Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

KONSEP KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN


KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH
IRAWATI
1914201328

DOSEN PEMBIMBING :
Ns.MERA DELIMA,M.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU


KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
THN 2021
A.Pengertian Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan ini yakni : suatu bentuk koordinasi dan integrasi sumber-sumber
keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk dapat mencapai tujuan dan
obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan.
Manajemen Keperawatan yakni salah satu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh
pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta
mengawasi sumber – sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat
memberikan suatu pelayanan keperawatan yang efektif kepada pasien, keluarga dan
masyarakat. Manajemen keperawatan harus juga dapat diaplikasikan dalam suatu tatanan
pelayanan nyata, yaitu di Rumah Sakit dan Komunitas sehingga perawat perlu memahami
konsep dan aplikasi.

Konsep manajemen keperawatan pada suatu perencanaan berupa sebuah rencana strategi
melalui pendekatan yaitu pengumpulan data, analisa SWOT dan menyusun langkah-langkah
perencanaan, pelaksanaan secara operasional, khususnya dalam suatu pelaksanaan metoda
asuhan keperawatan, melakukan pengawasan dan pengadilan serta dokumentasi yang
lengkap.

Pengertian Manajemen Keperawatan Menurut Para Ahli


1. Nursalam (2007)
Manajemen Keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan
untuk dapat memberikan asuhan keperawatan secara profesional.
2. Kelly dan Heidental (2004)
Manajemen Keperawatan merupakan suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengawasan untuk dapat mencapai tujuan. Proses manajemen dibagi
menjadi lima tahap yaitu suatu perencanaan, pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan
dan pengendalian.
3. Swanburg (2000)
Manajemen Keperawatan adalah suatu kelompok dari perawat manajer yang mengatur
organisasi dan usaha keperawatan yang pada akhirnya manajemen keperawatan menjadi
sebuah proses dimana perawat manajer menjalankan profesi mereka. Manajemen
keperawatan ini memahami dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana serta mengelola
kegiatan keperawatan.

4. Gillies (1994)
Manajemen Keperawatan adalah salah satu proses kerja setiap perawat untuk memberikan
pengobatan dan kenyamanan terhadap pasien. Tugas manager keperawatan adalah untuk
merencanakan, mengatur, mengarahkan dan mengawasi keuangan yang ada, peralatan dan
sumber daya manusia untuk memberikan pengobatan yang efektif dan ekonomis kepada
pasien.
5. Anonim (2011)
Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional untuk dapat
merencanakan, mengatur dan menggerakkan karyawan dalam memberikan pelayanan
keperawatan sebaik-baiknya pada pasien melalui manajemen asuhan keperawatan.
Agar dapat memberikan suatu pelayanan keperwatan sebaik-baiknya kepada pasien,
diperluikan suatu standar yang akan digunakan baik sebagai target maupun alat pengontrol
pelayanan tersebut.
6. Suyanto (2009)
Manajemen Keperawatan adalah salah satu manajemen pelayanan kesehatan dan manajemen
asuhan keperawatan. Manajemen pelayanan keperawatan adalah suatu pelayanan di rumah
sakit yang dikelola oleh bidang perawatan melalui tiga tingkatan manajerial yaitu manajemen
puncak (kepala bidang keperawatan), manajemen menegah (kepala unit pelayanan atau
supervisor), dan juga manajemen bawah (kepala ruang perawatan).

Elemen Manajemen Keperawatan


Elemen manajemen keperawatan, dalam sistem terbuka yaitu sebagai berikut :
1. Input
Input dari proses manajemen keperawatan antara lain sebuah informasi, personel, peralatan
dan fasilitas.
2. Proses
Proses adalah jumlah kelompok manajer atau dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi
sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk dapat melakukan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan.
3. Output
Dari proses manajemen keperawatan adalah suatu asuhan keperawatan, pengembangan staf
dan riset.

4. Kontrol
Dalam proses manajemen keperawatan termasuk suatu budget keperawatan, evaluasi
penampilan kerja perawat, standar prosedur, dan akreditasi.
5. Umpan Balik
Proses manajemen keperawatan berupa laporan finansial dan suatu hasil audit keperawatan.

