Anda di halaman 1dari 64

Penyakit Paru Obstruksi Kronis

(PPOK)
FG 1
Citra Anisa Syahriel Ida Wahyuni S
Dewi Suryani Sri Purwati
Eva Fathoni Riastuti Handayani
Fuzy Fauzia
Anatomi Fisiologi Paru
Paru-paru manusia terletak pada rongga dada, bentuk dari paruparu adalah
berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya
berada pada diafragma. Paru terbagi menjadi dua yaitu bagian yaitu, paru kanan
dan paru kiri. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paru-paru kiri
mempunyai dua lobus. Setiap paruparu terbagi lagi menjadi beberapa sub-bagian,
terdapat sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary segments.
Paru-paru bagian kanan dan bagian kiri dipisahkan oleh sebuah ruang yang
disebut mediastinum (Evelyn, 2009).
Paru-paru manusia dibungkus oleh selaput tipis yang bernama pleura. Pleura
terbagi menjadi pleura viseralis dan pleura pariental. Pleura viseralis yaitu
selaput tipis yang langsung membungkus paru, sedangkan pleura parietal yaitu
selaput yang menempel pada rongga dada. Diantara kedua pleura terdapat rongga
yang disebut cavum pleura (Guyton, 2007).
Menurut Alsagaff (2015)sistem pernapasan terbagi menjadi dari dua proses, yaitu
inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi adalah pergerakan dari atmosfer ke dalam paru,
sedangkan ekspirasi adalah pergerakan dari dalam paru ke atmosfer. Agar proses
ventilasi dapat berjalan lancar dibutuhkan fungsi yang baik pada otot pernafasan dan
elastisitas jaringan paru. Otot-otot pernafasan dibagi menjadi dua yaitu :
a. Otot inspirasi yang terdiri atas, otot interkostalis eksterna, sternokleidomastoideus,
skalenus dan diafragma.
b. Otot-otot ekspirasi adalah rektus abdominis dan interkostalis internus.
Fisiologi Paru
Paru-paru dan dinding dada mempunyai struktur yang elastis. Dalam keadaan normal
terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada sehingga paru-paru
dengan mudah bergeser pada dinding dada karena memiliki struktur yang elastis.
Tekanan yang masuk pada ruangan antara paru-paru dan dinding dada berada di
bawah tekanan atmosfer (Guyton, 2007).
Fungsi utama dari paru-paru adalah untuk pertukaran gas antara darah dan atmosfer.
Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan mengeluarkan
karbon dioksida. Kebutuhan oksigen dan karbon dioksida terus berubah sesuai dengan tingkat
aktivitas dan metabolisme seseorang, akan tetapi pernafasan harus tetap dapat berjalan agar
pasokan kandungan oksigen dan karbon dioksida bisa normal (Jayanti, 2013).
•Menurut Guyton (2007) untuk melaksanakan fungsi tersebut,
pernafasan dapat dibagi menjadi empat mekanisme dasar, yaitu :

a. Ventilasi paru yang berfungsi untuk proses masuk dan keluarnya


udara antara alveoli dan atmosfer.
b. Difusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah.
c. Transport dari pasokan oksigen dan karbon dioksida dalam darah
dan cairan tubuh ke dan dari sel.
d. Pengaturan ventilais pada sistem pernapasan.
Definisi PPOK
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah sekolompok penyakit paru
menahun yang berlangsung lama dan disertai dengan peningkatan resistensi
terhadap aliran udara (Padila, 2012).

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit yang umum, dapat
dicegah dan dapat ditangani yang memiliki karakteristik gejala pernafasan yang
menetap dan keterbatasan aliran udara. Hal ini dikarenakan abnormalitas
saluran napas dan/atau alveolus yang biasanya disebabkan oleh pajanan gas
atau partikel berbahaya (GOLD, 2017).
Etiologi
Menurut Black dan Hawks (2014) penyebab utama PPOK 80-85% nya
disebabkan oleh riwayat merokok. Sejumlah zat iritan yang terdapat di
dalam rokok menstimulasi produksi mukus berlebih, batuk, merusak
fungsi silia, menyebabkan inflamasi, serta kerusakan bronkhiolus dan
dinding alveolus. Faktor resiko termasuk perokok pasif, riwayat infeksi
paru-paru pada masa kanak- kanak. Faktor lainnya adalah hereditas
seperti defisiensi α1-antitrypsin dan pajanan polusi udara seperti zat
sulfur monoksida dan nitrit oksida yang dapat menyebabkan
hipersekresi mukus pada saluran napas.

.
Faktor Resiko PPOK (KepMenkes, 2008)

Faktor Penjamu
01 Genetik, hiper responsif jalan
nafas, pertumbuhan paru

Prilaku
02 Prevalensi teringgi pada PPOK
adalah perokok aktif.

Lingkungan
03 Polusi udara indoor dan out
door
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada pemeriksaan fisik, pada fase dini umumnya tidak
ditemukan kelainan. Dalam menilai gambaran klinis pada PPOK harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Keputusan Menteri Kesehatan
RI, 2008):
● Onset (awal terjadinya penyakit) biasanya pada usia pertengahan
● Perkembangan gejala bersifat progresif lambat
● Riwayat pajanan, seperti merokok, polusi udara (di dalam ruangan, di
luar ruangan, dan tempat kerja)
● Sesak pada saat melakukan aktifitas
● Hambatan aliran udara umumnya irreversible (tidak bisa kembali
normal)
—Menurut Perhimpunan Dokter
Paru Indonesia (2003)

Manifestasi klinis bisa di nilai berupa:


•Merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa
gejala pernapasan
• Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di
tempat kerja
•Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
•Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak,
mis berat badan lahir rendah (BBLR), infeksi saluran
napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi
udara
•Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
•Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
Manifestasi Klinis
Hambatan aliran napas kronik pada PPOK
adalah merupakan gabungan dari penyakit
saluran napas kecil dan destruksi parenkhim
dengan kontribusi yang berbeda antar pasien
ke pasien. Pada kenyataannya, PPOK
merupakan sebuah kelompok penyakit
dengan gejala klinis yang hampir serupa
dengan bronkitis kronis, emfisema, asma,
bronkiektasis, dan bronkiolitis. Hambatan
jalan napas yang terjadi pada penderita PPOK
disebabkan oleh penyakit pada saluran napas
dan rusaknya parenkim paru.
Gejala yang paling sering terjadi pada pasien PPOK
adalah sesak napas. Sesak napas juga biasanya
menjadi keluhan utama pada pasien PPOK karena
terganggunya aktivitas fisik akibat gejala ini. Sesak
napas biasanya menjadi komplain ketika FEV1
<60% prediksi. Pasien biasanya mendefinisikan
sesak napas sebagai peningkatan usaha untuk
bernapas, rasa berat saat bernapas, gasping,
dan air hunger. Batuk bisa muncul secara hilang
timbul, tapi biasanya batuk kronis adalah gejala
awal perkembangan PPOK
Pembagian gejala klinis pasien dengan PPOK
eksaserbasi akut menjadi gejala respirasi dan gejala
sistemik. Gejala respirasi yang berupa sesak nafas yang
semakin bertambah berat, peningkatan volume dan
purulensi sputum, nafas dangkal. Gejala sistemik adalah
berupa peningkatan suhu tubuh, peningkatan denyut
nadi dan gangguan status mental

Sudoyo et al, 2014


Derajat PPOK
PPOK Ringan
Dengan / tanpa batuk, dengan / tanpa produksi sputum,
sesak napas derajat 0-1, Spirometri (VEP¹,≥80%
prediksi/ normal spirometry atau VEP¹, /KVP <70%)

PPOK Sedang
Dengan / tanpa batuk, dengan / tanpa produksi
sputum, sesak napas derajat 2 (sesak timbul pada saat
aktifitas), Spirometri (VEP¹,/KVP <70%, 50% <VEP¹
, < 80% prediksi

PPOK Berat
Sesak napas derajat sesak 3 dan 4 dengan gagal nafas
kronik,, disertai komplikasi cor pulmonale atau gagal
jantung kanan, spirometry ( VEP¹ /KVP <70%, VEP ¹
<30 %, atau VEP¹ >30 % tapi disertai gagal nafas
kronik
Patofisiologi dan
Komplikasi PPOK
PATOFISIOLOGI

Mekanisme dasar pada patofisiologi PPOK belum


diketahui secara pasti, namun penurunan nilai VEP yang
terjadi disebabkan oleh peradangan dan adanya
penyempitan saluran napas perifer, sementara penurunan
pertukuran gas dapat disebabkan oleh adanya kerusakan
pada parenkim seperti yang terjadi pada emfisema.
Mekanisme pertukaran gas Pernurunan pertukuran gas yang
menurun disebabkan oleh kerusakan parenkim yang terjadi
pada emfisema. Ketidakseimbangan saat pertukaran gas akan
mengakibatkan kelainan seperti hipoksemia dan hiperkapnia.
Tingkat keparahan pada emfisema berkorelasi dengan nilai
PO2 arteri dan tanda lain dari ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi (VA/Q). Kelainan di ventilasi alveolar dan
berkurangnya pembuluh darah pada paru dapat
memperburuk kelainan/ketidakseimbangan nilai VA/Q.
(PDPI, 2016)
Komponen asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan
kronik pada paru. Mediator peradangan secara progresif merusak
struktur – struktur penunjangdi paru. Akibat hilangnya elastisitas
saluran udara dan kolapsnyaalveolus, sehingga menyebabkan
ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi
karena menghembuskan nafas normal terjadi akibat pengempisan
paru secara pasif setelah inspirasi. Sehingga apabila tidak terjadi
pengempisan pasif, maka udara terperangkap di dalam paru – paru
dan saluran udara kolaps ( Donna, 2014 )
KOMPLIKASI

● Masalah Jantung
● Tekanan Darah Tinggi
● Infeksi Pernafasan
● Covid 19
Pemeriksaan Penunjang
dan Penatalaksanaan
Medis
Pemeriksaan Penunjang
PPOK

Uji Faal Paru dengan Foto Torak PA dan Lateral Analisa Gas Darah (AGD)
Spirometri dan
Bronkodilator

Pemeriksaan sputum Pemeriksaan Darah rutin Pemeriksaan Electrocardiogram


(EKG)
Penatalaksanaan pada Keadaan Stabil
1. Populasi A: pasien dengan terapi bronkodilator berdasarkan efek terhadap gejala sesak. Dapat berupa obat kerja
panjang dan kerja pendek. Pengobatan dapat dilanjutkan jika memberikan efek positif.
2. Populasi B: terapi utama harus mengandung bronkodilator kerja panjang dan dikonsumsi apabila gejala muncul.
Pada pasien dengan gejala sesak berat pada monoterapi, direkomendasikan menggunakan 2 jenis bronkodilator.
Apabila bronkodilator yang kedua tidak memberikan efek positif, dapat dikembalikan ke bronkodilator tunggal.
3. opulasi C: terapi utama harus mengandung bronkodilator kerja panjang tunggal. Penggunaan LAMA sebagai
pencegahan eksaserbasi. Pasien dengan eksaserbasi persisten, memberikan efek positif apabila ditambahkan
bronkodilator kedua kerja panjang (LABA/LAMA) atau menggunakan beta2- agonis kerjang panjang dan
kortikosteroid inhaler. Pilihan pertama adalah LABA/LAMA, karena penggunaan ICS dapat meningkatkan risiko
pneumonia.
4. Populasi D: terapi dimulai dengan LABA/LAMA sebagai pencegahan eksaserbasi. Apabila eksaserbasi tidak
dapat diterapi dengan LABA/LAMA, maka dapat ditambahkan roflumilast atau macrolide, dan stop ICS.
TERAPI NON FARMAKOLOGI

● Edukasi dan self managemen


● Aktivitas fisik dan program rehabilitasi paru
● Vaksinasi
● Terapi oksigen
● Terapi ventilasi
● Intervensi bronkoskopi dan operasi
Penatalaksanaan Pada Eksaserbasi Akut
Tipe I ( eksaserbasi berat), memilki 3 gejala di atas. Harus segera
hospitalisasi dan berhubungan dengan gagal nafas akut.

Tipe II (eksaserbasi sedang) memiliki 2 gejala di atas. Terapi dengan


SABDs dan antibiotik dan/atau oral kortikosteroid

Tipe III (eksaserbasi ringan) memiliki 1 gejala di atas ditambah infeksi


saluran pernapasan atas lebih dari 5 hari, demam tanpa sebab lain,
peningkatan batuk, peningkatan mengi atau peningkatan frekuensi
pernapasan > 20% baseline, atau frekuensi nadi > 20% baseline. Terapi
dengan bronkodilator kerja pendek.
Terapi Farmakologi
● Bronkodilator
● Glukokortikoid
● Antibiotik
● Terapi pendukung
● Terapi oksigen
● Terapi ventilasi
Gambaran Kasus
Seorang pria berusia 63 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam dengan diagnosis medis PPOK.
Hasil pengkajian didapatkan: keluhan sesak napas berat sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit,
batuk berdahak kental dan banyak. Klien mengeluhkan sesak bertambah saat berjalan
/beraktifitas. Hasil auskultasi didapatkan terdapat ronkhi pada kedua lapang paru. Dari hasil
pengkajian didapatkan klien adalah seorang perokok berat sebanyak satu bungkus perhari sejak
berusia 15 tahun. Pasien tidak merokok sejak 5 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan fisik saat ini
didapatkan frekuansi napas 30 x/menit, nadi 92 x/menit, TD 160/90 mmHg. Klien tampak lemah
dan terpasang oksigen nasal kanul 3 liter permenit. Saat ini kebutuhan aktivitas pasien dibantu.
Pasien tampak cemas dengan kondisinya saat ini.
Pengkajian
Tinjauan Teori
A. Riwayat
1. Data biografi: kaji usia klien, pada pasien PPOK atau kanker sering membuat klien tampak
lebih tua
2. Kondisi kesehatan saat ini
a. keluhan utama: kaji keluhan utama klien untuk membantu menyusun prioritas
intervensi medis atau keperawatan
b. manifestasi klinis: nyerri dada non kardiogenik, dispnea, batuk, hemoptisis, mengi
(wheezing), stridor, keluhan terkait hidung dan sinus
1. Riwayat medis dahulu: kaji riwayat medis klien dan keluarga, kaji adanya riwayat
penyakit kronis, riwayat vaksinasi, riwayat TB, bronkitis, flu, asma, dan pneumonia.
2. Riwayat pembedahan: kaji riwayat prosedur bedah pada sistem pernapasan atas atau
bawah
3. Alergi: kaji riwayat alergi, waktu munculnya, faktor yang menyebabkan, dan gejala yang
timbul
4. Medikasi: kaji riwayat penggunaan obat-obatan termasuk obat herbal.
5. Kebiasaan makan: kaji pola makan, anoreksi.
6. Riwayat sosial: kaji riwayat merokok, pekerjaan klien, dan riwayat perjalanan.
7. Riwayat kesehatan keluarga: kaji riwayat penyakit pernapasan di keluarga.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Pengkajian umum:
a. inspeksi: hidung, sinus, thorax, jari-jari,
b. palpasi: hidung, sinus, trakea, thorax
c. perkusi: sinus, thorax dan paru.
d. auskultasi: thorax dan paru

