Anda di halaman 1dari 114

Keperawatan

Transkultural :
Suku Bangsa Jawa (Daerah
Istimewa Yogyakarta)
Kelompok FG 5
Habibah Nur Alawiah 2106762950
Ida Wahyuni Syamsiah 2106762995
Tri Astuti 2106763291
Yuli Widiarti 2106763335
Zara Dwi Putri 2106763360
Persepsi sehat sakit &
Etiologi penyakit
Pada Suku JAWA
(Daerah Istimewa Yogyakarta)
Kota Budaya

(DIY)
Daerah Istimewa Yogyakarta
Upacara
& Ritual Adat Keraton
Ngayogyakarta
Persepsi
Sehat dan Sakit
Pada suku JAWA (DIY)
01 BUMI

MANUSIA
hidupnya dibentuk dari 02 ANGIN
unsur-unsur

03 API

04 AIR
Kebutuhan Dasar Manusia
menurut budaya JAWA
Kedudukan Hubungan

Drajat Krabat

Semat Kramat
Harta Wibawa

Dalam memenuhi kebutuhan diri individu itu sendiri motivasi

Dalam budaya Jawa motivasi/dorongan disebut dengan “nafsu”


Maka agar kondisi jiwa/raga tersebut terpenuhi kebutuhannya,
setiap diri manusia itu sendiri harus:
Memahami nafsu
Sifat nafsu
Ciri-ciri nafsu
Siapa yang memerankan nafsu
Siapa yang harus mengendalikan nafsu
Sehat berarti tercapainya harmonisasi antara fisik
dan mental sehingga semangat dalam beraktivitas.

SEHAT Sedangkan Sakit berarti ketidakseimbangan


kondisi fisik dan atau mental terganggu sehingga
timbul rasa malas untuk beraktivitas.

SAKIT
Persepsi sehat sakit pada masyarakat jawa masih kental dengan tradisi
Etiologi Sakit
bagi suku jawa
(DIY)
Sakit bukan hanya yang diderita tubuh namun sakit bisa
juga diakibatkan oleh perbuatan diri sendiri, misalnya
melanggar pantangan tertentu yang dilanggar di suatu daerah
yang berkaitan dengan hal-hal yang ghaib dan tabu, sehingga
terkena penyakit, bahkan meninggal.
Persepsi masyarakat bahwa sakit dapat disebabkan oleh sihir
dan berbagai kekuatan ghaib masih banyak diyakini oleh
masyarakat desa.

Budaya jawa terkenal dengan sesuatu yang terkadang tidak


rasional, bahkan terkdang ilmu medis modern masih sulit
menerima ketika fakta menunjukkan kesembuhan seseorang
bisa dicapai melalui hal yang berbau kepercayaan terhadap
tradisi, mistik dan sangat berakar pada aspek budaya.
PERILAKU PENCARIAN
PELAYANAN KESEHATAN
MASYARAKAT JAWA :
YOGYAKARTA
● Masyarakat atau anggota masyarakat pada
umumnya mempunyai perilaku yang
Perilaku mencari berbeda-beda terkait dengan sakit dan
pelayanan penyakit. Perilaku tersebut tercermin dalam
respons yang dilakukan apabila mereka
kesehatan diserang penyakit dan merasakan sakit
mulai dari tidak bertindak atau hingga tidak
melakukan apa-apa
Berikut adalah perilaku masyarakat dalam mencari yankes untuk
mengobati sakit yang dideritanya :
● A. Tidak bertindak/kegiatan apa-apa (no action).
● B. Tindakan mengobati sendiri (self treatment)
● C. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan tradisional
Perilaku mencari (traditional remedy).
● D. Mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke
pelayanan warung-warung obat (chemist shop) dan sejenisnya,
termasuk ketukang-tukang jamu.
kesehatan ● E. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan
modern yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-
lembaga kesehatan swasta, yang dikategorikan kedalam
balai pengobatan, Puskesmas, dan Rumah Sakit.
● F. Mencari pengobatan kefasilitas pengobatan modern
yang diselenggarakan oleh dokter praktek (private
medicine).
● Appraisal delay :
waktu yang dibutuhkan seseorang untuk
mengetahui bahwa gejala tersebut serius.
 Illness delay :
Tahap penundaan jarak waktu yang dibutuhkan untuk mengetahui
pencarian bahwa gejala tersebut merupakan gejala penyakit
bantuan : dan keputusan untuk mencari pengobatan.
 Utilization delay :