Filosofi Manajemen Keperawatan


Manajemen keperawatan memiliki filosofi sebagai berikut ini :
 Mengerjakan pada hari ini lebih baik dari pada hari esok.
 Manajerial keperawatan merupakan suatu fungsi utama pimpinan keperawatan.
 Meningkatkan suatu mutu kinerja perawat.
 Perawat yang memerlukan pendidikan berkelanjutan.
 Proses keperawatan akan menjamin perubahan tingkat kesehatan hingga mencapai
keadaan fungsi optimal.
 Tim keperawatan akan bertanggung jawab dan bertanggung gugat untuk setiap
tindakan keperawatan yang diberikan.
 Menghargai para pasien dan haknya untuk mendapatkan asuhan keperawatan yang
bermutu.
 Perawat adalah seorang advokat pasien.
 Perawat berkewajiban untuk dapat memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan
keluarga.

Misi Manajemen Keperawatan


Menurut Nursalam (2007) misi manajemen keperawatan adalah sebagai berikut :
 Menyediakan asuhan keperawatan yang sangat efektif dan efisien dalam membantu
kesehatan pasien yang optimal setelah pulang dari rumah sakit.
 Membantu untuk mengembangkan dan mendorong suasana yang kondusif bagi pasien
dan staf keperawatan atau non keperawatan
 Mengajarkan, mengarahkan, dan membantu dalam suatu kegiatan profesional
keperawatan
 Turut serta dan bekerja sama dengan semua anggota suatu tim kesehatan yang ada di
rumah sakit atau tempat kerja.

Visi Manajemen Keperawatan


 Mengaplikasikan kerangka konsep dan acuan dalam suatu pelaksanaan asuhan
keperawatan.
 Mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah di berikan.
 Menerapkan suatu srtategi dalam meningkatkan kualitas dan pelayanan yang efisien
kepada semua konsemen.
 Meningkatkan suatu hubungan yang baik dengan semua tim kesehatan menilai
kualitas pelayanan yang di berikan berdasarkan standar kriteria yang ada.
 Mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu dalam menilai dan memberikan sebuah
intervensi keperawatan kepada pasien.
 Meningkatkan pendidikan berkelanjutan (formal maupun nonformal) bagi perawat
dalam suatu usaha meningkatkan kinerjanya.
 Berpartisipasi secara aktif dalam upaya perubahan model asuhan keperawatan dan
peningkatkan suatu kualitas pelayanan.
 Menciptakan suatu lingkungan kerja yang kondusif dan melibatkan staf dalam setiap
pengambilan keputusan yang menyangkut tentang asuhan keperawatan.
 Memberikan suatu penghargaan kepada staf yang dianggap berprestasi.
 Konsisten untuk selalu meningkatkan hasil produksi atau pelayanan yang terbaik.
 Meningkatkan pandangan masyarakat yang positif tentang suatu profesi keperawatan.

Fungsi Manajemen Keperawatan

1. Fungsi Perencanaan Manajemen Keperawatan

Perencanan yang diperlukan dalam manajemen keperawatan ini bertitik tumpu pada tujuan
apa yang ingin dicapai. Selain itu juga persiapan-persiapan tindakan yang perlu diambil untuk
suatu keadaan-keadaan tertentu nantinya. Tujuannya agar tindakan perawat nanti dapat
terarah dengan baik.

2. Fungsi Pengorganisasian Manajemen Keperawatan


Fungsi ini merupakan suatu pengaturan setelah rencana. Jadi manajemen keperawatan juga
dapat mengatur dan menentukan pembagian tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit kerja,
alat – alat, keuangan dan fasilitas.

3. Fungsi Penggerak Manajemen Keperawatan

Tanda manajemen keperawatan yang berhasil ialah saat mampu menggerakkan orang – orang
supaya mau atau suka bekerja. Manajemen keperawatan ini juga harus mampu menciptakan
suasana bekerja bukan hanya karena perintah, tetapi harus dengan kesadaran sendiri,
termotivasi secara internal.

4. Fungsi Pengendalian Manajemen Keperawatan

Karena tugasnya adalah untuk dapat mengelola maka agar tujuan dapat tercapai sesuai
dengan rencana harus dilakukan pangawasan pada pelaksanaannya, apakah orang–orangnya,
cara dan waktunya tepat. Pengendalian ini juga berfungsi supaya kesalahan yang terjadi dapat
segera diperbaiki.

5. Fungsi Penilaian Manajemen Keperawatan

Fungsi ini menunjukan manajemen keperawatan sebagai media pengukuran dan


perbandingan dari hasil – hasil pekerjaan yang seharusnya dicapai.

Prinsip – Prinsip Manajemen Keperawatan

1. Manajemen keperawatan selayaknya berlandaskan pada suatu perencanaan karena melalui


fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan keputusan, pemecahan
masalah yang efektif dan terencana.

2. Manajemen keperawatan dapat dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif.


Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun suatu perencanaan yang
terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan sebelumnya.

3. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan suatu keputusan. Berbagai situasi


maupun suatu permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan suatu kegiatan keperawatan
memerlukan pengambilan keputusan di berbergai tingkat manajerial.
4. Memenuhi suatu kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian
manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakini dan ingini.
Kepuasan pasien merupakan poin yang paling utama dari seluruh tujuan keperawatan.

5. Manajemen keperawatan harus bisa terorganisir. Pengorganisasian tersebut dilakukan


sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.

6. Pengarahan merupakan suatu elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi


proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah
diorganisasikan.

7. Divisi keperawatan yang baik dapat memotivasi karyawan untuk memperlihatkan


penampilan kerja yang baik.

8. Manajemen keperawatan dapat menggunakan komunikasin yang efektif. Komunikasi yang


efektif akan mengurangi suatu kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan, arah
dan pengertian diantara pegawai.

9. Pengembangan staf penting untuk dapat dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat –
perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau upaya manajer untuk dapat
meningkatkan pengetahuan karyawan.

10. Pengendalian yakni salah satu elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian
tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan sebuah
prinsip – prinsip melalui penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar dan
memperbaiki kekurangan.

Ruang Lingkup Manajemen Keperawatan

Keperawatan merupakan disiplin praktik yang klinis. Manajer keperawatan yang efektif
selayaknya dapat memahami dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana.

Menurut Suyanto (2008) Manajer keperawatan mengelola kegiatan keperawatan meliputi


sebagai berikut :

Menetapkan penggunaan suatu proses keperawatan.

 Mengetahui suatu intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan diagnosa.


 Menerima akuntabilitas suatu kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat .
 Menerima akuntabilitas hasil suatu kegiatan keperawatan.

Menurut Suyanto, 2008 keperawatan ini terdiri atas :

1. Manajemen Pelayanan Keperawatan

Pelayanan keperawatan di rumah sakit dapat dikelola oleh bidang perawatan yang terdiri dari
tiga tingkatan manajerial, yaitu sebagai berikut :

Manajemen puncak (kepala bidang keperawatan).

Manajemen menengah (kepala unit pelayanan atau supervisor).

Manajemen bawah (kepala ruang perawatan).

2. Manajemen Asuhan Keperawatan

Manajemen asuhan keperawatan yang dapat dilakukan dengan menggunakan proses


keperawatan pada prinsipnya menggunakan suatu konsep – konsep manajemen seperti
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi.

B.Pengertian Kepemimpinan

Ada beberapa pengertian tentang kepemimpinan menurut para ahli, antara lain :

1. Stogdill
Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau
sekelompok orang untuk mau berbuat dan mencapai tujuan tertentu yang telah
ditetapkan.(Russel C Swansburg, 2000, Hal : 267 )
2. Ordway Ted
Kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki seseorang sehingga
orang tersebut mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain bersedia dan
dapat menyelesaikan tugas - tugas tertentu yang dipercayakan kepadanya.
3. Georgy R. Terry
Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya pengaruh yang dimiliki
seseorang terhadap orang lain sehingga orang lain tersebut secara sukarela mau dan
bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
4. Paul Hersay, Ken Blanchord
Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau
sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan dalam suatu
situasi tertentu. ( H. Zaidin Ali, 2000. Hal :3-5 )

Dapat dipahami dari empat batasan di atas bahwa kepemimpinan akan muncul apabila ada
seseorang yang karena sifat - sifat dan perilakunya mempunyai kemampuan untuk
mendorong orang lain untuk berpikir, bersikap, dan ataupun berbuat sesuatu sesuai dengan
apa yang diinginkannya.

Kepemimpinan dalam konteks organisasi utamanya menekankan pada fungsi pengarahan


yang meliputi memberitahu, menunjukkan, dan memotivasi bawahan.

