Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL

KARYA TULIS ILMIAH

PEMBERIAN TERAPI TERTAWA UNTUK MENURUNKAN

TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI

DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PAGAR DEWA KOTA BENGKULU


TAHUN 2020

ELISA PRATIWI
NIM.P0 5120217046

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

PELTEKKES KEMENKES BENGKULU

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI D III KEPERAWATAN

TAHUN 2020

1
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mungkin paling


banyak dijumpai, sebab penyakit ini diderita baik oleh pria maupun wanita,
serta pada golongan dewasa maupun kalangan muda. Hipertensi sering
mendapatkan julukan sebagai silent desease. Hal ini dikarenakan hipertensi
datangnya diam-diam, tidak menunjukkan adanya gejala tertentu. Sifat inilah
yang membuat hipertensi menjadi lebih berbahaya. Karena kadang-kadang
seseorang tidak mengetahui dirinya menderita tekanan darah tinggi sampai
pada akhirnya timbul penyakit-penyakit lain, seperti jantung, strok, maupun
ginjal yang dapat menyebabkan kematian. Keadaan ini sebenarnya dapat
dicegah bila hipertensi dapat dikontrol dari awal (Elizabet, 2011).

Hipertensi masih menjadi permasalahan pada masyarakat hampir di


seluruh belahan dunia. World Health Organization (WHO), melaporkan
insiden prevalensi hipertensi tertinggi 46% di Afrika, 35% di Amerika, dan di
Malaysia 20%. Berdasarkan data statistic dilaporkan bahwa 24,7% penduduk
Asia Tenggara mengalami hipertensi (WHO, 2014).
Prevalensi hipertensi meningkat di beberapa negara sedang
berkembang, termasuk Indonesia. Prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai
23,3% pada tahun 2014 (WHO, 2014). Kasus hipertensi tertinggi dilaporkan
pada kelompok umur ≥18 tahun yaitu sebesar 44,1%. Berdasarkan wilayah,
kasus hipertensi tertinggi ada di Kalimantan Timur sebanyak 40%,
Kalimantan Selatan sebanyak 44,1%, diikuti Jawa Barat sebanyak 40,4%,

2
kemudian Bangka Belitung sebanyak 32,2%, dan Bengkulu sebanyak 30,2%
(Kemenkes RI, 2018; WHO, 2015).
Bedasarkan data di Panti Sosial Tresna Werdha Pagar Dewa Propinsi
Bengkulu pada tahun 2017 terdapat jumlah lansia dengan hipertensi berjumlah
25 pasien, pada tahun 2018 berjumlah 32 lansia, pada september 2018
meningkat 41 lansia, dan data terakhir pada tahun 2019 berjumblah lansia
(PSTW,2019).
Pengobatan hipertensi tidak hanya mengandalkan obat-obat dari dokter
maupun mengatur diet semata, namun penting pula untuk membuat tubuh kita
selalu dalam keadaan rileks. Kondisi rileks diperlukan untuk mengaktifkan
system saraf parasimpatis yang bekerja berlawanan dengan saraf simpatis,
maka tubuh akan mereduksi produksi stress hormon (Idrus, 2010).
Salah satu memodifikasi gaya hidup yang mampu menanggulangi
hipertensi adalah dengan menganjurkan untuk lebih rileks, salah satu
alternatife rileksasi pada penderita hipertensi adalah dengan terapi tertawa
(Bartiah, Andhiyani, Dewi, Dwi, & Kiswanti, 2015).
Terapi tertawa merupakan metode terapi dengan menggunakan humor
dan tawa dalam rangka membantu individu menyelesaikan masalah mereka,
baik dalam bentuk gangguanmaupun gangguan mental. Penggunaan tawa
dalam terapi akan menghasilkan perasan lega pada alam kecemasan dan rasa
sakit (Andol, 2009).
Tertawa riang dapat mengurangi tingkat kecemasan dan mengurangi
hormone stres termasuk kortisol dan katekolamin. Kortisol, misalnya dapat
merusak sel - sel saraf dari hippocampus, yang merupakan bagian dari otak
yang bertanggung jawab untuk mengubah informasi sementara menjadi
informasi yang permanen.Tertawa dapat membantu untuk mengontrol tekanan
darah dengan menurunkan stress endokrin serta memunculkan kondisi rileks untuk
mengatasi rileks (Katarai, 2012).
Terapi tertawa bertujuan untuk mencapai kegembiraan di dalam hati
yang dikeluarkan melalui mulut dalam bentuk suara tawa, atau senyuman
yang menghiasi wajah, perasaan hati yang lepas dan bergembira, dada yang

3
lapang, peredaran darah yang lancar sehingga dapat mencegah penyakit dan
memelihara kesehatan (Andol,2009).
Tertawa 1 menit ternyata sebanding dengan bersepeda selama 15
menit. Hal ini membuat tekanan darah menurun , terjadi peningkatan oksigen
pada darah yang akan mempercepat penyembuhan tertawa juga melatih otot
dada, pernafasan, wajah, kaki, dan punggung. Selain fisik, tertawa juga
berpegaruh terhadap kesehatan mental. Tertawa terbukti memperbaiki suasan
hati dalam konteks sosial (Mangoenprasodjo & Hidayat, 2005:32).
Tertawa akan mereleksasikan otot-otot yang tegang. Tertawa juga
melebarkan pembuluh darah sehingga memperlancar aliran darah ke seluruh
tubuh. Jadi, tertawa merupakan meditasi dinamis atau teknik relaksasi yang
dinamis dalam waktu singkat yang mampu mengurangi stres dan kecemasan
seseorang (Kataria, 2004).
Berdasarkan data dan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan studi kasus pemberian terapi terapi untuk menurunkan tekanan
darah pada pasien hipertensi di panti sosial tresna werdha kota bengkulu tahun
2020.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengaplikasikan tindakan pemberian terapi tertawa terhadap
tekanan darah pada pasien Hipertensi
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien Hipertensi
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien
Hipertensi
c. Penulis mampu meyusun intervensi pada pasien Hipertensi
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien Hipertensi
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien Hipertensi
f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian tindakan terapi tertawa
untuk menurunkan tekanan darah pada pasien Hipertensi
3. Rumusan masalah

4
Tingginya angka mordibilitas dan mortalitas kasus hipertensi di Bengkulu
yang membutuhkan perawatan, maka perlu dilakukan Asuhan
Keperawatan yang tepat pada pasien dengan hipertensi. Agar studi kasus
ini lebih focus dan terarah dengan pemberian terapi tertawa untuk
menurunkan tekanan darah pada pasien Hipertensi. maka penulis
memberikan rumusan masalah studi kasus pada pasien hipertensi yang
tinggal di Panti Tresna Werdha Pagar Dewa Kota Bengkulu.
4. Manfaat penulisan
1. Bagi mahasiswa
Dapat menambah ilmu pengetahuan,pengalaman serta menerapkan
konsep dalam menangani penderita Hipertensi.
2. Bagi keluarga
Bagi keluarga karya tulis ilmiah ini diharapkan tambahan informasi
dan memperluas wawasan dan menjadikan sebagai acuan dalam
memberikan perawatan bagi pasien penderita Hiperensi dirumah.
3. Bagi pelayanan kesehatan
Hasil aplikasi riset diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan
wawasan pada pasien penderita Hipertensi mengenai pemberian
terapi tertawa untuk menurunkan tekanan darah.
4. Bagi Akademik
Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menambah referensi bacaan
dan pengetahuan wawasan mahasiswa di jurusan keperawatan
sebagai pelayanan kepada masyarakat khususnya pemberian terapi
tertawa untuk menurunkan tekanan darah pada pasien penderita
Hipertensi.

5
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. Pengkajian

A. Biodata : Nama, alamat, umur, tanggal masuk rumah sakit, diagnose medis,
penanggung jawab, catatan kedatangan.

B. Riwayat kesehatan

1. Keluhan utama : pasien mengalami penurunan tekanan darah

6
2. Riwayat kesehatan sekarang : pada saat dilakukan pengkajian pasien
masih mengeluh sakit kepala yang berat, penglihatan berkunang kunang,
tidak bisa tidur.
3. Riwayat kesehatan dahulu : penyakit hipertensi ini adalah penyakit dari
genetik yang menahun dan sudah lama dialami oleh pasien atau anggota
keluarga lainnya.
4. Riwayat kesehatan keluarga : adalah penyakit yang diderita anggota
keluarga lainnya.
5. Riwayat psikososial-spiritual
a. Psikologis : perasaan yang dirasakan oleh klien, apakah cemas/sedih?
b. Sosial : bagaimana hubungan klien dengan orang lain maupun orang
terdekat klien dengan lingkungan?
c. Spiritual : apakah klien tetap menjalankan ibadah selama tinggal di
panti sosial tresna werdha?

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien hipertensi berdasarkan
respon pasien (Doengoes, 2010) yang disesuaikan dengan Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (SDKI, 2016) yaitu :

a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload vasokontriksi,


iskemia miokard.
Data mayor subjektif :
Mengeluh lelah, mengeluh cemas, mengeluh sesak, dan mengeluh
gelisah.
Data mayor objektif :
Takikardi, distensi vena jugularis, tekanan darah menigkat, nadi perifer
teraba lemah, capillary refill time >3 detik, warna kulit pucat atau sianosis,
dan turgor kulit menurun

C. Perencanaan

7
Perencanaan Keperawatan Perencanaan keperawatan adalah rencana
keperawatan yang akan perawat rencanakan kepada klien sesuai dengan
diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi
(Wilkinson, 2011). Dalam teori perencanaan keperawatan dituliskan sesuai
dengan rencana dan kriteria hasil berdasarkan NOC & NIC (Bulechech &
Moorhead, 2016).

D. Intervensi keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah rencana keperawatan yang akan perawat
rencanakan kepada klien sesuai dengan diagnose yang ditegakkan sehingga
kebutuhan klien dapat terpenuhi (Wilkinson, 2011). Dalam teori perencanaan
keperawatan dituliskan sesuai dengan rencana dan kriteria hasil berdasarkan
NOC & NIC (Bulechech & Moorhead, 2016).

