Anda di halaman 1dari 28

PENGARUH SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE ( SEFT )

TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA

DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI DI WILAYAH

PUSKESMAS ULEE KARENG

PROPOSAL

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Disusun Oleh:

Putri Rizkyah

NIM P1337420921232

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM

PROFESI JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES

KEMENKES SEMARANG 2022


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang cukup berbahaya di dunia dan merupakan
faktor resiko utama pada penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung, gagal jantung,
stroke dan penyakit ginjal. Hipertensi juga merupakan salah satu masalah kesehatan global
yang membutuhkan perhatian khusus saat ini. Penderita hipertensi sering tidak menyadari
akan kondisinya karena penyakit ini tidak terlalu menampakkan gejala, sehingga penyakit ini
dikenal dengan The Silent Killer atau “pembunuh diam-diam”.
Menurut Wold Health Organization pada tahun 2018 diseluruh dunia sekitar 40% dari
orang dewasa yang berusia 25 tahun ke atas telah didiagnosis dengan hipertensi dengan
prevalensi meningkat dari 600 juta pada tahun 1980 menjadi 1 miliyar pada tahun 2008.
Prevalensi hipertensi tertinggi terjadi di wilayah Afrika sebesar 46% sedangkan prevalensi
terendah terjadi di Amerika sebesar 35%.(WHO,2018). Berdasarkan Data Riskesdas pada
tahun 2018 prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 34,11 %. Prevalensi hipertensi di
Aceh mencapai 27,8 persen di tahun 2018. Pada pengambilan data awal di wilayah kerja
puskesmas ulee kareng, di dapatkan bahwa penderita hipertensi pada usia lanjut sebanyak ±
122 orang pada tahun 2021.
Penderita hipertensi terbanyak biasanya pada kelompok usia lanjut, dalam Riadi (2019)
lansia menurut WHO berusia 60-74 tahun. Riset menunjukkan bahwa seiring bertambahnya
usia resiko seseorang untuk mengalami hipertensi semakin meningkat. Hal itu karena proses
penuaan membuat pembuluh darah menebal dan menjadi kaku, sehingga tekanan darah
cenderug tinggi. Hipertensi pada lansia berdampak menimbulkan terjadinya stroke
iskemik,edema paru,serangan jantung, maupun gagal ginjal sehingga membutuhkan
penanganan yang tepat.
Penanganan hipertensi ada tiga cara yaitu dengan olahraga, diet dan obat-obatan. Jenis
obat yang biasa digunakan untuk menurunkan tekanan darah akibat hipertensi adalah
golongan obat diuretic, obat bekerja dengan cara menghilangkan kadar air dan garam yang
berlebih yang merupakan salah satu penyebab hipertensi. Jenis olahraga yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah aerobic atau disebut juga kardio (kardiorespirasi). Jenis ini
memiliki gerakan yang berulang-ulang, intensitas ringan dan waktu melakukannya panjang
seperti jalan cepat, jogging, bersepeda, berenang, itu adalah jenis olahraga yang dapat
membantu mengontrol atau menurunkan tekanan darah yang tinggi. Penatalaksanaan diet
pada penderita hipertensi juga dapat membantu menurunkan tekanan darah dan
mempertahankan tekanan darah menuju normal. Menurut WHO diet yang baik untuk
penderita hipertensi yaitu dengan mengurangi asupan garam,mengurangi asupan lemak,
mengontrol berat badan, kemudian melakukan diet DASH, diet DASH dilakukan dengan
mengkonsumsi 5 porsi buah dan sayur setiap hari, mengurangi asupan lemak jenuh dan
mengkonsumsi lemak sehat dalam jumlah sedang. Diet DASH ini dapat mengurangi tekanan
darah sistolik sebesar 8-14 mmHg. Kemudian mengontrol stress yang berlebih karena stress
dapat menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Salah satu cara untuk mengontrol stress
yang berlebih yaitu dengan melakukan teknik spiritual emotional freedom technique (SEFT).
Dari hasil wawancara dengan warga penderita hipertensi ketika mereka mengalami stress
mereka tidak melakukan manajemen stress karena mereka juga tidak mengerti cara
melakukan manajemen stress sehingga mereka menangani stress sesuai dengan keinginan
mereka. Berdasarkan fenomena yang terjadi di masyarakat, maka peneliti ingin mencoba
mengenalkan penanganan stress dengan terapi SEFT dengan harapan ketika masyarakat
khususnya penderita hipertensi mengalami stress dapat di tangani dengan melakukan terapi
SEFT sehingga tidak memicu terjadinya hipertensi.
Terapi spritual emotional freedom technique (SEFT) ini dapat dilakukan karena lebih
aman, lebih mudah dan sederhana dengan menggunakan tapping (ketukan ringan) pada titik-
titik tertentu pada tubuh dengan menstimulasi titik-titik meredian tubuh selama 10-15 menit
dengan intensitas yang sama dapat membantu mengurangi stress dan membuat perasaan
menjadi lebih tenang dan nyaman. Selain itu terapi spritual emotional freedom technique
(SEFT) efektif dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Berdasarkan penelitian Sartika (2018) bahwa setelah dilakukan terapi SEFT terjadi
penurunan tekanan darah yang mana sebelum diberikan terapi SEFT tekanan darah sistolik
sebesar 162,67 mmHg dan diastolik 98 mmHg, setelah diberikan terapi SEFT tekanan darah
mengalami penurunan yang mana tekanan darah sistolik 139,33 mmHg dan tekanan darah
diastolik 90,67 mmHg. Sedangkan menurut penelitian Huda (2018) menyatakan bahwa
terapi SEFT ini dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi yang mana
sebelum terapi SEFT tekanan darah sistolik sebesar 167,69 mmHg dan tekanan darah
diastolik 88,46 mmHg, sedangkan setelah dilakukan terapi SEFT terjadi penurunan tekanan
darah yang mana tekanan darag sistolik sebesar 142 mmHG dan tekanan darah diastolik
sebesar 83,33 mmHg.
Berdasarkan data rekapan puskemas ulee kareng bahwa penyakit hipertensi menjadi
masalah utama yang termasuk dalam 10 besar prioritas masalah dengan jumlah penderita 128
orang pada tahun 2021 dan berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan warga desa
wilayah kerja puskesmas ulee kareng di dapatkan data bahwa belum ada yang menerapkan
terapi spiritual emotional freedom technique (SEFT). Dan warga masih awam dengan teknik
tersebut, biasanya warga meminum air timun selain mengkonsumsi obat ketika tekanan darah
tinggi.

Berdasarkan penjelasan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penerapan EBNP

(Evidence Based Nursing Practice) berupa penerapan terapi SEFT (Spiritual Emotional

Freedom Technique) terhadap penurunan tekanan darah hipertensi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada proposal ini adalah “

Apakah Ada Pengaruh Spiritual Emotional Freedom Technique ( Seft ) Terhadap Tekanan

Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Ulee Kareng Kota Banda

Aceh”

1.3 Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengaruh Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap

Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Ulee

Kareng Kota Banda Aceh.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui distribusi rerata tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita

hipertensi sebelum dilakukan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)

b. Mengetahui distribusi rerata tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita

hipertensi sesudah dilakukan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)

c. Mengetahui pengaruh Spiritual emotional freedom technique (SEFT) terhadap

penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.

1.4 Manfaat penulisan

1. Manfaat Akademik

Untuk mengembangkan ilmu keperawatan, khususnya keperawatan Gerontik terkait

konsep asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi.

2. Manfaat praktis

a. Penulis

Memperoleh pengalaman dalam proses pengambilan data dan melakukan

asuhan keperawatan pada klien dengan Hipertensi di puskesmas ulee

kareng

b. Puskesmas

Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dalam bidang

keperawatan.

c. Masyarakat

Menambah pengetahuan masyarakat yang terkait pada penderita

Hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Masalah Keperawatan

A. Konsep Lansia

1. Definisi

Lansia (lanjut usia) adalah proses alamiah yang terjadi pada seseorang karena

telah memasuki tahap akhir dari fase kehidupan, proses ini terjadi secara

berkesinambungan dimana ketika seseorang mengalami beberapa perubahan yang

mempengaruhi fungsi dan kemampuan seluruh tubuh yang disebut dengan proses

penuaan atau aging process. Seseorang dikatakan lansia ketika telah mencapai usia 60

tahun keatas. Lansia yang sehat, merupakan lansia yang mampu memelihara,

pencegahan penyakit, meningkatkan kapasitas fungsional, pemulihan dan rehabilisasi

yang dimiliki lansia, yaitu seperti mandi, berpakaian sendiri, berpindah, makan, minum,

dan mempertahankan kontinensia. Menjaga dan melestarikan kemampuan untuk

melakukan kegiatan dasar hidup sehari-hari adalah hal mendasar untuk memperpanjang

hidup seorang lansia (Mawaddah,2020).

Perubahan-perubahan dalam proses “aging” atau penuaan merupakan masa ketika

seorang individu berusaha untuk tetap menjalani hidup dengan bahagia melalui berbagai

perubahan dalam hidup. Bukan berarti hal ini dikatakan sebagai “perubahan drastis” atau

“kemunduran”. Secara definisi, seorang individu yang telah melewati usia 45 tahun atau

60 tahun disebut lansia. Akan tetapi, pelabelan ini dirasa kurang tepat. Hal itu cenderung

pada asumsi bahwa lansia itu lemah, penuh ketergantungan, minim penghasilan,

penyakitan, tidak produktif, dan masih banyak lagi (Amalia, 2019).


Menurut World Health Organization (WHO) lansia adalah seseorang yang telah

memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang

telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan

lansia ini akan terjadi proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.

1.Batasan Lansia

Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO,2020) lanjut usia

meliputi :

1) Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45-59 tahun.

2) Lanjut usia (elderly), kelompok 60-74 tahun.

3) Lanjut usia (old), kelompok usia 74-90 tahun

4) Lansia sangat tua (very old), kelompok usia >90 tahun

2. Kebutuhan Dasar Lansia

Kebutuhan lanjut usia adalah kebutuhan manusia pada umumnya, yaitu

kebutuhan makan, perlindungan makan, perlindungan perawatan, kesehatan dan

kebutuhan sosial dalam mengadakan hubunagan dengan orang lain, hubungan antar

pribadi dalam keluarga, teman-teman sebaya dan hubungan dengan organisasi-

organisasi sosial, dengan penjelasan sebagai berikut :

a. Kebutuhan Utama

1) Kebutuhan fisiologi/biologis seperti, makanan yang bergizi, seksual,

pakaian, perumahan/tempat berteduh

2) Kebutuhan ekonomi berupa penghasilan yang memadai

3) Kebutuhan kesehatan fisik, mental, perawatan pengobatan


4) Kebutuhan psikologis, berupa kasih sayang adanya tanggapan dari orang

lain, ketentraman, merasa berguna, memilki jati diri, serta status yang jelas

5) Kebutuhan sosial berupa peranan dalam hubungan-hubungan dengan orang

lain, hubungan pribadi dalam keluarga, teman-teman dan organisasi social

b. Kebutuhan Sekunder

1) Kebutuhan dalam melakukan aktivitas

2) Kebutuhan dalam mengisi waktu luang/rekreasi

3) Kebutuhan yang bersifat kebudayaan, seperti informai dan pengetahuan

4) Kebutuhan yang bersifat politis, yaitu meliputi status, perlindungan hukum,

partisipasi dan keterlibatan dalam kegiatan di masyarakat dan Negara atau

pemerintah

5) Kebutuhan yang bersifat keagamaan/spiritual, seperti memahami makna

akan keberadaan diri sendiri di dunia dan memahami hal-hal yang tidak

diketahui/ diluar kehidupan termasuk kematian

B. Konsep Dasar Masalah Keperawatan


a. Konsep Dasar Hipertensi Pada Lansia
1. Definisi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan tekanan darah di
dalam arteri. Dimana Hiper yang artinya berebihan, dan Tensi yang artinya
tekanan/tegangan, jadi hipertensi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah
yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas nilai normal (Musakkar & Djafar,
2021).
Kaplan memberikan batasan hipertensi dengan memperhatikan usia dan jenis
kelamin ( Soeparman dalam buku Udjianti, 2020).
1) Pria berusia lebih dari 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darah pada
waktu berbaring lebih dari 120/90 mmHg
2) Pria berusia 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya lebih dari 145/95
mmHg.
3) Wanita, hipertensi bila tekanan darah lebih dari 150/95 mmHg.

2. Penyebab Terjadinya Hipertensi Pada Lansia


Ada 2 macam hipertensi menurut (Musakkar & Djafar, 2021) yaitu :
a. Hipertensi esensial adalah hipertensi yang sebagian besar tidak diketahui
penyebabnya. Sekitar 10-16% orang dewasa yang mengidap penyakit tekanan
darah tinggi ini.
b. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya. Sekitar 10 %
orang yang menderita hipertensi jenis ini.
Beberapa penyebab hipertensi menurut (Musakkar & Djafar, 2021), antara lain :
1) Keturunan
Jika seseorang memiliki orang tua atau saudara yang mengidap hipertensi maka
besar kemungkinan orang tersebut menderita hipertensi.
3. Usia

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa semakin bertambah usia seseorang maka

tekanan darah pun akan meningkat.

3) Garam

Garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada beberapa orang.

4) Kolesterol

Kandungan lemak yang berlebih dalam darah dapat menyebabkan timbunan

kolesterol pada dinding pembuluh darah, sehingga mengakibatkan pembuluh

darah menyempit dan tekanan darah pun akan meningkat.

5) Obesitas/kegemukan
Orang yang memiliki 30% dari berat badan ideal memiliki risiko lebih tinggi

mengidap hipertensi.

6) Stress

Stres merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi di mana hubungan

antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan

saraf dapat menaikkan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu)

(Anggriani et al., 2014).

7) Rokok

Merokok dapat memicu terjadinya tekanan darah tinggi, jika merokok dalam

keadaan menderita hipertensi maka akan dapat memicu penyakit yang berkaitan

dengan jantung dan darah.

8) Kafein

Kafein yang terdapat pada kopi, teh, ataupun minuman bersoda dapat
meningkatkan tekanan darah.

9) Alkohol

Mengonsumsi alkohol yang berlebih dapat meningkatkan tekanan darah.

10) Kurang olahraga

Kurang berolahraga dan bergerak dapat meningkatkan tekanan darah, jika


menderita hipertensi agar tidak melakukan olahraga berat.

3.Tanda Dan Gejala Hipertensi


Tanda dan gejala Hipertensi Menurut (Salma, 2020), yaitu :
a. Sakit kepala (biasanya pada pagi hari sewaktu bangun tidur)
b. Bising (bunyi “nging”) di telinga
c. Jantung berdebar-debar
d. Pengelihatan kabur
e. Mimisan
f. Tidak ada perbedaan tekanan darah walaupun berubah posisi.
4. Faktor Yang Mempengaruhi Kekambuhan Hipertensi
1) Gaya hidup
Kebiasaan mengkonsumsi makanan dengan kandungan garam yang tinggi memicu
naiknya tekanan darah (Martuti, 2020).
2) Stress
Realitas kehidupan setiap hari yang tidak bisa dihindari, stress atau ketegaan emosional
dapat mempengaruhi system kardiovaskuler, khusus hipertensi, stress dianggap sebagai
faktor psikologis yang dapat meningkatkan tekanan darah (Marliani, 2020)
3) Merokok
Pada sistem kardiovaskuler, rokok menyebabkan peningkatan tekanan darah. Merokok
juga mengakibatkan dinding pembuluh darah menebal secara bertahap yang dapat
menyulitkan jantung untuk memompa darah. Kerja jantung yamg lebih berat tentu dapat
meningkatkan tekanan darah (Marliani, 2020).

5. Pencegahan Hipertensi
Menurut Febry, et al (2020), pencegahan terjadi hipertensi meliputi :
1) Mengurangi konsumsi garam . kebutuhan garam per hari yaitu 5 gr ( 1 dst).
2) Mencegah kegemukan
3) Membatsi konsumsi lemak
4) Olah raga teratur
5) Makan buah dan sayuran segar
6) Hindari merokok dan tidak minum alcohol
7) Latihan relaksasi/ meditasi
8) Berusaha membina hidup yang positif

6. Pengobatan Hipertensi
Menurut Rudianto (2020) pengobatan hipertensi dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
1) Pengobatan Non Farmakologi diantaranya:
a) Diit rendah garam/ kolesteral/ lemak
b) Mengurangi asupan garam kedalam tubuh
c) Ciptakan keadaan rileks
d) Melakukan olah raga seperti senam aerobic atau jalan cepat selama 30-45
sebanyak 3-4 kali seminggu.
e) Berhenti merokok dan Alkohol

4. Pengobatan dalam Farmakologi


Terdapat banyak jenis obat antihipertensi saat ini. Untuk pemilihan obat yang
tepat diharapkan menghubungi dokter diantaranya:
1. Deuretik
2. Penghambat simpatetik
3. Betabloker
4. Antagonis kalsium

C. Konsep SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique)


1. Definisi

SEFT adalah metode baru dalam melakukan EFT. Apabila kita menghubungkan
segala tindakan kita dengan Sang Maha Pencipta, maka kekuatannya yang kita miliki
pasti akan berlipat ganda. Menurut dr. Larry Dossey dalam bukunya The Healing
Words bahwa doa dan spiritualitas, sudah terbukti dalam penelitian ilmiahnya,
ternyata ketika doa dan spiritualitas digabungkan memiliki kekuatan yang sama besar
dengan pengobatan dan pembedahan yang dilakukan oleh dokter ahli.1 Jadi, SEFT
adalah penggabukan antara kekutan doa dengan spiritualitas dalam penyembuhan
baik penyakit fisik maupun psikis, yang kemudian dinamakan Amplifiying
Effect (efek pelipat gandaan).
SEFT adalah salah satu varian baru dari cabang ilmu baru yang dinamakan
Energy Psychologyi. Energy Psychologyi adalah sekumpulan atau seperangkat
prinsip dan teknik yang memanfaatkan sistem energi tubuh untuk memperbaiki
atau merubah kondisi pikiran emosi dan perilaku seseorang. Kita mungin tahu
“ketidak seimbagan kimia” dalam tubuh ikut berperan memicu berbagai gangguan
emosi seperti depresi, stress, cemas, dll. Intervensi pada sistem energi tubuh dapat
merubah “kondisi kimiawi otak” yang selanjutnya dapat mengubah kondisi
emosional kita (Teori Enstein mengatakan bahwa setiap partikel atom dalam tiap
benda mengandung energi [E=M.C2]). Seperti halnya tangan kita mengandung
“energy electromagnetic”, setiap sel saraf dan organ yang ada dalam tubuh kita-
pun memiliki energi elektrik. Energi elektrik ini meliputi organ tubuh yang ada di
seluruh tubuh kita.
Begitu pula dengan satu bentuk energi yang lebih subtle mengalir dalam tubuh
kita, para ahli akupuntur biasa menyebutnya ”Chi” dan sementara para ahli Yoga
biasa menyebutnya dengan “Prana”.Energi
”Chi” ini sangat penting peranannya bagi kesehatan tubuh kita. Ia dapat
mengalir di sepanjang 12 jalur energi yang disebut “energy meridian”. Jika aliran
energi ini tidak berfugsi dengan baik atau kacau maka dapat menimbulkan gangguan
emosi dan penyakit fisik yang akan lebih mudah menyerang sistem kekebalan tubuh.
Menurut Dr. William A. Tiller di dalam tubuh masing-masing manusia terdapat
7 level realitas sistem energi, yaitu yang pertama adalah level fisik disebut juga
coarse particulate substance. Level kedua adalah pre-physical body, disebut juga fine
information wave. Lapis ketiga adalah emotional domain, keempat adalah mind
domain, kelima lower spirit self, dan yang keenam (yang terdalam) yaitu high spirit
seft. Dan satu level diantara level 2 dan 3 yang disebut astral level. Menariknya
ketujuh level ini dikendalikan oleh “pikiran” pikiran kitalah yang bertanggung jawab
menghubungkan antara level yang satu dengan level yang lainnya, serta
mengkoordinasikan level-level substansi tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa terapi SEFT adalah terapi yang
mengedepankan atau memanfaatkan kekuatan yang sudah ada di dalam tubuh
manusia seperti energi spiritual dan kekuatan psikologi yang apabila digabungkan
akan menimbulkan kekuatan yang berlipat ganda, yang dapat menyembuhkan segala
persolan yang di hadapi manusia dengan memberdayakan diri dengan energi dan
kekuatan tersebut.

2. Cara melakukan terapi SEFT


a. Versi lengkap SEFT
1) The Set-Up
Bertujuan untuk memastikan agar aliran tubuh kita terarahkan dengan
benar. Langkah ini kita lakukan guna menetralisir “Psychological Reversal” atau
“perlawanan psikologi" (biasanya berupa pikiran negatif spontan atau keyakinan
bawah sadar negatif).
Contoh Psychological Reversal ini di antaranya:
(a) Saya tidak bisa mencapai impian saya
(b) Saya tidak bisa bicara di depan orang banyak
(c) Saya tidak bisa melepaskan diri dari kecanduan rokok
Jika keyakinan atau pikiran negatif seperti contoh di atas terjadi, maka: Berdo’a
dengan khusyu’, ikhlas dan pasrah: “Yaa Allah...meskipun saya tidak bisa
melepaskan diri dari kecanduan rokok, saya ikhlas, saya pasrah pada-Mu
sepenuhnya”. Seperti pada gambar berikut

The Set-Up

Jadi set-up ini berfungsi sebagai penetralisir pikiran negatif yang bersarang di
kepala kita, dan membawa energi negatif yang ada di dalam tubuh kita. Sehingga
perlunya untuk menyingkirkan energi- energi negatif ini dengan cara berdoa dengan
khusyu’.

2) The Tune-In

Untuk masalah fisik, kita melakukan tune-in dengan cara merasakan sakit yang
kita alami, lalu memfokuskan pikiran kita ke tempat atau suber rasa sakit dan
sambil terus melakukan 2 hal tersebut, batin dan mulut kita mengatakan, “saya
ikhlas, saya pasrah...Ya Allah...”
Untuk masalah emosi, kita melakukan tune-in dengan cara memikirkan sesuatu
atau peristiwa spesifik tertentu yang dapat menimbulkan emosi negatif yang ingin kita
hilangkan. Ketika terjadi reaksi negatif (marah, sedih, takut dsb.) batin dan mulut kita
mengatakan, Yaa Allah..saya ikhlas..saya pasrah..
Bersamaan dengan tun-in kita melakukan langkah ke 3 (Tapping). Pada
proses inilah (Tun-in yang dibarengi tapping) kita menetralisir emosi-emosi negatif
atau rasa sakit fisik yang kita alami.
Seperti pada gambar

The Tune-In

Jadi, the tune-in ini mencoba merasakan atau membayangkan segala sesuatu

yang menyebabkan rasa sakit dengan rasa ikhlas dan pasrah yang sungguh-sungguh

dan harus datang dari lubuh hati terdalam kita mengucapkan “saya ikhlas, dan saya

pasrah Ya Allah”.

3) The Thapping

Tapping adalah mengetuk-ngetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik

tertentu di tubuh kita sambil terus tun-in . Titi-titik ini adalah titik-titik kunci dari

“The Major Energy Meridian”, yang jika kita ketuk beberapa kali akan berdampak

pada ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang kita rasakan. Karena
aliran energi tubuh berjalan dengan normal dan seimbang kembali pada waktu

tapping ini seperti pada gambar:

The Thapping

b.versi inti SEFT

Versi inti ini adalah versi yang sering digunakan kebanyakan orang, karena
selain lebih singkat, versi ini terbilang cukup efektif untuk kebanyakan kasus. Versi
lengkap kita lakukan hanya apabila versi inti dirasa efeknya kurang dalam
menyelesaikan masalah kita atau masalah orang yang kita bantu.

Versi inti adalah melakukan langkah pertama (the shet-up), langkah kedua (the
Tune-In bersata kata pengingatnyan atau doa : “saya ikhlas, saya pasrah”) serta
sebagai langkah ketiga (the Thapping), mulai dari titik pertama (the Crown) hingga
titik ke 9 (Bellow Nipple). Cukup sampai di situ dan akhiri dengan tarik napas
panjang dan hembusan. Seperti pada gambar
Gamabar 2.5

Versi inti SEFT

3. Kunci Keberhasilan Terapi SEFT

Ada tiga hal yang harus kita perhatikan supaya SEFT yang kita
lakukan efektif. Tiga hal ini harus kita lakukan selama proses terapi, mulai dari
Set-Up, Tune-In, hingga Tapping. Banyak kejadian penyebab utama kegagalan
terapi adalah mengabaikan salah satu atau ketiga hal ini. Ketiga hal itu adalah
sebagai berikut :
1. Khusyu’
Selama melakukan terapi, khususnya saat Set-Up, kita harus
konsentrasi, atau khusyu’. Fokuskan pikiran kita pada saat melakukan Set-Up
(berdoa) pada “Sang Maha Penyembuh”, berdoalah dengan diiringi
kerendah-hatian. Salah satu penyebab tidak terkabulnya doa adalah karena kita
tidak khusyu’, hati dan pikiran kita tidak ikut hadir saat berdoa, alias berdoa
hanya di mulut saja, tidak sepenuhnya sampai ke dalam hati. Jadi usahakan
menghilangkan pikiran lain, konsentrasi pada kata-kata yang kita ucapkan saat
melakukan Set-Up.
2. Ikhlas
Ikhlas artinya ridho atau menerima segala sesuatu termasuk rasa sakit
yang kita alami (baik fisik maupun emosi) dengan sepenuh hati. Ikhlas artinya
tidak mengeluh, tidak complain atas musibah yang sedang kita terima. Yang
membuat kita makin sakit adalah karena kita tidak mau menerima dengan
ikhlas rasa sakit atau masalah yang sedang kita hadapi. Ikhlas ini pula yang
membuat sakit apapun yang kita alami menjadi sarana menyucian atau
pembersihan diri dari dosa dan segala kesalahan yang pernah kita lakukan.
3. Pasrah
Pasrah tidak sama denga ikhlas. Ikhlas adalah menerima dengan legowo
atau lapang dada segala sesuatu yang kita alami saat ini, sedangkan
pasrah adalah menyerahkan apa yang akan terjadi nanti hanya kepada Allah
SWT. Kita pasrahkan pada-Nya apapun yang akan terjadi nanti. Apakah rasa
sakit yang kita alami makin parah, makin membaik, atau sembuh total, kita
pasrahkan pada Allah. Pasrah bukan berarti fatalisme, pasrah yang sejati
disertai dengan usaha optimal untuk mencari solusi agar keluar dari masalah
yang kita hadapi.

Jadi, kunci keberhasilan terapi SEFT terletak pada masing-masing


orang, apabila seseorang tidak memiliki niatan yang kuat untuk sembuh atau
terbebas dari masalah yang sedang dihadapinya, maka mustahil bagi orang
tersebut untuk sembuh, maka dari itu jika ingin kesembuhan seseorang
harus memiliki niat untuk ingin benar-benar sembuh. Kemudian
setelah meyakinkan diri dan berniat sungguh-sungguh untuk sembuh,
selanjutnya dibarengi dengan bersikap khusyu’, mengikhlaskan segala
sesuatu atau masalah yang sedang dihadapinya saat ini, kemudian yang
terakhir harus memasrahkan segala kesembuhan hanya kepada Allah
SWT., karena segala sesuatu yang terjadi pada diri kita semua itu karena
kehendak Allah SWT.

4. Manfaat Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) dalam

Berbagai Bidang

Menurut Ahmad Faiz Zainudin terapi SEFT mempunyai banyak manfaat

dalam berbagai bidang, yaitu:


a. Individu

Memberikan solusi untuk mengatasi masalah-masalah pribadi yang kita hadapi

dan dapat mengembangkan potensi diri agar terlepas dari konflik batin yang belum

terselesaikan. Sehingga setelah bebas dari lingkaran beban emosi ini, seseorang

mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal.

b. Kelompok

Dapat menciptakan hubungan yang kokoh bagi setiap masing- masing anggota

keluarga. dengan SEFT sebagai penetralisasi emosi yang negatif yang sering timbul

di dalam keluarga seperti kecemburuan, rasa marah dan tersiggung, rasa takut

kehilangan dan sebagainya.

c. Sekolah

Dapat membantu guru/dosen, siswa ataupun mahasiswa guna menyelesaikan

masalah yang berkaitan dengan pendidikan. Seperti, permasalahan sulit konsentrasi

pada pelajaran, malas belajar, murid yang bandel dan lain sebagainya.

d. Kesehatan

Memberikan manfaat yang dapat membantu menyembuhkan penyakit fisik

tanpa pemberian obat-obatan ataupun dengan operasi, karena dengan cara

tapping dititik meridian yang tepat dapat memperbaiki dengan memanfaatkan

energi tubuh dan kekuatan psikologi.

Jadi, dari uraian manfaat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa SEFT

mampu menangani berbagai kasus dan berbagai bidang di dalam kehidupan manusia

yang penuh dengan masalah yang semakin hari semakin kompleks.


D. Implementasi Evidence based practice nursing
1. Pertanyaan klinis

Unsur pico Analisis

P Lansia dengan diagnosis Hipertensi

I Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)

C Terapi dilakukan tiga kali pertemuan selama 20 menit.

O Penurunan tekanan darah pada lansia

Tabel 2.2 Implementasi evidence

2. Temuan artikel terkait


 Jurnal rujukan pelaksanaan EBN :

Penerapan Terapi Seft Spiritual Emotional Freedom Technique (Seft)

Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah

Binaan Puskesmas Rowosari Semarang

JURNAL SISTHANA Vol 5 No. 2 (September 2020)

Abstrak

Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk menerapkan terapi SEFT terhadap penurunan

tekanan darah pada penderita hipertensi di Wilayah Binaan Puskesmas Rowosari

Semarang

Metode: Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode

pendekatan studi kasus. Kriteria yang digunakan dalam studi kasus:

penderita hipertensi primer, penderita hipertensi mampu berkomunikasi

dengan baik, penderita hipertensi yang tidak mengkonsumsi obat anti

hipertensi.
Hasil : Hasil studi kasus menunjukan ada penurunan tekanan pada subyek I sebelum

dilakukan terapi TD 170/110 mmHg menjadi 120/80 mmHg dan pada

subyek II sebelum dilakukan terapi TD 160/100 menjadi 140/80 mmHg.

Rekomendasi dengan adanya pengontrolan tekanan darah dengan terapi

SEFT diharapkan masyarakat dapat menerapkan terapi ini.

Kesimpulan : Berdasarkan Berdasarkan paparan studi kasus dan pembahasan

mengenai tekanan darah pada penderita hipertensi sebelum dan

sesudah dilakukan terapi SEFT bahwa dapat disimpulkan bahwa:

Hasil penelitian didapatkan bahwa ada penurunan tekanan darah

setelah dilakukan terapi SEFT sebanyak 3 kali selama 1 minggu.

 Jurnal pendukung pelaksanaan EBN

Keberhasilan Terapi Spritual Emotional Technique (Seft) Terhadap Penurunan Tekanan


Darah Di Desa Pandau Jaya Kec.Siak Hulu Kab.Kampar
Jurnal Keperawatan Abdurrab Vol 4. No.1, Juli 2020

Abstrak

Tujuan : Tujuan di lakukan terapi ini salah satunya untuk menurunakn tekanan darah
pada pasien hipertensi. Hipertensi merupakan suatu peningkatan teknan pada
darah di dalam arteri. Tujuan dari peneltian ini melihat apakah ada pengaruh
Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) pada penurunan
tekanan darah di Desa Pandau Jaya.
Metode : Desain yang di gunakan pada penelitian ini yaitu quasi-eksperimental dimana
jumlah reponden 64 orang dan di bagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok
kontrol dengan jumlah 32 orang responden dan kelompok intervensi dengan
jumalh 32 orang responden yang bertujuan untuk melihat hasil perbandingan
kelompok kontrol dan kelompok intervensi pada penderita hipertensi sebelum
dan sesudah di berikan terapi SEFT, Instrumen pada peneliltian ini terdiri dari
set tensi meter air raksa dan stetoskop.
Hasil : Hasil pada penelitian in terdapat menunjukkan bahwa nilai-P = 0,000 (P < 0,05), yang
berti ada pengaruh terapi SEFT terhadap penurunan tekanan darah systole dan diastole
pada pasien hipertensi.
Kesimpulan : Berdasarkan penelitian ini dapat di simpulkan bahwa ada pengaruh terapi
spiritual emotional freedom technique (SEFT) pada penurunan tekanan
darah penderita hipertensi di Desa Pandau Jaya kecamatan Siak Hulu
kabupaten kampar dengan p-value 0,000 < α 0.05 pada systole dan pada
diastole p-value 0.000 < α 0,05.

E. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian merupakan abstraksi dari suatu realitas sehingga dapat
dikomunikasikan dan membentuk teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel yang diteliti
(Nursalam,2017).

Skema kerangka konsep

Terapi SEFT
Pasien Hipertensi ( Spiritual Penurunan tekanan darah
Emotional Freedom
Technique)
BAB III
METODE

3.1 Desain Penelitian


Jenis Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode studi
kasus. Dan menggunakan pendekatan desain eksperimental dikembangkan untuk menguji
kausalitas efek intervensi terhadap hasil yang dipilih (Grove, 2014). Rancangan penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental. Berdasarkan permasalahan yang diteliti
maka penelitian ini menggunakan rancangan pra-pasca tes dengan penerapan terapi SEFT
(Spiritual Emotional Freedom Technique) yang akan dilakukan pada pasien yang mengalami
hipertensi pada lansia dengan cara pasien akan diberikan terapi SEFT dengan menggabungkan
sistem energi tubuh dan terapi spiritualitas dengan metode tapping pada 18 titik kunci di
sepanjang 12 jalur energi tubuh. Pada desain ini terdapat pre test sebelum diberi perlakuan.
Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan
dengan keadaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan.

3.2 Subjek Studi Kasus


Adapun Subjek dalam penelitian ini adalah lansia dengan penyakit hipertensi dengan
kriteria inklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti:

1. Berumur mulai dari 45- 60 tahun keatas ( Kemenkes, 2020)


2. Lansia dengan tekanan darah yang tinggi atau hipertensi
3. Bersedia menjadi responden.

3.3 Lokasi Dan Waktu Studi Kasus


Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah kerja pukesmas Ulee Kareng Banda Aceh.
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan mei 2022.

3.3 Fokus Studi Kasus


Studi kasus ini berfokus pada tindakan SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique)
yaitu merupakan teknik terapi yang menggabungkan sistem energi tubuh dan terapi spiritualitas
dengan metode tapping pada 18 titik kunci di sepanjang 12 jalur energi tubuh.
3.4 Definisi Operasional
Tabel 3.5 Definisi operasional
No. Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala
operasional ukur
1. Independen SEFT (Spiritual Menggunakan - -
SEFT Emotional Freedom Sphygmomano
(Spiritual Technique) yaitu meter
Emotional merupakan teknik terapi
Freedom yang menggabungkan
Technique) sistem energi tubuh dan
terapi spiritualitas
dengan metode tapping
pada 18 titik kunci di
sepanjang 12 jalur
energi tubuh.
2. Dependent Darah rendah atau Menggunakan Tekanan darah Ordinal
hipotensi adalah kondisi Sphygmomano normal

Penurunan ketika tekanan darah meter berkisar antara

tekanan darah kurang dari 90/60 90/60 mmHg


mmHg. dan 120/80
mmHg

3.5 Instrumen Studi Kasus


Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan dalam pengumpulan data yang
dapat berupa daftar pertanyaan, wawancara, observasi maupun pengukuran data yang akan
memudahkan dalam pengolahan data ( Rusiani,2017).
Dalam pengumpulan data, selalu diperlukan suatu alat yang disebut ―instrumen
pengumpulan data‖. Jenis instrumen yang dapat dipergunakan dapat diklasifikasikan menjadi 5
bagian, yaitu meliputi pengukuran (1) biofisiologis, (2) observasi, (3) wawancara, (4) kuesioner,
dan (5) skala (Nursalam, 2014). Pada instrumen penelitian ini, peneliti menggunakan lembar
observasi dan sphygmanomometer tekanan darah. Pada lembar observasi berisi tentang data
demografi responden meliputi: nama inisial responden, jenis kelamin, umur, riwayat
penyakit,tekanan darah pre test, tekanan darah post test dan hasil setelah intervensi. Hasil
pengukuran tekanan darah akan ditulis di lembar observasi dengan menggunakan pengukuran
sphygmomanometer. Sebelum dilakukan intervensi SEFT (Spiritual Emotional Freedom
Technique) pada lansia, dilakukan terlebih dahulu observasi untuk mengetahui tekanan darah
pada lansia. Observasi ini dilakukan dihari yang sama sebelum dilakukan implementasi
keperawatan
SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique). Setelah dilakukan observasi awal dan
mendapatkan hasil, maka dilakukan intervensi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique)
pada lansia. Setelah melakukan intervensi, dilakukan kembali observasi untuk mengetahui
perubahan tekanan darah pada lansia.
3.6 Metode Pengumpulan Data
1. Data primer
Data primer didapat dari hasil observasi (pre-post setelah dilakukan intervensi) menggunakan
pengukuran tekanan darah yang akan ditulis di lembar observasi dengan menggunakan alat ukur
sphygmomanometer.
2. Data sekunder
Data sekunder didapat dari lingkungan penelitian berupa lembar observasi berisi tentang data
demografi responden meliputi: nama inisial responden, jenis kelamin, umur, riwayat penyakit,
tekanan darah pre test, tekanan darah post test dan hasil setelah intervensi.
3.7 Analisa Dan Penyajian Data.
1. Analisa data
Penelitian ini menggunakan analisis data dengan uji Paired t-test syarat data berdistribusi
normal dengan tingkat signifikan p < 0,05 yang artinya ada pengaruh bermakna antara variabel
independen terhadap variabel dependen (Polit, 2012). Analisa data digunakan untuk mengetahui
apakah ada atau tidaknya pengaruh terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique)
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia.
Pada analisis data akan dilakukan pengolahan data dengan uji Paired t-test syarat data
berdistribusi normal dengan tingkat signifikan p < 0,05 yang artinya ada pengaruh bermakna
antara variabel independen terhadap variabel dependen.
2. Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan dalam beberapa bentuk. Penyajian data kuantitatif
merupakan cara menganalisis data dengan menggambarkan data yang telah terkumpul tanpa
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono,2015).
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad FZ (2010). SEFT Spiritual Emotional Freedom Technique seputar aplikasi Praktis untuk
Penyembuhan.

Deby, S. (2015) Technique (Seft) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di
Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang. Tesis Fak. Keperawatan UNAND.

Oktaviani, Devi. Hipertensi. 2009.

Sofia Rhosma, D. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Cv Budi Utama,2014.

Kemenkes. Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan Ri, Situasi Dan Analisis Lanjut Usia.
Pusdatin 8.2014.

Rofacky, H. F. Dan F. A. Pengaruh Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (Seft) Terhadap
Tekanan Darah Penderita Hipertensi. J. Keperawatan Soedirman (The Soedirman J.
Nursing) 2, 17– 23.2015.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Populasi Lansia Diperkirakan Terus Meningkat Hingga
Tahun 2020. Artikel 8–9.2018.

Riskesdas. Potret Sehat Indonesia.2018.

Lismayanti, L. & Pamela, N. Efektifitas Spiritual Emotional Freedom Therapy (Seft) Dalam
Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Diatas 65 Tahun Yang Mengalami
Hipertensi. 64–67.2018.

Anda mungkin juga menyukai