat-
syaratnya. Khusus untuk obat herbal, pemerintah mengeluarkan
Keputusan Menkes RI Nomor 121 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan
Medik Herbal. Untuk terapi SPA (Solus Per Aqua) atau dalam bahasa
Indonesia sering diartikan sebagai terapi Sehat Pakai Air, diatur
dalamPermenkes RI No. 1205/ Menkes/Per/X/2004 tentang pedoman
persyaratan kesehatan pelayanan Sehat Pakai Air (SPA).
1. Jamu
a. Definisi Jamu
12
Jamu merupakan bahan obat alam yang sediannya masih berupa
simplisia sederhana, seperti irisan rimpang, daun atau akar kering.
Sedang khasiatnya dan keamanannya baru terbukti setelah
secara empiris berdasarkan pengalaman turun-temurun. Sebuah
ramuan disebut jamu jika telah digunakan masyarakat melewati 3
generasi. Artinya bila umur satu generasi rata-rata 60 tahun, sebuah
ramuan disebut jamu jika bertahan minimal 180 tahun. Sebagai
contoh, masyarakat telah menggunakan rimpang temulawak untuk
mengatasi hepatitis selama ratusan tahun. Pembuktian khasiat
tersebut baru sebatas pengalaman, selama belum ada penelitian
ilmiah yang membuktikan bahwa temulawak sebagai antihepatitis.
Jadi Curcuma xanthorriza itu tetaplah jamu. Artinya ketika
dikemas dan dipasarkan, prosuden dilarang mengklaim temulawak
sebagai obat. Selain tertulis "jamu", dikemasan produk tertera logo
berupa ranting daun berwarna hijau dalam lingkaran. Di pasaran
banyak beredar produksi kamu seperti Tolak Angin (PT. Sido
Muncul), Pil Binari (PT. Tenaga Tani Farma), Curmaxan dan
Diacinn (Lansida Herbal), dll.
b. Sejarah Jamu
13
sering disebut sebagai ramuan tradisional karena jamu memang
sudah dikenal sejak jaman nenek moyang sebelum ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan obat-obatan modern masuk
ke Indonesia. Kebanyakan resep racikan jamu berumur puluhan
atau bahkan ratusan tahun dan terus digunakan secara turun
temurun sampai sekarang ini.
14
Borobudur pada masa Kerajaan Hindu-Budha tahun 722 M, di
mana relief tersebut menggambarkan kebiasaan meracik dan
minum jamu untuk memelihara kesehatan. Bukti sejarah lainnya
yaitu penemuan prasasti Madhawapura dari peninggalan Kerajaan
Hindu-Majapahit yaitu adanya profesi “tukang meracik jamu” yang
disebut Acaraki.
15
Bentuk jamu pun tidak hanya bubuk/ powder tapi juga
berkembang, ada yang dibuat dalam bentuk pil. kapsul, kaplet,
maupun cair.
a. Definisi OHT
16
b. Logo Obat Herbal Terstandar :
3. Fito Farmaka
17
Dexa Medica), Rheumaneer PT. Nyonya Meneer), Tensigard
dan X-Gra (PT Phapros).
Itulah tiga kriteria produk bahan alam dan tahapan yang harus
dilalui oleh produsen obat bahan alam. Semua uji tersebut
ditempuh sebagai upaya menjamin keamanan konsumen.
Pengertian Fitofarmaka merupakan status tertinggi dari bahan
alami sebagai "obat ".Sebuah herbal terstandar dapat dinaikkan
kelasnya menjadi fitofarmaka setelah melalui uji klinis pada
manusia. Dosis dari hewan coba dikonversi ke dosis aman bagi
manusia. Dari uji itulah dapat diketahui kesamaan efek pada
hewan coba dan manusia. Bisa jadi terbukti ampuh ketika diuji
pada hewan coba, belum tentu ampuh juga ketika dicobakan
pada manusia.
