Anda di halaman 1dari 41

1

BAB.I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan

pada daur kehidupan manusia. Lansia usia adalah seseorang yang

telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupan. Kelompok yang

dikategorikan lansia ini akan mengalami suatu proses yang disebut

Aging Process atau proses penuaaan (Hanifah, 2013). Pada lanjut

usia mengalami kemunduran dalam sistem tubuh, tubuh mengalami

kemunduran dalam bergenerasi, mengakibatkan banyak sistem

kekebatalan tubuh menjadi lebih mudah terserang penyakit, salah

satu masalah kesehatana yang sering dialami oleh para lansia yaitu

hipertensi atau yang lebisa sering dikenal dengan tekanan darah

tinggi. (Irianto, 2015).

Tekanan darah tinggi merupakan suatu meningkatnya tekanan

darah di dalam arteri atau tekanan systole lebih dari 140 mmHg dan

tekanan diastole sedikitnya 90 mmHg (Muhammadun, A.S. 2010).

Hipertensi dapat berakibat meluas seperti penyakit jantung

koroner, stroke, dan infark miokard. Timbunan lemak atau plak didalam

dinding arteri koroner pada jantung, arteri yang menuju otak serta tungkai

menyebabkan terjadinya penyempitan arteri sehingga tekanan darah

meningkat. Biasanya hipertensi menyebabkan keadaan jantung bekerja

menjadi berat atau memompa darah, volume jantung membesar dan

dinding menipis sehingga akhirnya menyebabkan gagal jantung Komplikasi

1
2

lain dari jantung yaitu perdarahan, infark serebral, thrombosis, retinopati

hipertensif pada mata, hipertensi pada jantung, nefroksklerosis pada ginjal

dan kegagalan faal ginjal. Keadaan ini akan memperpendek usia penderita

dan sekir 10-12 % mengalami kematian (Susilo, Y., & Wulandari, A. 2011).

Menurut Data World Health Organization (WHO) 2020

menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia menderita hipertensi.

Artinya, 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis menderita hipertensi, hanya

36,8% di antaranya yang minum obat. Data Riset Kesehatan Dasar atau

Riskesdas tahun 2020 menunjukkan prevalensi hipertensi secara nasional

sebanyak 34,1%. Populasi penduduk beresiko usia >50 tahun yang

dilakukan pengukuran tekanan darah (Riskesdas RI, 2022). Selain itu

berdasarkan data Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Maluku Tenggara

pada tahun 2019 – 2022, jumlah pasien dengan hipertensi dalam empat

tahun terakhir kasus hipertensi terjadi peningkatan yang cukup signifikan.

Pada tahun 2019 sebesar 370 kasus, pada 2020 sebesar 220 kasus, dan

pada tahun 2021 sebesar 130 kasus, dan mengalami peningkatan yang

cukup signifikan pada tahun 2022 dengan 250 kasus dengan jumlah

keseluruhan sebesar 840 kasus.

Data yang diambil dari RSU Karel Sadsuitubun Langgur jumlah

pasien dengan hipertensi pada tahun sebanyak 2021 sebanyak 80

penderita dan tahun 2022 mengalami peningkatan sebanyak 140 dan

2023 sebanyak 254 penderita. Dari jumlah keseluruhan maka pasien

dengan hipertensi pada tahun 2021-2023 sebanyak 474 penderita,(Rekam

Medis RSU Karel Sadsuitubun Langgur, 2024).


3

Salah satu penyebab kejadian hipertensi adalah gaya hidup yang

kurang sehat. Gaya hidup dapat diklasifikasikan menjadi beberapa

komponen yang berkaitan dengan kejadian hipertensi yaitu terdiri dari

minum kopi, makanan, merokok, merawat berat badan tetap ideal, aktif

beraktivitas dan minum alkohol. Hal-hal tersebut dapat menyebabkan

terjadinya hipertensi dimana merokok dapat merusak jantung dan sirkulasi

darah dan meningkatkan resiko penyakit jantung dan pola nutrisi yang

kurang sehat seperti beberapa asupan makanan yang dapat menjadi

penyebab hipertensi, antara lain makanan olahan cepat saji, makanan

dengan kandungan gula tinggi, serta makanan yang mengandung bahan

pengawet, (Susilo, Y., & Wulandari, A. 2011)

Salah satu gejala yang paling banyak dikeluhkan pasien adalah

nyeri kepala yang menyebabkan pasien merasa tidak nyaman. Salah satu

penanganan dari nyeri kepala adalah dengan manajemen nyeri. Dalam hal

ini, peran dan dukungan perawat dalam mengurangi rasa nyeri kepala

sangat dibutuhkan (SDKI, 2016).

Perawat sebagai tenaga kesehatan memiliki peran sebagai

edukator atau pendidik. Sebagai seorang pendidik, perawat mampu

membantu pasien dan keluarga mengenal kesehatan dan memulihkan

kesehatan tersebut. Penatalaksanaan hipertensi dapat dibagi menjadi 2

teknik, yaitu teknik farmakologis dan non farmakologis. Pengobatan

farmakologis merupakan pengobatan dengan menggunakan obat obatan

yang dapat membantu menurunkan dan menstabilkan tekanan darah

dalam batas normal, namun pada terapi ini memiliki efek samping yang

berbeda-beda pada setiap golongannya salah satunya seperti rasa mual,


4

lemas, dan pusing (Vitahealth, 2006). Terapi non farmakologis merupakan

pengobatan yang tidak menggunakan obat-obat dengan bahan kimia,

seperti pengobatan komplementer. Pengobatan komplementer bersifat

terapi pengobatan alami. Salah satu tindakan non farmakologis untuk

mengurangi hipertensi yang dapat dilakukan perawat yaitu massage

punggung. Teknik Massage punggung (pijat lembut pada punggung)

merupakan terapi manipulasi dengan pijatan lembut pada jaringan yang

bertujuan untuk memberikan efek terhadap fisiologis terutama pada

vaskuler, muscular, dan sistem saraf pada tubuh. Massage punggung tidak

hanya memberikan relaksasi secara menyeluruh, namun juga bermanfaat

bagi kesehatan seperti melancarkan sirkulasi darah, pelepasan endorphin,

sehingga memblok transmisi stimulus nyeri serta menurunkan tekanan

darah (Vitahealth, 2006).

Dari hasil praktek peneliti selama kurang lebih 4 kali praktek di

Puskesmas mampun di Rumah Sakit, masih kurangnya penerapan

tindakan masase punggung pada pasien hipertensi dalam mengurang nyeri

yang dirasakan oleh penderita,hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman

perawat tentang manfaat tindakan masase punggung

Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka peneliti tertarik

untuk melakukan studi kasus dengan judul:“asuhan keperawatan dalam

pemberian tindakan masase punggung untuk menurunkan nyeri pada

pasien hipertensi di Rumah Sakit Karel Sadsuitubul Langgur”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat di buat rumusan masalah

sebagai berikut “Bagaimanakah asuhan keperawatan dalam pemberian


5

tindakan masase punggung untuk menurunkan nyeri pada pasien

hipertensi di Rumah Sakit Karel Sadsuitubul Langgur?’

C. Tujuan Studi Kasus

Tujuan dari studi kasus ini adalah menggambarkan asuhan keperawatan

dalam pemberian tindakan masase punggung untuk menurunkan nyeri

pada pasien hipertensi di Rumah Sakit Karel Sadsuitubul Langgur.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi Penderita Hipertensi

Dapat memberikan manfaat bagi masyarakat terutama bagi penderita

tentang maanfaat terapi masase punggun dalam mengurang nyeri

pada penderita hipertensi

2. Bagi Institusi

Untuk menambah informasi dan referensi perpustakaan institusi

Pendidikan Program Studi Keperawatan Tual tentangasuhan

keperawatan dalam pemberian tindakan masase punggung untuk

menurunkan nyeri pada pasien hipertensi

3. Bagi Peneliti

Memperoleh pengalaman nyata dan menambah wawasan dalam

melakukan asuhan keperawatan dalam pemberian tindakan masase

punggung untuk menurunkan nyeri pada pasien hipertensi


6

BAB.II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Keperawatan Hipertensi

Asuhan keperawatan adalah merupakan suatu tindakan kegiatan

atau proses dalam praktik keperawatan yang diberikan secara langsung

kepada pasien untuk memenuhi kebutuhan objektif pasien, sehingga dapat

mengatasi masalah yang sedang dihadapinya dan asuhan keperawatan

dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah ilmu keperawatan (Hidayat, 2008)

1. Pengkajian Hipertensi

Proses pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara

lengkap dan sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah

kesehatan dan keperawatan yang dihadapi pasien baik fisik, mental,

sosial maupun spiritual dapat ditentukan (Huda Nurarif & Kusuma H,

2015)

a. Biodata

1) Identitas pasien

Identitas pasien yang meliputi: nama, tempat tanggal lahir,

jenis kelamin, alamat lengkap, agama, status perkawinan,

pekerjaan dan tanggal registrasi.

2) Identitas penanggung jawab meliputi: nama, umur, pekerjaan,

alamat dan hubungan dengan pasien

6
7

b. Riwayat kesehatan saat ini

Menurut Huda Nurarif & Kusuma H (2015), riwayat kesehatan

terdiri dari:

1) Keluhan utama

Biasanya pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan

kepala terasa pusing dan bagian kepala terasa berat, tidak

bisa tidur, nyeri kepala

2) Riwayat kesehatan saat ini

Menurut Muttaqin (2012). Saat melakukan pengkajian pada

pasien hipertensi biasanya mengeluh kepala sakit dan berat,

penglihatan berkunang – kunang, rasa pegal dan tidak

nyaman di tengkuk, jantung berdebar dan telinga berdenging.

Pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan cara PQRST :

P (pemacu) : Nyeri akibat hipertensi.

Q (quality) : Nyeri digambarkan seperti di tusuk- tusuk

tajam terbakar dan perih.

R (region) : Nyeri dikepala.

S (skala) : Skala nyeri 1-10. T (time) : ± 10-15 menit,

nyeri bertambah hebat jika pasien kurang

beristirahat.

3) Riwayat kesehatan dahulu

Pada pengumpulan data riwayat kesehatan atau keperawatan

masa lalu dapat ditanyakan antara lain: riwayat pemakaian

jenis obat, jumlah dosis, riwayat atau pengalaman masa lalu


8

tentang kesehatan atau penyakit yang pernah dialami atau

riwayat masuk rumah sakit.

4) Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat pengumpulan data keluarga yaitu bagaiman riwayat

kesehatan atau keperawatan yang ada dimiliki salah satu

anggota keluarga, apakah ada yang menderita penyakit

seperti yang dialami pasien atau mempunyai penyakit

degeneratif lainnya, biasanya penyakit hipertensi adalah

penyakit keturunan

5) Riwayat Pekerjaan dan Kebiasaan

Pengkajian yang dilakukan dengan menanyakan situasi

tempat bekerja dan lingkungannya. Kebiasaan dalam pola

hidup, seperti minum alkohol atau obat tertentu, merokok dan

kebiasaan tidur menggunakan bantal. Disamping pertanyaan

tersebut, perlu mengkaji juga data biografi pasien, yaitu nama,

umur, jenis kelamin, alamat, suku dan agama.

6) Riwayat psikososial dan spiritual

a) Psikologis : Perasaan yang dirasakan oleh klien, apakah

cemas/sedih?

b) Sosial : Bagaimana hubungan klien dengan orang lain

maupun dengan orang terdekat klien dengan lingkungan?

c) Spiritual : Apakah klien tetap menjalankan ibadah selama

perawatan dirumah sakit?.


9

c. Pola aktivitas sehari-hari

1) Pola istirahat dan tidur

Apakah ada gangguan tidur, kebiasaan tidur sehari, apakah

terjadi kekakuan selama ½-1 jam setelah bangun tidur dan

apakah ada rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur.

2) Pola elminasi

Apakah ada gangguan pada saat BAB dan BAK

3) Pola makan dan minum

Pada pengkajian ini meliputi jenis, frekuensi, jumlah makanan

yang dikomsumsi (makanan yang banyak mengandung

pospor (zat kapur), vitamin dan protein.

4) Persepsi dan konsep diri

Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi,

apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya.

5) Peran dan hubungan

Bagaimana hubungan dengan keluarga dan apakah ada

perubahan peran pada pasien.

6) Seksulalitas dan reproduksi

Apakah ada gangguan seksualitas.

7) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress

Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita.

d. Pemeriksan fisik antara lain:

Menurut Huda Nurarif,(2015). Pemeriksaan fisik pada pasien

dengan hipertensi, yaitu sebagai berikut :


10

1) Keadaan umum : Pada pasien dengan hipertensi biasanya

memiliki berat badan yang normal atau melebihi indeks massa

tubuh, berat badan normal, tekanan darah > 140/90 mmHg,

nadi > 100 x/menit, frekuensi nafas 16-24 x/menit pada

hipertensi berat terjadi pernafasan takipnea, ortopnea, dyspnea

nocturnal paroksial, suhu tubuh 36,5 s/d 37,50C pada

hipertensi berat suhu tubuh dapat menurun dan mengakibatkan

pasien hipotermi, keadaan umum pasien compos metis pada

kasus hipertensi berat dan komplikasi dapat mengakibatkan

pasien mengalami gangguan kesadaran sampai pada koma,

contohnya stroke hemoragik.

2) Sistem pengelihatan

Pada pasien dengan hipertensi memiliki sistem penglihatan

yang baik, pada kasus hipertensi berat pasien mengalami

penglihatan kabur dan dapat terjadi anemis pada konjungtiva.

3) Sistem pendengaran

Pada kasus hipertensi, pasien tidak mengalami gangguan pada

fungsi pendengaran dan fungsi keseimbangan.

4) Sistem pernafasan

Secara umum baik dengan frekuensi nafas 16-24 x/menit

dengan irama teratur, pada kasus hipertensi tertentu seperti

pada hipertensi berat pasien mengalami gangguan sistem

pernafasan seperti takipnea, dyspnea, dan ortopnea, adanya

distress pernafasan/ penggunaan otot- otot pernafasan pada

hipertensi berat, frekuensi pernafasan >24 x/menit dengan


11

irama pernafasan tidak teratur, kedalaman nafas cepat dan

dangkal, adanya batuk dan terdapat sputum pada batuk pasien

sehingga mengakibatkan sumbatan jalan nafas dan terdapat

menghi.

5) Sistem kardiovaskuler

a) Sirkulasi perifer Secara umum keadaan sirkulasi peripher

pada pasien dengan hipertensi ringan dalam keadaan

normal dengan frekuensi nadi 60-100 x/menit, irama

teratur. Pada kasus hipertensi berat frekuensi nadi pasien

dapat mencapai > 100x/menit irama tidak teraturdan

lemah, TD > 140/90 mmHg, terjadinya distensi vena

jugularis dan pasien mengalami hipotermi, warna kulit

pucat (sianosis).

b) Sirkulasi jantung Pada kasus hipertensi ringan, sirkulasi

jantung dalam keadaan normal dengan kecepatan denyut

jantung apikal teratur dan terdapat bunyi jantung tambahan

(S3), adanya nyeri dada pada kasus hipertensi sekunder

dengan komplikasi kelainan jantung.

6) Sistem hematolologi

Pasien mengalami gangguan hematologi pada hipertensi berat

yang ditandai dengan keadaan umum pucat, perdarahan yang

mengakibatkan stroke dikarenakan obstruksi dan pecahnya

pembuluh darah.
12

7) Sistem syaraf pusat

Pada hipertensi ringan adanya rasa nyeri pada daerah kepala

dan tengkuk, kesadaran compos mentis, pada hipertensi berat

kesadaran dapat menurun menjadi koma, reflex fisiologi

meliputi reflex biceps fleksi dan triceps ekstensi, serta refleks

patologis negatif.

8) Sistem pencernaan Sistem pencernaan pada pasien hipertensi

dalam keadaan baik, pada kasus hipertensi berat dengan

komplikasi menyerang organ pada abdomen mengakibatkan

pasien mengalami nyeri pada daerah abdomen.

9) Sistem urogenital

Terjadinya perubahan pola kemih pada hipertensi sekunder

yang menyerang organ ginjal sehingga menyebabkan

terjadinya gangguan pola berkemih yang sering terjadi pada

malam hari.

10) Sistem integument

Turgor kulit buruk pada hipertensi berat dan adanya edema

pada hipertensi sekunder di daerah ekstremitas.

11) Sistem muskuloskletal

Pada hipertensi ringan pasien tidak mengalami gangguan pada

sistem muscoluskeletal, tetapi pada hipertensi berat pasien

mengalami kesulitan dalam bergerak dan kelemahan otot.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang

menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan


13

pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas

dapat mengidentifikasikan dan memberikan intervensi secara pasti

untuk menjaga kesehatan klien ( Sudoyo A.W, 2012 ). Berdasarkan

nyeri dengan hipertensi, maka diagnosa keperawatan yang dapat di

tegakkan menurut SDKI, (2016):

a. Nyeri akut (D.0077)

Definisi: pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan

dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset

mendadak atau lambat berintensitas ringan hingga berat yang

berlangsung kurang dari 3 bulan.

Penyebab: agen pencedera fisiologis (mis: iskemia)

Batasan karakteristik:

Kriteria mayor:

1) Sujektif: Mengeluh nyeri

2) Objektif:Tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi

nadi meningkat, sulit tidur

Kriteria minor:

1) Subjektif: -

2) Objektif: Tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu

makan berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus

pada diri sendiri, diaforesis.

Kondisi klinis terkait:

1) Kondisi pembedahan

2) Cedera traumatis

3) Infeksi
14

4) Sindrom coroner akut

5) Glaukoma

b. Gangguan rasa nyaman ( D.0074 )

Defenisi: perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam

dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan soaial.

Penyebab: Gejala penyakit

Batasan Karakteristik

Kriteria Mayor:

1) Subjektif: Mengeuh tidak nyaman

2) Objektif: Gelisah

Kriteria Minor:

1) Subjektif: Mengeluh sulit tidur, tidak mampu rileks, mengeluh

kedinginan/kepanasan, merasa gatal, megeluh mual, mengelah

lelah.

2) Objektif: Menunjukkan gejala distress, tamapak

merintih/menangis, pola eleminasi berubah, postur tubuh

berubah, iritabilitas.

Kondisi klinis terkait :

1) Penyakit kronis

2) Keganasan

3) Distres psikologis

4) Kehamilan
15

c. Intoleransi aktivitas (D.0056)

Definisi: ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-

hari

Batasan karakteristik:

Kriteria mayor:

1) Subjektif: Mengeluh lelah

2) Objektif: Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat

Kriteria minor:

1) Subjektif: Dispnea saat/setelah beraktifitas, merasa tidak nyaman

setelah beraktifitas, merasa lemah

2) Objektif: Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat,

gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktifitas,

gambaran EKG menunjukkan iskemia,sianosis

Kondisi klinis terkait : Gagal Jantung Kongestif

d. Defisit pengetahuan (D.0111).

Definisi: ketiadaan atau kurangnya informasi kongnitif yang

berkaitan dengan topik tertentu

Batasan karakteristik:

Kriteria mayor:

1) Subjektif: - Menanyakan masalah yang dihadapi

2) Objektif: - Menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran,

- Menunjukan persepsi yang keliru terhadap masalah

Kriteria minor :

1) Subjektif: -

2) Objektif: - Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat


16

- Menunjukan perilaku yang berlebihan ( mis.

Apatis, bermusuhan, agitasi, histeria. )

Kondisi klinis terkait:

1) Kondisi klinis yang baru dihadap oleh klien

2) Penyakit akut

3. Intervensi Keperawatan

Rencana asuhan keperawatan adalah petunjuk yang

menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan yang

dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan

diagnosis keperawatan. Setelah mengidentifikasi diagnosa

keperawatan dan kekuatanya, langkah berikutnya adalah perencanaan

asuhan keperawatan. Pada tahap ini, perawat menetapkan tujuan dan

hasil yang diharapkan bagi pasien serta mencapai tujuan dan kriteria

hasil. Dalam teori perencanaan keperawatan dituliskan sesuai dengan

rencana dan kriteria hasil berdasarkan SIKI dan SLKI (2018).

SDKI SLKI SIKI


Nyeri akut (D.0077) Luaran Utama: Intervensi Utama:
 Tingkat Nyeri  Manajemen Nyeri
Luaran Tambahan: Intervensi Pendukung:
 Kontrol nyeri  Observasi :
 Mobilitas fisik 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas,
 Pola tidur
intensitas nyeri
 Status 2. Identifikasi skala nyeri
kenyamanan 3. Identifikasi faktor memperberat dan
mempengaruhi rasa nyeri
 Terapeutik :
1. Berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri(terapi
massage punggung)
2. Kontrol lingkungan yang
17

memperberat rasa nyeri (mis,


suhuruangan, pencahayaan,
kebisingan)

 Edukasi :
1. Jelaskan penyebab dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi meredahkan
nyeri
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis
Untuk mengurangi rasa nyeri
 Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgesik,jika perlu
Gangguan rasa Luaran Utama: Intervensi Utama:
nyaman ( D.0074 )  Status  Manajemen Nyeri
kenyamanan  Pengaturan posisi
Luaran Tambahan:  Terapi relaksasi
 Pola tidur Intervensi Pendukung:
 Tingkat agitasi Observasi
 Tingkat ansietas 1. Identifikasi aktifitas istirahat dan tidur
2. Identifikasi faktor pengganggu tidur
 Tingkat nyeri
(mis, fisik dan atau psikologis)
 Tingkat keletihan 3. Identifikasi makanan dan minuman
yang mengganggu tidur (mis, minum
kopi, alkohol, dll)
Terapeutik
1. Memodifikasi lingkungan (mis,
pencahayaan, kebisingan, dan suhu)
2. Lakukan prosedur untk
meningkatkan kenyamanan (mis,
pijat dan pengaturan posisi)
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit
2. Anjurkan menempati kebiasaan
waktu tidur
Anjurkan menghindari
makanan/minuma yang menggagu
tidur
Intoleransi aktivitas Luaran Utama: Intervensi Utama:
(D.0056)  Toleransi aktifitas  Manajemen energi
Luaran Tambahan:  Terapi aktivitas
 Ambulasi Intervensi Pendukung:
18

 Curah jantung  Observasi :


 Tingkat kelitihan 1. Identifikasi gangguan fungsu
tubuuh yang mengakibatkan
kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik atau
emosinal
3. Monitor pola dan jam tidur
4. Monitor lokasi dan ketidaknyaman
selama melakukan aktivitas
 Terapeutik :
1. Sediahkan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus
2. Lakukan latihan rentang gerak
pasif atau aktif
3. Berikan aktfikas distrasi yang
menyenangkan
4. Fasilitas duduk disisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
 Edukasi :
1. Anjurkan tirai baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejalah kelelahan
tidak berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
 Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makan
Defisit pengetahuan Luaran Utama: Intervensi Utama:
(D.0111).  Tingkat  Identiffikasi tingkat pengetahuan
pengetahuan  Identiffikasi pemahaman ibu tentang
Luaran Tambahan: menejemen laktasi
 Dukungan sosial Intervensi Pendukung:
 Tingkat  Observasi :
pengetahuan 1. Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi
2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
meningkatkan dan menerinkan
motivasi perilaku hidup bersih dan
sehat
 Terapeutik :
1. Sediahkan materi dan media
pendidikan kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan
19

sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk
bertanya
 Edukasi :
1. Jelaskan faktor resiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
3. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkat
perilaku hidup bersih dan sehat

4. Implementasi

Pelaksanaan keperawatan merupakan proses keperawatan yang

mengikuti rumusan dari rencana keperawatan. Pelaksanaan

keperawatan mencakup melakukan, membantu, memberikan askep

untuk mencapai tujuan yang berpusat pada klien, mencatat serta

melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan perawatan

kesehatan berkelanjutan dari klien. Proses pelaksanaan keperawatan

mempunyai lima tahap (Huda Nurarif & Kusuma H,2015). antara lain:

a. Mengkaji ulang klien. Fase pengkajian ulang terhadap komponen

implementasi memberikan mekanisme bagi perawat untuk

menentukan apakah tindakan keperawatan yang diusulkan masih

sesuai.

b. Menelaah dan modifikasi rencana asuhan keperawatan yang ada

Modifikasi rencana asuhan yang telah ada mencakup beberapa

langkah. Pertama data dalam kolom pengkajian direvisi sehingga

mencerminkan status kesehatan terbaru klien. Kedua, diagnosa

keperawatan direvisi. Diagnosa keperawatan yang tidak relevan

dihapuskan dan diagnosa keperawatan yang terbaru ditambah dan

diberi tanggal. Ketiga, metode implementasi spesifik direvisi untuk


20

menghubungan dengan diagnosa keperawatan yang baru dan

tujuan klien yang baru.

c. Mengidentifikasi bidang bantuan

Situasi yang membutuhkan tambahan tenaga beragam. Sebagai

contoh, perawat yang ditugaskan untuk merawat klien imobilisasi

mungkin membutuhkan tambahan tenaga untuk membantu

membalik, memindahkan dan mengubah posisi klien karena kerja

fisik yang terlibat.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil

implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk

melihat keberhasilannya. Evaluasi disusun dengan mengunakan

SOAP yang operasional dengan pengertian antara lain:

S: adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara

subjektif oleh klien dan keluarga setelah diberikan implementasi

keperawatan.

O : adalah keadaan objektif yang didefinisikan oleh perawat

menggunakan pengamatan yang objektif setelah implementasi

keperawatan.

A : adalah merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon

subjektif dan objektif klien yang dibandingkan dengan kriteria dan

standar yang telah ditentukan mengacu pada tujuan rencana

keperawatan klien.

P : adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan

analisis
21

B. Konsep Penyakit Hipertensi

1. Defenis Hipertensi

Tekanan darah yaitu jumlah gaya yang diberikan oleh darah di

bagian dalam arteri saat darah dipompa ke seluruh sistem peredaran

darah. Tekanan darah tidak pernah konstan. Tekanan darah dapat

berubah drastis dalam hitungan detik dan menyesuaikan diri dengan

tuntutan pada saat itu.

Menurut Muttaqin. (2011). Bahwa hipertensi atau yang lebih

dikenal dengan tekanan darah tinggi adalah penyakit kronik akibat

desakan darah yang berlebihan dan hampir tidak konstan pada arteri.

Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah

2. Klasifikasi Hipertensi

WHO (World Health Organization) dan ISH (International

Society of Hypertension) mengelompokan hipertensi sebagai berikut :

Tabel 2.1. Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO – ISH

Kategori Tekanan darah Tekanan darah


sistol (mmHg) diastol (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal-tinggi 130-139 85-89
Grade 1 (hipertensi ringan) 140-149 90-99
Sub group (perbatasan) 150-159 90-94
Grade 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (hipertensi berat) >180 >110
Hipertensi sistolik terisolasi ≥140 <90
Sub-group (perbatasan) 140-149 <90
Sumber: Perry & Potter. (2006).

3. Jenis Hipertensi

Menurut Muttaqin, (2011), berdasarkan etiologinya hipertensi

dibedakan menjadi dua, yaitu:


22

a. Hipertensi esensial (hipertensi primer atau idiopatik)

Hipertensi esensial adalah hipertensi yang tidak jelas

penyebabnya. Hal ini ditandai dengan terjadinya peningkatan kerja

jantung akibat penyempitan pembuluh darah tepi. Lebih dari 90%

kasus hipertensi termasuk dalam kelompok ini. Penyebabnya

adalah multifaktor, terdiri dari faktor genetik, gaya hidup, dan

lingkungan.

b. Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang di sebabkan

oleh penyakit sistemik lain yaitu, seperti renal arteri stenosis,

hyperldosteronism, hyperthyroidism, pheochromocytoma,

gangguan hormon dan penyakit sistemik lainnya,

(Muttaqin,2011),

4. Gejalah Hipertensi

Gejala-gejala hipertensi, yaitu : sakit kepala, mimisan, jantung

berdebar-debar, sering buang air kecil di malam hari, sulit bernafas,

mudah lelah, wajah memerah, telinga berdenging, vertigo, pandangan

kabur. Pada orang yang mempunyai riwayat hipertensi kontrol tekanan

darah melalui barorefleks tidak adekuat ataupun kecenderungan yang

berlebihan akan terjadi vasokonstriksi perifer yang akan menyebabkan

terjadinya hipertensi temporer (Muttaqin, 2011)

5. Patofisiologi Hipertensi

Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac

output (curah jantung) dengan total tahanan perifer. Cardiac output

(curah jantung) diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan

heart rate (denyut jantung). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan


23

oleh system saraf otonom dan sirkulasi hormone. Empat system

control yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah antara

lain system baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh,

system renin angiotensin dan autoregulasi vascular.

Baroreseptor arteri terutama ditemukan di sinus carotid, tapi

juga dalam aorta dan dinding ventrikel kiri. Baroreseptor ini memonitor

derajat tekanan arteri.Sistem baroreseptor meniadakan peningkatan

tekanan arteri melalui mekanisme perlambatan jantung oleh respon

vagal (stimulasi parasimpatis) dan vasodilatasi dengan penurunan

tonus simpatis. Oleh karena itu, reflex control sirkulasi meningkatkan

tekanan arteri sistemik bila tekanan baroreseptor turun dan

menurunkan tekanan arteri sistemik bila tekanan baroreseptor

meningkat, (Muttaqin, 2011)

6. Pathway Hipertensi

Gambar Pathway Hipertensi

Faktor predisposisi: usia, jenis kelamin, stress, kurang


olahraga, genetik, konsentrasi garam.

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi
24

otak

Resistensi pembuluh darah otak

Nyeri tengkuk/kepala

Gangguan pola tidur

Sumber : Huda Nurarif & Kusuma H, (2015)

7. Pencegahan Hipertensi

Menurut Huda Nurarif & Kusuma H, (2015), berdasarkan

pencegahan hipertensi dibedakan menjadi empat, yaitu :

a. Penurunan berat badan

b. Mengurangi tingkat stress

c. Olahraga

d. Mengontrolkan diri rutin jika mempunyai riwayat hipertensi

keturunan

8. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Huda Nurarif & Kusuma H, (2015). Pemeriksaan

penunjang terhada pasien dengan hipertensi:

a. Pemeriksaan laboratorium

1) Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume

cairan (viscositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko

seperti hipokoagulabilitas, anemia.

2) BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi

ginjal.

3) Glukosa: hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat

di akibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.


25

4) Urinalisa: darah, protein, glucosa, mengisyaratkan disfungsi

ginjal dan adanya DM.

b. CT Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

c. Photo dada: menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup,

pembesaran jantung

9. Penatalaksanaan Hipertensi

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan

mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan

pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:

a. Terapi tanpa Obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi

ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan

berat. Terapi tanpa obat ini meliputi:

1) Terapi massage (pijat), pada prinsipnya pijat yang dilakukan

pada penderita hipertensi adalah untuk memperlancar aliran

energi dalam tubuh sehingga gangguan. Hipertensi dan

komplikasinya dapat diminimalisir, ketika semua jalur energi

terbuka dan aliran energi tidak lagi terhalang oleh ketegangan

otot dan hambatan lain maka resiko hipertensi dapat ditekan.

2) Teknik slow stroke back massage untuk membebaskan

mental dan fisik dari ketegangan dan stres sehingga dapat

meningkatkan toleransi terhadap nyeri.

3) Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :


26

a) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5

gr/hr

b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

c) Penurunan berat badan

d) Penurunan asupan etanol

e) Menghentikan merokok

4) Latihan Fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang

dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang

mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu

isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,

berenang dan lain-lain

5) Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan

pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan

pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan

hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

b. Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan

darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat

hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.Pengobatan

hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.

Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli

Hipertensi (Joint National Committee On Detection, Evaluation And

Treatment Of High Blood Pressure, Usa, 1988). menyimpulkan


27

bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau

penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama

dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang

ada pada penderita (Muttaqin, 2011)

A. Konsep Masase Punggung

1. Defenis Masase Punggung

Masase Punggung adalah gerakan sentuhan dan penekanan

pada kulit area punggung yang memberikan efek relaksasi pada otot,

tendon, dan ligament sehingga meningkatkan aktivitas saraf

parasimpatis untuk merangsang pengeluaran neurotransmitter

asetilkolin (Susilo, Y, & Wulandari, A, 2011).

Massage merupakan terapi manipulasi pijatan lembut pada

jaringan. Fungsinya untuk mengurangi nyeri pada pasien yang sedang

mengalami nyeri, dan bertujuan untuk memberikan efek terhadap

fisiologis terutama pada vaskular, muskular, dan system saraf pada

tubuh (Nur Arif. 2015).

2. Manfaat Massage Punggung

Keuntungan masase punggnu adalah tindakan ini dapat

dilakukan di rumah, sehingga memungkinkan klien untuk melakukan

massage ini di rumah, guna mengontrol gejala nyeri dan

penanganannya, tidak membutuhkan biaya mahal, dapat dipelajari

oleh keluarga dan hampir tidak ada kontra indikasi dalam tehnik

massage punggung ini. Tehnik masase punggung ini dapat

mengurangi persepsi nyeri dan mampu mengurangi ketegangan otot.


28

Sebalikya ketegangan otot ini dapat meningkatkan nyeri (Rusadi, &

Rasyid, D, 2021).

Menurut Susilo, Y, & Wulandari, A. (2011). Pijat punggung

memiliki macam manfaat bagi kesehatan, diantaranya:

a. Membantu memperbaiki sirkulasi dan menurunkan tekanan darah.

Jika sirkulasi membaik, maka organ tubuh berfungsi dan bekerja

dengan baik

b. Memperbaiki jaringan tubuh cadangan kapiler dan memperluas

kapiler, sehingga akan meningkatkan aliran darah ke jaringan dan

organ, meningkatkan proses reduksi oksidasi, memfasilitasi

jantung dan berkontribusi terhadap redistribusi darah dalam tubuh.

c. Mempengaruhi sistem saraf perifer, meningkatkan rangsangan

dan konduksi impuls saraf, melemahkan dan menghentikan rasa

sakit dengan mempercepat proses pemulihan saraf yang cedera.

d. Memiliki efek psikologis yang beragam terhadap kulit dan

fungsinya, seperti membersihkan saluran keringat, kelenjar

sebaceous, meningkatkan fungsi sekresi, ekresi dan pernapasan

kulit.

e. Membuat otot menjadi fleksibel, meningkatkan fungsi kontraktil

yang mempercepat keluarnya metabolit yang merupakan hasil dari

metabolisme. Sementara pada lansia, terapi pijat secara berkala

dapat menekan laju tekanan darah, meningkatkan sirkulasi darah,

mengendurkan otot, sekaligus merangsang otot yang lemah untuk

bekerja
29

3. Pengaruh Massage Punggung Terhadap Tekanan Darah

Pijat punggung merupakan gerakan penekanan dan sentuhan

pada kulit area punggung yang memberikan efek relaksasi pada otot,

tendon dan ligament sehingga meningkatkan aktivitas saraf

parasimpatis untuk merangsang pengeluaran neutrotransmitter

asitelkolin. Neurotransmitter asetikolin selanjutnya menghambat aktivitas

saraf simaptis sehingga terjadi vasodilatasi sistemik dan penurunan

kontraktilitis otot jantung yang bermanifestasi pada penurunan

kecepatan denyut jantung, curah jantung serta volume sekuncup yang

pada akhirnya menyebabkan penurunan tekanan darah (Susilo, Y., &

Wulandari, A, 2011).

Efek penurunan tekanan darah dari pijat punggung didapatkan

melalui peningkatan vasodilatasi pembuluh darah dan getah bening,

meningkatkan level serotonin, mengurangi sekresi hormon katekolamin

dan dapat mengurangi rasa nyeri akibat hipertensi, sehingga komplikasi

lebih lanjut dapat dicegah (Rusadi, & Rasyid, D. 2021).

Menurut pendapat Susilo, Y., & Wulandari, A. (2011). Yang

mengemukakan bahwa manfaat tekanan pijat(massage) akan mengirim

sinyal yang menyeimbangkan sistem saraf atau melepaskan bahan

kimia seperti endorphin sehingga atau mendorong rasa relaksasi serta

melancarkan sirkulasi darah. Mekanisme pijat punggung yaitu membuat

lansia nyaman, dengan memijat daerah refleksi memberikan

rangsangan yang diterima oleh saraf sensorik, dan langsung

disampaikan oleh urat saraf motorik kepada organ yang dikehendaki.

Apabila pijatdi satu titik, maka tubuh akan melepaskan beberapa zat
30

seperti: serotonin, histamine, bradikinin, slow reacting substance (SRS)

serta zat lain yang belum diketahui. Zat zat ini menyebabkan terjadinya

dilatasi kapiler dan arteriol serta flare reaction mengakibatkan terjadinya

perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah. Akibatnya timbul efek

relaksasi (pelemasan) otot-otot yang kaku serta akibat vasodilatasi

umum akan menurunkan tekanan darah secara stabil

D. Konsep Nyeri

1. Defenisi nyeri

Nyeri merupakan pengalaman yang sangat individual dan

subjektif yang dapat mempengaruhi semua orang di semua usia. Nyeri

dapat terjadi pada anak-anak dan orang dewasa. Penyebab nyeri yaitu

proses penyakit, cedera, prosedur, dan intervensi pembedahan

(Rusadi, & Rasyid, D, 2021).

2. Fisiologi Nyeri

Sensasi nyeri merupakan fenomena yang kompleks melibatkan

sekuens kejadian fisiologis pada sistem saraf. Kejadian ini meliputi

tranduksi, transmisi, persepsi dan modulasi (Rusadi, & Rasyid, D,

2021).

a. Transduksi

Serabut perifer yang memanjang dari berbagai lokasi di

medula spinalis dan seluruh jaringan tubuh, seperti kulit, sendi,

tulang dan membran yang menutupi membran internal. Di ujung

serabut ini ada reseptor khusus, disebut nosiseptor yang menjadi

aktif ketika mereka terpajan dengan stimuli berbahaya, seperti

bahan kimia mekanis atau termal. Stimuli mekanis dapat berupa


31

tekanan yang intens pada area dengan kontraksi otot yang kuat,

atau tekanan ektensif akibat peregangan otot berlebihan.

b. Transmisi

Kornu dorsal medulla spinalis berisi serabut interneuronal

atau interkoneksi. Serabut berdiameter besar lebih cepat

membawa nosiseptif atau tanda nyeri. Serabut besar ketika

terstimulasi, menutup gerbang atau jaras ke otak, dengan

demikian menghambat atau memblok transmisi inmplus nyeri,

sehingga implus tidak mencapai otak tempat implus

diinterpretasikan sebagai nyeri.

c. Persepsi

Ketika kornul dorsal medula spinalis, serabut saraf dibagi

dan kemudian melintasi sisi yang berlawanan dan naik ke

hippotalamus. Thalamus merespon secara tepat dan mengirimkan

pesan korteks somatesensori otak, tempat inpuls

menginterpretasikan sebagai sensasi fisik nyeri. Inpuls dibawa

oleh serbit delta-A yang cepat mengarah ke persepsi tajam, nyeri

lokal menikam yang biasanya juga melibatkan respons reflek

meninggalkan dari stimulus. Inplus dibawa oleh serabut C lambat

yang menyebabkan persepsi nyeri yang menyebar, tumpul,

terbakar atau nyeri yang sakit

3. Jenis Nyeri

Banyak system berbeda dapat digunakan untuk

mengklasifikasikan nyeri, yang paling umum nyeri diklasifikasikan


32

berdasarkan durasi, etiologi, atau sumber atau lokasi (Rusadi, &

Rasyid, D. 2021).

a. Berdasarkan Durasi

1) Nyeri Akut merupakan nyeri yang berkaitan dengan awitan

cepat intensitas yang bervariasi. Biasanya mengindikasikan

kerusakan jaringan dan berubah dengan penyembuhan

cedera. Contoh penyebab nyeri akut yaitu trauma, prosedur

invasif, dan penyakit akut.

2) Nyeri Kronis merupakan nyeri yang terus berlangsung

melebihi waktu penyembuhan yang diharapkan untuk cedera

jaringan. Nyeri ini dapat mengganggu pola tidur dan

penampilan aktifitas anak yang menyebabkan penurunan

nafsu makan dan depresi.

b. Berdasarkan etiologi

1) Nyeri Nosiseptif Nyeri yang diakibatkan stimulant berbahaya

yang merusak jaringan normal jika nyeri bersifat lama.

Rentang nyeri nosiseptif dari nyeri tajam atau terbakar hingga

tumpul, sakit, atau menimbulkan kram dan juga sakit dalam

atau nyeri tajam yang menusuk.

2) Nyeri Neuropati Nyeri akibat multifungsi system saraf perifer

dan system saraf pusat. Nyeri ini berlangsung terus menerus

atau intermenin dari biasanya dijelaskan seperti nyeri

terbakar, kesemutan, tertembak, menekan atau spasme.


33

c. Berdasarkan Lokasi

1) Nyeri Somatik

Nyeri yang terjadi pada jaringan. Nyeri somatik dibagi

menjadi dua yaitu superfisial dan profunda. Superfisial

melibatkan stimulasi nosiseptor di kulit, jaringan subkutan atau

membrane mukosa, biasanya nyeri terokalisir dengan baik

sebagai sensasi tajam, tertusuk atai terbakar. Profunda

melibatkan otot, tendon dan sendi, fasia, dan tulang.

2) Nyeri Viseral

Nyeri yang terjadi dalam organ, seperti hati, paru,

saluran gastrointestinal, pankreas, hati, kandung empedu,

ginjal dan kandung kemih. Nyeri ini biasanya dihasilkan oleh

penyakit dan terlokalisir buruk serta dijelaskan nyeri dalam

dengan sensasi tajam menusuk dan menyebar.

4. Faktor Yang Mempengaruh Nyeri

Faktor yang mempengaruhi menurut Rusadi, & Rasyid, D.

(2021). yaitu :

a. Usia dan Jenis Kelamin

Anak disemua usia dapat merasakan nyeri, termasuk

bayi baru lahir. Anak dapat menginterpretasikan nyeri

sebagai sensasi yang tidak menyenangkan. Seiring

bertambahnya usia anak dapat menjelaskan nyeri dengan

kata-kata. Jenis kelamin juga mempengaruhi nyeri.


34

b. Tingkat Kognitif

Tingkat kognitif adalah factor kunci yang

mempengaruhi peresepsi nyeri pada anak. Tingkat kognitif

akan bertambah dengan pertambahan usia, dengan

demikian akan memperngaruhi pemahaman anak mengenai

nyeri dan dampaknya serta koping untuk menghilangkan

nyeri.

c. Pengalaman Nyeri Sebelumnya

Anak akan mengidentifikasinya nyeri berdasarkan

pada pengalaman dengan nyeri masa lalu. Pengalaman

nyeri sebelumnya dengan pengendalian nyeri yang tidak

adekuat dapat menyebabkan peningkatan distress selama

prosedur tindakan yang menimbulkan nyeri di masa lalu.

E. Metode Mengatasi Nyeri Dengan Teknik Masase Punggung

Metode mengatasi nyeri adalah suatu metode yang dilakukan untuk

memenuhi kebutuhan rasa aman nyaman agar klien merasa terbebas dari

nyeri atau kesakitan. Adapun beberapa tindakan yang dapat dilakukan

untuk memenuhi kebutuhan rasa aman nyaman nyeri, yaitu:

1. Standar Operasional Prosedur (SOP) Masase Punggung

a. Defenisi

Tindakan pemijatan atau pengurutan yang menstimulasi darah serta

metabolisme jaringan.

b. Tujuan :

a) Meningkatkan relaksasi fisik dan psikologis.

b) Mengurangi nyeri.
35

c) Meningkatkan sirkulasi atau peredaran darah pada area yang di

massage.

c. Indikasi

mengurangi intensitas nyeri, kecemasan, meningkatkan kualitas tidur,

mengurangi kelelahan

d. Kontrak indikasi

tidak boleh dilakukan pada kulit di daerah punggung yang mengalami

luka bakar, luka memar, ruam kulit, peradangan kulit, patah tulang

dan kulit yang kemerahan

e. Prosedur pelaksanaan :

1) Tahap prainteraksi

a) Menbaca status pasien

b) Mencuci tangan

c) Menyiapkan alat yang terdiri dari :

(a) Alat pelindung diri


(b) Lotion atau minyak hangat
(c) Handuk
2) Tahap orientasi

a) Memberikan salam teraupetik

b) Menjaga perivacy pasien

c) Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan

kepada pasien dan keluarga

3) Tahap kerja

a) Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan.


b) Petugas cuci tangan dan memakai alat pelindung diri.
c) Atur pasien dalam posisi telungkup. Jika tidak bisa, dapat
diatur dengan posisi miring.
36

d) Letakkan bantal kecil di bawah perut pasien untuk menjaga


posisi yang tepat.
e) Tuangkan sedikit lotion ketangan. Usap kedua tangan
sehingga lotion rata pada permukaan tangan.
f) Lakukan massage pada punggung. Massage dilakukan
dengan menggunakan jari-jari dan telapak tangan, dan
tekanan yang halus.
g) Metode massage dengan selang-seling tangan.
h) Massage punggung dengan tekanan pendek, cepat,
bergantian tangan.
5. Tahap terminasi

a) Evaluasi hasil kegiatan

b) Lakukan kontrak untuk kegistsn selanjutnya

c) Akhiri kegiatan dengan baik

d) Cuci tangan

6. Dokumentasi

a) Catat waktu pelaksanaan tindakan

b) Catat respons pasien

c) Paraf dan nama perawat jaga


37

BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Rancangan Studi Kasus

Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam

prosedur penelitian (Hidayat, 2008). Di dalam penelitian ini peneliti

menggunakan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan asuhan

keperawatan pada pesien dispepsia melalai tindakan relaksasi napas

dalam

B. Subjek Studi Kasus

Subjek penelitian merupakan subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti

atau subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran penelitian

(Arikunto, 2006). Subjek pada studi kasus ini adalah pasien dengan

hipertensi dalam pemberian tindakan masase punggu untuk menurunkan

nyeri. Pada studi kasus ini, subjek penelitian yang akan diteliti sebanyak 2

subjek dengan kriteria :

1. Kriteria Inklusi:

a. Wanita atau Pria dewasa penderita hipertensi dengan nyeri.

b. Usia antara 26-45 tahun

c. Responden yang mengalami hipertensi dan sedang dirawat diruang

wanita atau pria RSUD Karel Sadsuitubun Langgur.

d. Dalam kondisi kesadaran penuh dan tidak cacat mental

e. Dapat berkomunikasi dengan baik.

f. Bersedia menjadi responden

g. Responden yang mengalami nyeri.

37
38

2. Kriteria Ekslusi:

a. Pasien dalam keadaan lemah

b. Pasien dalam perencanaan pulang

c. Pasien dengan komplikasi penyakit

d. Pasien dalam keadaan koma

C. Fokus Studi Kasus

Fokus studi kasus identik dengan variabel penelitian yaitu perilaku atau

karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu (Nursalam,

2011). Fokus studi kasus ini adalah : asuhan keperawatan dalam

pemberian tindakan masase punggung untuk menurunkan nyeri pada

pasien hipertensi di Rumah Sakit Karel Sadsuitubul Langgur

D. Defenisi Operasional

1. Asuhan keperawatan adalah asuhan yang di buat oleh perawat untuk

memantau perkembangan yang dimulai dari proses pengkajian,

diagnosa, intervensi dan implementasi hingga evaluasi keperawatan.

2. Hipertensi adalah terjadinya peningkatan tekanan darah di atas rata-rata

yang lebih dari > 140/90 mmHg

3. Nyeri adalah suatu reaksi ketidak nyaman

4. Tindakan masase Punggung dalam adalah suatu tindakan keperawatan

yang dilakukan untuk dapat memenuhi kebutuhan rasa aman dan

nyaman sehingga mengurangi nyeri.

E. Instrument Studi Kasus

Instrument penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpuan

data (Notoadmodjo, 2010). Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan

instrument yaitu lembar pengkajian.


39

F. Tempat Dan Waktu

1. Tempat penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada di Ruang Wanita RSUD Karel

Sadsuitubun Langgur

2. Waktu penelitian

Penelitian direncanakan akan dilaksanakan pada bulan April 2024

G. Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara adalah Tanya jawab antara dua pihak yaitu pewawancara

dan narasumber untuk memperoleh data tentang suatu hal. Wawancara

bebas terpimpin merupakan kombinasi dari wawancara terpimpin dan

wawancara tidak terpimpin. Meskipun terdapat unsur kebebasan, tetapi

ada pengaruh pembicaraan secara tegas dan jelas. jadi wawancara ini

mempunyai cirri flesibilitas dan arah yang jelas (Notoatmodjo, 2010).

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data secara mendalam dari

pasien yang mengalami dispepsia.

2. Observasi

Observasi adalah mengumpulkan data atau keterangan yang harus

dijalankan dengan melakukan usaha pengamatan secara langsung ke

tempat yang akan diselidiki (Hidayat 2004 dalam Manalu 2015).

Observasi di laksanakan dengan menggunakan format pengkajian

asuhan keperawatan.

3. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang ahli medis

memeriksa tubuh pasien untuk memeriksa tanda klinis penyakit, hasil


40

pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis dan pemeriksaan fisik

akan membantu dalam menegakan diagnosis dan perencanaan

perawatan pasien. Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis dari

bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan

organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi

(Hidayat 2004 dalam Manalu 2015)

4. Dokumentasi

Untuk mendapatkan data sekunder tentang kasus yang sedang diteliti

meliputi catatan medic (medical record), catatan keperawatan atau

berbentuk dokumentasi lainnya.

H. Analisa Data dan Penyajian Data

Penyajian data penelitian merupakan cara penyajian dan penelitian

dilakukan melalui berbagai bentuk (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian

ini, Data disajikan dalam bentuk laporan asuhan keperawatan yang terdiri

dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,

implementasi keperawatan dan evaluasi.

I. Etika Studi Kasus

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang sangat penting

dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan

langsung dengan manusia, maka segi penelitian harus diperhatikan

(Lilianty, S. 2012).

Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut:

1. Bebas dari penderitaan yaitu penelitian harus dilaksanakan tanpa

mengakibatkan penderitaan kepada subjek, khususnya jika

menggunakan tindakan khusus.


41

2. Bebas dari esploitasi dan partisipasi yaitu subjek harus dihindarkan

dari keadaan yang tidak menguntunkan.

3. Hak untuk ikut atau tidak ikut menjadi responden yaitu hak untuk

mendapatkan jaminan dari perlakukan yang diberikan.

4. Informed consent yaitu hak untuk mendapatkan keadilan serta hak

untuk dijaga kerahasiaanya.

Anda mungkin juga menyukai