1. Sinus paranasal dan hidung


a. hidung eksternal: kaji adanya deviasi dari arah yg normal, simetris, warna,
sekret, napas cuping hidung, lesi dan nyeri tekan.
b. hidung internal: inspeksi vestibulum dengan penlight. normalnya bulu hidung
kasar, mukosa nasal merah gelap, jalan napas bersih tanpa sekret dan sputum,
septum terletak di tengah.
1. Thorax dan paru: inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi pada kedua lapang paru.
Tinjauan Kasus
A. Riwayat
1. Data biografi
klien seorang pria usia 63 tahun. klien seorang perokok berat sebanyak 1 bungkus
perhari sejak usia 15 tahun. klien sudah tidak merokok sejak 5 tahun terakhir.
2. Kondisi kesehatan saat ini
a. keluhan utama
klien mengeluh sesak napas berat sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, batuk
berdahak kental dan banyak. klien mengeluh sesak bertambah saat
berjalan/aktivitas. klien tampak lemah dan cemas.
b. manifestasi klinis
- sesak napas berat, terutama saat berjalan/aktivitas
- batuk berdahak kental dan banyak
- lemah
- cemas
1. Riwayat medis dahulu: riwayat penyakit kronis, riwayat TB, bronkitis, flu, asma, dan
pneumonia disangkal.
2. Riwayat pembedahan: disangkal
5. Alergi: tidak ada
6. Medikasi: tidak ada
7. Kebiasaan makan: klien makan 3x sehari, jarang mengkonsumsi buah-buahan dan sayur.
8. Riwayat sosial dan kondisi tempat tinggal: klien tinggal dengan istri, anak dan cucu.
kondisi rumah kurang ventilasi udara dan tidak dapat sinar matahari.
9. Riwayat kesehatan keluarga: riwayat kelarga yang memiliki penyakit pernapasan
disangkal
B. Pemeriksaan Fisik
1. Pengkajian fisik:
a. inspeksi: klien tampak sesak, frekuensi napas 30x/mnt, batuk berdahak
b. palpasi: hidung simetris, tidak ada massa, tidak ada pembengkakan sinus, trakea
terletak di garis tengah, thorax simetris
c. auskultasi: terdapat ronkhi di kedua lapang paru
2. pengkajian umum
d. tingkat kesadaran klien
klien terliahat lemah dan cemas
3. Sinus paranasal dan hidung
e. hidung eksternal: hidung simetris, napas cuping hidung, tidak ada lesi dan nyeri
tekan.
f. hidung internal: mukosa nasal merah gelap, jalan napas terdapat sekret, septum
terletak di tengah.
3. Thorax dan paru: terdapat ronkhi di kedua lapang paru
Analisa Data, Diagnosa
Keperawatan
No. Fokus Data Masalah Etiologi

1. Data Subjektif: Bersihan Jalan Nafas Pernyataan kesulitan


- Klien mengatakan kesulitan untuk bernafas Tidak Efektif bernapas
sejak 3 hari sebelum masuk RS
Perubahan kedalaman dan
- Klien mengatakan batuk terus menerus laju respirasi
disertai dahak yang kental dan banyak

Data Objektif :
Batuk (persisten),
Peningkatan produksi
- Tanda vital P: 30x/min, N: 95x min, TD: sekret tebal dan kental
160/90

- Nafas tampak cepat dan dalam, suara


nafas ronkhi

- Batuk berdahak, sputum tampak banyak


dan kental warna putih kekuningan

- Tampak sesak jika berubah posisi dan


berbicara
No. Fokus Data Masalah Etiologi

2. Data Subjektif: Gangguan Pertukaran Kurangnya pasokan


- Klien mengatakan kesulitan untuk bernafas Gas oksigen, obstruksi saluran
sejak 3 hari sebelum masuk RS udara oleh sekret dan
kerusakan Alveoli
- Klien mengatakan saat ini nafas semakin
sesak, berat dan lelah

- Klien mengatakan semakin sesak jika


berjalan dan beraktivitas

- Klien mengatakan klien merupakan perokok


berat sejak umur 15 tahun, dan bisa
menghabiskan 1 bungkus rokok tetapi sudah
berhenti merokok sejak 5 tahun yang lalu
karena pasien merasa sesak dan sering
batuk
No. Fokus Data Masalah Etiologi

2. Data Objektif : Gangguan Pertukaran Kurangnya pasokan


- Tanda vital P: 30x/min, N: 95x min, TD: Gas oksigen, obstruksi saluran
160/90 udara oleh sekret dan
kerusakan Alveoli
- Nafas tampak cepat dan dalam, suara nafas
ronkhi

- Batuk berdahak, sputum tampak banyak


dan kental warna putih kekuningan

- Tampak sesak jika berubah posisi dan


berbicara

- Hasil AGD:

- Hasil gambaran Rontgen paru: tampak


empysema pada lapang paru atas kanan dan
kiri

- Klien tampak cemas


No. Fokus Data Masalah Etiologi

3. Data Subjektif: Intoleransi Aktivitas Ketidak seimbangan suplai


- Klien mengatakan kesulitan untuk bernafas & kebutuhan oksigen
sejak 3 hari sebelum masuk RS

- selama di RS hanya beraktifitaas di tempat


tidur dan kekamar mandi saja harus di bantu
oleh istri dan saat berjalan terasa sesak.

- Klien mengatakan untuk beraktivitas,


makan, mandi, BAK/BAB dibantu oleh istri klien

Data Objektif :

- Tanda vital P: 30x/min, N: 95x min, TD:


160/90

- Nafas tampak cepat dan dalam, suara


nafas ronkhi

- Tampak sesak jika berubah posisi dan


berbicara

- ADL dibantu oleh istri pasien


DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
Peningkatan produksi sekret tebal dan kental.

b) Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan Kurangnya pasokan


oksigen, obstruksi saluran nafas oleh penumpukan sekret dan
kerusakan Alveoli.

c) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan


kebutuhan dan suplai oksigen
Rencana Keperawatan dan
Tujuan Tindakan
No. Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan Rasional

1. Bersihan Jalan Nafas Tidak 1. Auskultasi suara nafas dan perhatikan 1. Beberapa derajat bronkospasme hadir
Efektif berhubungan dengan suara napas abnormal seperti wheezing, dengan penghalang dijalan napas dan
Peningkatan produksi sekret crakcles atau ronkhi. tidak atau mungkin dimanifestasikan
tebal dan kental dalam suara napas abnormal,
whezing ekspirasi (emphyse), ronkhi

