Anda di halaman 1dari 11

Terapi Komplementer

Pada Pasien HIV


Disusun Oleh :

Kelompok I

1.Lulud Setyadi 2020122025


2.Dwi Wanto Setyawan 2020122026
3.Ngadimin 2020122027
4.Triyanto 2020122028
5.Ratih Rahmawati 2020122029
6.Martiwi Budiyani 2020122036
Menurut Kamus besar bahasa Indonesia ( KBBI ),

• Terapi adalah usaha untuk memulihkan kesehatan


orang yang sedang akit, pengobatan penyakit,
perawatan pemulihan penyakit.
• Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat
menyempurnakan.
WHO ( World Health Organization ),
• Pengobatan komplementer adalah pengobatan non konvensioanl yang
bukan berasal dari Negara yang bersangkutan, sehingga semisal di
Indonesia, Jamu bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi
merupakan pengobatan tradisional.
• Pengobatan tradisional yang di maksud adalah pengobatan yang sudah
dari jaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun temurun pada
suatu Negara. Tetapi di philipina misalnya, jamu di Indonesia bisa di
kategorikan termasuk dalam pengobatan komplementer.
Tujuan Terapi Komplementer
memperbaiki fungsi dari sistem – sistem tubuh, terutama sistem
kekebalan dan pertahanan tubuh agar tubuh dapat
menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, karena tubuh
kita sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan
dirinya sendiri, asalkan kita mau mendengarkannya dan
memberikan respon dengan asupan nutrisi yang baik lengkap
serta perawatan yang tepat.
Jenis Jenis Terapi Komplementer
1. Sistem medis Alternatif : Akupuntur,Ayurveda,Pengobatan
Homeopatic,Pengobatan Naturopatik,Pengobatan Tradisional Cina
2. Terapi Biologis :Menggunakan substansi alam seperti herbal, makana
dan vitamin
3. Memanipulasi dan Metode Didasari Tubuh :Akupresur,Pengobatan
Kiropratik,Metode Feldenkrais,Tai chi,Terapi Pijat,Sentuhan Ringan
4. Intervensi tubuh dan pikiran: Terapi Seni,Terapi Dansa,Terapi
Pernafasan, Meditasi,Doa, dll
6. Terapi Energi : Terapi Reiki, Sentuhan terapiutik
Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah
ditetapkan oleh Departemen Kesehatan untuk dapat di integrasikan ke dalam
pelayanan konvensional, yaitu :
1. Akupuntur Medik
2. Terapi Hiperbarik
3. Terapi Herbal Medik
Dasar Hukum
• 1. Peraturan Menteri kesehatan RI nomor 1109 tahun 2007 tentang
penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif pelayanan kesehatan.

• 2. Permenkes RI no 1186 / Menkes / per / XI / 1996 tentang pemanfaatan akupuntur di


sarana pelayanan kesehatan.

• 3. Keputusan Menteri Kesehatan RI no 1076 / Menkes / SK / VII / 2003 tentang


penyelenggaraan pengobatan tradisional.
• 4. Keputusan Menteri Kesehatan RI no 121 tahun 2008 tentang standar pelayanan
Medik Herbal.
Pengaruh Terapi Komplementer terhadap pasien HIV
• Dalam hasil riset yang dikerjakan oleh Maruli dkk (2010), sari buah nanas
dengan kandungan enzim bromelin-nya ternyata memiliki potensi yang
besar sebagai jalan alternatif pengobatan herbal, untuk mengurangi
kesakitan penderita penyakit HIV/AIDS. Hasil penelitian menunjukkan
para pasien HIV AIDS ini telah mengalami kemajuan yang pesat terhadap
peningkatan CD4 hanya dalam waktu 2-3 bulan (Maruli, dkk, 2014).
• Akupuntur dan acupressure diberikan untuk memperkuat organ organ vital,
seperti : Paru paru, ginjal, lambung dan limpa, Pada masa awal infeksi
HIV. Sebelum daya tahan tubuh dan sel sel CD4 turun karena infeksi
HIV, organ penting tersebut harus kuat, “ kata Putu Oka. Untuk
penderita HIV, ke empat organ vital tersebut harus dijaga daya tahannya
• konsumsi tanaman obat juga membantu penguatan fungsi organ vital.
Pegagan misalnya, digunakan untuk regenerasi sel pembentuk daya
tahan tubuh dan juga untuk menguatkan fungsi ginjal.
• Menurut Putu Oka Sukanta, ketenangan spiritual dan nutrisi peningkat
daya tahan membuat virus lebih jinak dan
memperlambat perkembangannya dalam tubuh manusia, sehingga
member kesempatan CD4 yaitu sel pembentuk daya tahan tubuh
untuk berkembang dan memperbanyak diri.
Peran Perawat dalam terapi Komplementer
1) Perawat adalah sebagai pelaku dari terapi komplementer
2) Perawat sebagai konselor
3) Perawat sebagai pendidik kesehatan,
4) Peran Perawat sebagai peneliti
5) Perawat sebagai coordinator
6) Peran perawat sebagai advocate
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai