Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL DESAIN INOVATIF

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF


DAN RENDAM KAKI AIR HANGAT TERHADAP TEKANAN DARAH
PENDERITA HIPERTENSI

oleh

MUNIR ULFA MUNA


P1337420921217

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

PRODI PROFESI NERS KELAS KERJASAMA

PALANGKARAYA-ACEH

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistole 140 mmHg atau lebih
dan diastole 90 mmHg atau lebih, berdasarkan pada dua kali pengukuran atau lebih.
Hipertensi juga dikatakan suatu keadaan dimana pembuluh darah meningkat secara kronis,
dimana jantung bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi dalam
tubuh (S. U. Dewi & Rahmawati, 2019).
Penatalaksanaan hipertensi terdiri dari terapi farmakologi dan non farmakologi.
Terapi farmakologi yaitu dengan minum obat anti hipertensi secara rutin. Kegagalan terapi
farmakologi sering terjadi karena penderita yang kurang patuh minum obat, selain itu biaya
yang dikeluarkan relatif mahal dan dapat menimbulkan efek samping. Dalam hal ini
perawat diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan pada penderita hipertensi
secara non farmakologi. Terapi non farmakologi dapat dilakukan secara mandiri dengan
menjalani pola hidup sehat, salah satunya dengan latihan relaksasi otot progresif. Selain itu
terapi komplementer (pendamping terapi medis) lain yang dapat menurunkan tekanan
darah adalah melakukan rendam kaki air hangat, metode ini sama dengan berjalan tanpa
menggunakan alas kaki selama 30 menit.
Relaksasi otot progresif adalah memusatkan perhatian pada suatu aktifitas otot,
dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan
melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan rileks (Purwanto, 2013 dalam
Tyani, 2015). Latihan relaksasi otot progresif mudah dilakukan dan dapat memberikan rasa
nyaman, tenang, dan rileks pada tubuh (Sulidah, 2016). Relaksasi otot progresif memiliki
beberapa manfaat antara lain dapat mengurangi ketegangan otot, mengurangi tingkat stres
dan kecemasan, meningkatkan toleransi terhadap aktivitas sehari-hari, meningkatkan
imunitas, sehingga status fungsional, dan kualitas hidup meningkat (Tyani, 2015).
Sedangkan terapi merendam kaki dengan air hangat yang bertemperatur 37,7-40,5
C selama 15-25 menit dapat merangsang syaraf yang ada di kaki untuk bekerja, dan
berfungsi memberikan respon lokal terhadap panas melalui stimulasi ini akan mengirimkan
impuls dari perifer ke hipotalamus untuk memperlebar pembuluh darah
sehingga aliran darah menjadi lancar (Asan, Samboring, & Gatum, 2016). Relaksasi dengan
terapi rendam kaki air hangat merupakan metode yang sederhana, mudah dilakukan,
praktis, biaya yang digunakan terjangkau, bisa dilakukan secara mandiri di rumah dan tidak
mempunyai efek yang merugikan bagi kesehatan tubuh (Ibrahimoglu, 2017).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh terapi relaksasi otot progresif dan rendam kaki air
hangat terhadap tekanan darah penderita hipertensi
2. Tujuan khusus
a. Menggambarkan tekanan darah sebelum dan sesudah intervensi pada latihan relaksasi
otot progresif dan terapi rendam kaki air hangat
b. Menganalisis efektivitas penurunan tekanan darah setelah intervensi latihan relaksasi otot
progresif dan terapi rendam kaki air hangat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
1. Hipertensi
a. Pengertian
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistole 140 mmHg
atau lebih dan diastole 90 mmHg atau lebih, berdasarkan pada dua kali pengukuran
atau lebih. Hipertensi juga dikatakan suatu keadaan dimana pembuluh darah
meningkat secara kronis, dimana jantung bekerja lebih keras untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan nutrisi dalam tubuh (S. U. Dewi & Rahmawati, 2019).
b. Etiologi
Menurut Triyanto (2014), Padila (2013), Karyadi (2002) penyebab hipertensi
terbagi menjadi dua, yaitu :
1) Hipertensi Primer atau Esensial
Hipertensi primer sampai saat ini belum dapat diketahui penyebabnya.
Hipertensi primer merupakan hipertensi yang paling banyak terjadi, sekitar 90%
kasus hipertensi masuk dalam kategori hipertensi primer. Ada beberapa faktor
yang diduga sering menjadi penyebab hipertensi primer atau esensial, antara
lain genetic (keturunan), usia, jenis kelamin, berat badan/obesitas, asupan garam
berlebih, gaya hidup, faktor stres, dan merokok.
2) Hipertensi Sekunder Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya
dapat diketahui. Sekitar 10% dari seluruh kasus hipertensi tergolong hipertensi
sekunder. Beberapa penyebab hipertensi sekunder antara lain penyakit ginjal,
kelainan endokrin, kehamilan dan obat-obatan.
c. Manifestasi klinik
Menurut (Anies, 2018) tanda dan gejala yang umum dialami penderita
hipertensi antara lain :
1) Biasanya orang yang menderita hipertensi akan mengalami sakit kepala dan
pusing akibat tekanan darah naik melebihi batas
2) Wajah akan kemerahan
3) Pada sebagian orang akan mengalami detak jantung yang berdebardebar
4) Pandangan mata menjadi kabur dan tidak jelas
5) Sering buang air kecil dan sulit berkonsentrasi
6) Mudah mengalami kelelahan saat melakukan aktivitas
7) Sering terjadi perdarahan di hidung atau mimisan
8) Gejala hipertensi yang parah dapat menyebabkan vertigo
9) Orang yang mempunyai darah tinggi biasanya sensitif dan mudah marah
terhadap hal-hal sepele yang tidak disukainya
d. Patofisiologi
1) Perubahan Anatomi dan Fisiologi Pembuluh Darah
Tekanan darah arteri meningkat saat jantung memompa darah dengan kekuatan
yang lebih besar karena dinding arteri yang dilalui menebal, kaku dan sempit.
Dinding pembuluh darah menjadi tebal dan kaku biasanya terjadi pada orang
lanjut usia karena aterosklerosis yang berkembang secara perlahan
Aterosklerosis terjadi karena penumpukan plak disebabkan endothelium
(lapisan sel pada dinding dalam arteri) mengalami kerusakan. Plak yang
menyebabkan aterosklerosis terdiri dari kolesterol, substansi lemak, kalsium,
produk sampah seluler, dan fibrin. Plak akan memperkecil lumen pembuluh
darah dan menyebabkan penyumbatan yang dapat menganggu aliran darah. Hal
tersebut menyebabkan suplai oksigen dari arteri ke organ atau bagian tubuh
tertentu berkurang. Pembuluh darah yang sempit jika dipaksa agar darah dapat
melaluinya menyebabkan tekanan darah naik (Padila, 2013).
2) Sistem Renin-Angiostenin
Ginjal merupakan organ tubuh yang juga berperan penting dalam mengontrol
tekanan darah. Ginjal mengatur volume cairan ekstraseluler dan sekresi renin.
Jika volume cairan dan jumlah natrium dalam tubuh meningkat, maka ginjal
membutuhkan tekanan darah yang tinggi untuk membuangnya (Triyanto, 2014).
3) Sistem Saraf Simpatis
Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom, dimana sistem
saraf ini bekerja mengatur jaringan dan organ tubuh yang tidak disadari.
Seseorang dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut terjadi. Korteks adrenal juga
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon
vasokonstriktor pada pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan pelepasan renin. Pada saat terjadi
vasokonstriksi, tekanan darah juga dapat meningkat dimana arteriola atau arteri
kecil mengalami penyempitan untuk sementara karena adanya hormon atau
rangsangan saraf pada tubuh (Padila, 2013).
2. Terapi relaksasi otot progresif
Relaksasi otot progresif adalah memusatkan perhatian pada suatu aktifitas otot,
dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan
melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan rileks (Purwanto, 2013 dalam
Tyani, 2015). Latihan relaksasi otot progresif mudah dilakukan dan dapat memberikan rasa
nyaman, tenang, dan rileks pada tubuh (Sulidah, 2016).
Relaksasi otot progresif memiliki beberapa manfaat antara lain dapat mengurangi
ketegangan otot, mengurangi tingkat stres dan kecemasan, meningkatkan toleransi terhadap
aktivitas sehari-hari, meningkatkan imunitas, sehingga status fungsional, dan kualitas hidup
meningkat (Tyani, 2015).
3. Terapi rendam kaki air hangat
Terapi air adalah suatu terapi komplementer dengan menggunakan air hangat,
secara ilmiah air hangat memiliki dampak fisiologis bagi tubuh yang bisa mengurangi
beban pada sendi, penopang berat badan dan melancarkan sirkulasi peredaran darah, otot
jantung, paru-paru dan menimbulkan rasa rileks pada tubuh. Terapi merendam kaki dengan
air hangat yang bertemperatur 37,7-40,5 C selama 15-25 menit dapat merangsang syaraf
yang ada di kaki untuk bekerja, dan berfungsi memberikan respon lokal terhadap panas
melalui stimulasi ini akan mengirimkan impuls dari perifer ke hipotalamus untuk
memperlebar pembuluh darah sehingga aliran darah menjadi lancar (Asan, Samboring, &
Gatum, 2016).
Rendam kaki air hangat mempunyai efektivitas dalam menurunkan tekanan darah
karena air hangat dapat mempengaruhi sistem pembuluh darah dengan cara vasodilatasi
dan dapat merileksasi otot-otot pada tubuh terutama pembuluh darah dan otot pada jantung
sehingga dapat memperlancar aliran darah yang ada pada jantung.
B. Manajemen
1. Posisikan klien dengan nyaman
2. Kolaborasi dengan keluarga klien
3. Keamanan dan kenyamanan lingkungan
C. Teknik/cara
1. Terapi relaksasi otot progresif
a. Anjurkan pasien untuk posisi berbaring atau duduk bersandar. (sandaran pada kaki dan
bahu).
b. Bimbing pasien untuk melakukan latihan nafas dalam dan menarik nafas melalui
hidung dan menghembuska dari mulut seperti bersiul.
c. Kepalkan kedua telapak tangan, lalu kencangkan bisep dan lengan bawah selama lima
sampai tujuh detik. Bimbing klien ke daerah otot yang tegang, anjurkan klien untuk
merasakan, dan tegangkan otot sepenuhnya kemudian relaksasi 12-30 detik.
d. Kerutkan dahi ke atas pada saat yang sama, tekan kepala mungkin ke belakang, putar
searah jarum jam dan kebalikannya, kemudian anjurkan klien untuk mengerutkan otot
seperti kenari, yaitu cemburut, mata di kedip – kedipkan, monyongkan kedepan, lidah
di tekan kelangit - langit dan bahu dibungkukan selama lima sampai tujuh detik.
Bimbing klien ke daerah otot yang tegang, anjurkan klien untuk memikirkan rasanya,
dan tegangkan otot sepenuhnya kemudian relaks selama 12-30 detik.
e. Lengkungkan punggung kebelakang sambil menarik nafas napas dalam, dan keluar
lambung, tahan, lalu relaks. Tarik nafas dalam, tekan keluar perut, tahan, relaks.
f. Tarik kaki dan ibu jari ke belakang mengarah ke muka, tahan, relaks. Lipat ibu jari
secara serentak, kencangkan betis paha dan bokong selama lima sampai tujuh detik,
bimbing klien ke daerah yang tegang, lalu anjurkan klien 10 merasakannya dan
tegangkan otot sepenuhnya, kemudian relaks selama 12-30 detik.
g. Selama melakukan teknik relaksasi, catat respons nonverbal klien. Jika klien menjadi
tidak nyaman, hentikan latihan, dan jika klien terlihat kesulitan, relaksasi hanya pada
bagian tubuh. Lambatkan kecepatan latihan latihan dan berkonsentrasi pada bagian
tubuh yang tegang.
2. Terapi rendam kaki air hangat
a. Menganjurkan pasien untuk duduk
b. Memasang tensimeter ke lengan pasien
c. Mencatat hasil tekanan darah awal
d. Siapkan ember lalu isi dengan air dingin dan air pana sampai seengah penuh lalu
ukur suhu air (37,7-40,5 C) dengan thermometer air
e. Jika kaki tampak kotor, maka disarankan untuk mencuci kaki terlebih dahulu.
f. Celupkan dan rendam kaki sampai betis (10 menit)
g. Lakukan pengukuran suhu setiap 5 menit, jika suhu turun maka tambahkan air panas
(kaki diangkat dari ember) dan ukur kembali suhunya dengan thermometr. Atau
bisa dengan langsung menganti ember yang baru dengan suhu yang sudah diukur
dan pindahkan kaki pasien pada ember selanjutnya atau ember kedua
h. Setelah selesai (10 menit), angkat kaki dan keringkan dengan handuk
i. Mencatat hasil tekanan darah
BAB III
METODOLOGI

A. Topik
Gangguan mobilitas fisik
B. Sub topic

Terapi relaksasi otot progresif dan terapi komplementer: rendam kaki air hangat
C. Pelaksana
Munira Ulfa Muna
D. Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh terapi relaksasi otot progresif dan rendam kaki air hangat
terhadap tekanan darah penderita hipertensi
E. Tujuan khusus
1. Menggambarkan tekanan darah sebelum dan sesudah intervensi pada latihan relaksasi
otot progresif dan terapi rendam kaki air hangat
2. Menganalisis efektivitas penurunan tekanan darah setelah intervensi latihan relaksasi
otot progresif dan terapi rendam kaki air hangat.
F. Waktu
Tanggal : Kamis, 16 Juni 2022

Jam : 14.00 WIB


G. Tempat
Di rumah anak Ny.K
H. Setting
Di kursi
I. Media/alat yang digunakan
1. Ember
2. Thermometer
3. Kursi
4. Sphygmomanometer
J. Prosedur operasional tindakan yang dilakukan

SOP TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF

Definisi Relaksasi otot progresif adalah mengidentifikasi otot yang tegang


kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik
relaksasi untuk mendapatkan perasaan rileks
Tujuan Meningkatkan kebugaran, mengatasi insomnia, meningkatkan
konsentrasi, mengatasi kelelahan, menurunkan spasme otot, serta
membangun emosi energy positif dari emosi energy negatif
Indikasi 1. Pasien yang mengalami hipertensi
2. Pasien yang sering mengalami stress
3. Pasien dengan kecemasan
4. Pasien yang mengalami insomnia dan depresi

Kontraindikasi Pasien yang mengalami keterbatasan gerak total (tidak bisa


menggerakan badannya).
Prosedur kerja Fase orientasi
1. Lakukan kebersihan tangan sesuai dengan SOP
2. Sampaikan maksud dan tujuan tindakan.
3. Jelaskan langkah dan prosedur tindakan.
4. Kontrak waktu dengan pasien.
5. Tanyakan kesiapan pasien sebelum tindakan dilakukan.
6. Berikan privasi untuk pasien jika pasien membutuhkan.
Tahap kerja
1. Anjurkan pasien untuk posisi berbaring atau duduk bersandar.
(sandaran pada kaki dan bahu).
2. Bimbing pasien untuk melakukan latihan nafas dalam dan
menarik nafas melalui hidung dan menghembuska dari mulut
seperti bersiul.
3. Kepalkan kedua telapak tangan, lalu kencangkan bisep dan
lengan bawah selama lima sampai tujuh detik. Bimbing klien
ke daerah otot yang tegang, anjurkan klien untuk merasakan,
dan tegangkan otot sepenuhnya kemudian relaksasi 12-30
detik.
4. Kerutkan dahi ke atas pada saat yang sama, tekan kepala
mungkin ke belakang, putar searah jarum jam dan
kebalikannya, kemudian anjurkan klien untuk mengerutkan
otot seperti kenari, yaitu cemburut, mata di kedip – kedipkan,
monyongkan kedepan, lidah di tekan kelangit - langit dan bahu
dibungkukan selama lima sampai tujuh detik. Bimbing klien ke
daerah otot yang tegang, anjurkan klien untuk memikirkan
rasanya, dan tegangkan otot sepenuhnya kemudian relaks
selama 12-30 detik.
5. Lengkungkan punggung kebelakang sambil menarik nafas
napas dalam, dan keluar lambung, tahan, lalu relaks. Tarik nafas
dalam, tekan keluar perut, tahan, relaks.
6. Tarik kaki dan ibu jari ke belakang mengarah ke muka, tahan,
relaks. Lipat ibu jari secara serentak, kencangkan betis paha dan
bokong selama lima sampai tujuh detik, bimbing klien ke
daerah yang tegang, lalu anjurkan klien 10 merasakannya dan
tegangkan otot sepenuhnya, kemudian relaks selama 12-30
detik.
7. Selama melakukan teknik relaksasi, catat respons nonverbal
klien. Jika klien menjadi tidak nyaman, hentikan latihan, dan
jika klien terlihat kesulitan, relaksasi hanya pada bagian tubuh.
Lambatkan kecepatan latihan latihan dan berkonsentrasi pada
bagian tubuh yang tegang.

Fase terminasi
Kaji respon klien terhadap teknik relaksasi, dan perubahan tingkat
nyeri pada pasien.
SOP TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT

Definisi Adalah terapi non farmakologis yang memberikan efek fisiologis


terhadap beberapa bagian tubuh organ manusia seperti jantung

Tujuan 1. Untuk menurunkan tekanan darah secara non farmakologi


2. Untuk meningkatkan sirkulasi darah
3. Untuk meningkatkan relaksasi otot

Indikasi Dilakukan pada pasien hipertensi


Kontraindikasi Pasien yang terdapat luka dibagian kaki

Prosedur kerja Fase orientasi


1. Lakukan kebersihan tangan sesuai dengan SOP
2. Sampaikan maksud dan tujuan tindakan.
3. Jelaskan langkah dan prosedur tindakan.
4. Kontrak waktu dengan pasien.
5. Tanyakan kesiapan pasien sebelum tindakan dilakukan.
6. Berikan privasi untuk pasien jika pasien membutuhkan.
Tahap kerja
1. Menganjurkan pasien untuk duduk
2. Memasang tensimeter ke lengan pasien
3. Mencatat hasil tekanan darah awal
4. Siapkan ember lalu isi dengan air dingin dan air pana sampai
seengah penuh lalu ukur suhu air (37,7-40,5 C) dengan
thermometer air
5. Jika kaki tampak kotor, maka disarankan untuk mencuci kaki
terlebih dahulu.
6. Celupkan dan rendam kaki sampai betis (10 menit)
7. Lakukan pengukuran suhu setiap 5 menit, jika suhu turun maka
tambahkan air panas (kaki diangkat dari ember) dan ukur
kembali suhunya dengan thermometr. Atau bisa dengan
langsung menganti ember yang baru dengan suhu yang sudah
diukur dan pindahkan kaki pasien pada ember selanjutnya atau
ember kedua
8. Setelah selesai (10 menit), angkat kaki dan keringkan dengan
handuk
9. Mencatat hasil tekanan darah

Fase terminasi
Kaji respon klien terhadap teknik relaksasi, dan perubahan tingkat
nyeri pada pasien.
K. Referensi
Anies. (2018). “Buku Ajar Kedokteran & Kesehatan Penyakit Degeneratif”. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Azizah. O. C., Hasanah. U., dan Pakarti. T. A. (2021). “Penerapan Teknik Relaksasi Otot
Progresif Terhadap Tekanan Darah Pasien Hipertensi”. 4(1).
Fadlilah. S., Amestitasih. T., Pebrianda. B., dan Lanni. F. (2021). “Terapi Komplementer
Kombinasi Rendam Kaki Air Hangat dan Aromaterapi Lemon dalam Menurunkan
Tekanan Darah”. 8(2), 84-91
Firdaus., Pranata. L., Manurung. A. (2018). “Comparison Of Heavy Air Foot Therapy
Therapy And Progressive Muscle Relaxation Technique On Hipertension In Elderly In
The Orphanage Of Tresna Werdha Palembang”. 3(1), 31-40
Nopriani, Y., Prianda, Y., dan Nurul Makiyah S. N. (2018). “Efektivitas Kombinasi
Relaksasi Otot Progresif dan Rendam Kaki Air Hangat terhadap Tekanan Darah
Penderita Hipertensi”. 9(2).
Triyanto, E. (2014). “Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu”.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tyani, E. S., Wasito, U., & Yesi, H. N. (2015). “Efektifitas Relaksasi Otot Progresif
Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi Esensial”. 2.(2), 1068-
1075.

Anda mungkin juga menyukai