8
No Diagnosa Tujuan / Kriteria hasil intervensi keperawatan Rasional
Keperawatan (NOC) (NIC)

1 Penurunan curah Setelah dilakukan NIC : Terapi Relaksasi


jantung berhubungan intervensi keperawatan
dengan peningkatan selama … x 24 jam, Aktivitas Keperawatan :
afterload diharapkan 1. Gunakan suara lembut 1. Menggunakan suara
vasokontriksi, NOC : Status dengan irama yang lembut untuk setip kata
iskemia miokard sirkulasi lambat untuk setiap
dapat membuat merasa
Ditandai dengan : dipertahankan pada kata
2. Tunjukkan dan nyama
Mayor subjektif : level…
praktikkan teknik 2. Mempraktikkan
Mengeluh lelah, ditingkatkan ke
mengeluh cemas, level… relaksasi pada klien langkah-langkah
mengeluh sesak, dan 3. Dapatkan perilaku yang berelaksasi
mengeluh gelisah. Deskripsi Level : menunjukkan terjadinya 3. Memberikan perilaku
Mayor objektif : 1. Deviasi berat dari relaksasi,misalnya berelaksasi yang baik
Takikardi, distensi kisaran normal bernafas dalam,
dan benar supaya
vena jugularis, 2. Deviasi yang cukup menguap, pernafasan
perut, atau bayangan pasien lebih rileks dan
tekanan darah besar dari kisaran tenang
yang menenangkan.
menigkat, nadi perifer normal 4. Memberikan contoh-
4. Dorong pengulangan
teraba lemah, 3. Deviasi sedang dari
teknik praktik-praktik contoh tenik secara
capillary refill time kisaran normal
tertentu secara berkala berulang-ulang
>3 detik, warna kulit 4. Deviasi ringan dari
5. Berikan waktu yang 5. Mencari waktu luang
pucat atau sianosis, kisaran normal tidak terganggu karena agar klien tidak
dan turgor kulit 5. Tidak ada deviasi mungkin saja klien
menurun. dari kisaran normal tertidur
terganggu akan
6. Dorong klien untuk aktivitas sehari-hari
mengambil posisi yang 6. Mengajari posisi
nyaman dengan pakaian nyaman tenang dan
longgar dan mata pakaian yang tertutup
tertutup. serta longgar
7. Ciptakan lingkungan 7. Menciptkan linkungan
yang tenang dan tanpa
yang nyaman dengan
distraksi dengan lampu
yang redup dan suhu sedikit redup dan
Dengan kriteria hasil :
1. Tekanan darah sistol lingkungan yang pencahayaan tidak
(100- 140 mmHg) nyaman, jika terlalu terang
1/2/3/4/5 memungkinkan. 8. Memberikan
2. Tekanan darah 8. Spesifikkan isi intervensi kesempatan bagi klien
diastole (60-90 relaksasi (misalnya, untuk memberikan
mmHg) 1/2/3/4/5 dengan meminta saran
saran
3. Kekuatan nadi perubahan.
9. Menjelaskan secara
karotis (60100 x/m) 9. Berikan deskripsi detail
terkait intervensi jelas dan tepat untyk
1/2/3/4/5
relaksasi yang dipilih. terapi relaksasi tersebut
4. Capillary refill
10. Gambarkan rasionalisasi 10. Memberikan gambaran
(kembali < 3 detik)
dan manfaat relaksasi relaksasi seperti terapi
1/2/3/4
serta jenis relaksasi musik, terapi tertawa
yang tersedia (misalnya,
dan napas dalam
musik,
meditasi,bernafas, 11. Mempertimbangkan
dengan ritme, relaksasi keinginan klien di masa
rahang dan relaksasi lau, apakah ada
otot progresif) mengalami trauma
11. Pertimbangkan terhadap tenik relaksasi
keinginan individu
tertentu
untuk berpartipasi,
kemampuan
12. Menjelaskan ulang
berpartisipasi,pilihan,
teknik relaksasi yang
pengalaman masa lalu telang di ulang.
dan kontraindikasi
sebelum memilih
strategi relaksasi
tertentu.
12. Evaluasi laporan
individu terkait dengan
relaksasi yang dicapai
secara teratur, dam
monitor ketegangan
otot secara periodik
denyut nadi, tekanan
darah dan suhu tubuh
yang tepat.
E. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan medis pada klien dengan hipertensi adalah
mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan
mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90mmHg. Efektivitas setiap
program ditentukan oleh derajat hipertensi,komplikasi,biaya perawatan, dan
kualitas hidup sehubungan dengan terapi
a. Terapi Nonfarmakologi
a. Menurunkan berat badan bila ada obesitas
b. Meningkatkan aktivitas fisik dengan latihan aerobik yang teratur
c. Berhenti merokok dan mengurangi asupan asam lemak jenuh dan
kolestrol, juga asupan lemak.
d. Relaksasi dan mengurangi stres psikososial
e. Diet vegetarian dan minyak ikan (Boestan dkk, 2010)

b. Terapi Farmakologi

Pada umumnya pasien hipertensi memerlukan dua atau lebih obat anti
hipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Penambahan
obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila pemakaian obat tunggal
dengan dosis lazim gagal mencapai target tekanan darah. Apabila tekanan darah
melebihi 20/10 mmhg diatas target, dapat dipertimbangkan untuk memulai
terapi dengan dua obat (Irza, 2009) Macam obat hipertensi antara lain :
1. Diuretik
2. Hydrochlorthiazid
3. Furosemide
4. Spinolacton
5. Beta blocker
6. Kalsium antagonis
7. ACE Inhibit or/ARB
8. Alfa blocker
F. Evaluasi

Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan


antara dasar tujuan keperawatan klien telah ditetapkan dengan respon perilaku
klien yang tampil. Tujuan dari evaluasi antara lain untuk menentukan
perkembangan kesehatan klien, menilai efektifitas dan efisiensi tindakan
keperawatan, mendapatkan umpan balik dari respon klien dan sebagai tanggung
jawab dan tanggung gugat dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan (Dermawan,
2012).

