Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL TOT

SENAM LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI PANTI WERDA


DINAS SOSIAL PROVINSI BANTEN

KELOMPOK:
OJAT SUDRAJAT
IRAWAN
ALAN MUHLIADI
RINI SUMINAR
CUCU SUGIANTI
MIRAWATI
NOVI ISMALIA
PURWATI

PRORAM SUDI S1 KEPERAWATAN (NERS)

STIKes YATSI TANGERANG

2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah


mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi,
perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di
bidang medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan
penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya penduduk yang
berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat. Sehingga istilah baby
boom pada masa lalu berganti menjadi ledakan penduduk usia lanjut
(Nugroho:2000).

Usia lanjut atau lanjut usia bukanlah merupakan suatu penyakit, meskipun hal tersebut
dapat menimbulkan masalah sosial. Di beberapa negara, terutama di negara-negara
maju umur harapan hidup telah bertambah panjang sehingga warga-warga yang berusia
lebih dari 65 tahun juga bertambah. Adanya peningkatan jumlah penduduk usia lanjut
tersebut menyebabkan perlunya perhatian pada para lansia agar lansia tidak hanya
berumur panjang tetapi juga dapat menikmati masa tuanya dengan bahagia serta
meningkatkan kualitas hidup mereka.

Tanda-tanda masa tua disertai dengan adanya kemunduran-kemunduran kemampuan


kerja panca indera, gangguan fungsi alat-alat tubuh, perubahan psikologi serta adanya
berbagai penyakit. Dengan banyaknya perubahan yang terjadi pada lansia banyak pula
masalah kesehatan yang dihadapi.

Berdasarkan dari latar belakang tersebut, kelompok tertarik untuk mengajarkan dan
mendemonstrasikan senam lansia dengan hipertensi untuk mencegah peningkatan
tekanan darah.
B. HIPERTENSI

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi didefenisikan sebagai tekanan darah yang terus-menerus diatas 140/90


mmHg karena fluktuasi tekanan darah terjadi antar individu dan dapat dipengaruhi
oleh lingkungan dan ansietas (Marrelli. 2008. Hal 125). Sedangkan menurut Graber
(2005. Hal 103) hipertensi didefenisikan sebagai rekanan darah sistolik yang menetap
diatas atau sama dengan 140mmHg atau tekanan darah diastolik yang menetap diatas
atau sama dengan 90 mmHg.

2. Etiologi

Etiologi Hipertensi Menurut Brooker (2009) penyebab yang mendasari hipertensi


tidak diketahui pada sebagian besar pasien (lebih dari 95%) dan disebut hipertensi
esensial. Etiologi hipertensi terdiri atas multifaktor faktor yang berkaitan dengan
hipertensi meliputi obesitas, diabetes, asupan garam (natrium) tinggi, penyalahan
alkohol dan merokok. Faktor genetik juga memegang peranan. Kelompok ras tertentu
memiliki prevalensi hipertensi lebih tinggi, seperti Afrika, Amerika dan Jepang.
Tekanan darah meningkat seiring usia dan hipertensi jarang terjadipada kelompok usia
dibawah 25tahun, kecuali mereka mengalami penyakit primer, seperti gagal ginjal
(Brooker, 2009).

3. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion kepembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan
steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan airoleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.
Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi untuk pertimbangan
gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah
yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang
jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2005 ).

4. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

a. Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal
ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak
terukur.

b. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis. Menurut Rokhaeni ( 2001 ),

5. Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat


komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi
meliputi : Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis
penatalaksanaan:

a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.


Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat
menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam
plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan
batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,
bersepeda atau berenang.

b. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian
atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
Mempunyai efektivitas yang tinggi.
Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
Tidak menimbulakn intoleransi.
Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
Memungkinkan penggunaan jangka panjang.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan latihan senam hipertensi, Pengasuh klien dapat mempraktekkan
secara mandiri untuk mencegah peningkatan tekanan darah.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan latihan senam hipertensi selama 15 menit di panti werda dinas
sosial provinsi banten, maka klien mampu :
a. Mamahami tentang penyakit hipertensi
b. Mampu mempraktekkan latihan senam hipertensi secara mandiri.
BAB II
SISTEMATIKA KEGIATAN

A. Kriteria Klien
Semua lansia di Panti Werdha Dharma Bakti yang menderita hipertensi.

B. Pelaksanaan
Hari/ tanggal : Rabu, 12/10/2017
Waktu : 14.00 WIB s/d selesai
Tempat : Panti Werdha dinas sosial Propinsi Banten

C. Rencana Kegiatan
1. Kegiatan : latihan senam untuk Pengasuh lansia dengan hipertensi
2. Materi : teknik senam lansia dengan hipertensi; pengertian, tujuan, indikasi.
3. Media Promkes : VCD senam lansia

