Kelompok I
Anggota:
Siklus bencana atau siklus hidup bencana adalah suatu rangkaian tertutup tahapan-
tahapan yang yang saling terkait dilakukan oleh manajer kegawatdaruratan dalam berbagai
komunitas dari tingkat lokal, nasional, hingga internasional dalam merencanakan dan
merespon terjadinya bencana (Rosenberg, 2015).
Menurut Veenema (2017), siklus bencana adalah suatu proses yang menggambarkan
managemen atau pengelolaan bencana, meliputi preventif, kesiapan kegawatdaruratan dan
bencana, respon saat bencana terjadi, pertolongan dan recover/pemulihan, mitigasi,
menurunkan risiko kehilangan.
a) Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan
sumber daya.
Tahap ini bertujuan untuk menentukan kebutuhan dan tindakan yang tepat dalam
penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat yang dilakukan oleh tim kaji cepat
dan dikoordinasikan oleh kepala BNPB atau kepala BPBD.
b) Penentuan status keadaan darurat bencana.
Penentuan ini dilakukan oleh pemerintah atau pemerintah sesuai dengan tingkatan
bencana.
c) Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana.
Tahapan ini dilaksanakan melalui usaha dan kegiatan pencarian, pertolongan, dan
penyelamatan masyarakat sebagai korban bencana yang dilaksanakan oleh tim reaksi
cepat dengan melibatkan unsur masyarakat dibawah komando komandan penanganan
darurat bencana.
d) Pemenuhan kebutuhan dasar.
Tahapan ini dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, lembaga
usaha, lembaga internasional, dan/atau lembaga asing nonpemerintah sesuai dengan
standar minimum.
e) Perlindungan terhadap kelompok rentan.
Perlindungan kepada kelompok-kelompok rentan seperti ibu hamil, anak-anak, dan
lansia.
f) Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
Bertujuan mengembalikan fungsi prasarana dan sarana vital masyarakat dengan
segera untuk menjaga keberlangsungan kehidupan masyarakat.
Sebagaimana diatur dalam PP no. 21 tahun 2008 pasal 55, tahap pasca bencana dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas:
RHA berisi data tentang jenis bencana, lokasi bencana, dampak bencana, kondisi
korban, kondisi sanitasi lingkungan penampungan, upaya yang telah dilakukan, kemungkinan
KLB yang akan terjadi serta kesiapan logistik dan bantuan yang mungkin segera diperlukan.
RHA juga mengidentifikasi angka morbiditas dan mortalitas pada penduduk yang mengalami
bencana terutama masyarakat khusus seperti anak-anak dibawah 5 tahun, orang tua, ibu hamil
dan wanita menyusui (Depoortere & Brown, 2006, Kemenkes, 2013 dalam Azizah, 2014).
Langkah-langkah Rapid Health Assessment dapat dilakukan dengan menetapkan
prioritas penilaian, mengumpulkan data (dengan meninjau informasi yang ada, dengan
memeriksa area yang terkena dampak, wawancara dengan stakeholder, dengan survei cepat)
kemudian dilakukan analisis data dan sajikan hasil dan kesimpulan. Rapid Health Assessment
dilakukan pada saat ada peringatan dini suatu bencana dan setelah bencana terjadi (segera
setalah terjadi gempa bumi dan tumpahan bahan kimia) dan 2-4 hari setelah pemberitahuan
terjadi outbreak atau banjir. (WHO, 1999)
Berikut ini merupakan beberapa hal yang diperlukan dalam Rapid Assessment:
a. Garis wewenang dan pelaporan yang jelas
b. Kemitraan
c. Pembagian tanggung jawab dan prosedur yang disepakati
d. Peta
e. Formulir pengumpulan data, wadah untuk spesimen, peralatan lainnya
f. Laboratorium rujukan dan prosedur pengiriman khusus
g. Saluran dan sistem komunikasi
h. Personel yang berkualifikasi
i. Jaminan tindak lanjut beruapa bantuan dan penilaian lain.
Ketika bencana melanda, penting untuk menyadari bahwa selain masalah kesehatan
akut yang akan ditangani oleh unit gawat darurat, banyak masalah lain yang mungkin terjadi.
Diantaranya:
a. Rumah mungkin rusak, kadang-kadang mengakibatkan perpindahan penduduk.
Korban mungkin terserang penyakit atau memiliki masalah kesehatan lainnya
sebagai akibat dari bencana. Masalah-masalah ini dapat mengakibatkan kebutuhan
terkait kesehatan seperti perawatan medis dan penggunaan obat-obatan. Karena
bencana mungkin memiliki konsekuensi langsung bagi perawatan kesehatan
masyarakat, tinjauan yang jelas tentang kebutuhan kesehatan ini penting. Oleh
karena itu diperlukan metode penilaian cepat untuk mengumpulkan informasi
yang andal dan obyektif yang segera diperlukan untuk pengambilan keputusan
pada fase pemulihan acara. Badan layanan kesehatan, pemangku kepentingan, dan
pembuat kebijakan akan meminta wawasan cepat mengenai status kesehatan
untuk memenuhi kebutuhan populasi yang terkena dampak.
b. Dengan informasi yang dikumpulkan ini tentang status dan kebutuhan kesehatan,
intervensi kesehatan masyarakat dapat diprioritaskan. Alat penilaian cepat juga
penting untuk memandu upaya darurat di daerah yang terkena dampak
c. Intervensi kesehatan masyarakat dan upaya darurat dapat mencakup peningkatan
akses ke perawatan medis, dukungan keuangan dan pemulihan rumah yang rusak.
Karena kebutuhan kesehatan dapat berubah dengan cepat.
d. Setelah fase akut dan masalah kesehatan umum, penting untuk menjaga perawatan
kesehatan yang memadai.
Daftar Pustaka
1. Azizah, dkk. 2014. Pengalaman Perawat Dalam Melakukan Penilaian Cepat Kesehatan
Kejadian Bencana Pada Tanggap Darurat Bencana Erupsi Gunung Kelud Tahun 2014 Di
Kabupaten Malang. Dinkes Kabupaten Malang & Program Magister Keperawatan
Universitas Brawijaya.
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Teknis Penanggulangan
Krisis Kesehatan Akibat Bencana
http://www.searo.who.int/indonesia/documents/ermpub-technicalguidelines.pdf. Diakses
pada tanggal 23 Februari 2019.
3. Khan, Himayatullah. 2008. Disaster Management Cycle. https://www.mnmk.ro. Diakses
pada tanggal 23 Februari 2018.
4. Rosenberg M. The Disaster Cycle.[internet]. Available from :
http://geography.about.com/od/hazardsanddisasters/a/The-Disaster-Cycle.htm
5. Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana
6. Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan. 2013.
https://www.slideshare.net/mobile/bambangpriyono/rapid-health-assessment-in-disaster.
Diakses pada tanggal 23 Februari 2019.
7. WHO. 1999. Rapid Health Assessment in Emergencies.
http://apps.who.int/disasters/repo/5526.pdf. Diakses pada tanggal 23 Februari 2019.