Uji klinis terdiri atas single center yang dilakukan di
laboratorium penelitian dan multicenter di berbagai lokasi agar
lebih obyektif. Setelah lolos uji fitofarmaka, produsen dapat
mengklaim produknya sebagai obat. Namun demikian, klaim
tidak boleh menyimpang dari materi uji klinis sebelumnya.
Misalnya, ketika uji klinis hanya sebagai antikanker, produsen
dilarang mengklaim produknya sebagai anti kanker dan juga
anti diabetes.
18
deskripsi fitofarmaka menurut ilmu pengobatan yaitu sediaan
jamu-jamuan yang telah tersentuh oleh ilmu pengetahuan dan
teknologi modern.
Fitofarmaka telah melewati beberapa proses yang panjang
yang setara dengan obat-obatan modern,
diantaranya Fitofarmaka telah melewati standarisasi mutu, baik
dalam proses pembuatan hingga pengemasan produk, sehingga
dapat digunakan sesuai dengan dosis yang efektif dan tepat.
Selain itu sediaan fitofarmaka juga telah melewati beragam
pengujian yaitu uji preklinis seperti uji toksisitas, uji
efektivitas, dll dengan menggunakan hewan percobaan dan
pengujian klinis yang dilakukan terhadap manusia.
Kriteria Fitofarmaka
Kriteria yang harus dipenuhi Fitofarmaka, diantaranya :
Standar persyaratan mutu yang berlaku telah terpenuhi
calon fitofarmaka
Aman dan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pada
calon fitofarmaka
Khasiat yang dikalim pada produk tersebut bisa dibuktikan
secara ilmiah berdasarkan uji klinik pada calon fitofarmaka
Standarisasi terhadap bahan bakuyang digunakan dalam
produk telah dilakukan pada calon fitofarmaka
19
Proses pemilihan jenis bahan alam yang akan diteliti
sebagai calon fitofarmaka sesuai dengan skala prioritas
sebagai berikut:
Obat alami calon fitofarmaka yang diperkirakan dapat
sebagai alternative pengobatan untuk penyakit-penyakit
yang belum ada atau masih belum jelas pengobatannya.
Obat alami calon fitofarmaka yang berdasar
pengalaman pemakaian empiris sebelumnya dapat
berkhasiat dan bermanfaat
Obat alami calon fitofarmaka yang sangat diharapakan
berkhasiat untuk penyakit-penyakit utama
Ada/ tidaknya efek keracunan akut (single dose),
spectrum toksisitas jika ada, dan sistem organ yang
mana yang paling peka terhadap efek keracunan
tersebut (pra klinik, in vivo)
Ada/ tidaknya efek farmakologi calon fitofarmaka yang
mengarah ke khasiat terapetik (pra klinik in vivo)
2. Tahap biological screening calon fitofarmaka :
3. Tahap penelitian farmakodinamik calon fitofarmaka
Tahap ini adalah untuk melihat pengaruh
calon fitofarmaka terhadap masing-masing sistem biologis
organ tubuh,
Pra klinik, in vivo dan in vitro
Tahap ini dipersyaratkan mutlak, hanya jika diperlukan
saja untuk mengetahui mekanisme kerja yang lebih
rinci dari calon fitofarmaka.
Toksisitas ubkronis
Toksisitas akut
Toksisitas khas/ khusus
20
4. Tahap pengujian toksisitas lanjut (multiple doses) calon
fitofarmaka
5. Tahap pengembangan sediaan (formulasi) bahan calon calon
fitofarmaka
Mengetahui bentuk-bentuk sediaan yang memenuhi
syarat mutu, keamanan, dan estetika untuk pemakaian
pada manusia.