waktu antara keputusan untuk mencari


pengobatan dan pelaksanaannya.
 Tidak adanya rasa sakit.
Alasan untuk  Tidak mengetahui bahwa gejala itu
berbagai tahap serius.
penundaan :  Biaya pengobatan.
 Kesibukan kerja.
PERILAKU PENCARIAN PELAYANAN
KESEHATAN MASYARAKAT JAWA :
YOGYAKARTA
● Masyarakat Jawa juga punya pandangan tersendiri dalam hal
kesehatan dan pengobatan. Salah satu pandangan masyarakat Jawa
soal kesehatan dan pengobatan terdapat dalam Serat Munsaihat Jati
(Wasiat-wasiat yang Sejati) yang berisi nasihat-nasihat cara
memelihara keseimbangan hidup seseorang.Orang Jawa masih erat
memegang tradisi dan budayanya. Dibeberapa daerah masih kental
dengan tradisi-tradisi jawa seperti Yogyakarta.

● Meskipun tidak semua, namun masih banyak masyarakat Yogyakarta


melihat sehat sebagai kondisi yang seimbang antara dunia fisik dan
dunia batin. Bahkan bagi masyarakat Yogyakarta , semua konsep
sehat manusia itu berakar pada batin. Jika batin berkehendak, maka
raga/badan akan sehat juga. Sehat dalam konteks fisik berarti
“waras“.
Apabila seseorang tetap mampu menjalankan peranan
sosialnya sehari–hari, misal ia masih mampu bekerja di
ladang atau sawah, dan selalu bergairah untuk bekerja.
Maka itu berarti ia juga memiliki gairah hidup yang
tinggi. Hal inilah yang disebut sebagai sehat. Dan bagi
orang Jawa, ukuran sehat untuk anak-anak adalah
apabila si anak tetap makan dengan lahap dan selalu
bergairah untuk bermain.
Dalam proses keperawatannya, tidak sedikit
masyarakat Yogya yang masih mencari
pengobatan ke fasilitas pengobatan tradisional.
Orang Jawa memiliki seseorang yang menjadi
penyembuh atau staf kesehatan yang disebut
sebagai dukun. Pengertian dukun bagi
masyarakat Jawa adalah yang pandai atau ahli
dalam mengobati penyakit melalui “Japa
Mantera “, yakni doa yang diberikan oleh
dukun kepada pasien.
Ada beberapa kategori dukun pada masyarakat Jawa yang mempunyai nama
dan fungsi masing–masing :

1) Dukun bayi: khusus menangani penyembuhan terhadap penyakit yang


berhubungan dengan kesehatan bayi , dan orang yang hendak melahirkan.

2) Dukun pijat/tulang: menangani orang yang sakit terkilir, patah tulang, jatuh
atau salah urat.

3) Dukun klenik : menangani orang yang terkena guna-guna atau orang Jawa
biasa menyebutnya dengan “digawa uwong”.

4) Dukun mantra: menangani orang yang terkena penyakit karena kemasukan


roh halus.

5) Dukun hewan: orang yang khusus mengobati hewan


Namun, tidak jarang juga masyarakat Yogya memilih mencari
pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat
(chemist shop), termasuk ketukang-tukang jamu, atau dengan obat-
obatan tradisional yang sifatnya turun temurun serta mencari
pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang diadakan
oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, seperti
Puskesmas, dan Rumah Sakit.
PRAKTIK BUDAYA DAN
AGAMA PADA SUKU
JAWA YOGYAKARTA
PRAKTIK BUDAYA DAN AGAMA PADA SUKU JAWA
YOGYAKARTA

Secara garis besar praktik budaya di yogyakarta


dapat kita kelompokan menjadi 3 yaitu:
1. Berkaitan dengan Lingkaran atau Daur Hidup
Manusia
2. Peribadatan keagamaan, dan
3. Persahabatan manusia dengan alam.
01

Upacara Budaya Berkaitan dengan


Lingkaran atau Daur Hidup Manusia
1. NGALIMANI

• Nglimani merupakan upacara yang dilakukan untuk


wanita yang hamil usia kandungan 5 bulan.
• Upacara ini bertujuan memohon keselamatan baik
untuk si anak maupun ibunya (orang tuanya)
1. NGALIMANI
Perlengkapan upacara
• Golongan bangsawan: tumpeng robyong, nasi
kebuli, nasi punar, uler-uleran, ketan moncowarno,
rujak crobo, tikar pontang dan seekor kerbau.
• Golongan rakyat biasa: nasi gudangan, nasi
ambengan, nasi biasa dengan lauk serundeng,
tempe, bakmi dan jajan pasar
1. NGALIMANI
• Dilaksanakan pada umur kandungan 5 bulan pada
waktu sore hari.
• Dihadiri oleh si ibu, dukun, para pinisepuh, kerabat,
tetangga terdekat dan keluarga.
• Upacara selamatan dimulai dengan pembacaan doa
dan para hadirin duduk dalam satu lingkaran
mengelilingi makanan
2. Mitoni atau Tingkeban
• Acara yang dilakukan untuk wanita yang hamil usia
kandungan 7 bulan.
• Upacara ini bertujuan memohon keselamatan baik
untuk si ibu dan anak yang di kandung
• Mitoni atau tingkeban dilaksanakan hanya untuk
anak pertama
2. Mitoni atau Tingkeban

