Transkultural :
Suku Bangsa Jawa (Daerah
Istimewa Yogyakarta)
Kelompok FG 5
Habibah Nur Alawiah 2106762950
Ida Wahyuni Syamsiah 2106762995
Tri Astuti 2106763291
Yuli Widiarti 2106763335
Zara Dwi Putri 2106763360
Persepsi sehat sakit &
Etiologi penyakit
Pada Suku JAWA
(Daerah Istimewa Yogyakarta)
Kota Budaya
(DIY)
Daerah Istimewa Yogyakarta
Upacara
& Ritual Adat Keraton
Ngayogyakarta
Persepsi
Sehat dan Sakit
Pada suku JAWA (DIY)
01 BUMI
MANUSIA
hidupnya dibentuk dari 02 ANGIN
unsur-unsur
03 API
04 AIR
Kebutuhan Dasar Manusia
menurut budaya JAWA
Kedudukan Hubungan
Drajat Krabat
Semat Kramat
Harta Wibawa
SAKIT
Persepsi sehat sakit pada masyarakat jawa masih kental dengan tradisi
Etiologi Sakit
bagi suku jawa
(DIY)
Sakit bukan hanya yang diderita tubuh namun sakit bisa
juga diakibatkan oleh perbuatan diri sendiri, misalnya
melanggar pantangan tertentu yang dilanggar di suatu daerah
yang berkaitan dengan hal-hal yang ghaib dan tabu, sehingga
terkena penyakit, bahkan meninggal.
Persepsi masyarakat bahwa sakit dapat disebabkan oleh sihir
dan berbagai kekuatan ghaib masih banyak diyakini oleh
masyarakat desa.
2) Dukun pijat/tulang: menangani orang yang sakit terkilir, patah tulang, jatuh
atau salah urat.
3) Dukun klenik : menangani orang yang terkena guna-guna atau orang Jawa
biasa menyebutnya dengan “digawa uwong”.
Sesajen Brokohan
4. PUPUTAN & NJENENGI
Undukan Pasir
Tangga Tebu
Ketan 7 Warna
5. TINDAK SINTEN
Perlengkapan acara
● Midodareni
6. Gragag
● Ijab
● Upacara Panggih
02
•
2. Siraman Pusaka
Thanks
Mas Nawir (2017) "Tradisi Mitoni/ Tingkeban untuk Keselamatan Jabang Bayi dalam Masyarakat Jawa",
Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/masnawir7439/5e7e26b3097f363b1440a922/tradisi-mitoni-tingkeban-untuk-
keselamatan-jabang-bayi-dalam-masyarakat-jawa?page=2&page_images=1
Kurniawan,A. Sadali,M,I, (2015). Keistimewaan lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press
Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta (jogjaprov.go.id)
Tengker,V. (2017). Ngelencer ke Jogjakarta. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Aidah,N,S.(2021).Kitab Traveling dan wIsata Indonesia Kota Yogyakarta. Jakarta:Penerbit KBM Indonesia
https://sensus.bps.go.id/splanjutan/
http://dpad.jogjaprov.go.id/public/article/597/
TATA_URUTAN_UPACARA_PERKAWINAN_ADAT_YOGYAKARTA.pdf
Thanks
Sejarah
Pada zaman Sunan Kalijaga (Wali Sanga), ia memiliki murid
yang bernama Sunan Geseng.
Sunan Geseng mendapati penduduk Jatinom, Klaten dalam
masa paceklik kemudian membagikan kue apem dan
melafalkan zikir Qowiyyu (‘Allah Mahakuat’).
Sampai saat ini tradisi upacara Ya Qowiyyu selalu diperingati
setiap bulan Safar.
Kipo
Makanan berwarna hijau bentuknya kecil,
rasa manis dan gurih terdapat dalam kipo
dihasilkan dari campuran gula dan kelapa
sebagai isinya.
Berasal dari Kotagede, Yogyakarta, karena
pembuat pertama makanan ini tidak
diketahui namanya. Ketika ditanya orang-
orang, “iki opo?” (‘Ini apa?’) dan muculah
nama kipo (iki opo).
Jenang Garut
Bubur dari tepung garut (umbi-umbian
tinggi serat) banyak tumbuh di Sidomulyo,
Kulonprogo.
Kandungan serat dari garut ini bagus untuk
pencernaan dan kandungan gulanya rendah.
Geplak
Terbuat dari gula dan kelapa dan tepung
beras. Awalnya geplak hanya berwarna putih,
tetapi seiring berjalannya waktu geplak
memiliki warna bervariasi sesuai dengan
rasanya. Tempat terkenal yang menjual geplak
adalah daerah Gose, Bantul.
Bakpia
Dalam bahasa Tiongkok, disebut dengan 'tou luk pia’ (kue
pia kacang hijau), dan berasal dari kata 'bak' dan 'pia'. Bak
(daging babi) dan pia (kue yang terbuat dari tepung).
Bakpia ini juga memiliki dua jenis yaitu bakpia basah dan
kering.
Pada suatu ketika Sultan Agung di daerah Imogiri meminta abdi dalem untuk membuatkan
minuman dari kayu secang atau wedang secang. Kemudian meletakkan wedang secang dalam
cawan di bawah pepohonan dekat Sultan Agung bersemedi. Saat malam datang angin yang
bertiup kencang sehingga daun dan bunga masuk ke dalam cawan minuman Sultan Agung,
karena gelap Sultan Agung tidak menyadarinya. Pagi harinya abdi dalem mendapati bahwa di
cawan minuman Sultan Agung terdapat daun dan bunga cengkih, namun Sultan Agung merasa
minumannya lebih nikmat. Hal itu terjadi karena di kawasan makam raja di Imogiri memang
banyak tumbuh pohon cengkih.
Makanan Khas Saat
Upacara Penting
Sajen asrep-asrepan
Disajikan dalam upacara tingkeban atau mitoni.
Bentuk sesajian berupa nasi putih, dua potong tempe bakar, dan sebutir
telur matang yang sudah dikupas, diletakkan pada nampan dialasi daun
pisang.
Asrep-asrep (sajen yang tidak memiliki rasa kecuali tawar) yang
menggambarkan keberhasilan seseorang dalam menjalani hidupnya dalam
keadaan yang ngunduri sepuh, menjelang tua, ia sudah tidak mempunyai
keinginan apa-apa, sehingga dapat dikatakan berhasil mengekang hawa
nafsunya.
Sajen Aran Kembang
Aran kembang (remukan kerak nasi yang sudah digoreng), kembang pari
(kerak nasi yang masih mentah), kembang telon dan rokok cerutu.
Kembang telon dan cerutu ditempatkan dalam cekenthong (dari daun
pisang yang kedua sisinya diikat dengan potongan lidi). Ditempatkan
dalam sebuah tampah yang sudah diberi alas daun pisang. Makna yang
terkandung dalam sajen aran kembang yaitu rintangan dan halangan itu
bisa datang juga dari kegemaran jelek misalnya ma-lima (maling, madat,
medok, minum, dan main).
Sajen Umpluk-umpluk
Berupa beras, telur ayam kampung mentah, sisir, suri, kaca cermin,
jlupak, air, dan umpluk-umpluk. Beras dan telur ditempatkan ke dalam
umpluk-umpluk berbentuk kwali mini, sebanyak empat buah, air
dimasukkan ke dalam umpluk-umpluk yang berbentuk kendi mini,
sebanyak tiga buah, jlupak dua buah yang berisi minyak kelapa dan
sumbu. Pada saatnya upacara pasang tarub, kedua jlupak ini dinyalakan.
Selanjutnya semua wujud sajen ketiga belas ini ditempatkan ke dalam
sebuah tampah yang sudah diberi alas daun pisang.
Sajen Umpluk-umpluk
Umpluk-umpluk adalah sebutan gerabah yang dibuat mini (berbentuk kendi,
kwali) berfungsi sebagai perlengkapan sajen atau untuk mainan anak-anak
jaman dahulu. Makna sajen umpluk-umpluk adalah masih menggambarkan
manusia yang mulai menginjak dewasa. Pada saat mulai dewasa inilah, anak
mulai memperlihatkan perkembangan psikologis dan perkembangan fisiknya,
baik laki-laki maupun perempuan. Dia mulai mengenal dan memanfaatkan
sumber alam di sekelilingnya seperti api, air, beras, dan sebagainya.
Sajen Kolak Kencana
Diwujudkan dalam bentuk pisang emas yang masih berkulit dibuat kolak.
Kemudian pisang tersebut ditempatkan dalam sebuah tampah yang telah
diberi alas daun pisang. Makna sajen kolak kencana adalah
menggambarkan seorang gadis ketika menjalani acara siraman dalam
rangkaian upacara pernikahan. Saat acara siraman itu pula biasanya sang
dhukun paes selalu mengakhirinya dengan memecah kendhi sambil
berkata pecah pamore. Itu pertanda bahwa sang gadis sudah dimiliki oleh
suaminya.
Sajen Ketan Kolak
Bentuk sesajian yang berupa tujuh buah apem, ketan putih, dan kolak (pisang
dan ketela). Semuanya ditempatkan dalam sebuah tampah yang telah diberi alas
daun pisang. Makna sajen ketan kolak ini adalah menggambarkan seseorang
yang telah meninggal dunia dan siap kembali menyatu dengan Sang Ilahi. Sajen
ini juga sering dijumpai pada saat tradisi ruwahan.
Sajen Ketan Manca Warna
Diwujudkan dalam bentuk ketan golong (bulatan) berjumlah lima warna, terdiri
dari warna putih, hijau, kuning, merah, dan hitam yang ditempatkan pada
cowek atau layah yang telah diberi alas daun pisang. Makna sajen ini adalah
bahwa bayi yang lahir di dunia ini, selain dilengkapi dengan indera jasmani
juga dilengkapi dengan lima nafsu. Ketan warna hitam (nafsu aluamah), ketan
warna merah (nafsu amarah), ketan warna putih (nafsu mutmainah), ketan
warna kuning (nafsu supiah) dan ketan warna hijau (jatidiri).
ETNOFARMAKOLOGI
DARI YOGYAKARTA
Etnofarmakologi berasal Bahasa Yunani:
- Ethos = Rakyat
- Farmakologi : Farmakos obat
Logos Ilmu
Sumber: Mustofa, F. I., & Rahmawati, N. (2018). Jurnal tumbuhan Obat Indonesia. Vol 11 No. 2
Latar Belakang Etnofarmakologi
di Indonesia
- letak geografis
- Ekosistem
- Persepsi sehat sakit
- Pengetahuan masyarakat
- Obat tradisional sebagai Warisan turun temurun
Sumber: Mustofa, F. I., & Rahmawati, N. (2018). Jurnal tumbuhan Obat Indonesia.
Vol 11 No. 2
Jenis Obat tradisional dari
Yogyakarta:
- Jamu
- Wedang uwuh
- Empon-empon
13. Kumis kucing Ortosiphon arist atus Obat kencing batu, rematik dan asam
urat
15. Jeruk nipis Citrus aurantifoliaswin Obat batuk, radang dan penurun panas
16. Jambu biji Psidium guajava Obat diare, sariawan dan diabetes
mellitus
17. Putri malu Mimosa pudica L Menurunkan kadar gula darah
23. Kayu manis Cinnamomum zeylanicum Obat penurun gula darah, mengurangi
rasa nyeri