Hasil evaluasi yang diharapkan setelah dilakukan intervensi terhadap pasien


adalah tekanan darah sistol dan diastole dibatas nilai normal dengan
menggunakan beberapa intervensi yang telah dilakukan sebelumnya, kekuatan
nadi karotis dalam batas normal, capillary refill kembali dalam waktu 3 detik,
dan suhu kulit di bawah 37.2 °C dan diatas 36.5 °C (Doengoes, et al., 2010).

A. Konsep Terapi Tertawa


1. Pengertian
Terapi tertawa adalah suatu terapi untuk mencapai kegembiraan didalam
hati yang dikeluarkan melalui mulut dalam bentuk suara tawa,senyuman yang
menghias wajah, pearasaan hati yang lepas dan bergembira, dada yang lapang,
peredaran darah yang lancar sehingga bisa penyakit, memelihara kesehatan,
serta menghilangkan stres (Robinson,1990;Dahl dan O’Neal,1993).
Terapi adalah ekspresi jiwa atau emosional yang diperlakukan melalui raut
wajah dan bunyi-bunyian tertentu. Oleh karena itu, tertawa secara fisiologis
dapat dibagi menjadi dua, yaitu satu set gerakan dan produk
suara(Muhammad,2011).
Terapi tertawa dapat mengurangi tingkat stress tertentu dan menumbuhkan
hormone. Hormone stress akan menekan sistem kekebalan, sehingga
meningkatkan jumlah platelet (sesuatu yang dapat menyebabkan gangguan
dalam arteri) dan meningkatkan tekanan darah (Zuhdi, 2011).
Tertawa akan merelaksasikan otot-otot yang tegang. Tertawa juga
melebarkan pembulu darah sehingga memperlancar aliran darah keselurh
tubuh. Jadi tertawa merupakan meditasi dinamis atau teknik relaksasi yang
dinamis atau relaksasi yang dinamis dalam waktu singkat yang mampu
mengurangi stess dan kecemasan seseorang (Susilowati, 2011).
2. Teknik Prosedur Terapi Tertawa
1. Mengukur kecemasan sebelum terapi tertawa
2. Prosedur yang diberikan terapi tertawa adalah sebagai berikut :

a. Bertepuk tangan selama 1-2... 1 – 2-3 sambil mendaras Ho-Ho..Ha – Ha..

b. Pernapasan dalam dengan tarik nafas melalui hidung dan dihembuskan


pelan-pelan.(bersamaan kata-kata penyembuhan, memanfaatkan,
melupakan, hidup dan tetap hidup)selama 5 kali.

c. Latihan bahu, leher, dan pereganggan (masing-masing 5 kali).

d. Tawa bersemangat tertawa dengan mengangkat kedua belah lengan


diudara dan kepala agak mendongak kebelakang. Rasakan seolah tawa
langsung keluar dari hati anda.

e. Tawa sapaan- mengatukan kedua telapak tangan dan menyapa ala india
atau berjabat tangan ala barat dengan sedikitnya 4-5 orang anggota
kelompok.
f. Tawa penghargaan- bentuk sebuah lingkaran kecil dengan telunjuk dan
ibu jari anda sambil memutar membuat gerakan anda sedang memberikan
penghargaan atau memuji anggota kelompok anda sambil tertawa.

g. Tawa 1 meter: gerakan 1 tangan disepanjang bentangan lengan anda yang


lain ( seperti merentangkan busur untuk melepaskan anak panah ). tangan
digerakan dalam 3 gerakan cepat sambil mendasarkan Ae... Ae... Aeeee...
dan kemudian para peserta tertawa sambil merentangkan kedua lengan
dengan dikit mendorongkan kepala serta tertawa Bimbing pdari perut
( ulangi 4 kali).