• Ibu hamil didudukkan di panggung yang sudah


dipersiapkan dengan penutup berupa gebyok
• Dipakaikan kemben, semacam kain jarik yang
menutup sampai dada, dan dikenakan kalung berupa
ronce kembang melati.
• Lalu dimandikan dengan air kembang setaman
3. BROKOHAN

• Brokohan salah satu upacara adat Jawa untuk menyambut


kelahiran bayi
• Wujud syukur dan mengharapkan berkah kepada Allah
atas lahirnya anak dengan selamat
• Orang tua menyiapkan nasi dan makanan layaknya
Kenduri
3. BROKOHAN

• Rangkaian upacara ini berupa memendam ari-ari


atau plasenta si bayi.
• Setelah itu dilanjutkan dengan membagikan
sesajen brokohan kepada sanak saudara dan para
tetangga
BROKOHAN
Memendam Ari-Ari

Sesajen Brokohan
4. PUPUTAN & NJENENGI

• Upacara puputan akan dilakukan saat tali pusar


terlepas dari perut bayi dan Menamai bayi
• Tujuan upacara ini adalah untuk memohon
keselamatan bagi si bayi
4. PUPUTAN & NJENENGI

• Slametan puputan berupa kendhuri, bancakan


dan pemberian nama bayi (Njenengi).
• Upacara ini diadakan setelah maghrib dan
• dihadiri oleh bayi, ibu, dukun, pinisepuh, dan
sanak saudara
4. TEDHAK SITEN
5. TINDAK SINTEN

Mengungkapkan rasa syukur atas bayi yang


telah terlahir dan bertumbuh kembang
dengan sehat yang diiringi doa-doa dari
orang tua atau sesepuh sebagai pengharapan
agar kelak anak sukses menjalani
kehidupannya.
5. TEDHAK SITEN

Tedhak Siten rangkaian upacara tersebut


adalah :
1) Anak di tuntun berjalan diatas ketan tujuh
warna yang terbuat dari beras ketan, dimulai
dari warna paling gelap sampapi putih
2) Anak di tuntun untuk menaiki anak tangga
yang terbuat dari batang tebu Arjuna.
5. TEDHAK SITEN

3) Setelah turun dari tangga tebu, anak


dituntun untuk berjalan diatas onggokan
pasir
4) Kemudian anak dituntun masuk ke
kurungan yang dihias, dan memilih barang
yang disukai setelah memilih barang tersebut
yang memiliki arti masing-masing.
5. TEDHAK SITEN
5) Kemudian ayah dan kakek dari anak
tersebut menyebarkan uang logam yang
dicampur dengan berbagai macam bunga.
6) Setelah itu, anak dibersihkan dan
dimandikan dengan air siraman yang terdiri
dari: mawar, melati, kantil dan kenanga.
7) Pada akhir upacara, anak didandani
dengan pakaian baru yang rapih dan bagus
5. TINDAK SINTEN
Perlengkapan acara
Kurungan Ayam

Undukan Pasir

Tangga Tebu
Ketan 7 Warna
5. TINDAK SINTEN
Perlengkapan acara

Tumpeng Uang Logam dalam Beras Kuning


6. Supitan & Tetesan

Merupakan upacara sunatan untuk


laki-laki dan perempuan sebagai
simbol transisi ke masa Dewasa
Upacara Supitan
o Upacara inisiasi
o Supitan adalah peralihan seorang anak
laki-laki ke masa dewasa, anak
o Anak Laki-laki berusia 10-16 tahun.
o Supitan juga dianggap sebagai peresmian
masuk agama Islam sehingga juga disebut
ngislamke
Upacara Tetesan
6. Gragag

● Tata cara pernikahan adat Kraton


Yogyakarta
● Upacara perkawinan tersebut diadakan
sebagai simbol tuntutan bagaimana
kehidupan berumah tangga
6. Gragag
● Pemasangan Tarub
6. Gragag
● Upacara Nyantri: mempelai pria dititipkan
ke saudara atau tetangga calon mempelai
wanita
6. Gragag

● Upacara Siraman: simbol membersihkan


lahir dan batin
6. Gragag

● Midodareni
6. Gragag
● Ijab
● Upacara Panggih
02

Upacara Peribadatan Keagamaan


1. Tanggap Warsa
Thanks

• Upacara tanggap warsa ini adalah


penyambutan datangnya tahun baru.
• Pementasan wayang kulit dengan lakon-lakon
yang mengandung cerita-cerita tentang
kelahiran dan perkawinan
2. Siraman Pusaka
Thanks


2. Siraman Pusaka
Thanks

Yogyakarta membersihkan segala bentuk pusaka yang


menjadi milik kraton.
Tradisi ini diadakan pada setiap bulan Suro pada hari
Jum;at Kliwon atau Selasa Kliwon dari pagi hingga siang
hari yang biasanya dilakukan selama 2 hari 
3. Saparan/ Bekakak
Thanks
3. Saparan/ Bekakak
Thanks
3. Saparan/ Bekakak
Thanks

• Saparan merupakan selamatan dalam bulan


• Saparan yang diselenggarakan di kelurahan Ambar Ketawang,
Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, sebelah barat kota
Yogyakarta.
• Dilakukan penyembelihan sepasang boneka temanten (pengantin
jawa) muda yang terbuat dari tepung ketan yang dilaksanakan
setahun sekali dalam bulan Sapar (kalender jawa).
4. Muludan
Thanks
4. Muludan Thanks

• Muludan di kraton disertai dengan perayaan Sekaten


yaitu pesta yang diselenggarakan Sultan untuk
rakyatnya.
• Pada tanggal 12 Maulud diadakan upacara Garebeg.
• Masyarakat turut serta memeriahkan perayaan
tersebut dengan pergi ke Alun-alun Utara kraton
untuk ngalap berkah (mencari berkah). 
• Tuplak wajik dilakukan 2 hari sebelumnya untuk
menandai pembuatan gunungan
5. Syawalan Thanks

• Grebeg Syawal titik pada bulan yang dianggap baik


tersebut masyarakat saling kunjung mengunjungi,
saling bermaaf-maafan, serta menyambung dan
memperkokoh tali persaudaraan atau silaturahmi.
5. Syawalan Thanks
03

Upacara Menggambarkan Persahabatan


dengan Alam
1. Labuhan Thanks

• Upacara adat ini bertujuan untuk memohonkan


keselamatan Kanjeng Sri Sultan, Kraton Yogyakarta
dan rakyat Yogyakarta.
• Upacara tersebut sarat akan makna magis yang
biasanya dihubungkan dengan legenda-legenda
tertentu.
1. Labuhan Thanks

• Dilakukan Satu Hari setelah Jumenengen (penobatan


seorang raja).
• Satu hari setelah Tingalan Jumenengan (peringatan
satu tahun penobatan raja) biasanya disebut dengan
Labuhan Alit.
• Dilakukan delapan tahun sekali (Labuhan Ageng).
• Dilakukan dalam kondisi tertentu (contohnya adalah
ketika putra atau putri dari raja akan menikah).
1. Labuhan Thanks

Lokasi Upacara Labuhan adalah:


• 1. Pantai Parangkusumo.
• 2. Gunung Merapi.
• 3. Gunung Lawu.
• 4. Dlepih Kahyangan
2. Wiwit Thanks

• Upacara khusus untuk memulai acara panenan padi.


Panen merupakan rahmat yang paling berharga bagi
petani dari pemberi rejeki (bahwa padi melimpah
karena pemberian Dewi Sri).
2. Wiwit Thanks
WIWIT
3. Bersih Desa
Thanks

• Inti upacara bersih desa adalah ucapan syukur dan


terima kasih kepada Tuhan atas rejeki atau panen
yang telah diterima selama ini.
• Disertai dengan acara pementasan wayang kulit
3. Bersih Desa
Thanks
3. Bersih Desa
Thanks
Daftar Pustaka

Mas Nawir (2017) "Tradisi Mitoni/ Tingkeban untuk Keselamatan Jabang Bayi dalam Masyarakat Jawa",
Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/masnawir7439/5e7e26b3097f363b1440a922/tradisi-mitoni-tingkeban-untuk-
keselamatan-jabang-bayi-dalam-masyarakat-jawa?page=2&page_images=1

Kurniawan,A. Sadali,M,I, (2015). Keistimewaan lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press
Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta (jogjaprov.go.id)
Tengker,V. (2017). Ngelencer ke Jogjakarta. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Aidah,N,S.(2021).Kitab Traveling dan wIsata Indonesia Kota Yogyakarta. Jakarta:Penerbit KBM Indonesia

https://sensus.bps.go.id/splanjutan/
http://dpad.jogjaprov.go.id/public/article/597/
TATA_URUTAN_UPACARA_PERKAWINAN_ADAT_YOGYAKARTA.pdf
Thanks

Matur Sembah Nuwun


Makanan Khas Suku Jawa
(DIY)
Kebiasaan makan sehari-hari masyarakat Jawa Tengah (DIY) pada
umumnya mengkonsumsi makanan pokok dan lauk-pauk, pola makan
3 kali sehari, serta memiliki cita rasa manis.
Kebiasaan makan bersama selalu berkaitan dengan upacara selamatan
seperti: membangun rumah, masa kehamilan, dan bersih desa. Jenis
makanan yang disajikan dalam upacara selamatan berupa tumpeng
dan lauk pauknya, jajanan pasar.
Gudeg
Bahasa Jawa hangudek (mengaduk) lahir bersamaan
dibangunnya Kerajaan Mataram Islam tahun 1500-an di
Alas Mentaok, karena pembangunan ini maka banyak
pohon yang ditebang dan akhirnya dimanfaatkan, salah
satunya adalah buah nangka muda yang dimasak dan
diaduk.
1940-an Presiden Soekarno membangun UGM dan
membangun sentra Gudeg Mbarek di Sleman,
Yogyakarta,
1970-an sentra gudeg baru di kawasan sebelah timur
Keraton Yogyakarta, yaitu Wijilan.
Sate Klathak
Bahan dasar: daging kambing muda,
ditusuk menggunakan besi jeruji sepeda,
agar daging lebih cepat matang.
Nama sate klathak berasal dari suara
sate ketika dibakar (klathak-klathak)
karena sate ini diberi garam saat proses
pengolahan. Dijual di daerah Pleret,
Bantul.
Brongkos/Berongkos
Sayur terbuat dari daging sapi, terutama
bagian sandung lamur (bagian dada
bawah), dan penggunaan keluak sebagai
bumbu yang menghasilkan warna gelap
dan beraroma khas.
Berasal dari kata brownhorst (bahasa
Inggris&Prancis) artinya masakan
daging berwarna cokelat. Ditemukan
di Alun-alun Selatan Keraton Yogyakarta
dan di Sleman.
● 
Gatot dan Tiwul

Berasal dari Kabupaten Gunungkidul,


Tiwul merupakan makanan berbahan gaplek berasal
dari singkong fermentasi berwarna putih, kemudian
ditumbuk.
Gatot berbahan gaplek yang berwarna hitam,
dihasilkan karena proses pengeringan yang tidak
sempurna setelah proses fermentasi.
Wajik

Terbuat dari beras ketan dicampur


santan dan gula kelapa.
Makanan yang wajib dalam upacara
pernikahan, disajikan bersama jadah,
krasikan, jenang alot, dan tawonan yang
biasa dibawa pada seserahan.
Melambangkan kehidupan yang manis,
diliputi dengan kebahagian di masa
depan.
Apem
Bahsa arab afwan atau afuwwun (meminta maaf),
dibuat menjelang Ramadan dan membagikannya
kepada saudara, tetangga, atau ke masjid.
Disajikan dalam upacara adat (pernikahan,
jumeneng Sri Sultan dan upacara di Pantai
Parangtritis).

Sejarah
Pada zaman Sunan Kalijaga (Wali Sanga), ia memiliki murid
yang bernama Sunan Geseng.
Sunan Geseng mendapati penduduk Jatinom, Klaten dalam
masa paceklik kemudian membagikan kue apem dan
melafalkan zikir Qowiyyu (‘Allah Mahakuat’).
Sampai saat ini tradisi upacara Ya Qowiyyu selalu diperingati
setiap bulan Safar.
Kipo
Makanan berwarna hijau bentuknya kecil,
rasa manis dan gurih terdapat dalam kipo
dihasilkan dari campuran gula dan kelapa
sebagai isinya.
Berasal dari Kotagede, Yogyakarta, karena
pembuat pertama makanan ini tidak
diketahui namanya. Ketika ditanya orang-
orang, “iki opo?” (‘Ini apa?’) dan muculah
nama kipo (iki opo).
Jenang Garut
Bubur dari tepung garut (umbi-umbian
tinggi serat) banyak tumbuh di Sidomulyo,
Kulonprogo.
Kandungan serat dari garut ini bagus untuk
pencernaan dan kandungan gulanya rendah.
Geplak
Terbuat dari gula dan kelapa dan tepung
beras. Awalnya geplak hanya berwarna putih,
tetapi seiring berjalannya waktu geplak
memiliki warna bervariasi sesuai dengan
rasanya. Tempat terkenal yang menjual geplak
adalah daerah Gose, Bantul.
Bakpia
Dalam bahasa Tiongkok, disebut dengan 'tou luk pia’ (kue
pia kacang hijau), dan berasal dari kata 'bak' dan 'pia'. Bak
(daging babi) dan pia (kue yang terbuat dari tepung).
Bakpia ini juga memiliki dua jenis yaitu bakpia basah dan
kering.

Penemu bakpia adalah Kwik Sun Kwok (pemilik Bakpia


Pathok 75). Nama pathok merupakan nama daerah tempat
bakpia dibuat dan nomor rumah yang dijadikan merk
dagang bakpia sampai saat ini.
Yangko

Berasal dari Kotagede, bercita rasa manis dan


gurih. Awalnya nama kue ini adalah kiyangko.
Pembuat pertamanya adalah Mbah Ireng sejak
1921, dan dikenal luas tahun 1939.
Yangko dijadikan bekal saat berperang oleh
pasukan Pangeran Diponegoro, karena yangko
tidak cepat basi.
Wedang Ronde

Dalam bahasa Jawa, wedang (minuman), berkhasiat


sebagai penghangat tubuh berasal dari jahe.
Minuman khas dari Cina bernama tangyuan.
Bentuknya bulat, warnanya putih, dan biasanya
memiliki isi kacang, serta dicampur minuman yang
berasal dari jahe.
Wedang Uwuh
Wedang (minuman) dan uwuh (sampah).
Minuman khas Imogiri, Bantul.
Terbuat dari kayu secang, jahe, kayu
manis, cengkih kering, pala dan gula.
Sejarah Wedang Uwuh

Pada suatu ketika Sultan Agung di daerah Imogiri meminta abdi dalem untuk membuatkan
minuman dari kayu secang atau wedang secang. Kemudian meletakkan wedang secang dalam
cawan di bawah pepohonan dekat Sultan Agung bersemedi. Saat malam datang angin yang
bertiup kencang sehingga daun dan bunga masuk ke dalam cawan minuman Sultan Agung,
karena gelap Sultan Agung tidak menyadarinya. Pagi harinya abdi dalem mendapati bahwa di
cawan minuman Sultan Agung terdapat daun dan bunga cengkih, namun Sultan Agung merasa
minumannya lebih nikmat. Hal itu terjadi karena di kawasan makam raja di Imogiri memang
banyak tumbuh pohon cengkih.
Makanan Khas Saat
Upacara Penting
Sajen asrep-asrepan
Disajikan dalam upacara tingkeban atau mitoni.
Bentuk sesajian berupa nasi putih, dua potong tempe bakar, dan sebutir
telur matang yang sudah dikupas, diletakkan pada nampan dialasi daun
pisang.
Asrep-asrep (sajen yang tidak memiliki rasa kecuali tawar) yang
menggambarkan keberhasilan seseorang dalam menjalani hidupnya dalam
keadaan yang ngunduri sepuh, menjelang tua, ia sudah tidak mempunyai
keinginan apa-apa, sehingga dapat dikatakan berhasil mengekang hawa
nafsunya.
Sajen Aran Kembang
Aran kembang (remukan kerak nasi yang sudah digoreng), kembang pari
(kerak nasi yang masih mentah), kembang telon dan rokok cerutu.
Kembang telon dan cerutu ditempatkan dalam cekenthong (dari daun
pisang yang kedua sisinya diikat dengan potongan lidi). Ditempatkan
dalam sebuah tampah yang sudah diberi alas daun pisang. Makna yang
terkandung dalam sajen aran kembang yaitu rintangan dan halangan itu
bisa datang juga dari kegemaran jelek misalnya ma-lima (maling, madat,
medok, minum, dan main).
Sajen Umpluk-umpluk
Berupa beras, telur ayam kampung mentah, sisir, suri, kaca cermin,
jlupak, air, dan umpluk-umpluk. Beras dan telur ditempatkan ke dalam
umpluk-umpluk berbentuk kwali mini, sebanyak empat buah, air
dimasukkan ke dalam umpluk-umpluk yang berbentuk kendi mini,
sebanyak tiga buah, jlupak dua buah yang berisi minyak kelapa dan
sumbu. Pada saatnya upacara pasang tarub, kedua jlupak ini dinyalakan.
Selanjutnya semua wujud sajen ketiga belas ini ditempatkan ke dalam
sebuah tampah yang sudah diberi alas daun pisang.
Sajen Umpluk-umpluk
Umpluk-umpluk adalah sebutan gerabah yang dibuat mini (berbentuk kendi,
kwali) berfungsi sebagai perlengkapan sajen atau untuk mainan anak-anak
jaman dahulu. Makna sajen umpluk-umpluk adalah masih menggambarkan
manusia yang mulai menginjak dewasa. Pada saat mulai dewasa inilah, anak
mulai memperlihatkan perkembangan psikologis dan perkembangan fisiknya,
baik laki-laki maupun perempuan. Dia mulai mengenal dan memanfaatkan
sumber alam di sekelilingnya seperti api, air, beras, dan sebagainya.
Sajen Kolak Kencana
Diwujudkan dalam bentuk pisang emas yang masih berkulit dibuat kolak.
Kemudian pisang tersebut ditempatkan dalam sebuah tampah yang telah
diberi alas daun pisang. Makna sajen kolak kencana adalah
menggambarkan seorang gadis ketika menjalani acara siraman dalam
rangkaian upacara pernikahan. Saat acara siraman itu pula biasanya sang
dhukun paes selalu mengakhirinya dengan memecah kendhi sambil
berkata pecah pamore. Itu pertanda bahwa sang gadis sudah dimiliki oleh
suaminya.
Sajen Ketan Kolak
Bentuk sesajian yang berupa tujuh buah apem, ketan putih, dan kolak (pisang
dan ketela). Semuanya ditempatkan dalam sebuah tampah yang telah diberi alas
daun pisang. Makna sajen ketan kolak ini adalah menggambarkan seseorang
yang telah meninggal dunia dan siap kembali menyatu dengan Sang Ilahi. Sajen
ini juga sering dijumpai pada saat tradisi ruwahan.
Sajen Ketan Manca Warna
Diwujudkan dalam bentuk ketan golong (bulatan) berjumlah lima warna, terdiri
dari warna putih, hijau, kuning, merah, dan hitam yang ditempatkan pada
cowek atau layah yang telah diberi alas daun pisang. Makna sajen ini adalah
bahwa bayi yang lahir di dunia ini, selain dilengkapi dengan indera jasmani
juga dilengkapi dengan lima nafsu. Ketan warna hitam (nafsu aluamah), ketan
warna merah (nafsu amarah), ketan warna putih (nafsu mutmainah), ketan
warna kuning (nafsu supiah) dan ketan warna hijau (jatidiri).
ETNOFARMAKOLOGI
DARI YOGYAKARTA
Etnofarmakologi berasal Bahasa Yunani:
- Ethos = Rakyat
- Farmakologi : Farmakos  obat
Logos  Ilmu

Etnofarmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kegunaan tumbuhan


yang memiliki efek farmakologi dalam hubungannya dengan pengobatan dan
pemeliharaan kesehatan oleh suku bangsa.

Etnofarmakologi adalah kajian tentang penggunaan tumbuhan yang berfungsi


sebagai obat atau ramuan yang dihasilkan produk setempat untuk pengobatan (
Martin, 1998).

Sumber: Mustofa, F. I., & Rahmawati, N. (2018). Jurnal tumbuhan Obat Indonesia. Vol 11 No. 2
Latar Belakang Etnofarmakologi
di Indonesia

- letak geografis
- Ekosistem
- Persepsi sehat sakit
- Pengetahuan masyarakat
- Obat tradisional sebagai Warisan turun temurun

Sumber: Mustofa, F. I., & Rahmawati, N. (2018). Jurnal tumbuhan Obat Indonesia.
Vol 11 No. 2
Jenis Obat tradisional dari
Yogyakarta:

- Jamu
- Wedang uwuh
- Empon-empon

Sumber: Okti. (2020). Apotek Hidup.https://jogjabenih.jogjaprov.go.id.


Bagian tanaman Dalam Etnofarmakologi

Daun Buah dan biji

Umbi/rimpang Kulit batang

Sumber: Okti. (2020). Apotek Hidup.https://jogjabenih.jogjaprov.go.id.


Jenis-Jenis Etnofarmakologi Di Yogyakarta
N0 Nama Tanaman Nama Istilah Khasiat
1. Kunyit Curcuma Domestica fal Anti oksidan, obat gatal, radang umbal
usus buntu, radang Rahim, keputihan,
obat sakit perut, gangguan liver
2. Kencur Kaempferia galangal L Obat batuk, infeksi bakteri, disentri,
masuk angin, sakit perut, atau perut
kembung, infeksi bakteri, obat asma
3. Jahe Zingeber officinale Rosc Obat batuk, obat kembung, sakit
kepala, penghangat tubuh
4. Serai Andropogon nardus L Menurunkan tekanan darah, mengobati
gangguan pencernaan, mengobati kaki
bengkak
5. Lengkuas Alpinia galangal sw Obat reumatik, mengobati penyakit kulit
(panu)
6. temulawak Curcuma xhantor rhiza Mengobati sakit kuning, diare, maag,
rhob perut kembung, pegal-pegal.
Jenis-Jenis Etnofarmakologi Di Yogyakarta
N0 Nama Tanaman Nama Istilah Khasiat

7. Sambiloto Andrographis paniculate Obat kanker, kencing manis, masuk


nees angin, gagat-gatal

8. Bayam merah Amaranthus spinosus L Penambah darah, mengurangi


kolesterol

9. Kelor Moringa oleifera Untuk mengobati berbagai jenis


penyakit seperti kolesterol, untuk
stamina tubuh
10. Bengkuang Pachyrhizus erosus Obat maag

11. Putri malu Mimosa pudica L Menurunkan kadar gula darah

12. Daun salam Syzygium polyantum wight Menurunkan tekanan darah


Jenis-Jenis Etnofarmakologi Di Yogyakarta

N0 Nama Tanaman Nama Istilah Khasiat

13. Kumis kucing Ortosiphon arist atus Obat kencing batu, rematik dan asam
urat

14. Sidaguri Sidarhombifolia Obat kencing batu, rematik dan asam


urat

15. Jeruk nipis Citrus aurantifoliaswin Obat batuk, radang dan penurun panas

16. Jambu biji Psidium guajava Obat diare, sariawan dan diabetes
mellitus
17. Putri malu Mimosa pudica L Menurunkan kadar gula darah

18. Daun sirsak Annona muricate L Obat kanker


Jenis-Jenis Etnofarmakologi Di Yogyakarta

N0 Nama Tanaman Nama Istilah Khasiat

19. Sirih Annona muricate L Kewanitaan seperti gatal pada daerah


vagina dan keputihan

20. Jarak Jatropa curcus L Penurun demam, obat kembung

21. Lidah buaya Aloe vera Asma, batuk, penyubur rambut

22. singkong Manihot utilissima Obat demam, diare, sakit kepala

23. Kayu manis Cinnamomum zeylanicum Obat penurun gula darah, mengurangi
rasa nyeri

24. Katuk Sauropus androgynus Memperlancar asi


Referensi
Zuhud, E.A. M. (2021). Buku Ajar Mata Kuliah Konservasi Tumbuhan Obat: Hutan Tropika
Indonesia. Bogor: IPB Press
Mustofa, F. I., & Rahmawati, N. (2018). Jurnal tumbuhan Obat Indonesia. Vol 11 No. 2
Okti. (2020). Apotek Hidup. https://jogjabenih.jogjaprov.go.id. Diunduh 3 September 2022
Putri, Dewi. 2017. Keperawatan Transkultural : Pengetahuan dan Praktik Berdasarkan Budaya.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Kumparan. 2021. Wasiat-wasiat Sejati Orang Jawa Kuno Melawan Rasa Sakit. Pandangan Jogja
Balai Tekkomdik DIY. 2022. Yogya Belajar Budaya. https://jbbudaya.jogjabelajar.org/. diakses pada
tanggal 11 september 2022
Balai Layanan Perpustakaan. Dinas Perpustakaan Dan Arsip Daerah DIY. 2021. Tradisi dan
Kepercayaan Jawa Tentang Penyakit dan Obat Abadi.
http://balaiyanpus.jogjaprov.go.id/berita/membedah-serat-munasihat-jati-tradisi-dan kepercayaan-
jawa-tentang-penyakit-dan-obat-abadi-19.
Bahagia ala Orang Jawa. (2018). (n.p.): Anak Hebat Indonesia.
Sastroatmodjo, Suryanto. 2006. Citra Diri Orang Jawa. Yogyakarta: Narasi
Referensi
● Aji, Rizky Prasetyo. 2014. Analisis Morfo-Semantis Nama-nama
Camilan Tradisional Berkorelasi dengan Sifat dan Bagian Tubuh di
Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi S-1. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.
● Alamsyah, Yuyun dan Rudy Sujanto. 2006. Warisan Kuliner Indonesia:
Kue Basah & Jajan Pasar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
● Army, Rifka. 2017. Kuliner Yogyakarta Cerita Dibalik Nikmatnya.
Jakarta Timur: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
● Balai Pelestarian Nilai Budaya. 2014. “Identitas Kultural Bangsa Melalui
Kuliner” dalam Jurnal Sejarah dan Budaya. Vol. 9, No. 1. Yogyakarta:
Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
● Setyaningsih Warni, Widi nugroho, Sinar Indrakrisnawan.2014.
“Makanan Tradisional di Daerah Istimewa Yogyakarta (Makanan dalam
Upacara Tradisi dan Kuliner)”. Dinas Kebudayaan DIY
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai