Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

Oleh :

MARIYANA, S. Kep
NIM. 21.300.0199

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


UNIVERSITAS CAHAYA BANGSA
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI

Oleh :

MARIYANA, S. Kep
NIM. 21.300.0199

Banjarmasin, Desember 2021


Mengetahui,
Preseptor Akademik Preseptor Klinik

( Adytia Suparna, S.Kep., Ns ) ( Mussaadah, S.Kep., Ns )


LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI

A. DEFINISI
Hipertensi adalah peninggian tekanan darah di atas normal. Ini termasuk
golongan penyakit yang terjadi akibat suatu mekanisme kompensasi
kardiovaskuler untuk mempertahankan metabolisme tubuh agar berfungsi normal,
Peningkatan tekanan darah yang lama dan tidak terkontrol dapat menyebakan
bermacam-macam perubahan pada struktur miokardial, vaskuler koroner, dan
sistem konduksi dari jantung.Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah
persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya
diatas 90 mmHg.( Smith Tom, 2014 )
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik
lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau
lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2015 ).
Salah satu krisis hipertensi adalah hipertensi urgensi. Hipertensi urgensi
adalah jenis krisis hipertensi yang terjadi ketika tekanan daraha sangat tinggi
hingga mencapai 180/120mmHg atau lebih, tetapi tidak ada kerusakan organ
tubuh.

B. ETIOLOGI
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan
perifer.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi
atautransport Na.
2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang
mengakibatkantekanan darah meningkat.
3. Stress Lingkungan.
4. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua
sertapelebaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak faktor yang mempengaruhi seperti
genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, sistemrenin
angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
2. Hipertensi Sekunder dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler
renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.

C. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala pada hipertensiMenurut: Edward K Chung, 2013 dibedakan
menjadi:
1. Mengeluh sakit kepala, pusing
2. Lemas, kelelahan
3. Gelisah
4. Mual
5. Muntah
6. Epistaksis
7. Kesadaran menurun

D. PATOFIOLOGIS
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
PATHWAY

(Sumber : Smelzer & Bare, 2002 : 898).

E. PEMERIKSAAN FISIK
Neuron sensori : gejala sakit kepala, lemas, istirahat, dan tidur, adanya susah
tidur, kebiasaan tidur, persepsi kognitif, persepsi klien tentang penyakitnya
sedangkan untuk pemeriksaan fisik yang terpenting adalah tanda-tanda vital yaitu
tensi darah, adanya kenaikan

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan Laboratorium
a) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti:
hipokoagulabilitas, anemia.
b) BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
c) Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi)
dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
d) Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada
DM.
2) CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
3) EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
4) IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,perbaikan
ginjal.
5) Foto Rontgen : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katuppembesaran
jantung.

G. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang bisa berlangsung pada penyakit hipertensi
menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (2003 : 64) & Dr. Budhi Setianto
(Depkes, 2007) yakni diantaranya :
1. Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, dan transient
ischemic attack.
2. Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard akut
(IMA).
3. Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.
4. Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN


Olah raga lebih banyak dihubungkan bersama pengobatan hipertensi, sebab
olah raga isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang rutin bisa memperlancar
peredaran darah maka bisa menurunkan tekanan darah. Olah raga dapat juga
digunakan buat mengurangi/ mencegah obesitas & mengurangi asupan garam ke
dalam badan (badan yg berkeringat akan mengeluarkan garam melalui kulit).
Pengobatan hipertensi dengan cara garis besar dibagi jadi 2 type adalah :
1. Pengobatan non obat (non farmakologis)
Pengobatan non farmakologis kadang-kadang bisa mengontrol tekanan
darah maka pengobatan farmakologis jadi tak digunakan atau sekurang-
kurangnya ditunda. Sedangkan pada kondisi di mana obat anti hipertensi
diperlukan, pengobatan non farmakologis akan dimanfaatkan sebagai
pelengkap utuk mendapati efek pengobatan yang tambah baik.
Pengobatan non farmakologis diantaranya yakni :
a. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
b. Mengurangi asupan garam ke dalam badan.
Nasehat pengurangan garam, mesti memperhatikan rutinitas makan
penderita. Pengurangan asupan garam dengan cara drastis dapat susah
dilaksanakan.
c. Ciptakan kondisi rileks
Bermacam Macam trick relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis
sanggup mengontrol system saraf yang hasilnya mampu menurunkan
tekanan darah.
d. Melaksanakan olah raga seperti senam aerobik atau jalan serentak selama
30-45 menit jumlahnya 3-4 kali seminggu.
e. Berhenti merokok & mengurangi mengonsumsi alkohol
Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis).Obat-obatan antihipertensi.
Terdapat tidak sedikit tipe obat antihipertensi yang beredar sekarang ini.
Buat pemilihan obat yg pas diharapkan menghubungi dokter.

2. Pengobatan Farmakologis
a. Diuretik
Obat-obatan type diuretik bekerja secara mengeluarkan cairan tubuh(melalui
kencing) maka volume cairan ditubuh menyusut yang mengakibatkan daya
pompa jantung jadi lebih ringan. Sample obatannya merupakan
Hidroklorotiazid.
b. Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat gerakan saraf simpatis (saraf
yang bekerja pada disaat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah :
Metildopa, Klonidin & Reserpin.
c. Betabloker
Prosedur kerja anti-hipertensi obat ini ialah lewat penurunan daya pompa
jantung. Type betabloker tak dianjurkan kepada penderita yang sudah
didapati mengidap kesukaran pernapasan seperti asma bronkial. Contoh
obatnya yakni : Metoprolol, Propranolol & Atenolol. Terhadap penderita
diabetes melitus mesti hati-hati, dikarenakan akan menutupi gejala
hipoglikemia (keadaan di mana kadar gula dalam darah turun jadi teramat
rendah yang dapat berakibat bahaya bagi penderitanya).
d. Vasodilator
Obat golongan ini bekerja cepat terhadap pembuluh darah dengan relaksasi
otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk juga dalam golongan ini
yakni : Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang mungkin saja bakal terjadi
dari pemberian obat ini merupakan : sakit kepala & pusing.
e. Penghambat ensim konversi Angiotensin
Kerja obat golongan ini merupakan menghambat pembentukan zat
Angiotensin II (zat yang bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah).
Contoh obat yang termasuk juga golongan ini yaitu Kaptopril. Efek samping
yang bisa jadi timbul ialah : batuk kering, pusing, sakit kepala & lemas.
f. Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung secara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk juga golongan obat ini
yakni : Nifedipin, Diltiasem & Verapamil. Efek samping yang bisa jadi
timbul merupakan : sembelit, pusing, sakit kepala & muntah.

I. Pengkajian Keperawatan
1. Aktivitas / istirahat
Gejala :
 Kelemahan
 Letih
 Napas pendek
 Gaya hidup monoton
Tanda :
 Frekuensi jantung meningkat
 Perubahan irama jantung
 Takipnea
2. Sirkulasi
Gejala :     Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner /  
katup, penyakit serebrovaskuler
Tanda :
 Kenaikan TD
 Nadi : denyutan jelas
 Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
 Bunyi jantung : murmur
 Distensi vena jugularis
 Ekstermitas
 Perubahan warna kulit, suhu dingin ( vasokontriksi perifer ),  pengisian
kapiler mungkin lambat
3. Integritas Ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
marah, faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
Tanda :
 Letupan suasana hati
 Gelisah
 Penyempitan kontinue perhatian
 Tangisan yang meledak
 otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
 Peningkatan pola bicara

4. Eliminasi
Gejala :  Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, 
riwayat penyakit ginjal )
5. Makanan / Cairan
Gejala :
 Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
lemak dan kolesterol
 Mual
 Muntah
 Riwayat penggunaan diuretik
Tanda :
 BB normal atau obesitas
 Edema
 Kongesti vena
 Peningkatan JVP
  glikosuria
6. Neurosensori
  Gejala :
 Keluhan pusing / pening, sakit kepala
 Episode kebas
 Kelemahan pada satu sisi tubuh
 Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
 Episode epistaksis
Tanda :
 Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau
memori
 Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
 Perubahan retinal optik

7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
 nyeri hilang timbul pada tungkai
 sakit kepala oksipital berat
 nyeri abdomen
8. Pernapasan
Gejala :
 Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
 Takipnea
 Ortopnea
 Dispnea nocturnal proksimal
 Batuk dengan atau tanpa sputum
 Riwayat merokok
Tanda :
 Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
 Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
 Sianosis
9. Keamanan
Gejala       : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda       : Episode parestesia unilateral transien
10. Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala       :
 Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,
DM , penyakit serebrovaskuler, ginjal
 Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
 Penggunaan obat / alkohol

J. NURSING CARE PLANNING

NO Diagnosa
keperawatan
NOC NIC

1 Gangguan rasa Setelah dilakukan perawatan 1. Mempertahankan tirah baring


nyaman : nyeri selama….. diharapkan gangguan selama fase akut.
kepala / pusing rasa nyaman berkurang. 2. Pantau TD, ukur pada kedua
b.d peningkatan lengan untuk evaluasi awal.
tekanan darah Kriteria Hasil 3. Anjurkan teknik relak sasi,
karena panduan imajinasi, aktivitas
Indikator IR ER
vasokontriksi penglihatan.
1. Pasien tidak
pembuluh darak 4. Bantu pasien dalam ambulasi
pucat dan
ke otak. sesuai kebutuhan.
lemah.
5. Kolaborasi : berikan sesuai
2. TTV normal
indikasi  analgesik dan anti
terutama TD
dan suhu. ansietas, misalnya : diazepam /
3. Tidur tidak larazepam.
gelisah.
4. Tidak
mengerutkan
kening.
5. Pasien
mengatakan
ia dapat tidur
dengan
tenang.
Ket :
1. Keluhan sangat berat
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan

2 Potensial nutrisi Diharapkan Nutrisi tepenuhi 1. Anjurkan pasien untuk makan


kurang dari dalam 3 hari perawatan sedikit demisedikit tetapi sering.
kebutuhan tubuh 2. Tetapkan keinginan pasien
b.d anoreksia. kriteria evaluasi : untuk menurunkan BB.
3. Bantu pasien memilih makanan,
Indikator IR ER
hindari kolesterol.
1. Pasien tidak
4. Berikan obat penambah nafsu
lemah dan pucat.
makan.
2. Tidak muntah.
5. Kolaborasi : rujuk keahli gizi.
3. Menghabiskan
porsi makan.
4. Pasien
mengatakan
nafsu makan
baik dan tidak
mual setelah
makan.
Ket :
1. Keluhan sangat berat
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2,
Jakarta, EGC,

Hidayat, A, Aziz, A., 2011. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa
Data, Jakarta: Salemba Medika.

Potter, P. & Perry, A., 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik, Jakarta: EGC.

Doengoes, Marilynn E. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran, EGC,
Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2013. The child with hypertension. In: Webb NJA,
Postlethwaite RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3 rd edition.
Oxford: Oxford University Press
Johnson, M., et all. 2010. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2012. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika

Anda mungkin juga menyukai