Di dalam keperawatan kepemimpinan merupakan penggunaan ketrampilan seorang


pemimpin ( perawat ) dalam mempengaruhi perawat - perawat lain yang berada di bawah
pengawasannya untuk pembagian tugas dan tanggung jawab dalam memberikan pelayanan
asuhan keperawatan sehingga tujuan keperawatan tercapai. Setiap perawat mempunyai
potensi yang berbeda dalam kepemimpinan, namun ketrampilan ini dapat dipelajari sehingga
selalu dapat diterapkan dan ditingkatkan.

1. Kriteria Pemimpin

Menurut R.L.Khan mengemukaaan bahwa seorang pemimpin menjalankan pekerjaannya


dengan baik bila :

 Memberikan kepuasan kebutuhan langsung para bawahannya.


 Menyusun jalur pencapaian tujuan
 Menghilangkan hambatan – hambatan pencapaian tujuan
 Mengubah tujuan karyawan sehingga tujuan mereka bisa berguna secara organisatoris
 Menurut S.Suarli Pemimpin yang berkualitas harus memenuhi kriteria sebagai
berikut:
 Mempunyai keinginan untuk menerima tanggung jawab
 Mempunyai kemampuan untuk perceptive insight atau persepsi introspektif
 Mempunyai kemampuan untuk menentukan priorotas
 Mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi

2. Kepemimpinan dan Keperawatan

Menurut Milio perawat mempunyai kapasitas kekuatan untuk mempengaruhi kebijakan


masyarakat dan menganjurkan untuk mempersiapkan langkah-langkah berikut :

 Mengatur
 Melakukan pekerjaan : belajar mengerti proses politik, kelompok-kelompok penting,
masyarakat, dan kejadian tertentu,
 Menyusun perbedaan pendapat yang bersifat memancing untuk mencocokan target
peserta dengan mengajukan pembatalan biaya, dukungan politik, kejujuran dan
keadali,
 Mendukung dan memperkuat kedudukan pembuat keputusan yang tidak mantab,
 Menghimpun kekuatan,
 Merangsang perdebatan masyarakat,
 Membuat kedudukan perawat dimedia massa,
 Memilih suatu strategi utama yang paling efektif
 Bertindak pada saat yang tepat,
 Mempertahankan kegiatan,
 Memelihara format desentralisasi organisasi,
 Mendapatkan dan mengembangkan data penelitian yang terbaik untuk menunjang
posisi masing-masing,
 Mempelajari pengalaman,
 Jangan menyerah tanpa mencoba.

Perawat dalam posisi kepemimpinan adalah paling berpengaruh.

Teori Kepemimpinan

1. Georgy R. Terry

1. Teori Keadaan
Kepemimpinan yang bersifat fleksibel, yang selalu menyesuaikan terhdap situasi.
2. Teori Supportif/ Partisipatif/ Demokratik
Pimpinan memberikan support kepada bawahan untuk bekerja baik.
3. Teori Sosiologi
Pemimpin membantu aktivitas pengikut dan menyelesaikan konflik organisasi dan
pengikut.
4. Teori Psikologis
Pemimpin dengan berjalannya kepemimpinan meningkatkan motivasi pengikut atau
bawahan.
5. Teori Otokratis
Pemimpin dengan berjalannya kepemimpinan memberikan perintah, paksaan dan
tindakan ( arbiater ).
6. Teori Kelakuan Pribadi Pemimpin
Dapat ditandai dengan kontinum kepemimpinan

2. Ki Hajar Dewantara

Trilogi kepemimpinan dari Ki Hajar Dewantara :

1. Ing ngarso sung tulodo


Di depan memberi teladan. Maksudnya seorang pemimpin harus dapat menjadikan
dirinya sebagai anutan dan ikutan orang – orang yang dipimpinnya.
2. Ing madya mangun karso
Ditengah menumbuhkan karsa atau kehendak ( inisiatif ), membangkitkan semangat
berswakarsa dan kreatifitas orang lain yang dipimpinnya.
3. Tut wuri handayani
Mengikuti dari belakang dengan membimbing, bahwa seorang pemimpin harus
member kesempatan dan mendorong orang – orang yang dipimpinnya agar berani
berjalan didepan dan sanggup bertanggung jawab.

3. Teori Sifat ( The Traitist theory of leadership )

a) Ordway Tead

Ada 10 sifat yang perlu dimiliki seorang pemimpin :

 Memiliki kekuatan fisik dan mental,


 Paham arah dan tujuan,
 Antuasiasme,
 Ramah tamah dan efektif,
 Memiliki integritas ( terpercaya ),
 Memiliki keahlian tehnis,
 Cepat dan tepat dalam pengambilan keputusan,
 Cerdas,
 Cakap mengajar,
 Setia.

a) Jhon D. Millet

Ada 4 sifat yang perlu dimiliki oleh setiap pemimpin :

1. Kemampuan melihat perusahaan ( atau organisasi ) secara keseluruhan,


2. Kemampuan mengambil keputusan,
3. Kemampuan melimpahkan atau mendelegasikan wewenang,
4. Kemampuan menanamkan kesetiaan pada perintah.

c) George R. Terry

1. Cerdas ( intelligence )
2. Inisiatif
3. Kekuatan atau pendorong ( energy or drive )
4. Kematangan emosi ( emotional maturity )
5. Meyakinkan ( persuasive )
6. Kemahiran berkomunikasi ( communicate skill )
7. Percaya diri ( self-assurance )
8. Cerdik ( perceptive )
9. Kreatif ( creativity )
10. Berperan serta dalam pergaulan social ( social participation ).

d) Shri Majapahit Gajah Mada

Panca dasa kepemimpinan Gajah Mada adalah :

o Wijnanan- sikap bijaksana,


o Mantra Wira – sebagai pembela Negara sejati,
o Wicaksanang Naya – bijaksana – kemampuan menganalisan dan mengambil
keputusan,
o Matanggwan – mendapat kepercayaan dari bawahan,
o Satya Bakti Haprabhu – loyal pada atasan,
o Wajnana – pandai berpidato dan berdiplomsi,
o Sajjawopasama – tidak sombong, rendah hati, manusiawi,
o Dhirottsaha – bersifat rajin, kreatif,
o Tan Lalana – bersifat gembira, periang,
o Disyacitta- jujur, terbuka,
o Tan Satrisna – tidak egois,
o Masihi Samastha Bhuwana – bersifat penyayang, cinta alam,
o Ginong Pratidina – tekun menegakkan kebenaran,
o Sumantri- sebagai abdi Negara yang baik,
o Anayakan Musuh – mampu membinasakan lawan.

e) H. Zaidin Ali, SKM.MBA.MM

o Tegas ( Firm )
 Selalu menegakkan peraturan dengan tegas, member hadiah ( reword ) bagi yang
berpartisipasi dan hukuman ( pinishmat ) bagi yang bersalah / melanggar peraturan.
o Adil ( Fair )
 Selalu berlaku adil terhadap bawahan sesuai dengan beban kerja dan beban tanggung
jawabnya.
o Sikap berteman ( Friendly )
 Bersikap keterbukaan, kebersamaan, kekeluargaan dan keakraban antara pimpinan
dan bawahan. ( H. Zaidin Ali, SKM, 2000, Hal : 7-11 )

Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan dapat diartikan sebagai penampilan atau karakteristik khusus dari suatu
bentuk kepemimpinan . Ada 4 (empat) gaya kepemimpinan yang telah dikenal yaitu:
otokratis, demokratis, partisipatif dan laissez faire (Gillies, 1996).

1. Gaya Kepemimpinan Otokratis

Gaya kepemimpinan otokratis adalah gaya kepemimpinan yang menggunakan kekuatan


jabatan dan kekuatan pribadi secara otoriter, melakukan sendiri semua perencanaan tujuan
dan pembuatan keputusan dan memotivasi bawahan dengan cara paksaan, sanjungan,
kesalahan dan penghargaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dengan ciri-ciri sebagai berikut :

 Wewenang mutlak terpusat pada pimpinan,


 Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan,
 Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan,
 Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan,
 Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para
bawahannya dilakukan secara ketat,
 Prakarsa harus selalu dating dari pimpinan,
 Tiada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran,
pertimbangan atau pendapat,
 Tugas- tugas bagi bawahan diberikan secara instruktif,
 Lebih banyak kritik daripada pujian,
 Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat,
 Pimpinan menuntut kesetiaan mutlak tanpa syarat,
 Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman,
 Kasar dalam bertindak,
 Kaku dalam bersikap,

Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan.

Keuntungan : kecepatan serta ketegasan dalam pembuatan keputusan dan bertindak, sehingga
untuk sementara mungkin produktivitas dapat naik.

Kerugian : suasana kaku, tegang, mencekam, menakutkan sehingga dapat berakibat lebih
lanjut timbulnya ketidak puasan.