2. Menilai dan memantau laju pernapasan, 2. Memonitor keparahan sesak


Tujuan Keperawatan: Perhatikan rasio inspiratory-to expiratory,
perhatikan adanya dan tingkat dyspnea,
Patensi jalan nafas misalnya, laporan"air hunger" kegelisahan,
kecemasan, gangguan pernapasan, dan
penggunaan otot aksesori.
Kriteria Hasil: 3. Elevasi kepala tempat tidur
3. Membantu klien untuk mempertahankan
memfasilitasi fungsi pernapasan
posisi yang nyaman untuk memfasilitasi
1. Saluran napas paten menggunakan gravitasi; namun, klien
bernapas dengan mengangkat kepala
dengan napas terdengar dalam kesulitan berat akan
tempat tidur, bersandar atau memberi meja
jernih mencariposisi yang paling
di tempat tidur, atau duduk di tepi tempat
memudahkan pernapasan. Lengan
tidur.
2. Klien menunjukkan pendukung dan tambahan meja,
perilaku untuk bantal, dan sebagainya untuk
meningkatkan membantu mengurangi kelelahan otot
pembersihan jalan nafas dan dapat membantu ekspansi
napas. dada
No. Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan Rasional

1. Bersihan Jalan Nafas Tidak 4. Amati batuk persisten. Membantu dengan 4. Batuk bisa persisten tetapi tidak efektif,
Efektif berhubungan dengan langkah-langkah untuk meningkatkan terutama jika klien orang tua, sakit akut,
Peningkatan produksi sekret upaya batuk efektif. atau lemah. Batuk paling efektif adalah
tebal dan kental pada posisi tegak atau dalam posisi
kepala mengarah ke bawah dan setelah
perkusi dada.
5. Meningkatkan asupan cairan hingga 3.000
Tujuan Keperawatan: mL / hari dalam toleransi jantung. Berikan 5. Hidrasi membantu mengurangi viskositas
cairan hangat atau hangat. sekresi, memfasilitasi ekspektorasi.
Patensi jalan nafas Merekomendasikan asupan cairan Menggunakan cairan hangat dapat
diberikan antara makanan. menurun bronkospasme. Cairan saat
makan dapat meningkatkan lambung
distensi dan tekanan pada diafragma
Kriteria Hasil:

1. Saluran napas paten


dengan napas terdengar 6. Mendorong dan membantu pernapasan 6. Menyediakan klien dengan beberapa
jernih perut atau bibir mengerucut atau latihan cara untuk mengatasi dan mengendalikan
nafas efektif. dyspnea dan mengurangi perangkap
2. Klien menunjukkan
udara.
perilaku untuk
meningkatkan
pembersihan jalan
napas.
No. Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan Rasional

1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Kolaborasi


Efektif berhubungan dengan
Peningkatan produksi sekret 7. Menyediakan humidifikasi tambahan, 7. Kelembaban membantu mengurangi
tebal dan kental seperti ultrasonik nebulizer dan humidifier viskositas sekresi, memfasilitasi
ruang aerosol. ekspektorasi, dan dapat mengurangi atau
mencegah pembentukan sumbat lendir
tebal di bronkiolus. Obat aerosol atau
Tujuan Keperawatan: nebulizer dapat mengurangi
bronkospasme dan merangsang
Patensi jalan nafas ekspektorasi.

8. Latihan pernapasan membantu


8. Membantu dengan perawatan meningkatkan difusi; Drainase postural
Kriteria Hasil: pernapasan, seperti intensif spirometri dan dan perkusi meningkatkan penghapusan
fisioterapi dada. sekret yang berlebihan dan lengket dan
1. Saluran napas paten
meningkatkan ventilasi segmen paru-paru
dengan napas terdengar
bawah.
jernih
9. Menetapkan dasar untuk memantau
2. Klien menunjukkan
perkembangan atau progresi proses
perilaku untuk 9. Monitor dan grafik serial ABG, oksimetri
pulsa, dan x-ray dada penyakit dan komplikasi. saturasi kadang
meningkatkan
kurang akurat jika klien memiliki
pembersihan jalan
vasokonstriksi perifer yang parah.
napas.
No. Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan Rasional

1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Kolaborasi a. Agonis 2-adrenergik yang dihirup adalah
Efektif berhubungan dengan terapi lini pertama untuk cepat perbaikan
Peningkatan produksi sekret Pemberian terapi obat-obatan sesuai indikasi gejala bronkokonstriksi. Ini obat
tebal dan kental mengendurkan otot polos dan
a. Beta-agonists, such as mengurangi obstruksi, mengurangi
epinephrine, albuterol (Ventolin) kejang saluran napas, mengi, dan
produksi mucus.
Tujuan Keperawatan: b. Bronchodilators, such as
anticholinergic agents: ipratropium b. Agen antikolinergik inhalasi sekarang
Patensi jalan nafas (Atrovent) dianggap sebagai lini pertama. Potensi
toksisitas yang lebih sedikit, Beberapa
c. Anti-inflammatory drugs: oral,
obat ini tersedia di kombinasi; misalnya,
intravenous (IV), and inhaled
albuterol dan Atrovent adalah tersedia
Kriteria Hasil: steroids, such as prednisone,
sebagai Combivent.
methylprednisolone,
1. Saluran napas paten dexamethasone, beclomethasone, c. Mengurangi peradangan saluran napas
dengan napas terdengar budesonide (pulmicort), fluticasone, lokal dan edema dengan menghambat
jernih and triamcinolone efek histamin dan mediator lainnya untuk
2. Klien menunjukkan mengurangi keparahan dan frekuensi
perilaku untuk kejang saluran napas, peradangan
meningkatkan pernapasan, dan dyspnea. Steroid hirup
pembersihan jalan mempunyai efek samping yang lebih
napas. kecil dari steroid sistemik
No. Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan Rasional

1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Kolaborasi 7. Kelembaban membantu mengurangi


Efektif berhubungan dengan viskositas sekresi, memfasilitasi
Peningkatan produksi sekret Pemberian terapi obat-obatan sesuai indikasi ekspektorasi, dan dapat mengurangi atau
tebal dan kental mencegah pembentukan sumbat lendir
d. Turunan methylxanthine, seperti tebal di bronkiolus. Obat aerosol atau
aminofilin, oxtriphylline nebulizer dapat mengurangi
(Choledyl), dan teofilin bronkospasme dan merangsang
Tujuan Keperawatan: (Bronkodyl, TheoDur, ekspektorasi.
Elixophyllin, Slo-Bid, Slo-Phyllin)
Patensi jalan nafas 8. Latihan pernapasan membantu
meningkatkan difusi; Drainase postural
dan perkusi meningkatkan penghapusan
e. Analgesics, cough suppressants,
sekret yang berlebihan dan lengket dan
Kriteria Hasil: or antitussives, such as codeine
meningkatkan ventilasi segmen paru-paru
and dextromethorphan products
1. Saluran napas paten bawah.
(Benylin DM, Comtrex, Novahistine)
dengan napas terdengar
9. Menetapkan dasar untuk memantau
jernih
perkembangan atau progresi proses
2. Klien menunjukkan penyakit dan komplikasi. saturasi kadang
perilaku untuk kurang akurat jika klien memiliki
meningkatkan vasokonstriksi perifer yang parah.
pembersihan jalan
napas.
No. Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan Rasional

2. Gangguan Pertukaran Gas, 1. Menilai laju pernapasan dan 1. Berguna dalam mengevaluasi tingkat
berhubungan dengan kedalaman. Catatan penggunaan gangguan pernapasan dan kronisitas
pasokan oksigen yang aksesori otot, pernapasan pursed-lip, proses penyakit.
berubah — obstruksi saluran dan ketidakmampuan untuk berbicara.
udara oleh sekresi,
bronkospasme, perangkap 2. Angkat kepala tempat tidur dan bantu
udara, kerusakan alveoli. klien untuk mengambil posisi untuk 2. Pengiriman oksigen dapat ditingkatkan
memudahkan kerja pernapasan. dengan posisi tegak dan latihan
Tujuan Keperawatan: Sertakan periode waktu dalam rentan pernapasan untuk mengurangi
posisi seperti yang ditoleransi. Latihan keruntuhan jalan napas, dyspnea, dan
Memfasilitasi pertukaran gas pernafasan, dorong bibir yang dalam, pekerjaan bernapas. Catatan:
yang adequat Penelitian terbaru mendukung
lambat atau mengerucut bernapas
sebagai individu yang dibutuhkan dan penggunaan
Kriteria Hasil
ditoleransi.
posisi prone untuk meningkatkan
1. Klien menunjukkan peningkatan
ventilasi dan oksigenasi jaringan PaO2.
yang memadai oleh AGD dalam
kisaran normal
3. Menilai dan secara rutin memantau 3. Sianosis dapat perifer (diobservasi
kulit dan warna mucosa tubuh. dalam kuku) atau pusat (diobservasi di
2. Klien bebas dari gejala gangguan
pernapasan dan sekitar bibir atau daun telinga). Pucat
dan sianosis menunjukkan hipoksemia
3. Klien dapat berpartisipasi dalam lanjut.
tindakan pengobatan sesuai tingkat
kemampuan dan situasi.
No. Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan Rasional

2. Gangguan Pertukaran Gas, 4. Mendorong ekspektorasi dahak dengan 4. Dahak yang tebal, ulet, berlebihan
berhubungan dengan batuk efektif dan suction ketika adalah sumber utama terganggu
pasokan oksigen yang diindikasikan pertukaran gas di saluran udara kecil.
berubah — obstruksi saluran Penyedotan dalam mungkin diperlukan
udara oleh sekresi, ketika batuk tidak efektif untuk
bronkospasme, perangkap ekspektorasi dahak
udara, kerusakan alveoli.
5. Suara napas mungkin samar karena
Tujuan Keperawatan: 5. Auskultasi Suara napas, mencatat area penurunan aliran udara atau adanya
penurunan aliran udara dan suara area konsolidasi. wheezing dapat
Memfasilitasi pertukaran gas abnormal. menunjukkan bronkospasme atau
yang adequat
retensi sputum. Moist Crackles dapat
Kriteria Hasil
mengindikasikan cairan di interstisial
atau dekompensasi jantung.
1. Klien menunjukkan peningkatan
ventilasi dan oksigenasi jaringan 6. Kegelisahan dan kecemasan adalah
yang memadai oleh AGD dalam
6. Pantau perubahan tingkat kesadaran dan
manifestasi umum dari hipoksia.
kisaran normal status mental.
Memburuknya ABG disertai
2. Klien bebas dari gejala gangguan kebingungan dan somnolence yang
pernapasan dan menunjukkan disfungsi serebral karena
hipoksemia.
3. Klien dapat berpartisipasi dalam
tindakan pengobatan sesuai tingkat
kemampuan dan situasi.
No. Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan Rasional

2. Gangguan Pertukaran Gas, Kolaboratif 1. PaCO2 biasanya meningkat pada


berhubungan dengan bronkitis dan emfisema, dan PaO2
pasokan oksigen yang 1. Memantau dan grafik serial ABG dan umumnya menurun, sehingga hipoksia
berubah — obstruksi saluran pulse oximetry. hadir dalam derajat yang lebih besar atau
udara oleh sekresi, lebih rendah. Catatan: "normal" atau
bronkospasme, perangkap meningkat nya PaCO2 menandakan
udara, kerusakan alveoli. kegagalan pernapasan yang akan datang
untuk penderita asma.
Tujuan Keperawatan:
2. Berikan terapi oksigen dengan bijaksana
2. Terapi oksigen dibutuhkan saat
Memfasilitasi pertukaran gas melalui kanula hidung, masker, atau
perburukan kondisi saja, atau terapi
yang adequat ventilator mekanis, dan trat seperti yang
sebagai jangka panjang Digunakan untuk
ditunjukkan oleh hasil ABG dan toleransi
Kriteria Hasil
memperbaiki dan mencegah
klien.
memburuknya hipoksemia, meningkatkan
1. Klien menunjukkan peningkatan kelangsungan hidup, dan kualitas hidup.
ventilasi dan oksigenasi jaringan
yang memadai oleh AGD dalam 3. Perburukan atau kegagalan pernapasan
kisaran normal 3. Membantu dengan non-invasif (nasal atau
yang akan datang membutuhkan langkah-
oronasal intermittent), ventilasi tekanan
2. Klien bebas dari gejala gangguan langkah penyelamatan jiwa yang cepat.
positif (NIPPV) atau intubasi dan institusi
pernapasan dan Catatan: klien yang mampu
dan pemeliharaan ventilasi mekanis;
mempertahankan usaha pernapasan
3. Klien dapat berpartisipasi dalam transfer ke ICU tergantung kondisi pasien
tindakan pengobatan sesuai tingkat spontan
kemampuan dan situasi.
No. Diagnosa Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan

3. Intoleransi aktivitas 1. Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitas. 1. . Takikardia, dysrhythmias, dan perubahan
berhubungan dengan Pantau tanda-tanda vital dan irama tekanan darah dapat mencerminkan efek
ketidakseimbangan jantung. hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
kebutuhan dan suplai Fungsi jantung yang adequat diperlukan
oksigen dalam pemenuuhan aktivitas

Tujuan keperawatan : 2. Mengevaluasi pola tidur, mencatat laporan 2. Dyspnea dan Hipoksemia dapat
mengurangi efek tidak aktif, kesulitan dan apakah klien merasa mencegah relaksasi dan menghambat
meningkatkan aktivitas fisik beristirahat dengan baik. tidur.Tidur sangat diperlukan dalam untuk
yang optimal, dan penyimpanan energi pasien.
membantu pasien 3. Batasi aktivitas klien atau dorong bedrest
mempertahankan kualitas atau kursi beristirahat selama fase akut. 3. klien mungkin benar-benar tidak dapat
hidup yang memuaskan Minta klien melanjutkan aktivitas dan melakukan kegiatan perawatan diri dasar
latihan secara bertahap dan meningkat karena hipoksemia dan dyspnea. latihan
Kriteria hasil: yang ditoleransi pasien. bertujuan untuk meningkatkan aerobik
kapasitas dan kinerja fungsional,
1. Klien akan menunjukkan meningkatkan daya tahan dan kekuatan
toleransi selama aktivitas fisik tanpa menyebabkan dyspnea yang parah,
dan dapat meningkatkan rasa nyaman.
2. Klien akan Istirahat diselingi dengan aktivitas harian
mengidentifikasi faktor-faktor dan kegiatan perawatan dengan target
yang memperparah aktivitas sesuai toleransi pasien tetap bagian
intoleransi. penting dari terapi perawatan.
No. Diagnosa Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan

3. Intoleransi aktivitas 1. Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitas. 1. . Takikardia, dysrhythmias, dan perubahan
berhubungan dengan Pantau tanda-tanda vital dan irama tekanan darah dapat mencerminkan efek
ketidakseimbangan jantung. hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
kebutuhan dan suplai Fungsi jantung yang adequat diperlukan
oksigen dalam pemenuuhan aktivitas

Tujuan keperawatan : 2. Mengevaluasi pola tidur, mencatat laporan 2. Dyspnea dan Hipoksemia dapat
mengurangi efek tidak aktif, kesulitan dan apakah klien merasa mencegah relaksasi dan menghambat
meningkatkan aktivitas fisik beristirahat dengan baik. tidur.Tidur sangat diperlukan dalam untuk
yang optimal, dan penyimpanan energi pasien.
membantu pasien 3. Batasi aktivitas klien atau dorong bedrest
mempertahankan kualitas atau kursi beristirahat selama fase akut. 3. klien mungkin benar-benar tidak dapat
hidup yang memuaskan Minta klien melanjutkan aktivitas dan melakukan kegiatan perawatan diri dasar
latihan secara bertahap dan meningkat karena hipoksemia dan dyspnea. latihan
Kriteria hasil: yang ditoleransi pasien. bertujuan untuk meningkatkan aerobik
kapasitas dan kinerja fungsional,
1. Klien akan menunjukkan meningkatkan daya tahan dan kekuatan
toleransi selama aktivitas fisik tanpa menyebabkan dyspnea yang parah,
dan dapat meningkatkan rasa nyaman.
2. Klien akan Istirahat diselingi dengan aktivitas harian
mengidentifikasi faktor-faktor dan kegiatan perawatan dengan target
yang memperparah aktivitas sesuai toleransi pasien tetap bagian
intoleransi. penting dari terapi perawatan.
No. Diagnosa Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan

3. Kriteria hasil: 4. Menyediakan lingkungan yang tenang dan 4. Istirahat dan tidur yang berkualitas
kegiatan perawatan dan pemantauan sangat diperlukan klien dalam
1. Klien akan menunjukkan kelompok untuk memungkinkan periode penyimpanan energi . posis yang
toleransi selama aktivitas tidur dan istirahat tanpa gangguan. Batasi nyaman membantu mengurangi
fisik stimulan seperti lingkungan yang bising dan kelelahan otot nafas dan dapat
kafein. Fasilitasi posisi nyaman klien. membantu ekspansi dada. Sehingga
2. Klien akan pengiriman oksigen dapat dilakukan
mengidentifikasi faktor- adequat.
faktor yang memperparah
aktivitas intoleransi. 5. Ajarkan teknik konservasi energi, seperti: 5. Teknik ini mengurangi konsumsi
Duduk untuk melakukan tugas, Mendorong oksigen, memungkinkan aktivitas yang
31. Klien akan melaporkan bukan menarik, Menempatkan item yang lebih lama.
kemampuan untuk sering digunakan mudah dijangkau, Istirahat
melakukan aktivitas sehari- minimal 1 jam setelah makan sebelum
hari yang dibutuhkan. memulai aktivitas baru

4. Kllien akan verbalisasi


dan menggunakan teknik 6. Hal ini membantu dalam melakukan
konservasi energi. 6. Dorong teknik pernapasan yang pernapasan yang efisien dengan
dikendalikan secara sadar (mis., memaksimalkan ekspansi paru-paru.
5. Klien akan Pernapasan bibir yang mengencang dan
mengidentifikasi metode pernapasan diafragma) selama aktivitas
untuk mengurangi meningkat dan waktu stres emosional atau
intoleransi aktivitas fisik.
Implementasi
Keperawatan dan Evaluasi
Implementasi Keperawatan
A. Implementasi
Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistematik, selanjutnya rencana
tindakan keperawatan tersebut diterapkan dalam bentuk kegiatan yang nyata dan terpadu
guna memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang diharapkan.
B. Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
a. Kepatenan jalan nafas baik, tidak ada mukus/sekret.
b. Keluhan sesak berkurang atau hilang, TTV dalam batas normal.
c. Keluhan lelah menurun, kemudahan dalam melakukan aktifitas meningkat, cemas
berkurang atau hilang.
Implementasi Keperawatan
Dx : Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan pembentukan mucus, batuk
tidak efektif
Implementasi Keperawatan
Dx : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi perfusi
Implementasi Keperawatan
Dx : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi perfusi
Implementasi Keperawatan
Dx : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
oksigen ke tubuh
DAFTAR PUSTAKA

● Lewis, et al. 2013. Medical-Surgical Nursing: Assessment and Management Of Clinical


Problems. St. Louis: Elsevier Mosby.
● PDPI (2015) Konsensus: Penatalaksaan PPOK. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
● Global Initiative for Chronic Obstuctive Lung Disease. (2018). Global Startegy for the
Diagnosis, Management, and Prevention of Choric Obstructive Pulmonary Disease
● Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., & Murr, A.C. (2014). Nursing Care Plan: Guidelines for
Individualizing Client Care Across the Life Span 9th Edition. USA: FA Davis Company
● Black, JM., Hawks,J .(2014). Medical Surgical Nursing, Clinical Management for
Continuity of Car. JB0. Lipincott.co.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. PPOK Pedoman Diagnosis dan


Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Tim Kelompok Kerja PPOK; 2004.

Putra TR, Suega K, Artana B. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit
Dalam. Denpasar: SMF Penyakit Dalam FK Unud; 2013.

Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk teknis penerapan pendekatan praktis


kesehatan paru di Indonesia. Jakarta: Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan; 2015.
Darmanto, Djojodibroto.2009.Respirologi ( Respiratory Medicine ). Jakarta : EGC

Fauziyah, Farah.2021.Konsentrasi Kalsium Serum dengan Fungsi Paru Penderita Penyakit Paru
Obstruksi Kronik ( PPOK ). Pasaman Barat : Azka Pustaka

Mayasari, Putri. Rachmalia. Sulistiana Suryane. 2021. Pencegahan dan Penatalaksanaan


Keperawatan Covid 19 . Indonesia : Syiah Kuala University Press.

Yunica. 2021. Relaksasi Pernafasan Ballon Blowing Tinjauan Pada Kasus PPOK. Pasuruan :
Qiara Media
Pearce, C. Evelyn. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:
PT Gramedia.
Scanlon, Valerie C. 2006 . Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Jakarta; EGC.
Sheerwood, Lauralee. 2001 . Fisiologi Mnausia . Jakarta; EGC.
Sriwidodo. 1981. Pernapasan Kedokteran Penerbangan. Jakarta: Cermin
Dunia Kedokteran. No 024.
Guyton, Arthur C. 2007 . Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta; EGC
Guyton C. Arthur. Fisiologi Kedokteran. Alih bahasa Ken Ariata Tengadi.
NANDA. (2015). Buku Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10.
Jakarta : EGC

M. Bulecheck, G. (2016). Edisi Enam Nursing Interventions Classification (NIC). Singapore :


Elsevier Global Rights

Moorhead, dkk. (2016). Nursing Outcomes Classifications (NOC) Pengukuran Outcomes


Kesehatan Edisi Kelima. Singapore : Elsevier Icn

Bachrudin, M & Najib, M. (2016). Keperawatan Medikal Bedah I. Jakarta : Pusdik SDM
Kesehatan
Doenges, Marylinn E. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC Buku Kedokteran

Anda mungkin juga menyukai