D. Susunan kepanitiaan dan uraian tugas


Moderator + instruktur : Ojat Sudrajat
Penyaji + instruktur : Rini
fasilitator : Cucu Sugianti
Observer + dokumentasi : Alan
Notulen : Novi Ismalia

Uraian tugas diantaranya:


1. Moderator
Memimpin jalannya acara kegiatan
2. Penyaji materi
Menyampaikan materi tentang penyakit hipertensi secara singkat
3. Instruktur
Mengajarkan para lansia untuk senam lansia dengan hipertensi
4. Notulen
Membuat notulen mulai dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan
pelaporan
5. Fasilitator
Mengarahkan dan membantu passien dalam melakukan senam
6. Dokumentasi
Mendokumentasi jalannya kegiatan

E. Susunan Acara

NO Langkah- Waktu Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Sasaran


. Langkah
1 pembukaan 5 menit1. Memberi salam 1. Memperhatikan dengan
2. Memperkenalkan diri seksama
3. Menjelaskan maksud 2. Menjawab salam
dan tujuan
2 penjelasan 5 menit Penyajian materi Mengikuti kegiatan
penyuluhan sampai selesai
3 Demontrasi 15 Mendemonstrasikan Peserta ikut berperan aktif
latihan menit latihan senam hipertensi dalam memperagakan
senam latihan senam hipertensi
4 evaluasi 5 menit Moderator meminta Memberikan pertanyaan
peserta latihan senam seputar film yang
untuk ditayangkan dan materi
mendemonstrasikan telah disajikan
kembali langkah-langkah
senam hipertensi ( yang
mampu diingat)
5 Penutup 5 menit Memberi salam Menjawab salam
F. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Peserta sudah diberitahu satu hari sebelumnya
b. Media sudah disiapkan
c. Materi sudah siap
d. Satuan acara sudah disiapkan
2. Evaluasi proses
a. Klien mampu memahami penyakit hipertensi
b. Klien mampu mendemonstrasikan latihan senam hipertensi secara mandiri
BAB III
MATERI PENYULUHAN

1. PENGERTIAN

Lansia atau usia tua adalah periode dimana organisme telah mancapai kemasakan dalam
ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu
(Ahmadi, 2009).

Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak memberatkan yang
diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan membantu tubuh agar tetap bugar
dan tetap segar karena melatih tulang tetap kuat, memdorong jantung bekerja optimal
dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh.

2. JENIS SENAM LANSIA


Jenis-jenis senam lansia yang biasa diterapkan, meliputi :
a) Senam kebugaran lansia
b) Senam otak
c) Senam osteoporosis
d) Senam hipertensi
e) Senam diabetes mellitus
f) Olahraga rekreatif/jalan santai.

3. MANFAAT OLAHRAGA BAGI LANSIA


Semua senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat bermanfaat untuk
menghambat proses degeneratif/penuaan. Senam ini sangat dianjurkan untuk mereka
yang memasuki usia pralansia (45 thn) dan usia lansia (65 thn ke atas).
Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ
tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah
latihan teratur. Tingkat kebugaran dievaluasi dengan mengawasi kecepatan denyup
jantung waktu istirahath yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Dengan
mengikuti senam lansia efek minimalya adalah lansia merasa berbahagia, senantiasa
bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran tetap segar.
4. TUJUAN SENAM LANSIA DENGAN HIPERTENSI
Melebarkan pembuluh darah
Tahanan pembuluh darah menurun
Berkurangnya hormon yg memacu peningkatan tekanan darah
Menurunkan lemak / kolesterol yang tinggi.

5. INDIKASI SENAM LANSIA


Indikasi dilakukan senam lansia dengan hipertensi adalah klien yang menderita
hipertensi

6. KONTRAINDIKASI
- Klien dengan fraktur ekstremitas bawah atau bawah
- Klien dengan bedrest total

7. PERMASALAHAN DAN PEMECAHANNYA


Permasalahan yang biasanya terjadi yang merupakan hambatan dalam melakukan
senam lansia adalai rasa bosan. Perasaan ini wajar saja dan muncul mungkin
dikarenakan tidak adanya variasi senam. Untuk itu macam atau jenis senam yang
dilakukan sebaiknya selalu bervariasi/berganti-ganti. Misalnya pada minggu pertama
melakukan senam kebugaran dan minggu selanjutnya jenis senam osteoporosis dan
seterusnya dilakukan secara bergiliran. Musik juga mempengaruhi, sehingga peserta
senam lansia menyukai musik tertentu yang memungkin tumbuh semangat para lansia
ketika melakukan senam lansia.
DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta :
EGC.

N. Richard. Mitchell. Et.al. 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins dan Coutran.
Jakarta : EGC.

http://nurse87.wordpress.com. Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Hipertensi. Regards,

http://sembilannam.wordpress.com/2011/04/13/senam-untuk-hipertensi/

http://keperawatankomunitas.blogspot.com/2009/12/senam-lansia.html

Anda mungkin juga menyukai