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya seorang pemimpin yang menghargai


karakteristik dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap anggota organisasi.Pemimpin yang
demokratis menggunakan kekuatan jabatan dan kekuatan pribadi untuk menggali dan
mengolah gagasan bawahan dan memotivasi mereka untuk mencapai tujuan bersama.

Gaya kepemimpinan demokratis memiliki ciri- ciri sebagai berikut :


 Wewenang pimpinan tidak mutlak,
 Pemimpin bersedia melimpahkan sebagai wewenang kepada bawahan,
 Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan,
 Kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan,
 Komunikasi berlangsung timbale balik, baik terjadi antar pimpinan
dengan bawahan maupun bawahan dengan bawahan,
 Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku perbuatan atau kegiatan
bawahan dilakukan secara wajar,
 Prakarsa dapat dating dari pimpinan maupun bawahan,
 Banyak kesempatan bagi bawahan diberikan dengan lebih bersifat
permintaan dari pada instruktif,
 Tugas-tugas kepada bawhan diberikan dengan lebih bersifat
permintaan dar pada instruktif,
 Pujian dan kritik seimbang,
 Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam bats
kemampuan masing-masing,
 Pimpinan meminta kesetiaan secara wajar,
 Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak,
 Terdapat suasana saling percaya, saling hrmat, menghormati dan saling
harga menghargai,

Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul bersama pimpinan dan bawahan.

Keuntungan : berupa keputusan serta tindakan yang lebih objektif, tumbuhnya rasa ikut
memiliki, serta terbinannya moral yang tinggi.

Kelemahan : keputusan serta tindakan kadang – kadang lamban, rasa tanggung jawab kurang,
keputusan yang dibuat bukan merupakan keputusan yang terbaik.

3) Gaya Kepemimpinan Partisipatif

Gaya kepemimpinan partisipatif adalah gabungan bersama antara gaya kepemimpinan


otoriter dan demokratis dengan cara mengajukan masalah dan mengusulkan tindakan
pemecahannya kemudian mengundang kritikan, usul dan saran bawahan. Dengan
mempertimbangkan masukan tersebut, pimpinan selanjutnya menetapkan keputusan final
tentang apa yang harus dilakukan bawahannya untuk memecahkan masalah yang ada.
4) Gaya Kepemimpinan Laisses Faire “ Liberal “

Gaya kepemimpinan laisses faire dapat diartikan sebagai gaya “membebaskan” bawahan
melakukan sendiri apa yang ingin dilakukannya. Dalam hal ini, pemimpin melepaskan
tanggung jawabnya, meninggalkan bawahan tanpa arah, supervisi atau koordinasi sehingga
terpaksa mereka merencanakan, melakukan dan menilai pekerjaan yang menurut mereka
tepat.

Kepemimpinan Liberal antara lain berciri :

 Pimpinan melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan,


 Keputusan lebih banyak dibuat oleh para bawahan,
 Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh para bawahan,
 Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahannya,
 Hampir tiada pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan, atau
kegiata yang dilakukan para bawahan,
 Prakarsa selalu dating dari bawahan,
 Hampir tida pengarahan dari pimpinan,
 Peran pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok,
 Kepentingan pribadi lebih utama daripada kepentingan kelompok,
 Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh orang per orang.

Selanjutnya dapat dikemukan bahwa keempat gaya kepemimpinan di atas memiliki kelebihan
dan kekurangan tersendiri. Setiap gaya kepemimpinan bisa efektif dalam situasi tertentu
tetapi tidak efektif dalam situasi lainya.

Menurut (Gillies, 1996) Faktor yang menetukan efektifitas gaya kepemimpinan secara
situasional meliputi:

1. Kesulitan atau kompleksitas tugas yang diberikan,


2. Waktu yang tersedia untuk menyelesaikan tugas,
3. Ukuran unit organisasi,
4. Pola komunikasi dalam organisasi
5. Latar belakang pendidikan dan pengalaman pegawai,
6. Kebutuhan pegawai dan kepribadian pemimpin

Keuntungan : para anggota atau bawahan akan dapat mengembangkan kemampuan dirinya.
Kelemahan : kekacauan karena tiap pejabat bekerja menurut selera masing- masing.

Peran Dan Fungsi Kepala Ruang Sebagai Pemimpin

Menutur Depkes RI 1994, “ Kepala ruangan adalah seorang tenaga perawat profersional yang
diberi tanggung jawab dan wewenang dalam mengelola kegiatan pelayanan keperawatan di
satu ruang rawat.”

1. Peran Kepala Ruang

Adapun tanggung jawab kepala ruangan menurut Gillies (1994) adalah peran kepala ruangan
harus lebih peka terhadap anggaran rumah sakit dan kualitas pelayanan keperawatan,
bertanggung jawab terhadap hasil dari pelayanan keperawatan yang berkualitas, dan
menghindari terjadinya kebosanan perawat serta menghindari kemungkinan terjadinya saling
melempar kesalahan.

Tanggung jawab kepala rungan dapat diidentifikasi sesuai dengan perannya meliputi:

Manajemen personalia/ketenagaan, meliputi penerimaan, seleksi, orientasi, pengembangan


tenaga, penilain penampilan kerja, promosi dan penyediaan ketenagaan staf keperawatan.

Manajemen operasional, meliputi perencanaan, pengorganisasian, dan pengarahan dalam


pelayanan keperawatan.

Manajemen kuliatas pelayan, meliputi pengembangan standar asuhan keperarawatan,


program kendali mutu, program evaluasi team dan persiapan untuk akreditasi pelayanan
keperawatan.

Manajemen finansial, meliputi budget, cost control dalam pelayanan keperawatan.

2. Fungsi Kepala Ruang

Adapun fungsi kepala ruangan menurut Marquis dan Houston (2000) sebagai berikut:

Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran, kebijaksanaan, dan


peraturan – peraturan : membuat perencanaan jangka pendek dan jangka panjang untuk
mencapai visi, misi, dan tujuan, organisasi, menetapkan biaya – biaya untuk setiap kegiatan
serta merencanakan dan pengelola rencana perubahan.

Pengorganisasian: meliputi pembentukan struktur untuk melaksanakan perencanaan, dan


menetapkan metode

Menurut Kron (1981), ruang lingkup kegiatan kepemimpinan dalam keperawatan meliputi:

1. Perencanaan dan pengorganisasian


2. Membuat penugasan dan memberi pengarahan
3. Pemberian bimbingan
4. Mendorong kerjasama dan partisipatif
5. Kegiatan koordinasi
6. Evaluasi hasil kerja.
PENUTUP

Kesimpulan

Keperawatan adalah profesi yang terus mengalami perubahan, fungsinya lebih luas, baik
sebagai pelaksana asuhan, pengelola, ahli, pendidik, maupun peneliti keperawatan. Melihat
fungsinya yang luas sebagaimana tersebut di atas, maka perawat profesional harus
dipersiapkan dengan mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan tentang kepemimpinan.
Pemimpin keperawatan dibutuhkan baik sebagai pelaksana asuhan keperawatan, pendidik,
manajer, ahli, dan bidang riset keperawatan.

Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau sekelompok
orang untuk mau berbuat dan mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan.

Seorang pemimpin yang efektif tidak akan menggunakan kelebihannya untuk menaklukkan
orang lain, namun justru digunakan untuk mendorong bawahannya dalam mencapai tujuan
sesuai dengan kemampuan yang ada.

Saran

Seorang pemimpin hendaknya mampu membimbing, mengarahkan dan mengayomi


anggotanya tanpa membedakan antara anggota yang satu dengan anggota yang lain,

Dalam proses manajemen keperwatan seharusnya melibatkan seluruh personil bukan hanya
berpusat pada pemimpin atau manajer.

Demikianlah Prinsip Kepemimpinan Dalam Manajemen Keperawatan dapat disampaikan


semoga bermanfaat dalam bidang ilmu keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Brown, Montague. 1997. Manajemen Perawatan Kesehatan. Jakarta : EGC

Kuntoro, Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika

Suarli dan Bahtiar, Yanyan. 2002. Manajemen Keperawatan. Jakarta : Erlangga

Swansburg,Russel C.2000. Pengantar kepemimpinan dan manajemen


keperawatan.jakarta:EGC

Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam prektik Keperawatan Profesional


Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Suarli S dan Bahtiar ,Yanyan. Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis. Jakarta:
Erlangga

Swansburg, Russel C. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan; alih bahasa,


Suharyati Samba; editor, Monica Ester. Jakarta : EGC, 2000

Anda mungkin juga menyukai