Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA An.

R DENGAN DIAGNOSA
MEDIS HIRSCHSPRUNG DISEASE DI RUANG NICU
RSUDZA KOTA BANDA ACEH

Disusun Oleh :
Siti Hamidah S.Tr.Kep
NIM: P1337420921233

Dosen pembimbing:
Ns. Asniah Syamsuddin,m S.Kep., M.Kep

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
SEMARANG
2022
Manifestasi Klinis
Etiologi 1. Bayi lahir gagal mengeluarkan mekonium >24
1. Genetik jam pertama
2. Lingkungan 2. Muntah berwarna hijau
3. Kegagalan sel neural 3. Distensi abdomen
4. Konstipasi
5. Diare berulang
6. Adanya massa di fecal

Hirschsprung
Disease

Komplikasi
Klasifikasi
1. Obstruksi usus
1. Tipe segmen pendek 2. Konstipasi MK : Defisit Pengetahuan
2. Tipe segmen panjang 3. Ketidakseimbangan cairan dan
3. Tipe segmen mengenai seluruh kolon SLKI : Tingkat Kesehatan
elektrolit
4. Entrokolisis SIKI : Edukasi Kesehatan

Pengkajian : Kurang informasi


1. Riwayat kesehatan, Gangguan Usus tentang penyakit
2. Pemeriksaan Fisik,
3. Pemeriksaan Penunjang
Congenital Aganglion
MK : Ansietas
Gangguan Penyerapan
Nutrisi di usus SLKI : Tingkat Stres
Penumpukan Feses Tidak ada peristaltik SIKI : Reduksi Ansietas
usus

MK : Risiko Infeksi MK : Defisit Nutrisi

SLKI : Tingkat Infeksi SLKI : Status Nutrisi


MK : Inkontinensia fekal
SIKI : Pencegahan Infeksi SIKI : Manajemen Nutrisi
SLKI : Kontinensia Fekal
SIKI : Manajemen Eliminasi Fekal
A. IDENTITAS
Nama : By. R
Umur : 0 Tahun 0 bulan 25 hari
Tanggal lahir : 16-07-2022
Suku : Aceh
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : Tidak/Belum Sekolah
Alamat : Kedal palak kerambil Susoh
Diagnose Masuk : hysprung Desease
Tanggal rawat

B. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama :
Orang tua mengatakan anaknya susah BAB dari 6 hari yang lalu saat masuk IGD.
2. Riwayat penyakit sekarang:
Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 10 agustus 2022. Klien menderita penyakit
Hirschprung Disense . Pasien dengan keluhan perut membesar yang sudah dialami sejak 1
minggu yang lalu. Sudah menjalani pemeriksaan oleh dokter dan akan dilakukan
pembedahan. Pasien juga terdapat gangguan BAB sejak 6 hari yang lalu. Nyeri tekan perut
dijumpai muntah tidak ada. Pada tanggal 15 agustus 2022 saat dilakukan pengkajian pasien
terlihat berbaring diinkubator, klien tampak menangis kuat gerakan aktif dan menghisap
baik.
3. Riwayat kehamilan dan kelahiran :
Pasien merupakan anak kedua dari 2 bersaudara, lahir secara sectio cesarea, berat
lahir 2800 gram. Pasien tidak pernah mendapatkan imunisasi
4. Riwayat Kesehatan keluarga :
Ibu pasien mengatakan dari keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit seperti
An.N alami.
5. Riwayat Tumbuh Kembang:
BB : 2.8 gram
BBL : 2.7 gram
TB : 49 cm
LILA : 11 cm
LK : 37 cm
C. POLA KEGIATAN SEHARI-HARI
- Pola nutrisi dan metabolic
Ibu mengatakan An.R diberi ASI 3 kali sehari dan saat menangis. Minuman yang
diberikan ke An.R adalah ASI. Semenjak 1 minggu yang lalu ibu mengatakan An R
tidak pernag BAB. Selama di rumah sakit An.R selalu diberikan ASI Eklusif oleh ibu
- Pola aktivitas dan latihan
ibu mengatakan An.R saat baru lahir aktif dan tanda gejala susah BAB muncul saat
hari keenam kelahiran sehingga An. R mengalami perut kembung.
- Pola tidur
Ibu mengatakan An.R selama di rumah tidur siang dan tidur malam ± 10 jam,
sedangkan di rumah sakit anak lebih sering menangis.

Observasi
Kadaan umum : Compos mentis
Kesadaran : GCS : E5M4V4
Pemeriksaan TTV : HR : 166kali/menit
RR : 34 kali/menit
T : 36,9ºC
SpO2 : 100%

D. PEMERIKSAAN FISIK
a) Pemeriksaan kepala
- Kepala dan rambut : Kulit kepala bersih, tidak ada lesi. Penyebaran rambut tidak
merata, rambut tipis, halus dan tidak ada benjolan dikepala.
- Mata : mata lengkap, simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis dan
sklera tidak ikterik. Kelopak mata tidak ada pembengkakan. Adanya reflek cahaya
pada pupil dan bentuk isokor kiri dan kanan, iris kiri dan kanan warna coklat tua,
tidak ada kelainan
- Hidung : tidak ada pernafasan cuping hidung, lubang hidung bersih,
tidak ada secret, tidak ada pembekakan
- Mulut & lidah : keadaan mukosa bibir kering dan pucat.
- Telinga : bentuk telinga sedang, simetris kiri dan kanan. Lubang telinga
bersih.
- Leher : kelenjar getah bening tidak terada, tiroid tidak teraba, posisi
trakea ditengah tidak ada kelainan
b) Pemeriksaan Thorak
- Inspeksi thorak : tidak ada sesak nafas, batuk dan secret. Bentuk dada simetris,
terlihat dinding intercosta, pola nafas normal
- Palpasi : vocal permitus dan ekspansi paru anterior dan posterior dada
normal
- Perkusi : Sonor
- Auskultasi : suara nafas vasikuler
c) Pemeriksaan jantung
- Inspeksi dan Palpasi : tidak ada sianosis dan iktus kordis teraba hangat
- Perkusi : batas jantung normal
- Auskultasi : bumyi jantung I saat auskultasi normal dan regular, bunyi jantung II
: saat auskultasi normal dan regular, tidak ada penambahan bunyi suara jantung, dan
kelainan
d) Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi : bentuk abdomen tampak distensi, terlihat tulang rusuk, ada benjolan
pada perut, tampak banyangan pembuluh darah pada abdomen dan tidak ada asites.
- Palpasi : tegang
- Auskultasi : peristaltic 20 kali/menit normal
- Perkusi : ada nyeri tekan
e) Pemeriksaan system ginetalis
Kebersihan genitalia bersih, tidak ada kelainan dan pasien memakai pempes.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Hasil laboratorium tanggal 15/08/2022
Hemoglobin : 14,1 g/dl * (9,0-14,0)
Hematokrit : 41% * (53-63)
Leukosit : 17,31 103/mm3 (5,0-19,5)
Eritrosit : 4,5 106/mm3 * (4,4-5,8)
Trombosit : 240 103/mm3 ** (150-450)

F. PENATALAKSANAAN TERAPI
- Miropenem 80mg/8 jam (Iv)
- Paracetamol (drip)
- Ampicilin 70mg/6 jam
- Furosemid 2,7mg/12jam
- Spironolation 6,25mg/24 jam (oral)
ANALISA MASALAH