Tata laksana teknologi farmasi dalam rangka uji klinik
Teknologi farmasi tahap awal
Pembakuan (standarisasi): simplisia, ekstrak , sediaan
OA
Parameter standar mutu: bahanbakuOA, ekstrak,
sediaan OA
6. Tahap uji klinik pada manusia
Ada 4 fase yaitu:
Fase 1 : dilakukan pada sukarelawan sehat
Fase 2 : dilakukan pada kelompok pasien terbatas
Fase 3 : dilakukan pada pasien dengan jmlh yang lebih
besar dari fase 2
Fase 4: post marketing survailence, untuk melihat
kemungkinan efek samping yang tidak terkendali saat
uji pra klinik maupun saat uji klinik fase 1-3.
Beberapa contoh fitofarmaka, yang beredar diindonesia
diantaranya :
1. Rheumaneer® Nyonya Meneer
2. Stimuno® Dexa Medica
3. Nodiar® Kimia Farma
4. Tensigard®Phapros
5. X-Gra ® Phapros
21
Note: Untuk dapat disebut Fitofamaka, obat tersebut harus
melalui uji klinik yang diawali dari uji pre-klinik, uji klinik
fase I (20-50 orang), fase II (200-300 orang) some trials
combine Phase I and Phase II, and test both efficacy and
toxicity. Kemudian fase III (300–3.000 orang), fase 4 disebut
juga post marketing surveillance.
4. Food Suplemen
a. Pengertian
22
2) Mineral Mineral sangat dibutuhkan oleh tubuh terutama untuk
proses metabolisme. Mineral dibagi dalam 2 kelompok yaitu
mineral mikro (boron, kromium, kobalt, copper, flourida,
iodin, besi, mangan, molybdenum, selenium, silikon,
vanadium, seng) dan mineral makro (kalsium, fosfor, kalium,
natrium klorida, magnesium, sulfur).
23
mengendalikan respon tubuh terhadap rangsangan yang kita
terima).
24
3) Memenuhi kebutuhan tubuh akan komponen utama nutrisi
yang meliputi karbohidrat, lemak, asam lemak esensial,
protein, asam amino, air, vitamin, mineral, enzim, antioksidan,
karotenoid, flavonoid, alkaloid, dan fitoestrogen
25
Inggris atau bahasa Indonesia sehingga terbaca dengan jelas,
juga tercetak dengan menggunakan huruf latin. Sebab, ini bisa
membuktikan bahwa produk tersebut telah melewati ‘sensor'
pemerintah.
5. Tanaman Obat
a. Pengertian
26
Tanaman obat adalah Jenis-jenis tanaman yang memiliki fungsi
dan berkhasiat sebagai obat dan dipergunakan untuk penyembuhan
ataupun maupun mencegah berbagai penyakit, berkhasiat obat
sendiri mempunyai arti mengandung zat aktif yang bisa mengobati
penyakit tertentu atau jika tidak memiliki kandungan zat aktif
tertentu tapi memiliki kandungan efek resultan/ sinergi dari
berbagai zat yang mempunyai efek mengobati.
27
Disekeliling tempat tinggal kita banyak tumbuh jenis tanaman yang
bermanfaat untuk kesehatan manusia, karena itu masyarakat bisa
mengusahakan sendiri untuk mencoba menanam tanaman tersebut
di pekarangan. Contohnya seperti jenis tanaman sayur-sayuran,
tanaman obat-obatan dan tanaman buah-buahan yang bisa secara
langsung beguna bagi kehidupan masyarakat itu sendiri.
28
1) Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan
yangdigunakan sebagai jamu.
29
jamu-jamu yang beredar di komunitas yang diolah oleh industri-
industri. ada beberapa manfaat tumbuhan obat seperti:
30
31
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
32
4. Keputusan Menkes RI Nomor 121 Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Medik Herbal.
5. Permenkes RI No. 1205/ Menkes/Per/X/2004 tentang pedoman
persyaratan kesehatan pelayanan Sehat Pakai Air (SPA)
Macam – macam Keperawatan Komplementer Berbasis Biologis
adalah Jamu, Obat Herbal Tersrandar, Fitofarmaka, Food Suplemen, dan
Tanaman obat.
B. Saran
33