h. Tawa hening tanpa suara, bukalah mulut anda lebar-lebar dan tertawalah
tanpa mengeluarkan suara sambil saling menatap gerakan-gerakan lucu.

i. Tawa bersenandung dengan mulut tertutup- tertawa dengan mulut tertutup


dan mengeluarkan suara senandung hmmmmmmmm.. saat bersenandung
teruslah bergerak dalam kelompok dan berjabat tangan dengan orang
berbeda.

j. Tawa menganyun - berdirilah dalam lingkaran dan bergerak sambil


mendaras Aee... Ooo... Eee... Uuu...

k. Tawa singa – julurkan lidah sepenuhnya dengan mata terbuka lebar dan
tangan teracung seperti cakar singa dan tertawa dari perut

l. Tertawa ponsel – berpura –puralah memegang sebuah hp dan coba untuk


tertawa, sambil membuat berbagai gerakan kepala dan tangan serta
berkeliling dan berjabat tangan dengan orang yang berbeda.

m. Tawa bantahan – tertawa sambil menudingkan jari keberapa anggota


kelompok seolah sedang berbantahan.
n. Tawa bertahap – tawa bertahap dimulai dengan bersenyum, perlahan
tambah tawa kecil dan intensitas tawa semakin ditingkatkan. Lalu para
anggota secara bertahap memalukan tawa bersemangat kemudian
berlahan- lahan melirihkan tawa dan berhenti.

o. Tawa dari hati-kehati tawa keakraban – mendekat dan berpegangan


tanganlah serta tertawa. Peserta bisa saling berjabat tangan atau memeluk,
apapunyang terasa nyaman.

Tekhnik penutupan :

1.Meneriakan 3 slogan

a. “ Aku orang paling berbahagia didunua ini”Y...A,

b. “ Aku orang paling sehat didunia ini”Y...A,

c. “ Aku anggota kelub tawa”Y...A,

2. Yang terpenting

diakhir sesi semua anggota berdiri dengan mata terpejam selama 1 menit
dengan lengan terpentang kearah atas, mengharapkan perdamaian dunia.

3. Mengukur kecemasan setelah terapi tertawa.

G. Tahapan Terapi Tertawa


Terapi tertawa terdiri dari tiga tahap utama. Masing-masing sesi dalam
terapi adalah kombinasi antara latiha pernapasan, peregangan dan berbagai
teknik tawa stimulus.satu sesi tawa memakan watu antara 20-30 menit.
Sedangkan stu putaran tawa memakan waktu antara 30-40 detik
(Firmanto,2006).
Adapun tahapan terapi tertawa secara teoritis terbagi dalam 15 langkah
dimana masing-masing terdiri dari tahap persiapan,inti, dan penutup. Pada
tahap persiapan prinsip yang mendasari adalah breathing (pernafasan) dan
physical relaxation. Pada tahap inti prinsip yang mendasari adalah
kemampuan untuk berinteraksi dan mencari support dan pada tahap penutup
merupakan tahapan akhir dalam terapi tertawa untuk mental relaxation.
1. Breathing (pernafasan)
Pernafasan penting untuk kehidupan, pernafasan yang tepat
merupakan penawar stres. Dalam bernafas, diaftagma ikut mengambil
peranan yang cukup penting. Diafragma memisahlan dada dan perut
manusia. Sekalian manusia dapat mengembangkan dan mengerutkan
diafragma secara disadari, umumnya hal ini berjalan dengan otomatis.
Ketika manusia mengalami stress mengakibatkan proses bernafas yang
cepat dan terburu-buru, untuk melepaskan kondisi stress tersebut bisa
dilakukan dengan cara menghirup udar sebanyak-banyaknya dan
menghembuskan secara perlahan. Pranayama adalah teknik-teknik
pernafasan yang pelan dan berirama dengan erakan lengan yang
membantu terciptanya relaksasi fisik dan mental (Kataria,2004).
2. Phsycal Relaxation
Phsycal Relaxation merupakan bagian terpenting dari bebrapa
gerakana tawa yoga,yaitu pada gerakan tepuk tangan berirama dan teknik-
teknik yawa yoga. Gerakan tepuk tangan berirama dilakukan di awal
sebelum mausk ke sesi utama tawa yoga. Gerakan ini merupakan latihan
pemanasan yang merangsangan titik-titik acupressure (pijat ala
akupuntur) di telapak tangan dan membatu menciptakan rasa nyaman
serta meningkatkan energi. Pada langkah ketiga dari model sesi tawa 15
langkah yaitu latuhan bahu, leher dan peregangan juga merupakan salah
satu bentuk relaksasi fisik yang dilakukan sebelum melakukan gerakan
tawa. Latihan ini dapat memberikan penyegaran fisik dan stamina
tambahan. Pada teknik-teknik tawa yoga lainnyan yang menggunakan
Physical Relaxation sebagai bagian dari penyelamatan dari tubuh dan
pikiran adlah gerakan tawa pada langkah 3 sampai dengan 15.
3. Mengembangkan kemampuan komunikasi
Tawa dapat menyatukan energi dan memperbaiki hubungan
interpersonal
4. Mencari Social Support
Social Support merupakan salah satu teknik melakukan coping
terhadap stress. Seluruh gerakan tawa melibatkan interkasi dari orang
lain. Gerkan yang khusus mencari social support muncul pada bebrapa
langkah yaitu tawa sapaan, tawa penghargaan, tawa hening tanpa suara,
tawa bersenandung dengan mulut tertutup, tawa mengayun, tawa
singa,tawa ponsel, tawa memaafkan dan keakraban.
5. Mental Relaxation
Mental Relaxation ini terdapat pada pentupan akhir sesi tawa yaitu
memeriakkan 2 slogan dan saat teduh dengan mengangkat kedua tangan
ke atas dan memejamkan mata dalam beberapa menit. Gerakan pada
teknik peutupan ini mendasarkan kepada prinsip dasar Hasya Yoga
dimana mental relaxation ini dilakukan untuk menyelaraskan antara
tubuh, pikiran dan jiwa sehingga dapat menekan kecemasan atau stres
(Kataria,2004).

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Studi Kasus


Jenis penelitian yang dilakukan adalah Pre Eksperiment dengan
menggunakan rancangan one group pre and post test dimana rancangan ini
tidak menggunakan kelompok pembanding tetapi sudah dilakukan observasi
pertama yang memungkinkan menguji perubahan-perubahan yang terjadi
setelah adanya eksperimen (Notoadmojo,2010).
Pre-Test Perlakuan Post test

01 X 02

Bagian 3.1 Model Rancangan Penelitian

Keterangan:

1 : Tekanan darah sebelum dilakukan pemberian terapi tertawa pada


kelompok eksperimen
X : Perlakuan berupa pemberian terapi tertawa
02 : Tekanan darah sesudah dilakukan pemberian terapi tertawa pada
kelompok eksperimen

B. Subyek Studi Kasus


Subyek penelitian dalam studi kasus ini yaitu pemberian terapi tertawa
untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipetensi di panti sosial tresna
werdha kota Bengkulu. Jumlah subyek penelitian yang direncanakan yaitu 2
orang pasien dengan dengan minimal perawatan selama 3 hari. Kriteria
inklusi dan eksklusi yang ditetapkan pada subjek penelitian yaitu :
1. Kriteria inklusi
a. Penderita hipertensi yang tinggal di panti sosial tresna werdha kota
Bengkulu
b. Penderita berusia lebih dari 25 tahun ke atas
c. Penderita bersedia menjadi responden
2. Kriteria eksklusi
a. Penderita hipertensi dengan komplikasi gagal ginjal
b. Penderita tidak bersedia menjadi responden
C. Fokus Studi
Pemberian terapi tertawa untuk menurunkan tekanan darah pada pasien
Hipertensi.

D. Definisi Operasional
1. Asuhan keperawatan dalam studi kasus ini didefiniskan sebagai suatu
proses pelayanan keperawatan dengan Pemberian Terapi Tertawa Untuk
Menurukan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi yang meliputi tahapan
pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan
pada pasien Hipertensi. Dengan fokus Pemberian Terapi Tertawa Untuk
Menurukan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi.
2. Pasien dalam studi kasus ini didefinisikan sebagai orang yang menerima
pelayanan kesehatan atas penyakit Hipertensi yang dialami.
3. terapi tertawa maka seseorang dapat rileks dan mengurangi ketegangan,
sehingga kondisi ini dapat menjadikan penurunan stress yang dialami
oleh seseorang (Sarina, 2015).

E. Lokasi dan Waktu Studi


Kasus Studi kasus ini akan dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Pagar
Dewa Kota Bengkulu. Studi kasus ini direncanakan akan dilaksanakan pada
bulan Januari tahun 2020.

F. Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan data
a.Wawancara
Hasil anamnesis yang harus didapatkan berisi tentang identitas klien,
keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu,
riwayat penyakit keluarga, riwayat psikologi, pola pola fungsi kesehatan.
Data hasil wawancara dapat bersumber dari klien keluarga dan dari perawat
lainnya.
b.Obsevasi
pengumpulan data ini meliputi keadaan umum, pemeriksaan integumen,
pemeriksaan kepala leher, pemeriksaan dada, pemeriksaan abdomen,
pemeriksaan inguinal, genetalia, anus, ekstremitas, pemeriksaan fisik
pendekatan: inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi pada sistem tubuh klien.
Data fokus yang harus didapatkan adalah pada regulasi hemodinamik.

G. Penyajian Data
Penyajian data menggunakan format pengkajian asuhan keperawatan
gerontik dengan pemberian terapi tertawa untuk menurunkan tekanan darah
pasien.hipertensi.

H. Etika Studi Kasus


Peneliti akan mempertimbangkan etik dan legal penelitian untuk
melindungi responden agar terhindar dari segala bahaya serta
ketidaknyamanan fisik dan psikologis.ethical clearance mempertimbangkan
hal-hal dibawah ini :
1. Self determinan
Dalam penelitian ini dijaga dengan memberikan kebebasan pada
responden untuk memilih dan memutuskan berpartisipasi dan menolak
dalam penelitian ini tanpa ada paksaan.
2. Tanpa nama (anominity)
Nama responden tidak perlu dicantumkan pada lembar observasi.
Penggunaan anonimity pada penelitian ini dilakukan dengan cara
menggunakan kode dan alamat reswponden pada lembar observasi dan
mencantumkan tanda tangan pada lembar persetujuan sebagai responden.
Peneliti menggunakan nama samaran (anonim) sebagai indentitas
responden.
3. Kerahasian (confidentialy)
Kerahasian ini diartikan sebagai semua informasi yang didapat dari
responden tidak akan diserbarluaskan ke orang lain dan hanya peneliti yang
mengetahuinya. Informasi yang telah terkumpul dari subjek dijamin
rahasia. Kelompok data tertentu yang telah disajikan pada hasil
penelitian.pengelolahan data di input ke laptop peneliti dan diolah
menggunakan software komputer dan pemusnahan data dilakukan setelah
penelitian dipresentasikan.
4. Keadlian (justice)
Penelitian ini akan menerapkan prinsip keadilan yang meliputi the right
to fair treatment dan the right to privacy yaitu setiap responden mempunyai
hak yang sama untuk mendapatkan perlakuan yang adil sebelum,selama,dan
sesudah penelitian tanpa adanya diskriminasi,baik yang bersedia mengikuti
penelitian maupun yang menolak untuk menjadi responden penelitian.semua
subjek dalam penelitian ini akan diberikan hak yang sama dengan tetap
memberikan asuhan kepetugas kesehatan yang optimal sesuai standar
prosedur operasional yang ada baik yang bersedia maupun yang menolak
menjadi responden

Anda mungkin juga menyukai