Oleh :
Risky Monika
P1337420921215 (Aceh)
Pembimbing Klinik:
Erlangga GZN,Ns.,S.Kep.,M.Kep.,Sp.KMB
1. Kelemahan badan
2. Batuk
3. Sesak nafas
4. Sesak nafas saat aktivitas
5. nafas berbunyi Mengi atau wheezing
6. Ekspirasi yang memanjang
7. Batuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut
8. Penggunaan obat bantu pernafasan
9. Suara nafas melemah
10. Kadang ditemukan pernapasan paradoksal
D. Patofisiologi
E. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Kesadaran : Pemeriksaan dengan GCS bertujuan untuk mengkaji tingkat kesadaram
pasien. Tanda-tanda vital : pemeriksaan TTV dilakukan untuk mengetahui keadaan pasien
dalam rentang normal atau tidak yang meliputi tekanan darah, nadi, frekuensi pernapasan
dan suhu.
2. Kulit
Pemeriksaan pada kulit bertujuan untuk mengetahui warna, kelembahan, dan turgor kulit
pemeriksaan pada kulit juga untuk mengetahui ada tidaknya edema
3. Kepala rambut
Pemeriksaan pada kepala/rambut dilakukan untuk mengetahui kesimetrisan kepala, warna
rambut, kebersihan kepala dan ada edema
4. Mata
Pemeriksaan pada mata dilakukan untuk mengetahui :
- Fungsi pengelihatan : kanan dan kiri baik buruk
- Ukuran pupil : kanan dan kiri (normal 2mm) isokot/uniskor
- Konjungtiva : anemis/tidak anemis
- Lensaitis : warna lensa dan kekeruhan lensa
- Oedema palpehta : ada tidaknya vedom
- Palpebra : kanan dan kiri ada tidaknya petosis
- Skelera : ikterik/tidak ikterik
5. Telinga
Pemeriksaan pada telinga dilakukan untuk mengetahui:
- Fungsi pendengaran : kanan dan kiri Baik buruk
- Kebersihan : kanan dan kiri bersih/kotor.
- Daun telinga : kanan dan kiri simetris, elastis, lesi ada/tidak
- Fungsi keseimbangan : kanan dan kiri baik buruk
- kesetrimen : kanan dan kiri tidak ada/ada
6. Hidung dan sinus
Pemeriksaan pada hidung dilakukan untuk mengetahui:
- Infeksi : kesimetrian
- Fungsi penciuman : baik buruk
- Pembengkakan : cada tidak polip ada tidak
- Kebersihan : bersihl/kotor
- Pendarahan Serumen : tidak ada ada/tidak
7. Mulut dan tenggorokan
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui
- Membrane mukosa : Kering lembab dan pucat tidak
- Keadaan gigi : Lengkap tidak
- Tanda cadang : rada/tidak
- Trismus : ada tidak kesulitan buka mulut.
- Kesulitan menelan : disfagia ada/tidak
8. Leher
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui
- Trakealsimetritidak): simetris/tidak
- Carotid bruid : ada bunyi bruid tidak
- JVP : ada/ tidak
- Kelenjar limfe : ada pembesaran tidak ada pembengkakan/tidak
- Kelenjar toreid Kaku koduk : ada tidak
9. Thorax/paru
- Inspeksi : simetris tidak. RR, menggunakan otot bantu tidak
- Palpasi : ekspansi paru simetris/tidak
- Perkusi Auskultasi : resonan/tidak pada kedua lapang paru vesilculer, ada suara
tambahan tidak (ronkhi, wheezing)
10. Jantung
- Inspeksi : ictus condis terlihat tidak
- Paspasi : rictus cordis teraba pada ICS ke berapa
- Perkusi : batas batas jantung
- Auskultasi : S1 dan S2 tendengar jelas tidak ada tidak bunyi tambahan s3 dan
- s4, murmur dan gallop ada tidak
11. Abdomen
- Inspeks : siimetris/tidak, ada jaringan parut tidak, vena menonjol/tidak asites/tidak
- Auskultasi : mengetahui frekuensi bising usus
- Perkusi : Tympani/tidak
- Palpasi : hepar dan limfa teraba tidak ada pembesaran hepar danlimfa/tidak.
12. Genitalia : kebersihan, ada tanda-tanda radang tidak. Ada lesi tidak
13. Rectal : ada hemoroid/tidak, ada lesi atau kemerahan tidak ada massa tidak
14. Ekstermitas atas : kanan dan kiri perahaan akral, ada oedema tidak, genggaman tangan
kuat/tidak
Ekstermitas bawah : kanan dan kiri perabaan akral, ada oedema tidak, kekuatan ROM :
gerakan aktif/tidak, perlu dibantu/tidak. Kekuatan otot : otot lemah/kuat
15. Vascular perifer
- Capilari refille : normal/tidak (normal 2detik)
- Clubbing : menonjol/tidak
- Perubahan warna : sianosis tidak
- (kuku kulit bibir)
F. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada diagnosis PPOK antara lain:
1. Radiologi (foto toraks).
2. Spirometri
3. Pemeriksaan EEG (Electroenchelopatigram).
4. Laboratorium darah rutin (timbulnya polisitemia menunjukkan telah terjadi
hipoksia kronik)
5. Analisa gas darah
6. Mikrobiologi sputum diperlukan untuk pemilihan antibiotic bila terjadi
eksaserbasi.
G. Penatalasanaan Medis
Secara umum penatalaksanaan PPOK adalah sebagai berikut:
a. Pemberian obat obatan
1. Bronkodilator
Dianjurkan penggunaan dalam bentuk inhalasi kecuali pada eksaserbasi digunakan
oral atau sistemik.
2. Anti inflamasi
Pilihan utama bentuk metilprednisolon atau prednison. Untuk penggunaan jangka
panjang pada PPOK stabil hanya bila uji steroid positif. Pada eksaserbasi dapat
digunakan dalam bentuk oral atau sistemik.
3. Antibiotik
Tidak dianjurkan penggunaan jangka panjang untuk pencegahan eksaserbasi.
Pilihan antibiotik pada eksaserbasi disesuaikan dengan pola kuman setempat.
4. Mukolitik
Tidak diberikan secara rutin. Hanya digunakan sebagai pengobatan simptomatik
bila tedapat dahak yang lengket dan kental.
5. Antitusif
Diberikan hanya bila terdapat batuk yang sangat mengganggu. Penggunaan secara
rutin merupakan kontraindikasi.
A. Pengkajian Fokus
1. Pengkajian Keperawatan
1) Identitas pasien: Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, bangsa, status,
pekerjaan, pendidikan, alamat.
2) Keluhan utama: Keluhan utama yang bisa muncul pada pasien PPOK adalah sesak
nafas yang sudah berlangsung lama sampai bertahun-tahun dan batuk dan lemah
(Muttaqin, 2014).
3) Riwayat penyakit sekarang: Pasien datang dengan keluhan utama sesak
nafas,kemudian di ikuti dengan gejala-gejala lain seperti wheezing, lendir dan
sekresi yang sangat banyak sehingga menyumbat jalan nafas (Muttaqin, 2014).
4) Riwayat penyakit dahulu: Tanyakan pada klien apakah klien dulu pernah menderita
penyakit yang sama sebelumnya, apakah klien sering merokok dan terpapar dengan
polusi udara.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga: apakah keluarga klien memiliki riwayat penyakit
seperti yang klien rasakan.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik fokus pada pasien PPOK, yakni:
1) Inspeksi
Pada pasien dengan PPOK, terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi
pernafasan, serta penggunaan otot bantu pernafasan. Pada saat inspeksi, biasanya
dapat terlihat pasien mempunyai bentuk dada barrel chest akibat udara yang
terperangkap, penipisan massa otot, bernafas dengan bibir yang dirapatkan dan
pernafasan abnormal yang tidak efektif (Muttaqin, 2014).
2) Palpasi
Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya menurun ( Muttaqin,
2014).
3) Perkusi
Pada perkusi, didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma
mendatar atau menurun.
4) Pada auskultasi
sering didapatkan bunyi suara nafas ronkhi basah halus dan wheezing sesuai tingkat
keparahan obstruktif pada bronkhiolus.
C. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Bersihan jalan napas Setelah dilakukan intervensi Latihan batuk Efektif
tidak efetif berhubungan keperawatan selama 5 X 24
Defenisi: Melatih pasien yang tidak
dengan spasme jalan jam maka Bersihan Jalan
memiliki kemampuan batuk secara
nafas, hipersekresi Napas Meningkat, dengan
efektif untuk membersihkan laring-
dijalan nafas, sekresi Kriteria Hasil:
trakea dan bronkiolus dari sekret atau
yang tertahan 1. Batuk efektif meningkat
benda asing dijalan napas
dibuktikan dengan batuk 2. Produksi sputum menurun
tidak efektif, sputum 3. Mengi Wheezing menurun Tindakan
pola nafas abnormal 4. Klien mampu melakuan mis, gurgling, mengi, wheezing,
Teknik Relaksasi
Bare & Smeltzer. (2012). Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Suddart.
EGC.
Brunner & Suddarth. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa
Yasmin Asih. EGC.
Danusantosos halim. (2010). Buku Saku Ilmu Penyakit Paru, edisi2. EGC.
Djojodiningrat D. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. 6th ed.
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
UniversitasIndonesia.
Tim Pokja SDI DPP PPNI, (2018). Standar Intervensi Keperwatan Indonesia (SIKI).
Edisi 1. Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.edisi 1.
Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018). Standar Luaran Keperwatan Indonesia. Edisi 1