Anda di halaman 1dari 21

Terapi Komplementer

KETUT SUDIANTARA, S Kep, NS, M KES


Terapi komplementer dan alternatif adalah terapi dalam ruang
lingkup luas meliputi system kesehatan, modalitas, dan praktek-
praktek yang berhubungan dengan teori-teori dan kepercayaan
pada suatu daerah dan pada waktu/periode tertentu.
Terapi komplementer adalah terapi yang digunakan secara
bersama-sama dengan terapi lain dan bukan untuk menggantikan
terapi medis.
Terapi komplementer dapat digunakan sebagai single therapy
ketika digunakan untuk meningkatkan kesehatan (Sparber, 2005)
Menurut WHO (World Health Organization),
Pengobatan komplementer adalah pengobatan non-konvensional
yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan,
sehingga untuk Indonesia jamu misalnya, bukan termasuk
pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan
tradisional.
Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang
sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun
temurun pada suatu negara. Tetapi di Philipina misalnya, jamu
Indonesia bisa dikategorikan sebagai pengobatan komplementer..
Alasan yang paling umum orang menggunakan terapi
komplementer adalah untuk meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan/wellness. Wellness mencakup kesehatan optimum
seseorang, baik secara fisik, emosional, mental dan
spiritual. Fokus terapi komplementer adalah kesejahteraan yang
berhubungan dengan tubuh, pikiran dan spirit.
Terapi komplementer bertujuan untuk mengurangi stres,
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, menghindari atau
meminimalkan efek samping, gejala-gejala, dan atau mengontrol
serta menyembuhkanpenyakit (Purnel, 2001
http://nccam.nih.gov/health/camcancer/).
Kegunaan dari terapi komplementer
Para pengidap HIV (Human Immunodeficiency Virus), dengan
pemenuhan nutrisi dan ketenangan spiritual bisa memperpanjang
harapan hidup mereka. Terapi alternatif komplementer, seperti;
akupunktur, akupressur, meditasi, dan mengomsumsi tanaman
obat dapat menambah daya tahan tubuh dan pertumbuhan sel-sel
imun.
Pernyataan ini pernah dikemukakan oleh Putu Oka Sukanta,
akupunturis sekaligus pembicara dalam talk show yang diadakan
Indonesia HIV Prevention and Care Project (IHPCP) di Indonesia
Sehat Expo 2007, Jakarta Convention Center, Rabu (24/10).
Menurut Putu Oka Sukanta, ketenangan spiritual dan nutrisi
peningkat daya tahan membuat virus lebih jinak dan
memperlambat perkembangannya dalam tubuh manusia, sehingga
memberi kesempatan CD4 yaitu sel pembentuk daya tahan
tubuh untuk berkembang dan memperbanyak diri.
Akupunktur dan akupressur diberikan untuk memperkuat organ-
organ vital, seperti; paru-paru, ginjal, lambung, dan limpa, pada
masa awal infeksi HIV. Sebelum daya tahan tubuh dan sel- sel
CD4 turun karena infeksi HIV, organ penting tersebut harus
kuat, kata Putu Oka.
Untuk penderita HIV, keempat organ vital tersebut harus dijaga
daya tahannya karena memiliki fungsi penting, seperti paru-paru
yang berfungsi mengikat oksigen, lambung untuk mengolah
makanan yang masuk, dan limpa yang berguna untuk menyerap
sari-sari makanan. Dengan akupressur, tambah Putu Oka, titik-
titik tubuh yang berhubungan dengan organ vital tersebut dipijat
untuk menguatkan fungsi organ.
Selain dengan teknik akupressur dan akupunktur, konsumsi
tanaman obat juga membantu penguatan fungsi organ vital.
Pegagan misalnya, digunakan untuk regenerasi sel pembentuk daya
tahan tubuh dan juga untuk menguatkan fungsi ginjal, kata Putu
Oka yang juga mengelola Taman Sringanis, pelestari tanaman
obat dan pengembang kesehatan alami. Selain pegagan, tanaman
penguat daya tahan tubuh adalah meniran. Reaksi pertama yang
ditunjukkan pengidap HIV adalah penyangkalan dan stres.
Padahal stres merupakan penyebab vital menurunnya daya tahan
tubuh, kata Putu Oka.
Untuk mempertahankan ketenangan batin pengidap HIV, diperlukan
suatu metode, seperti meditasi dan oleh napas untuk membantu
penderita menenangkan diri. Teknik olah napas saat meditasi
membantu paru-paru mengikat oksigen.
Idong salah satu pasien pengidap HIV yang telah mengikuti terapi
komplementer, mengaku sangat merasakan manfaat positifnya.
Dengan mengikuti meditasi, olah napas, dan mengonsumsi tanaman
obat, CD4 saya selalu di atas 600. Padahal umumnya penderita HIV
hanya memiliki CD4 di bawah 500, kata Idong. Dia mengaku sampai
kini belum mengonsumsi antiretroviral (ARV) karena kadar CD4-nya
belum di bawah 200. ARV sendiri hanya digunakan bagi mereka yang
kadar CD4-nya di bawah 200. ujarnya.
Strategi dalam menjalankan terapi
komplementer
Setiap melakukan tindakan atau rencana, kita sudah barang
tentu akan berhadapan dengan sebuah strategi. Strategi ini
akan menentukan arah perjalanan tindakan atau rencana yang
akan kita lakukan. Termasuk salah satunya adalah bagaimana
strategi kita ketika ingin mendirikan terapi komplementer?
Strategi merupakan suatu kelompok keputusan, tentang
tujuan-tujuan apa yang akan diupayakan pencapaiannya,
tindakan-tindakan apa yang perlu dilakukan, dan bagaimana
memamfaatkan sumber-sumber daya guna mencapai tujuan
tersebut (Jones, et al., 2003:2001)
Konsep strategi merupakan sebuah konsep yang perlu
dipahami dan diterapkan oleh setiap entrepreneur maupun
setiap manajer, dalam segala macam bidang usaha. Sejak
beberapa tahun yang lampau, pengertian strategi makin
banyak mendapatkan perhatian dan dibahas dalam literatur
dalam menajemen. Aneka macam artikel bermunculan
sehubungan dengan misalnya: strategi asortimen, produk-
strategi, permasalahan strategi, sampai dengan diversifikasi-
strategi bisnis.
Di dalam mendirikan terapi komplementer sendiri, kita juga
bisa berlandas pada elemen esensial sebagai berikut:
1. Tentukan terlebih dahulu tujuan-tujuan dan sasaran-
sasaran yang paling penting yang perlu dicapai.
2. Kebijakan yang paling penting yang mengarahkan atau
membatasi kegiatan.
3. Tahapan-tahapan tindakan pokok atau program yang akan
mencapai tujuan yang ditetapkan di dalam batas-batas yang
digariskan.
Terapi komplamenter dalam
keperawatan
Perawat secara holistik harus bisa mengintegrasikan prinsip
mind-body-spirit dan modalitas (cara menyatakan sikap
terhadap suatu situasi) dalam dalam kehidupan sehari-hari
dan praktek keperawatannya.
Terapi komplementer menjadi salah satu cara bagi perawat
untuk menciptakan lingkungan yang terapeutik dengan
menggunakan diri sendiri sebagai alat atau media penyembuh
dalam rangka menolong orang lain dari masalah kesehatan.
Terapi komplementer digunakan bersama-sama dengan terapi
medis conventional.
Sebenarnya terapi komplementer telah banyak ada di
Indonesia, hanya saja peran perawat belum begitu terlihat
disini. Kita berharap setelah kegiatan seminar ini, akan ada
semacam unit khusus yang mengkaji tentang terapi
komplementer untuk terus berkembang, ujar Dekan
Fakultas Keperawatan (Fkep) Unpad, Mamat Lukman, SKM.,
S.Kp., M.Si saat membuka acara seminar bertema
Complementary Therapy dalam Praktik Keperawatan di
Auditorium Teaching Hospital Unpad, Jl. Prof. Eyckman No.
38, Sabtu (3/07).
Hartiah mengatakan, perawat adalah salah satu pelaku dari
terapi komplementer selain dokter dan praktisi terapi.
Perawat dapat melakukan intervensi mandiri kepada pasien
dalam fungsinya secara holistik dengan memberikan advocate
dalam hal keamanan, kenyamanan dan secara ekonomi kepada
pasien. Dengan menguasai terapi komplementer, akan
menjadi nilai tambah bagi seorang perawat sehingga bisa
memajukan profesinya, tambah Hartiah menjelaskan.
