Oleh:
DISUSUN OLEH :
I. Tujuan
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan teknik relaksasi otot progesif secara rutin, diharapkan
II. Metode
Penyuluhan kesehatan, demonstrasi
III. Media
LCD, lembar materi, laptop, dan buku
MATERI PENYULUHAN
A. Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah faktor resiko utama yang menyebabkan penyakit
cardiovaskuler, termasuk stroke, myocardial infarction, dan gagal jantung. Data
dari Framingham menyatakan bahwa 90% pasien dengan tekanan darah normal
pada usia 55-65 tahun akan menampilkan hipertensi pada usia 80 tahun, karena
adanya hubungan dari perubahan struktur pembuluh darah besar. Seseorang
dikatakan mengalami hipertensi atau tekanan darah tinggi jika memiliki nilai
systole 140 mmHg dan Diastole 90 mmHg (Jain, 2011). Hipertensi memiliki
hubungan yang signifikan dengan kejadian meningkatnya angka kesakitan dan
angka kematian dari penyakit serebrovaskul, infark miokard, gagal jantung
kongestif, dan gagal ginjal (Neutel; Dean; Kathy; Jen-Fue; Ali; William, 2011;
Babatsikou; Assimina, 2010).
Menurut Maryani dan Suharmiati (2006), dari banyak penelitian
epidemiologic dinyatakan bahwa dengan meningkatnya umur, tekanan darah
meninggi. Hipertensi menjadi problem pada usila karena sering ditemukan
menjadi faktor risiko stroke dan penyakit jantung koroner. Sebenarnya, hipertensi
merupakan akibat dari kerja keras jantung untuk dapat mengalirkan darah ke
seluruh tubuh. Pada usila, saluran darah dalam jaringan seluruh tubuh sudah
mengalami penebalan dan pengurangan elastisitas. Akibatnya, system dalam
tubuh berupaya menaikkan tekanan jantung supaya distribusi darah dapat berjalan
normal. Hal ini menimbulkan jantung mudah lelah sehingga fungsinya sebagai
alat pompa darah akan menurun.
2. Etiologi
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer (idiopatik)
Jenis hipertensi ini masih belum diketahui penyebabnya, meskipun begitu
kasus hipertensi esensial ini memiliki beberapa faktor-faktor resiko tertentu,
seperti faktor keturunan, usia, ras, obesitas, kurangnya aktivitas fisik,
kurangnya asupan kalium, magnesium, dan kalsium, komsumsi alkohol yang
berlebihan, dan kejadian ini terjadi lebih banyak pada lelaki. Gaya hidup yang
tidak sehat dengan banyak mengkomsumsi garam juga menjadi salah satu
pemicu timbulnya hipertensi (Jain, 2011).
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder dikenal juga dengan hipertensi renal. Berikut ini adalah
beberapa faktor pemicu timbulnya hipertensi sekunder, antara lain:
1) Penggunaan estrogen.
2) Penyakit ginjal.
3) Tumor kelenjar hipofisis.
4) Produksi hormon yang berlebihan, seperti hormon adrenal dan tiroid.
5) Tumor otak atau gangguan yang melibatkan tekanan intra kranial
meningkat (Jain, 2011).
3. Faktor predisposisi/Faktor pencetus
Menurut Harrison (2000), kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak
aktif (malas berolahraga), stress, alkohol, atau garam yang lebih dalam makanan;
bisa memicu terjadinya hipertensi. Faktor yang mempengaruhi timbulnya
hipertensi :
a. Stress
Hubungan antara stres dengan hipertensi, diduga terjadi melalui aktivasi saraf
simpatis (saraf yang bekerja saat beraktifitas). Peningkatan aktivitas saraf
simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu).
Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap
tinggi.
b. Rokok
Meskipun efek jangka panjang merokok terhadap tekanan darah masih belum
jelas, namun efek sinergis merokok dengan tekanan darah yang tinggi terhadap
risiko kardiovaskuler telah didokumentasikan secara nyata.
c. Alkohol
Penggunaan alkohol secara berlebihan juga dapat meningkatkan tekanan darah,
mungkin dengan cara meningkatkan katekolamin plasma
d. Konsumsi garam dapur
Hubungan antara asupan natrium dan hipertensi masih kontroversial, tetapi
jelas bahwa pada beberapa pasien hipertensi, asupan garam yang banyak
menyebabkan peningkatan tekanan darah secara nyata. Pasien hipertensi
hendaknya mengkonsumsi garam tidak lebih dari 100 mmol/hari (2,4 gram
natrium, 6 gram natrium klorida).
e. Aktivitas Olah raga
Olahraga teratur adalah suatu kebiasaan dan cara yang baik untuk mengurangi
berat badan. Hal itu juga tampak berguna untuk menurunkan tekanan darah
dengan sendirinya.
f. Obesitas
Faktor yang diketahui dengan baik adalah obesitas, dimana berhubungan
dengan peningkatan volume intravaskuler dan curah jantung. Pengurangan
berat badan sedikit saja sudah menurunkan tekanan darah.
4. Patofisiologi
Dimulai dengan atherosklerosis, gangguan struktur anatomi pembuluh
darah perifer yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah. Kekakuan
pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran
plague yang menghambat gangguan peredaran darah perifer. Kekakuan dan
kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang
akhirnya dekompensasi dengan peningkatan upaya pemompaan jantung yang
memberikan gambaran peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi (Bustan,
2007).
Tekanan darah tinggi biasa ditemui pada pasien yang sudah berusia lanjut
(lansia). Hal ini erat hubungannya dengan proses menua pada seseorang. Di sini
terjadi perubahan berupa berkurangnya elastisitas pembuluh darah, sehingga
terjadi kekakuan pembuluh darah. Keadaan ini diperberat dengan terjadinya
penimbunan lemak di lapisan dalam pembuluh darah. Tekanan darah tinggi pada
orang lansia yang sering tampak adalah bagian sistol, atau yang terekam paling
atas dari alat pengukur tekanan darah (Takasihaeng, 2002.).
Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik
terisolasi (HST), dan pada umumnya merupakan hipertensi primer. Adanya
hipertensi, baik HST maupun kombinasi sistolik dan diastolik merupakan faktor
risiko morbiditas dan mortalitas untuk orang lanjut usia (Kuswardhani, 2006).
5. Tanda dan gejala
Klasifikasi Gejala Tanda
Aktivitas / Istirahat Kelemahan, letih, nafas Frekuensi jantung
pendek, gaya hidup meningkat, perubahan
monoton. irama jantung, takipnea.
Sirkulasi Riwayat hipertensi, Kenaikan TD, hipotensi
arteriosklerosis, penyakit postural (mungkin
janutng koroner, dan berhubungan dengan
penyakit cerebravaskular. regimen obat), Nadi
(denyutan jelas dari
karotis, jugularis,
radialis,perbedaan
denyut seperti denyut
femoral melambat
sebagai kompensasi
denyutan radialis atau
brakialis, denyut
popliteal, tibialis
posterior, pedalis tidak
teraba atau lemah),
takikardi, Bunyi
jantung [ terdengar S2
pada dasar S3 (CHF
dini), s4 (pergeseran
ventrikel kiri atau
hipertrofi ventrikel
kiri)], murmur stenosis
vulvular, kulit pucat,
sianosis, dan
diaphoresis,
kemerahan, kongesti.
Integritas ego Ansietas, depresi, Gelisah, tangisan yang
euphoria, atau marah meledak, gerak tangan
kronik. empati, otot muka
tegang, gerakan fisik
cepat, peningkatan pola
bicara.
Eliminasi Gangguan ginjal saat ini
atau yang lalu ( seperti
infeksi atau riwayat
penyakit ginjal masa lalu)
Neurosensori Keluhan pening atau Status mental
pusing, berdenyut, sakit (perubahan keterjagaan,
kepala suboksipital orientasi, pola bicara,
(terjadi saat bangun dan proses piker, atau
menghilang secara memori / ingatan),
spontan setelah beberapa respon motorik
jam), gangguan (penurunan kekuatan
penglihatan (diplopia, genggaman tangan dan
penglihatan kabur). atau refleks tendon
dalam),
Nyeri / Ketidaknyamanan Angina (penyakit arteri
koroner/keterlibatan
jantung), nyeri hilang
timbul pada tungkai /
kaludikasi (indikasi
arteriosklerosis pada arteri
ekstremitas bawah), sakit
kepala oksipitas berat
seperti yang pernah terjadi
sebelumnya, nyeri
abdomen/ massa.
Pernafasan Dispnea yang berkaitan Distress respirasi /
dengan aktivitas / kerja, penggunaan otot
takipnea, ortopnea, aksesori pernafasan,
dispnea nocturnal bunyi nafas tambahan
paroksismal, batuk (mengi), sianosis.
dengan atau tanpa
pembentukan sputum,
riwayat merokok.
(Doenges; Mary; Alice; 2000).
6. Pemeriksaan penunjang
Tamher dan Noorkasiani (2009). tindakan skrining sangat bermanfaat,
baik terhadap hipertensi sistolik maupun diastolic.. pada hipertensi, dilakukan
pengkajian secara lengkap (anamnesis dan pemeriksaan fisik), skrining, atau tes
saringan. Hal yang penting dialkukan disini adalah pengukuran tekanan darah.
Sebagai patokan diambil batas normal tekanan darah bagi lansia adalah tekanan
sistolik 120 – 160 mmHg dan tekanan diastolic ≤ 90 mmHg. Pengukuran tekanan
darah pada lansia sebaiknya dilakukan dalam keadaan berbaring, duduk, dan
berdiri dengan selang beberapa waktu, yaitu untuk mengetahui kemungkinan
adanya hipertensi ortostatik.
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi
bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan faktor risiko lain atau mencari
penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia
darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol
HDL, dan EKG). Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain, seperti
klirens kreatinin, protein, urin 24 jam, asam urat, kolesterol LDL, TSH, dan
ekokardiografi (Mansjoer; Kuspuji; Rakhmi; Wahyu; Wiwiek; 2001)
7. Penatalaksanaan Hipertensi
a. Pemeriksaan diagnostik
stress.
b. Pengobatan hipertensi
Captopril.
1. Pengertian
Teknik ini dapat digunakan oleh pasien tanpa bantuan terapis dan mereka dapat
sehari-hari di rumah. Relaksasi adalah teknik yang dapat digunakan semua orang
pribadi yang baik, menghilangkan berbagai bentuk pikiran yang kacau akibat
Relaksasi progresif adalah cara yang efektif untuk relaksasi dan mengurangi
kecemasan. Jika kita bisa belajar mengistirahatkan otot-otot kita melalui suatu cara
yang tepat, maka hal ini akan diikuti dengan relaksasi mental atau pikiran (Sustrani,
2005). Relaksasi progresif adalah ajaran diri atau latihan terinstruksi yang meliputi
dimulai dengan otot wajah dan berakhir pada otot kaki. Teknik relaksasi otot
progresif adalah teknik relaksasi yang dilakukan dengan cara fokus pada
kontraksi dan relaksasi otot-otot tubuh. Tindakan ini biasanya memerlukan waktu
15 sampai 30 menit dan dapat disertai dengan instruksi yang direkam yang
2005, h. 710). Rendahnya aktivitas otot tersebut menyebabkan kekakuan pada otot.
2. Tujuan
sehingga individu dapat membedakan antara otot tegang dengan otot yang lemas.
Sesuatu yang diharapkan disini adalah individu secara sadar untuk belajar
sistematis. Subjek juga belajar menyadari otot-ototnya dan berusaha untuk sedapat
tujuan dari relaksasi ini adalah memperdalam relaksasi dan merilekskan otot yang
3. Manfaat Relaksasi
Manfaat dari relaksasi otot progresif ini sendiri adalah untuk mengatasi
susah tidur, dan juga dapat membangun emosi positif dari emosi negatif. Keempat
bila tidak diatasi. Stres terhadap tugas maupun permasalahan lainnya, yang tidak
segera diatasi dapat memunculkan suatu bentuk kecemasan dalam diri seseorang.
Kecemasan itu sendiri bila tidak juga diatasi dapat berakibat pada munculnya
emosi negatif baik terhadap permasalah yang timbul akibat stres juga perilaku
sehari-hari seseorang. Dan akibat dari itu semua menyebabkan suatu bentuk
4. Metode Relakasasi
dan mengendurkan otot-otot jari-jari kaki dan secara progresif bekerja hingga
leher dan kepala.Teknik ini juga dapat dimulai dari kepala dan leher dan bekerja
Hal hal yang perlu juga diperhatikan dalam melakukan kegiatan relaksasi
otot progresif :
sendiri.
3. Posisi tubuh, lebih nyaman dengan mata tertutup. Jangan dengan berdiri.
5. Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali, kemudian bagian kiri dua kali.
terbuka) yang memungkinkan udara bebas keluar masuk sangat dianjurkan dalam
latihan relaksasi.Kursi yang dapat fleksibel naik dan turun (lihat gambar 1) lebih
yang diinginkan.
Berikut dipaparkan masing-masing gerakan dan penjelasan mengenai otot-otot yang akan
dilatih:
a) Gerakan pertama
Ditujukan untuk melatih otot tangan yang dilakukan dengan cara menggenggam
tangan kiri sambil membuat suatu kepalan. Klien diminta membuat kepalan ini
semakin kuat (gambar 2), sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi.Pada
detik.Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien dapat
b) Gerakan kedua
Gerakan untuk melatih otot tangan bagian belakang. Gerakan ini dilakukan dengan
cara menekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan sehingga otot-otot
c) Gerakan ketiga
Melatih otot-otot Biceps.Otot biceps adalah otot besar yang terdapat di bagian
atas pangkal lengan (lihat gambar 3). Gerakan ini diawali dengan menggenggam
d) Gerakan keempat
otot-otot bahu dapat dilakukan dengan cara mengangkat kedua bahu setinggi-
tingginya seakan-akan bahu akan dibawa hingga menyentuh kedua telinga. Fokus
perhatian gerakan ini adalah kontras ketegangan yang terjadi di bahu, punggung
wajah yang dilatih adalah otot-otot dahi, mata, rahang, dan mulut. Gerakan untuk
dahi dapat dilakukan dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot-ototnya
g) Gerakan ketujuh
h) Gerakan kedelapan
Kesepuluh
(gambar 7). Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian
otot leher bagian depan. Klien dipandu meletakkan kepala sehingga dapat
(lihat gambar 7). Gerakan ini dilakukan dengan cara membawa kepala ke muka,
j) Gerakan kesebelas
Bertujuan untuk melatih otot-otot punggung. Gerakan ini dapat dilakukan dengan
lalu busungkan dada sehingga tampak seperti pada gambar 6. Kondisi tegang
k) Gerakan keduabelas
Dilakukan untuk melemaskan otototot dada.Pada gerakan ini, klien diminta untuk
bernafas normal dengan lega. Sebagaimana dengan gerakan yang lain, gerakan ini
diulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi tegang dan
rileks.
l) Gerakan ketigabelas
kencang dank eras. Setelah 10 detik dilepaskan bebas, kemudian diulang kembali
dengan cara meluruskan kedua belah telapak kaki (lihat gambar delapan) sehingga
otot paha terasa tegang. Gerakan ini dilanjutkan dengan mengunci lutut (lihat
DAFTAR PUSTAKA
Sumiarsih, T., Luklu’ul Widad, Herni Rejeki, dan Zulfa Atabaki. 2013. Pengaruh
Teknik Relaksasi Progresif Terhadap Perubahan Pemenuhan Kebutuhan
Tidur pada Lansia di Desa Sijambe Kecamatan Wonokerto Kabupaten
Pekalongan. Skripsi. STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan.