oleh
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
1. Hipertensi
a. Pengertian
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistole 140 mmHg
atau lebih dan diastole 90 mmHg atau lebih, berdasarkan pada dua kali
pengukuran atau lebih. Hipertensi juga dikatakan suatu keadaan dimana pembuluh
darah meningkat secara kronis, dimana jantung bekerja lebih keras untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi dalam tubuh (S. U. Dewi & Rahmawati,
2019).
b. Etiologi
Menurut Triyanto (2014), Padila (2013), Karyadi (2002) penyebab
hipertensi terbagi menjadi dua, yaitu :
1) Hipertensi Primer atau Esensial
Hipertensi primer sampai saat ini belum dapat diketahui penyebabnya.
Hipertensi primer merupakan hipertensi yang paling banyak terjadi, sekitar
90% kasus hipertensi masuk dalam kategori hipertensi primer. Ada beberapa
faktor yang diduga sering menjadi penyebab hipertensi primer atau esensial,
antara lain genetic (keturunan), usia, jenis kelamin, berat badan/obesitas,
asupan garam berlebih, gaya hidup, faktor stres, dan merokok.
2) Hipertensi Sekunder Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya
dapat diketahui. Sekitar 10% dari seluruh kasus hipertensi tergolong hipertensi
sekunder. Beberapa penyebab hipertensi sekunder antara lain penyakit ginjal,
kelainan endokrin, kehamilan dan obat-obatan.
c. Manifestasi klinik
Menurut (Anies, 2018) tanda dan gejala yang umum dialami penderita
hipertensi antara lain :
1) Biasanya orang yang menderita hipertensi akan mengalami sakit kepala dan
pusing akibat tekanan darah naik melebihi batas
2) Wajah akan kemerahan
3) Pada sebagian orang akan mengalami detak jantung yang berdebardebar
4) Pandangan mata menjadi kabur dan tidak jelas
5) Sering buang air kecil dan sulit berkonsentrasi
6) Mudah mengalami kelelahan saat melakukan aktivitas
7) Sering terjadi perdarahan di hidung atau mimisan
8) Gejala hipertensi yang parah dapat menyebabkan vertigo
9) Orang yang mempunyai darah tinggi biasanya sensitif dan mudah marah
terhadap hal-hal sepele yang tidak disukainya
d. Patofisiologi
1) Perubahan Anatomi dan Fisiologi Pembuluh Darah
Tekanan darah arteri meningkat saat jantung memompa darah dengan
kekuatan yang lebih besar karena dinding arteri yang dilalui menebal, kaku
dan sempit. Dinding pembuluh darah menjadi tebal dan kaku biasanya terjadi
pada orang lanjut usia karena aterosklerosis yang berkembang secara perlahan
Aterosklerosis terjadi karena penumpukan plak disebabkan endothelium
(lapisan sel pada dinding dalam arteri) mengalami kerusakan. Plak yang
menyebabkan aterosklerosis terdiri dari kolesterol, substansi lemak, kalsium,
produk sampah seluler, dan fibrin. Plak akan memperkecil lumen pembuluh
darah dan menyebabkan penyumbatan yang dapat menganggu aliran darah.
Hal tersebut menyebabkan suplai oksigen dari arteri ke organ atau bagian
tubuh tertentu berkurang. Pembuluh darah yang sempit jika dipaksa agar
darah dapat melaluinya menyebabkan tekanan darah naik (Padila, 2013).
2) Sistem Renin-Angiostenin
Ginjal merupakan organ tubuh yang juga berperan penting dalam mengontrol
tekanan darah. Ginjal mengatur volume cairan ekstraseluler dan sekresi renin.
Jika volume cairan dan jumlah natrium dalam tubuh meningkat, maka ginjal
membutuhkan tekanan darah yang tinggi untuk membuangnya (Triyanto,
2014).
3) Sistem Saraf Simpatis
Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom, dimana
sistem saraf ini bekerja mengatur jaringan dan organ tubuh yang tidak
disadari. Seseorang dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut terjadi. Korteks
adrenal juga mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respon vasokonstriktor pada pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan pelepasan
renin. Pada saat terjadi vasokonstriksi, tekanan darah juga dapat meningkat
dimana arteriola atau arteri kecil mengalami penyempitan untuk sementara
karena adanya hormon atau rangsangan saraf pada tubuh (Padila, 2013).
2. Terapi relaksasi otot progresif
Relaksasi otot progresif adalah memusatkan perhatian pada suatu aktifitas otot,
dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan
melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan rileks (Purwanto, 2013 dalam
Tyani, 2015). Latihan relaksasi otot progresif mudah dilakukan dan dapat memberikan
rasa nyaman, tenang, dan rileks pada tubuh (Sulidah, 2016).
Relaksasi otot progresif memiliki beberapa manfaat antara lain dapat mengurangi
ketegangan otot, mengurangi tingkat stres dan kecemasan, meningkatkan toleransi
terhadap aktivitas sehari-hari, meningkatkan imunitas, sehingga status fungsional, dan
kualitas hidup meningkat (Tyani, 2015).
3. Terapi rendam kaki air hangat
Terapi air adalah suatu terapi komplementer dengan menggunakan air hangat,
secara ilmiah air hangat memiliki dampak fisiologis bagi tubuh yang bisa mengurangi
beban pada sendi, penopang berat badan dan melancarkan sirkulasi peredaran darah, otot
jantung, paru-paru dan menimbulkan rasa rileks pada tubuh. Terapi merendam kaki
dengan air hangat yang bertemperatur 37,7-40,5 C selama 15-25 menit dapat merangsang
syaraf yang ada di kaki untuk bekerja, dan berfungsi memberikan respon lokal terhadap
panas melalui stimulasi ini akan mengirimkan impuls dari perifer ke hipotalamus untuk
memperlebar pembuluh darah sehingga aliran darah menjadi lancar (Asan, Samboring, &
Gatum, 2016).
Rendam kaki air hangat mempunyai efektivitas dalam menurunkan tekanan darah
karena air hangat dapat mempengaruhi sistem pembuluh darah dengan cara vasodilatasi
dan dapat merileksasi otot-otot pada tubuh terutama pembuluh darah dan otot pada
jantung sehingga dapat memperlancar aliran darah yang ada pada jantung.
B. Manajemen
1. Posisikan klien dengan nyaman
2. Kolaborasi dengan keluarga klien
3. Keamanan dan kenyamanan lingkungan
C. Teknik/cara
1. Terapi relaksasi otot progresif
a. Anjurkan pasien untuk posisi berbaring atau duduk bersandar. (sandaran pada kaki
dan bahu).
b. Bimbing pasien untuk melakukan latihan nafas dalam dan menarik nafas melalui
hidung dan menghembuska dari mulut seperti bersiul.
c. Kepalkan kedua telapak tangan, lalu kencangkan bisep dan lengan bawah selama
lima sampai tujuh detik. Bimbing klien ke daerah otot yang tegang, anjurkan klien
untuk merasakan, dan tegangkan otot sepenuhnya kemudian relaksasi 12-30 detik.
d. Kerutkan dahi ke atas pada saat yang sama, tekan kepala mungkin ke belakang, putar
searah jarum jam dan kebalikannya, kemudian anjurkan klien untuk mengerutkan
otot seperti kenari, yaitu cemburut, mata di kedip – kedipkan, monyongkan kedepan,
lidah di tekan kelangit - langit dan bahu dibungkukan selama lima sampai tujuh
detik. Bimbing klien ke daerah otot yang tegang, anjurkan klien untuk memikirkan
rasanya, dan tegangkan otot sepenuhnya kemudian relaks selama 12-30 detik.
e. Lengkungkan punggung kebelakang sambil menarik nafas napas dalam, dan keluar
lambung, tahan, lalu relaks. Tarik nafas dalam, tekan keluar perut, tahan, relaks.
f. Tarik kaki dan ibu jari ke belakang mengarah ke muka, tahan, relaks. Lipat ibu jari
secara serentak, kencangkan betis paha dan bokong selama lima sampai tujuh detik,
bimbing klien ke daerah yang tegang, lalu anjurkan klien 10 merasakannya dan
tegangkan otot sepenuhnya, kemudian relaks selama 12-30 detik.
g. Selama melakukan teknik relaksasi, catat respons nonverbal klien. Jika klien menjadi
tidak nyaman, hentikan latihan, dan jika klien terlihat kesulitan, relaksasi hanya pada
bagian tubuh. Lambatkan kecepatan latihan latihan dan berkonsentrasi pada bagian
tubuh yang tegang.
2. Terapi rendam kaki air hangat
a. Menganjurkan pasien untuk duduk
b. Memasang tensimeter ke lengan pasien
c. Mencatat hasil tekanan darah awal
d. Siapkan ember lalu isi dengan air dingin dan air pana sampai seengah penuh lalu
ukur suhu air (37,7-40,5 C) dengan thermometer air
e. Jika kaki tampak kotor, maka disarankan untuk mencuci kaki terlebih dahulu.
f. Celupkan dan rendam kaki sampai betis (10 menit)
g. Lakukan pengukuran suhu setiap 5 menit, jika suhu turun maka tambahkan air
panas (kaki diangkat dari ember) dan ukur kembali suhunya dengan thermometr.
Atau bisa dengan langsung menganti ember yang baru dengan suhu yang sudah
diukur dan pindahkan kaki pasien pada ember selanjutnya atau ember kedua
h. Setelah selesai (10 menit), angkat kaki dan keringkan dengan handuk
i. Mencatat hasil tekanan darah
BAB III
METODOLOGI
A. Topik
Gangguan mobilitas fisik
B. Sub topic
Terapi relaksasi otot progresif dan terapi komplementer: rendam kaki air hangat
C. Pelaksana
Munira Ulfa Muna
D. Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh terapi relaksasi otot progresif dan rendam kaki air hangat
terhadap tekanan darah penderita hipertensi
E. Tujuan khusus
1. Menggambarkan tekanan darah sebelum dan sesudah intervensi pada latihan relaksasi
otot progresif dan terapi rendam kaki air hangat
2. Menganalisis efektivitas penurunan tekanan darah setelah intervensi latihan relaksasi
otot progresif dan terapi rendam kaki air hangat.
F. Waktu
Tanggal : sabtu, 23 april 2022
Jam : 14.00 WIB
G. Tempat
Di rumah anak Ny.R
H. Setting
Di kursi
I. Media/alat yang digunakan
1. Ember
2. Thermometer
3. Kursi
4. Sphygmomanometer
J. Prosedur operasional tindakan yang dilakukan
Fase terminasi
Fase terminasi
K. Referensi
Anies. (2018). “Buku Ajar Kedokteran & Kesehatan Penyakit Degeneratif”. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Azizah. O. C., Hasanah. U., dan Pakarti. T. A. (2021). “Penerapan Teknik Relaksasi Otot
Progresif Terhadap Tekanan Darah Pasien Hipertensi”. 4(1).
Fadlilah. S., Amestitasih. T., Pebrianda. B., dan Lanni. F. (2021). “Terapi Komplementer
Kombinasi Rendam Kaki Air Hangat dan Aromaterapi Lemon dalam Menurunkan
Tekanan Darah”. 8(2), 84-91
Firdaus., Pranata. L., Manurung. A. (2018). “Comparison Of Heavy Air Foot Therapy
Therapy And Progressive Muscle Relaxation Technique On Hipertension In Elderly
In The Orphanage Of Tresna Werdha Palembang”. 3(1), 31-40
Nopriani, Y., Prianda, Y., dan Nurul Makiyah S. N. (2018). “Efektivitas Kombinasi
Relaksasi Otot Progresif dan Rendam Kaki Air Hangat terhadap Tekanan Darah
Penderita Hipertensi”. 9(2).
Triyanto, E. (2014). “Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara
Terpadu”. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tyani, E. S., Wasito, U., & Yesi, H. N. (2015). “Efektifitas Relaksasi Otot Progresif
Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi Esensial”. 2.(2),
1068-1075.