No Data Masalah
1 DS: Inkontinensia fekal b.d
- Ibu klien mengatakan anaknya sudah 6 hari penurunan tonus otot.
mengalami susah BAB
DO:
- Keasadaran compos mentis
- Distensi Abdomen
- Menghisap baik
- Anak aktif
- Menangis kencang
- Gcs 15
- Hasil laboratorium tanggal 15/08/2022
Hemoglobin : 14,1 g/dl * (9,0-14,0)
Hematokrit : 41% * (53-63)
Leukosit : 17,31 103/mm3 (5,0-19,5)
Eritrosit : 4,5 106/mm3 * (4,4-5,8)
Trombosit : 240 103/mm3 ** (150-450)
2. DS: Risiko syok sepsis
- Sejak 1 minggu ibu ana. R mengatakan
klien tidak bisa BAB
- Ibu mengatakan ana. R akan dilakukan
operasi senin tgl 22 agustus 2022
DO:
- HR : 166kali/menit
- RR : 34 kali/menit
- T : 36,9ºC
- SpO2 : 100%
- Hasil laboratorium tanggal 15/08/2022
Hemoglobin : 14,1 g/dl * (9,0-14,0)
Hematokrit : 41% * (53-63)
Leukosit : 17,31 103/mm3 (5,0-19,5)
Eritrosit : 4,5 106/mm3 *(4,4-5,8)
Trombosit : 240 103/mm3 **(150-450)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Inkontinensia fekal b.d penurunan tonus otot.
2. Risiko syok sepsis
INTERVENSI
No Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
1. Inkontinensia fekal Setelah dilakukan tindakan Manajemen eliminasi fekal
b.d penurunan tonus keperawatan selama 3x 24 a. Identifikasi masalah usus
otot. jam kontinensia fekal dan penggunaan obat
membaik SLKI Kriteria pencahar.
Hasil: b. Monitor buang air besar
a. Pengontrolan (mis. warna, frekuensi,
pengeluaran feses. konsistensi dan volume).
b. Defekasi. c. Monitor tanda dan gejala
c. Frekuensi buang air diare, konstipasi atau
besar. impaksi.
d. Jadwalkan waktu
defekasi bersama pasien.
e. Sediakan makanan tinggi
serat.
f. Jelaskan jenis makanan
yang membantu
meningkatkan
keteraturan peristaltik
usus.
g. Anjurkan pengurangan
asupan makanan yang
meningkatkan
pembentukkan gas.
h. Anjurkan mengkonsumsi
makanan yang
mengandung tinggi
serat.
i. Kolaborasi pemberian
obat supositoria anal, jika
perlu.
2. Resiko syok sepsis Tujuan: Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi
tindakan keperawatan Observasi:
selama 3 x 24 jam - Monitor tanda gejala
keseimbangan cairan infeksi lokal dan sistemik
meningkat. SLKI, dengan Terapeutik
Kriteria Hasil: - Batasi jumlah
a. Asupan cairan. pengunjung
b. Keluaran urin. - Berikan perawatan kulit
c. Kelembaban pada daerah edema
membran mukosa. - Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
pasien
- Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
beresiko tinggi
Edukasi:
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara memeriksa
luka
- Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian
imunisasi. jika perlu
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Tgl Kode Implementasi Evaluasi


DX
15/0 1 - Mengidentifikasi penyebab S:
8/22 inkontinensia fekal baik fisik - pasien menghisap kuat
maupun fsiologis dan menangis aktif
- Mengidentifikasi perubahan - pasien sudah tidak BAB
frekuensi defekasi dan konsistensi semenjak 1 minggu yang
feses lalu
- Memonitor kondisi kulit perinal O:
respon pasien - bising usus 12x/menit
- Memonitor keadekuatan evakuasi - lingkar perut 50 cm
feses - pasien tidak BAB 6 hari
- Menjaga kebersihan tempat tidur - pasien tidak memiliki
dan pakaian. kekuatan untuk BAB
- perut kembung karna
ASI
A: inkontinensial fekal belum
teratasi
P: intervensi dilanjutkan
- mengidentifikasi
penyembab inkontinensia
fekal
- mengidentifikasi
perubahan frekuensi
defekasi dan konsistemsi
feses
- menjaga kebersihan
perinal dan tempat tidur
pasien
- memonitor keadekuatan
evakuasi feses
- pemberian obat

2 - memantau tanda-tanda vital S:


- memberi diet ASI -
- mengambil hasil swab pcr O:
- mengambil hasil suction biopsi - Menangis kuat
- memantau distensi abdomen - Gerakan aktif
- mempertahankan tindakan septik - Menghisap kuat
dan aseptik - Diet ASI adlibitum
- Infus terpasang
- Abdomen distensi
- Ingkar perut 50 cm
- Hr: 140x/menit
- RR: 44x/menit
- T: 36,7ºC
- Skala nyeri: 0(NIPS)
A: Resiko syok sepsis belum
teratasi
P: intervensi dilanjutkan
- Pantau tanda-tanda vital
- Beri diet adlibitum
- Pertahankan tidakan
septik atau non aseptik
- Pantau distensi abdomen
16/0 1 - mengidentifikasi penyembab S:
8/22 inkontinensia fekal - pasien menghisap kuat
- mengidentifikasi perubahan dan menangis aktif
frekuensi defekasi dan - pasien sudah tidak BAB
konsistemsi feses semenjak 6 hari yang lalu
- menjaga kebersihan perinal dan O:
tempat tidur pasien - bising usus 12x/menit
- memonitor keadekuatan evakuasi - lingkar perut 50 cm
feses - pasien sudah tidak BAB
- pemberian obat 7 hari
- pasien tidak memiliki
kekuatan untuk BAB
- perut kembung karna
ASI
A: inkontinensial fekal belum
teratasi
P: intervensi dilanjutkan
2 - memantau tanda-tanda vital S:
- memberi diet ASI -
- mengambil hasil swab pcr O:
- mengambil hasil suction biopsi - Menangis kuat
- memantau distensi abdomen - Gerakan aktif
- mempertahankan tindakan septik - Menghisap kuat
dan aseptik - Diet ASI adlibitum
- Infus terpasang
- Abdomen distensi
- Lingkar perut 50cm
- Hr: 140x/menit
- RR: 40x/menit
- T: 36,9ºC
- Skala nyeri: 0(NIPS)
A: Resiko Infeksi belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
- Pantau tanda-tanda vital
- Beri diet ASI adlibitum
- Pertahankan tidakan
septik atau non aseptik
- Pantau distensi abdomen
17/0 1 - mengidentifikasi penyembab S:
8/22 inkontinensia fekal - pasien terpantau masih
- mengidentifikasi perubahan belum BAB
frekuensi defekasi dan O:
konsistemsi feses - bising usus 12x/menit
- menjaga kebersihan perinal dan - lingkar perut 50 cm
tempat tidur pasien - pasien sudah tidak BAB
- memonitor keadekuatan evakuasi 8-
feses - pasien tidak memiliki
- pemberian obat kekuatan untuk BAB
- perut kembung karna
ASI
A: inkontinensial fekal belum
teratasi
P: intervensi dilanjutkan
2 - memantau tanda-tanda vital S:
- memberi diet ASI -
- mengambil hasil swab pcr O:
- mengambil hasil suction biopsi - Menangis kuat
- memantau distensi abdomen - Gerakan aktif
- mempertahankan tindakan septik - Menghisap kuat
dan aseptik - Diet ASI adlibitum
- Infus terpasang
- Abdomen distensi
- Lingkar perut 50 cm
- Hr: 140x/menit
- RR: 44x/menit
- T: 36,7ºC
- Skala nyeri: 0(NIPS)
A: Resiko syok sepsis belum
teratasi
P: intervensi dilanjutkan
- Pantau tanda-tanda vital
- Beri diet adlibitum
- Pertahankan tidakan
septik atau non aseptik
- Pantau distensi abdomen
18/0 1 - mengidentifikasi penyembab S:
8/22 inkontinensia fekal - pasien menghisap kuat
- mengidentifikasi perubahan dan menangis aktif
frekuensi defekasi dan - pasien sudah tidak BAB
konsistemsi feses semenjak 7 hari yang lalu
- menjaga kebersihan perinal dan O:
tempat tidur pasien - bising usus 12x/menit
- memonitor keadekuatan evakuasi - lingkar perut 50 cm
feses - pasien sudah tidak BAB
- pemberian obat 8-
- pasien tidak memiliki
kekuatan untuk BAB
- perut kembung karna
ASI
A: inkontinensial fekal belum
teratasi
P: intervensi dilanjutkan
2 - memantau tanda-tanda vital S:
- memberi diet ASI -
- mengambil hasil swab pcr O:
- mengambil hasil suction biopsi - Menangis kuat
- memantau distensi abdomen - Gerakan aktif
- mempertahankan tindakan septik - Menghisap kuat
dan aseptik - Diet ASI adlibitum
- Infus terpasang
- Abdomen distensi
- Hr: 140x/menit
- RR: 42x/menit
- T: 36,7ºC
- Skala nyeri: 0(NIPS)
A: Resiko syok sepsis belum
teratasi
P: intervensi dilanjutkan
- Pantau tanda-tanda vital
- Beri diet adlibitum
- Pertahankan tidakan
septik atau non aseptik
- Pantau distensi abdomen
19/0 1 - mengidentifikasi penyembab S:
8/22 inkontinensia fekal - pasien menghisap kuat
- mengidentifikasi perubahan dan menangis aktif
frekuensi defekasi dan - pasien sudah tidak BAB
konsistemsi feses semenjak 8 hari yang lalu
- menjaga kebersihan perinal dan O:
tempat tidur pasien - bising usus 12x/menit
- memonitor keadekuatan evakuasi - lingkar perut 50 cm
feses - pasien tidak memiliki
- pemberian obat kekuatan untuk BAB
- perut kembung karna
ASI
A: inkontinensial fekal belum
teratasi
P: intervensi dilanjutkan
2 - memantau tanda-tanda vital S:
- memberi diet ASI -
- mengambil hasil swab pcr O:
- mengambil hasil suction biopsi - Menangis kuat
- memantau distensi abdomen - Gerakan aktif
- mempertahankan tindakan septik - Menghisap kuat
dan aseptik - Diet ASI adlibitum
- Infus terpasang
- Abdomen distensi
- Lingkar perut 50 cm
- Hr: 138x/menit
- RR: 42x/menit
- T: 36,8ºC
- Skala nyeri: 0(NIRS)
A: Resiko syok sepsis belum
teratasi
P: intervensi dilanjutkan
- Pantau tanda-tanda vital
- Beri diet adlibitum
- Pertahankan tidakan
septik atau non aseptik
- Pantau distensi abdomen
20/0 1 - mengidentifikasi penyembab S:
8/22 inkontinensia fekal - pasien menghisap kuat
- mengidentifikasi perubahan dan menangis aktif
frekuensi defekasi dan - pasien sudah tidak BAB
konsistemsi feses semenjak 9 hari yang lalu
- menjaga kebersihan perinal dan O:
tempat tidur pasien - bising usus 12x/menit
- memonitor keadekuatan evakuasi - lingkar perut 50 cm
feses - pasien sudah tidak BAB
- pemberian obat 10-
- pasien tidak memiliki
kekuatan untuk BAB
- perut kembung karna
ASI
A: inkontinensial fekal belum
teratasi
P: intervensi dilanjutkan
2 - memantau tanda-tanda vital S:
- memberi diet ASI -
- mengambil hasil swab pcr O:
- mengambil hasil suction biopsi - Menangis kuat
- memantau distensi abdomen - Gerakan aktif
- mempertahankan tindakan septik - Menghisap kuat
dan aseptik - Diet ASI adlibitum
- Infus terpasang
- Abdomen distensi
- Llingkar perut 50 cm
- Hr: 138/menit
- RR: 44x/menit
- T: 36,5ºC
- Skala nyeri: 0(NIPS)
A: Resiko syok sepsis belum
teratasi
P: intervensi dilanjutkan
- Pantau tanda-tanda vital
- Beri diet adlibitm
- Pertahankan tidakan
septik atau non aseptik
- Pantau distensi abdomen
Jurnal EBNP

Manajemen Asuhan Kebidananbayi Ny. Hdengan Berat Badan Lahir Rendah

Berat badan lahir rendah adalah bayi yang berat badannya kurang dari 2.500 gram.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) Tahun 2017 Indonesia menempati
urutan kelima sebagai negara dengan jumlah bayi prematur atau BBLR terbanyak di
dunia dan sebagai penyumbang terbesar angka kematian. Hasil Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan bahwa AKB mengalami
penurunan meskipun tergolong tinggi dari negara-negara Association Of Southeast
Asian Nations (ASEAN). Berdasarkan profil kesehatan Sulawesi Selatan pada tahun 2015
angka kejadian BBLR sebanyak 660 (2,62%) bayi dan pada tahun 2016 mulai terjadi
peningkatan angka kejadian BBLR yaitu sebanyak 5.299 (3,58%),dan pada tahun 2017
peningkatan angka kejadian BBLR lebihmeningkatsebanyak 149.835 (99,80%).
Berdasarkan bagian pencatatan dan pelaporan datayang diperolehdi RSIA Sitti Khadijah 1
Muhammadiyah Makassar pada tahun 2017 dari 4.829 bayi yang lahir hidup terdapat 375
(7,76%) BBLR, 2018 dari 4.940 bayi yang lahir hidup terdapat 430 (8,70%) BBLR,
sedangkan pada tahun 2019 dari 5.479 bayi yang lahir hidup terdapat 485 (8,85%)
BBLR. Tujuan disusunnya Laporan Tugan Akhir (LTA) ini untuk Melaksanakan Asuhan
kebidanan pada Bayi Ny “H” dengan BBLR di RSIA Sitti Khadijah 1 Muhammadiyah
Makassar, dengan pendekatan asuhan kebidanan sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawab bidan. Dari studi kasus dengan manajemen asuhan 7 langkah varney dan
pendokumentasian dalam bentuk SOAP yakni semuanya berlangsung normal tanpa ada
kendala.
Berat Badan Lahir Rendah(BBLR) adalah bayi yang berat badannya kurang
dari 2.500 gram. Istilah BBLR sama dengan prematur. Namun, BBLR tidak hanya terjadi
pada bayi prematur, juga bayi yang cukup bulan dengan berat badan kurang dari 2.500
gram.1Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah prematur dengan istilah BBLR. Hal
ini dilakukan karena tidak semua bayi yang berat kurang dari 2.500 gram pada waktu lahir
merupakan bayi yang lahir prematur. Namun demikian, penyebab utama dari BBLR adalah
kelahiran prematur, lahir sebelum 37 minggu kehamilan.
Mengidentifikasi data dasar yang meliputi identitas bayi dan orang tua, data biologis
yang terdiri dari keluhan utama serta penentuan umur kehamilan yang diperoleh dari bayi
Ny. “H” dengan umur kehamilan 39 minggu 3 hari, bayi lahir dengan sectio caesarea
dengan indikasi hipertensiserta mempunyai ciri-ciri seperti ciri-ciri bayi BBLR adalah
berat badan bayi 2400 gram, panjang badan 43 cm, lingkar kepala 31 cm, lingkar dada 30
cm, lila 9 cm maka bayi tersebut termasuk bayiBBLR.
Diagnosa/masalah aktual bayiNy. ”H” adalah BBLR/BCB/KMK maupun masalah
potensial harus berdasarkan pendekatan asuhan kebidanan yang didukung dan
ditunjang oleh beberapa data subjektif maupun data objektif yang diperoleh dari hasil
pengkajian.Tidak terdapat data yang menunjang untuk dijadikan sebagai masalah
potensial pada bayi Ny. “H”.
Tindakan segera yang diberikan pada bayi Ny “H” adalahmerawat bayi dalam
inkubatorserta menjaga kehangatannya, memantau pemenuhan nutrisi pada
bayi.Berdasarkan diagnosa/masalah yang ada, maka rencana asuhan yang diberikan
adalah bayi ditempatkan di dalam inkubator dengan suhu 34oC, pemenuhan nutrisi,
perawatan bayi dalam inkubator, pantau (TTV, refleks, warna kulit), dan rawat tali
pusat.Implementasi tindakan asuhan yang diberikan pada bayi Ny. “H” seluruhnya
dilakukan dengan rencanatindakan.Evaluasi akhir dari kasus ini adalah keadaan umum bayi
normal, tanda-tanda vital dalam batas normal, pemenuhan nutrisi terpenuhi, suhu tubuh
bayi telah normal danterjaga.
Referensi

Munawaroh, M., Muzakkar, A., Taufiqurrahman, M., Nawawi, GF, & Johaini, J.
(2020). Edukasi Orang Tua Dengan Pendekatan Andragogi Upaya Eliminasi
Stunting Desa Denggen Timur. JURNAL ABDI POPULIKA , 1 (2), 66-74.
Nisa, M., & Rahayuningsih, SI (2019). GAMBARAN PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN BAYI RISIKO TINGGI SETELAH DIRAWAT DI NEONATAL
INTENSIVE CARE UNIT (NICU) RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PEMERINTAH
ACEH. Jurnal Keperawatan Ide , 10 (3), 1-6.
PAMUNGKAS, D. (2018). PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN
DENGAN GANGGUAN ELIMINASI FEKAL DI WILAYAH PUSKESMAS
GAMPING II SLEMAN YOGYAKARTA (Disertasi doktor, poltekkes kemenkes
yogyakarta).
Rifani, R., Istiqamah, E., & Husnah, N. (2022). Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi Ny. H
dengan Berat Badan Lahir Rendah. Jendela Jurnal Kebidanan , 86-94.
Wijayanti, AIP, & Astuti, WT (2019). Pemberian Pendidikan Kesehatan Terapi Zink Untuk
Mengurangi Frekuensi Diare. Jurnal Keperawatan Karya Bhakti , 5 (1), 7-13.

Anda mungkin juga menyukai