Terapi komplementer di klasifikasikan menjadi beberapa macam
antara lain, Mind-BodyTherapy, terapi dengan basis biologis, terapi
dengan dasar memanipulasi tubuh (badan), terapi berbasis energi,
terapi spiritual dan terapi berbasis nutrisi. Hypnotherapy dan
akupuntur menjadi jenis yang bisa digunakan kepada pasien oleh
perawat dalam usaha melakukan intervensi mandiri.
Hypnotherapy bisa digunakan untuk mengarahkan pasien dengan
memanfaatkan keadaan hipnotik untuk mengenal dan menyentuh
potensi dan sumber dari pikiran bawah sadar sehingga terjadi
perubahan teurapeutik. Dalam kondisi tersebut kita bisa
memberi sugesti kepada pasien. Dan itu memudahkan pekerjaan
kita nantinya, jelas Aat.
Berbeda dengan Hyonotherapy, Dr. Tomi menjelaskan bahwa
akupuntur merupakan keterapian fisik melalui upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan cara perangsangan
daerah permukaan tubuh tertentu (titik akupuntur). Pada masa
perawatan, akupuntur dapat membantu dalam menanggulangi
dan mengatasi rasa nyeri. Media yang digunakan pada akupuntur
biasanya adalah jarum atau sarana pengganti lainnya, tuturnya.
Dari aspek hukumnya, Dr. Tri menyebutkan beberapa dasar
hukum untuk terapi komplementer alternatif. Diantaranya adalah
Permenkes RI no.1109/Menkes/PER/IX/2007 tentang
penyelenggaraan pengobatan komplementer alternatif di fasilitas
pelayanan kesehatan.
erika terapi komplementer kedokteran dibagi empat jenis terapi :
Chiropractic , teknik relaksasi, terapi masase dan akupunktur,
lainnya terapi komplementer yang dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan. Banyak terapi modalitas yang digunakan pada terapi
komplementer mirip dengan tindakan keperawatan seperti
teknik sentuhan, masase dan manajemen stress.
Berikut macam macam dari terapi komplementer dan
kedokteran alternatif : masase, diet , terapi musik, vitamins,
produk herbal, teknik relaksasi, imagenary, humor, terapi
sentuhan. Akupuntur, acupressure, chiropractice, dukungan
kelompok, hipnotis, meditasi, aromatherapy, yoga ,
biofeedback.
Dari hasil penelitian pendapat mahasiswa perawat tentang terapi
komplementer yang direkomendasikan untuk perawat adalah :
masase, terapi musik, diet, teknik relaksasi, vitamin dan produk
herbal. Bagi perawat yang tertarik mendalami terapi
komplementer dapat memulai dengan tindakan tindakan
keperawatan atau terapi modalitas yang berada pada bidang
keperawatan yang dikuasai secara mahir berdasarkan
perkembangan teknologi terbaru dan jangan lupa untuk membaca
peraturan peraturan tentang terapi komplementer yang berlaku,
seperti permenkes 1109/Menkes/Per/IX/2007, karena lain
negara lain peraturan dan masalah terapi komplementer ini
menjadi inspirasi bagi perumus RUU Praktik Keperawatan (keep
the spirit)
Hypnotherapy merupakan salah satu bentuk dari penerapan
terapi komplementer (Foto: Malikkul Shaleh)
Berbeda dengan Hyonotherapy, Dr. Tomi menjelaskan bahwa
akupuntur merupakan keterapian fisik melalui upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan cara perangsangan
daerah permukaan tubuh tertentu (titik akupuntur). Pada masa
perawatan, akupuntur dapat membantu dalam menanggulangi
dan mengatasi rasa nyeri. Media yang digunakan pada akupuntur
biasanya adalah jarum atau sarana pengganti lainnya, tuturnya.
Dari aspek hukumnya, Dr. Tri menyebutkan beberapa dasar
hukum untuk terapi komplementer alternatif. Diantaranya adalah
Permenkes RI no.1109/Menkes/PER/IX/2007 tentang
penyelenggaraan pengobatan komplementer alternatif di fasilitas
pelayanan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai