PROPOSAL
Disusun Oleh:
Putri Rizkyah
NIM P1337420921232
(Evidence Based Nursing Practice) berupa penerapan terapi SEFT (Spiritual Emotional
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada proposal ini adalah “
Apakah Ada Pengaruh Spiritual Emotional Freedom Technique ( Seft ) Terhadap Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Ulee Kareng Kota Banda
Aceh”
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Ulee
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui distribusi rerata tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita
b. Mengetahui distribusi rerata tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita
1. Manfaat Akademik
2. Manfaat praktis
a. Penulis
kareng
b. Puskesmas
keperawatan.
c. Masyarakat
Hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Lansia
1. Definisi
Lansia (lanjut usia) adalah proses alamiah yang terjadi pada seseorang karena
telah memasuki tahap akhir dari fase kehidupan, proses ini terjadi secara
mempengaruhi fungsi dan kemampuan seluruh tubuh yang disebut dengan proses
penuaan atau aging process. Seseorang dikatakan lansia ketika telah mencapai usia 60
tahun keatas. Lansia yang sehat, merupakan lansia yang mampu memelihara,
yang dimiliki lansia, yaitu seperti mandi, berpakaian sendiri, berpindah, makan, minum,
melakukan kegiatan dasar hidup sehari-hari adalah hal mendasar untuk memperpanjang
seorang individu berusaha untuk tetap menjalani hidup dengan bahagia melalui berbagai
perubahan dalam hidup. Bukan berarti hal ini dikatakan sebagai “perubahan drastis” atau
“kemunduran”. Secara definisi, seorang individu yang telah melewati usia 45 tahun atau
60 tahun disebut lansia. Akan tetapi, pelabelan ini dirasa kurang tepat. Hal itu cenderung
pada asumsi bahwa lansia itu lemah, penuh ketergantungan, minim penghasilan,
memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang
telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan
lansia ini akan terjadi proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.
1.Batasan Lansia
Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO,2020) lanjut usia
meliputi :
kebutuhan sosial dalam mengadakan hubunagan dengan orang lain, hubungan antar
a. Kebutuhan Utama
lain, ketentraman, merasa berguna, memilki jati diri, serta status yang jelas
b. Kebutuhan Sekunder
pemerintah
akan keberadaan diri sendiri di dunia dan memahami hal-hal yang tidak
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan tekanan darah di
dalam arteri. Dimana Hiper yang artinya berebihan, dan Tensi yang artinya
tekanan/tegangan, jadi hipertensi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah
yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas nilai normal (Musakkar & Djafar,
2021).
Kaplan memberikan batasan hipertensi dengan memperhatikan usia dan jenis
kelamin ( Soeparman dalam buku Udjianti, 2020).
1) Pria berusia lebih dari 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darah pada
waktu berbaring lebih dari 120/90 mmHg
2) Pria berusia 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya lebih dari 145/95
mmHg.
3) Wanita, hipertensi bila tekanan darah lebih dari 150/95 mmHg.
3) Garam
Garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada beberapa orang.
4) Kolesterol
5) Obesitas/kegemukan
Orang yang memiliki 30% dari berat badan ideal memiliki risiko lebih tinggi
mengidap hipertensi.
6) Stress
antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan
7) Rokok
Merokok dapat memicu terjadinya tekanan darah tinggi, jika merokok dalam
keadaan menderita hipertensi maka akan dapat memicu penyakit yang berkaitan
8) Kafein
Kafein yang terdapat pada kopi, teh, ataupun minuman bersoda dapat
meningkatkan tekanan darah.
9) Alkohol
5. Pencegahan Hipertensi
Menurut Febry, et al (2020), pencegahan terjadi hipertensi meliputi :
1) Mengurangi konsumsi garam . kebutuhan garam per hari yaitu 5 gr ( 1 dst).
2) Mencegah kegemukan
3) Membatsi konsumsi lemak
4) Olah raga teratur
5) Makan buah dan sayuran segar
6) Hindari merokok dan tidak minum alcohol
7) Latihan relaksasi/ meditasi
8) Berusaha membina hidup yang positif
6. Pengobatan Hipertensi
Menurut Rudianto (2020) pengobatan hipertensi dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
1) Pengobatan Non Farmakologi diantaranya:
a) Diit rendah garam/ kolesteral/ lemak
b) Mengurangi asupan garam kedalam tubuh
c) Ciptakan keadaan rileks
d) Melakukan olah raga seperti senam aerobic atau jalan cepat selama 30-45
sebanyak 3-4 kali seminggu.
e) Berhenti merokok dan Alkohol
SEFT adalah metode baru dalam melakukan EFT. Apabila kita menghubungkan
segala tindakan kita dengan Sang Maha Pencipta, maka kekuatannya yang kita miliki
pasti akan berlipat ganda. Menurut dr. Larry Dossey dalam bukunya The Healing
Words bahwa doa dan spiritualitas, sudah terbukti dalam penelitian ilmiahnya,
ternyata ketika doa dan spiritualitas digabungkan memiliki kekuatan yang sama besar
dengan pengobatan dan pembedahan yang dilakukan oleh dokter ahli.1 Jadi, SEFT
adalah penggabukan antara kekutan doa dengan spiritualitas dalam penyembuhan
baik penyakit fisik maupun psikis, yang kemudian dinamakan Amplifiying
Effect (efek pelipat gandaan).
SEFT adalah salah satu varian baru dari cabang ilmu baru yang dinamakan
Energy Psychologyi. Energy Psychologyi adalah sekumpulan atau seperangkat
prinsip dan teknik yang memanfaatkan sistem energi tubuh untuk memperbaiki
atau merubah kondisi pikiran emosi dan perilaku seseorang. Kita mungin tahu
“ketidak seimbagan kimia” dalam tubuh ikut berperan memicu berbagai gangguan
emosi seperti depresi, stress, cemas, dll. Intervensi pada sistem energi tubuh dapat
merubah “kondisi kimiawi otak” yang selanjutnya dapat mengubah kondisi
emosional kita (Teori Enstein mengatakan bahwa setiap partikel atom dalam tiap
benda mengandung energi [E=M.C2]). Seperti halnya tangan kita mengandung
“energy electromagnetic”, setiap sel saraf dan organ yang ada dalam tubuh kita-
pun memiliki energi elektrik. Energi elektrik ini meliputi organ tubuh yang ada di
seluruh tubuh kita.
Begitu pula dengan satu bentuk energi yang lebih subtle mengalir dalam tubuh
kita, para ahli akupuntur biasa menyebutnya ”Chi” dan sementara para ahli Yoga
biasa menyebutnya dengan “Prana”.Energi
”Chi” ini sangat penting peranannya bagi kesehatan tubuh kita. Ia dapat
mengalir di sepanjang 12 jalur energi yang disebut “energy meridian”. Jika aliran
energi ini tidak berfugsi dengan baik atau kacau maka dapat menimbulkan gangguan
emosi dan penyakit fisik yang akan lebih mudah menyerang sistem kekebalan tubuh.
Menurut Dr. William A. Tiller di dalam tubuh masing-masing manusia terdapat
7 level realitas sistem energi, yaitu yang pertama adalah level fisik disebut juga
coarse particulate substance. Level kedua adalah pre-physical body, disebut juga fine
information wave. Lapis ketiga adalah emotional domain, keempat adalah mind
domain, kelima lower spirit self, dan yang keenam (yang terdalam) yaitu high spirit
seft. Dan satu level diantara level 2 dan 3 yang disebut astral level. Menariknya
ketujuh level ini dikendalikan oleh “pikiran” pikiran kitalah yang bertanggung jawab
menghubungkan antara level yang satu dengan level yang lainnya, serta
mengkoordinasikan level-level substansi tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa terapi SEFT adalah terapi yang
mengedepankan atau memanfaatkan kekuatan yang sudah ada di dalam tubuh
manusia seperti energi spiritual dan kekuatan psikologi yang apabila digabungkan
akan menimbulkan kekuatan yang berlipat ganda, yang dapat menyembuhkan segala
persolan yang di hadapi manusia dengan memberdayakan diri dengan energi dan
kekuatan tersebut.
The Set-Up
Jadi set-up ini berfungsi sebagai penetralisir pikiran negatif yang bersarang di
kepala kita, dan membawa energi negatif yang ada di dalam tubuh kita. Sehingga
perlunya untuk menyingkirkan energi- energi negatif ini dengan cara berdoa dengan
khusyu’.
2) The Tune-In
Untuk masalah fisik, kita melakukan tune-in dengan cara merasakan sakit yang
kita alami, lalu memfokuskan pikiran kita ke tempat atau suber rasa sakit dan
sambil terus melakukan 2 hal tersebut, batin dan mulut kita mengatakan, “saya
ikhlas, saya pasrah...Ya Allah...”
Untuk masalah emosi, kita melakukan tune-in dengan cara memikirkan sesuatu
atau peristiwa spesifik tertentu yang dapat menimbulkan emosi negatif yang ingin kita
hilangkan. Ketika terjadi reaksi negatif (marah, sedih, takut dsb.) batin dan mulut kita
mengatakan, Yaa Allah..saya ikhlas..saya pasrah..
Bersamaan dengan tun-in kita melakukan langkah ke 3 (Tapping). Pada
proses inilah (Tun-in yang dibarengi tapping) kita menetralisir emosi-emosi negatif
atau rasa sakit fisik yang kita alami.
Seperti pada gambar
The Tune-In
Jadi, the tune-in ini mencoba merasakan atau membayangkan segala sesuatu
yang menyebabkan rasa sakit dengan rasa ikhlas dan pasrah yang sungguh-sungguh
dan harus datang dari lubuh hati terdalam kita mengucapkan “saya ikhlas, dan saya
pasrah Ya Allah”.
3) The Thapping
Tapping adalah mengetuk-ngetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik
tertentu di tubuh kita sambil terus tun-in . Titi-titik ini adalah titik-titik kunci dari
“The Major Energy Meridian”, yang jika kita ketuk beberapa kali akan berdampak
pada ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang kita rasakan. Karena
aliran energi tubuh berjalan dengan normal dan seimbang kembali pada waktu
The Thapping
Versi inti ini adalah versi yang sering digunakan kebanyakan orang, karena
selain lebih singkat, versi ini terbilang cukup efektif untuk kebanyakan kasus. Versi
lengkap kita lakukan hanya apabila versi inti dirasa efeknya kurang dalam
menyelesaikan masalah kita atau masalah orang yang kita bantu.
Versi inti adalah melakukan langkah pertama (the shet-up), langkah kedua (the
Tune-In bersata kata pengingatnyan atau doa : “saya ikhlas, saya pasrah”) serta
sebagai langkah ketiga (the Thapping), mulai dari titik pertama (the Crown) hingga
titik ke 9 (Bellow Nipple). Cukup sampai di situ dan akhiri dengan tarik napas
panjang dan hembusan. Seperti pada gambar
Gamabar 2.5
Ada tiga hal yang harus kita perhatikan supaya SEFT yang kita
lakukan efektif. Tiga hal ini harus kita lakukan selama proses terapi, mulai dari
Set-Up, Tune-In, hingga Tapping. Banyak kejadian penyebab utama kegagalan
terapi adalah mengabaikan salah satu atau ketiga hal ini. Ketiga hal itu adalah
sebagai berikut :
1. Khusyu’
Selama melakukan terapi, khususnya saat Set-Up, kita harus
konsentrasi, atau khusyu’. Fokuskan pikiran kita pada saat melakukan Set-Up
(berdoa) pada “Sang Maha Penyembuh”, berdoalah dengan diiringi
kerendah-hatian. Salah satu penyebab tidak terkabulnya doa adalah karena kita
tidak khusyu’, hati dan pikiran kita tidak ikut hadir saat berdoa, alias berdoa
hanya di mulut saja, tidak sepenuhnya sampai ke dalam hati. Jadi usahakan
menghilangkan pikiran lain, konsentrasi pada kata-kata yang kita ucapkan saat
melakukan Set-Up.
2. Ikhlas
Ikhlas artinya ridho atau menerima segala sesuatu termasuk rasa sakit
yang kita alami (baik fisik maupun emosi) dengan sepenuh hati. Ikhlas artinya
tidak mengeluh, tidak complain atas musibah yang sedang kita terima. Yang
membuat kita makin sakit adalah karena kita tidak mau menerima dengan
ikhlas rasa sakit atau masalah yang sedang kita hadapi. Ikhlas ini pula yang
membuat sakit apapun yang kita alami menjadi sarana menyucian atau
pembersihan diri dari dosa dan segala kesalahan yang pernah kita lakukan.
3. Pasrah
Pasrah tidak sama denga ikhlas. Ikhlas adalah menerima dengan legowo
atau lapang dada segala sesuatu yang kita alami saat ini, sedangkan
pasrah adalah menyerahkan apa yang akan terjadi nanti hanya kepada Allah
SWT. Kita pasrahkan pada-Nya apapun yang akan terjadi nanti. Apakah rasa
sakit yang kita alami makin parah, makin membaik, atau sembuh total, kita
pasrahkan pada Allah. Pasrah bukan berarti fatalisme, pasrah yang sejati
disertai dengan usaha optimal untuk mencari solusi agar keluar dari masalah
yang kita hadapi.
Berbagai Bidang
dan dapat mengembangkan potensi diri agar terlepas dari konflik batin yang belum
terselesaikan. Sehingga setelah bebas dari lingkaran beban emosi ini, seseorang
b. Kelompok
Dapat menciptakan hubungan yang kokoh bagi setiap masing- masing anggota
keluarga. dengan SEFT sebagai penetralisasi emosi yang negatif yang sering timbul
di dalam keluarga seperti kecemburuan, rasa marah dan tersiggung, rasa takut
c. Sekolah
pada pelajaran, malas belajar, murid yang bandel dan lain sebagainya.
d. Kesehatan
Jadi, dari uraian manfaat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa SEFT
mampu menangani berbagai kasus dan berbagai bidang di dalam kehidupan manusia
Abstrak
Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk menerapkan terapi SEFT terhadap penurunan
Semarang
hipertensi.
Hasil : Hasil studi kasus menunjukan ada penurunan tekanan pada subyek I sebelum
Abstrak
Tujuan : Tujuan di lakukan terapi ini salah satunya untuk menurunakn tekanan darah
pada pasien hipertensi. Hipertensi merupakan suatu peningkatan teknan pada
darah di dalam arteri. Tujuan dari peneltian ini melihat apakah ada pengaruh
Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) pada penurunan
tekanan darah di Desa Pandau Jaya.
Metode : Desain yang di gunakan pada penelitian ini yaitu quasi-eksperimental dimana
jumlah reponden 64 orang dan di bagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok
kontrol dengan jumlah 32 orang responden dan kelompok intervensi dengan
jumalh 32 orang responden yang bertujuan untuk melihat hasil perbandingan
kelompok kontrol dan kelompok intervensi pada penderita hipertensi sebelum
dan sesudah di berikan terapi SEFT, Instrumen pada peneliltian ini terdiri dari
set tensi meter air raksa dan stetoskop.
Hasil : Hasil pada penelitian in terdapat menunjukkan bahwa nilai-P = 0,000 (P < 0,05), yang
berti ada pengaruh terapi SEFT terhadap penurunan tekanan darah systole dan diastole
pada pasien hipertensi.
Kesimpulan : Berdasarkan penelitian ini dapat di simpulkan bahwa ada pengaruh terapi
spiritual emotional freedom technique (SEFT) pada penurunan tekanan
darah penderita hipertensi di Desa Pandau Jaya kecamatan Siak Hulu
kabupaten kampar dengan p-value 0,000 < α 0.05 pada systole dan pada
diastole p-value 0.000 < α 0,05.
E. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian merupakan abstraksi dari suatu realitas sehingga dapat
dikomunikasikan dan membentuk teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel yang diteliti
(Nursalam,2017).
Terapi SEFT
Pasien Hipertensi ( Spiritual Penurunan tekanan darah
Emotional Freedom
Technique)
BAB III
METODE
Ahmad FZ (2010). SEFT Spiritual Emotional Freedom Technique seputar aplikasi Praktis untuk
Penyembuhan.
Deby, S. (2015) Technique (Seft) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di
Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang. Tesis Fak. Keperawatan UNAND.
Kemenkes. Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan Ri, Situasi Dan Analisis Lanjut Usia.
Pusdatin 8.2014.
Rofacky, H. F. Dan F. A. Pengaruh Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (Seft) Terhadap
Tekanan Darah Penderita Hipertensi. J. Keperawatan Soedirman (The Soedirman J.
Nursing) 2, 17– 23.2015.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Populasi Lansia Diperkirakan Terus Meningkat Hingga
Tahun 2020. Artikel 8–9.2018.
Lismayanti, L. & Pamela, N. Efektifitas Spiritual Emotional Freedom Therapy (Seft) Dalam
Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Diatas 65 Tahun Yang Mengalami
Hipertensi. 64–67.2018.