Anda di halaman 1dari 12

ANTROPOLOGI KESEHATAN

SUKU DAYAK

Kelompok 6 :

Dewi Nur Fitriani : ( 1810033009 ) Melina Agatha Pangaribuan:


(1810033019)

Erni SitiyawatiJufrin : ( 1810033005 ) Rhyrin Febriana Sabang :


(1810033017 )

Hasnawiyah : ( 1810033044 ) Selvy Nur Ramadhani : ( 1810033003 )

Nurul Rahmatiyah : ( 1810033007 ) Yosia Novianto P : ( 1810033054 )


TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Suku Dayak


Etnis Dayak adalah masyarakat religius, adat, tradisional, memiliki
tatanan moralitas yang khas, dan kehidupan sosial yang sangat erat berciri
kekeluargaan dan kekerabatan. Dalam struktur masyarakat Dayak,
kehidupan dipahami dalam satuan harmoni dengan alam semesta. Manusia
sebagai salah satu bagian dari alam semesta memiliki tugas untuk menjaga
bertanggung jawab atas keharmonisan tatanan alam semesta. Oleh karena
itu, adat dipandang bukan semata-mata hukum ilahi, tetapi bagian dari
kehidupan mereka untuk menjaga dan bertanggung jawab atas
keharmonisan tatanan alam semesta. (Sarapung, 2019)

B. Pandangan suku dayak terhadap sehat dan sakit


1. Teori fungsionalsimestructural
fungsi system medis suku dayak dalam dua jenis fungsi tindakan yaitu
fungsi nyata (manifest) dan fungsi tersembunyi (laten). Hal tersebut tampak
pada pemanfaatam laku mistik suku dayak seperti hal ilmu taguhdayak
(santet dayak). Pada awalnya ilmu tersebut dipergunakan unutk tujuan yang
baik seperti menidurkan bayi yang rewel, meluluhkan hati orang yang keras
kepala atau kalap tetapi diselewengkan fungsinya untuk membuat orang
lain terlena terhadap bujuk rayu (guna-guna). (Sukida, 2015)
2. Teori religi

keyakinan religi, sikap manusia terhadap alam gaib atau hal yang gaib, dan upcara
religi dalam pelaksanaan penobatan tradisonal suku dayak. Hal tersebut tampak pada
kuatnya keyakinan suku dayak dalam melakukan perawatan penyakit melalui ritual
pengobatan, magi dan laku mistik suku dayak. (Sukida, 2015)

3. Teori penyakit
Teori hipocrates, dijadikan refrensi utama dalam membicarakan etiologi penyakit
dalam system medis tradisonal suku dayak. Terkait dengan hal tersebut, konsepsi suku
dayak terhadap sehat (barigas) tidak hanya menyangkut bebas dari sakit (haban) atau
penyakit, tetapi juga untuk menikmati seterusnya tanpa terputus-putus keadaan fisik,
mental, dan spiritual yang bahagia dan utuh. Konsep keadaan kesimbangan yang benar
dan hakiki tersebut tidak hanya mengyangkut berfungsinya system dan organ tubuh
manusia dengan baikdan lanca, psikis dan spiritual (jasmani dan rohani) (mikrokosmos)
tetapi juga mengyangkut keseimbangan hubunga secara dinamis dengan lingkungan
yang lebih luas, yakni hubungan harmonis dengan sesama ciptaan tuhan (makrokosmos),
antara anggota keluarga sendiri, tetangga, teman dekat dan anggota masyarakat secara
lebih luas,sertaanatara manusia dan tuhan. (Sukida, 2015)
C. KONSEP SEHAT SAKIT DAN PENYAKIT DALAM KONTEKS
SOSIAL BUDAYA
Istilah sehat mengandung banyak muatan kultural, sosial dan pengertian profesional yang
beragam. Dulu dari sudut pandangan kedokteran, sehat sangat erat kaitannya dengan
kesakitan dan penyakit. Dalam kenyataannya tidaklah seseder - hana itu, sehat harus dilihat
dari berbagai aspek. WHO melihat sehat dari berbagai aspek mendefinisikan pengertian
sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani, maupun kesejahteraan sosial
seseorang. Sebatas mana seseorang dapat dianggap sempurna jasmaninya.
Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah yang satu
dengan daerah yang lain, karena tergantung dari kebudayaan yang ada dan berkembang
dalam masyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu
kesehatan sampai saat ini masih ada di masyarakat; dapat turun dari satu generasi ke
generasi berikutnya dan bahkan dapat berkembang luas.
Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua konsep penyebab sakit, yaitu:
Naturalistik dan Personalistik. Penyebab bersifat Naturalistik yaitu seseorang menderita
sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah makan), ke - biasaan hidup,
ketidakseimbangan dalam tubu h, termasuk juga kepercayaan panas dingin seperti masuk
angin dan penyakit bawaan
Sedangkan konsep Personalistik menganggap munculnya penyakit (illness) disebabkan
oleh intervensi suatu agen aktif yang dapat berupa makhluk bukan manusia (hantu, roh,
leluhur atau roh jahat), atau makhluk manusia (tukang sihir, tukang tenung). Menelusuri
nilai budaya, misalnya mengenai pengenalan kusta dan cara perawatannya. Kusta telah dik
enal oleh etnik Makasar sejaklama.
D. CARA PENGOBATAN SUKU DAYAK

1. Hutan sebagai sumber obat obatan


Dihutan peroleh obat obatan yang berasal dari binatang dan serangga Selain obat
yang di peroleh dari tumbuhan, juga banyak obat obatan yang dieroleh dari binatang.
Sebagai contoh yang paling umum adalah : empedu buang (helarctos malayanus),
empedu kitan (arctis binturong), burung krukep (centropus rectungnis), manuk ilang
(copsycus sanlaris) tanduk payau yang masih muda (cervus unicolor), janin pelanuk
(tragulu javanicus), madu layuk (apis dorsata), minyak dari ulet samban (monochamus
sp.), empedu dari jenis binatang ini jarang di ambil, kadan kadang dalam satu
keluarga hanya memperolehnya satu kali dalam satu tahun. Penggunaan empedu
sebagai obatdapat dilakukan dengan berbagai cara. (Uluk, 2001)

2. Pengobatan Tradisional Belian


Di Kalimantan Timur, suku Dayak Benuaq, menggunakan dukun/pemeliatn untuk
penyembuhan tradisional yang bernama Belian, melalui ritual-ritual
pengobatan.Ritual Belian memiliki fungsi layaknya seorang dokter, namun secara
tradisional pemeliatn ini memiliki cara tersendiri untuk menyembuhkan penyakit.
Secara teknis, pemeliatn menggunakan terapi secara supranatural magis yang sakral
untuk menyembuhkan para pasiennya.Meski secara keagamaan mereka telah
menganut agama samawi, kepercayaan adat terhadap leluhur masih tetap dipegang
teguh. Dalam ritual pembelian sebenarnya tak hanya sekedar prosesi pengobatan
semata.Tapi, di dalamnya terkandung sebuah ikatan sosial, yang menjadi perekat nilai
kebersamaan di antara masyarakat Dayak. homeopathy (Putri, 2017)
E. HASIL WAWANCARA
1. Wawancara Suku Dayak Kenyah di Budaya Pampang
Konsep kesehatan menurut suku Dayak Kenyah di daerah Desa Taman Budaya Pampang
Samarinda. Narasumber bernama Kai simson berumur 73 tahun mengatakan zaman sekarang jika
ada yang sakit sama halnya suku-suku yang berada di perkotaan jika sakit berobat ke puskesmas
atau pun ke rumah sakit umum, tetapi dahulu narasumber mengatakan beberapa kejadian dimasa
lalu lebih tepatnya pada masa perang dan sebelum masuknya agama Kristen. Dahulu sebelum
masuknya agama Kristen, mereka mempercayai dewa penyembuhan, yang katanya dewa tersebut
bisa menyembuhkan orang sakit, tidak menggunakan ilmu hitam hanya saja mereka percaya pada
burung enggang/ panglima burung.
Jika sakit mereka akan memanggil orang tua yang dipercaya keturunan dewa lalu mendoakan air
minum dengan ucapan doa menggunakan bahasa daerah atas kesembuhannya. Cara lain juga
mereka berlandaskan percaya saja, seperti meletakkan telur di atas gong lalu diputar memutar ,
pada saat telur berhenti kearahhorinzontal maka langsung meninggal, jika telur berhenti pada
garis lurus vertical maka orang tersebut bisa sembuh total.
Pantangan zaman dulu para lelaki tidak boleh memakan daging sengka atau daging kijang(rusa)
hanya perempuan yang boleh memakan daging tersebut itupun harus makan di bawah , tidak boleh
diatas. Pada perempuan melahirkan 7 hari tidak boleh keluar rumah, kalau anak laki-laki suaminya
akan berperan menjala ikan besar artinya bayi tersebut akan umur panjang. Kalau bayi perempuan
suami seolah mentambak ikan. Setelah 7 hari terjadilah pukulan gong dengan beratikan si bayi
boleh berinjakkan tanah.
Tetapi sekarang setelah mengenal pemerintahan dan agama, masyarakat tidak lagi mempercayai
burung enggang seperti dulu layaknya hal penyembuhan, sekarang burung enggang dianggap
sebagai lambang persatuan bagi masyarakat terutama suku Dayak yang berada di Kalimantan .
Burung enggang disertai anyaman tali sama maknanya seperti Bhineka Tunggal Ika.
2. WAWANCARA SUKU DAYAK DI LOA
KULU

Konsep sehat sakit menurut suku Dayak Kenyah di daerah Loa Kulu
narasumber bernama Margaretha juliani berumur 38 tahun
mengatakan zaman sekarang jika ada yang sakit melakukan tindakan
pengobatan dengan menggunakan air tawar. Apabila tidak sembuh
maka penderita sakit akan dimungul (pengambilan penyakit dengan
sarana minyak dan batu), tetapi jika pengobatan tersebut tidak
mendatangkan kesembuhan maka barulah pasien sakit dirujuk ke
rumah sakit. Tetapi jika pengobatan rumah sakit tidak mengalami hal
yang sama, maka dilakukan pengobatan terakhir dengan ritual belian.

Beliau mengatakan di Kalimantan Timur dari dulu hingga sekarang


masih mempercayai dukun/pemeliatan untuk penyembuhan tradisional
yang bernama ritual Belian. Beliau mengatakan ritual belian memiliki
fungsi layaknya seorang dokter, namun secara tradisional pemeliatn
ini memiliki cara tersendiri untuk penyembuhan penyakit. Secara
teknis, pemeliatn menggunakan terapi secara supranatural magis yang
sacral untuk menyembuhakan para pasiennya. Sampai saat ini beliau
mengatakan bahwa ritual belian tak hanya sekedar profesi pengobatan
semata. Tetapi di dalamnya terkandung ikatan sosial, yang menjadi
perekat nilai kebersamaan di antara masyarakat dayak.
3. WAWANCARA SUKU DAYAK TEWOYAN DI L2 TENGGARONG

Konsep sehat sakit menurut Suku Dayak Tewoyan di L2


Tenggarong, penyakit yang di derita seseorang jika sakit
disebabkan oleh perbuatannya sendiri yang tidak sopan seperti
kencing sembarangan, berkata kasar, atau melakukan tindakan
yang tidak baik. Mereka sering menyebutnya dengan istilah
“ketulahan”.
Jika sakit mereka (Suku Dayak) akan pergi ke puskesmas
terlebih dahulu namun apabila penyakit yang mereka derita
tidak sembuh juga maka mereka akan melaksanakan upacara
adat Belian. Upacara adat belian dilakukan dengan
menampilkan tari-tarian sambil menyebutkan doa dalam
bahasa Keharingan. Keharingan adalah kepercayaan suku
Dayak di Kalimantan, artinya tumbuh dan hidup.
PEMBAHASAN

A. Pembahasan Hasil Wawancara dan Jurnal


1. Hasil wawancara Suku Dayak Kenyah di Budaya Pampang
Konsep kesehatan menurut suku Dayak Kenyah di daerah Desa Taman
Budaya Pampang Samarinda. Narasumbermengatakan zaman sekarang sama
halnya suku-suku yang berada di perkotaan jika sakit berobat ke puskesmas
atau pun ke rumah sakit umum, tetapi mengatakan dahulu beberapa kejadian
dimasa lalu lebih tepatnya pada masa perang dan sebelum masuknya agama
Kristen. Mereka mempercayai dewa penyembuhan, yang katanya dewa
tersebut bisa menyembuhkan orang sakit, tidak menggunakan ilmu hitam
hanya saja mereka percaya pada burung enggang/ panglima burung. Jika
sakit mereka akan memanggil orang tua yang dipercaya keturunan dewa lalu
mendoakan air minum dengan ucapan doa menggunakan bahasa daerah atas
kesembuhannya.

 Menurut Jurnal :
Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara
daerah yang satu dengan daerah yang lain, karena tergantung dari
kebudayaan yang ada dan berkembang dalam masyarakat tersebut. Persepsi
kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu kesehatan sampai saat ini
masih ada di masyarakat; dapat turun dari satu generasi ke generasi
berikutnya dan bahkan dapat berkembang luas.
2. WAWANCARA SUKU DAYAK DI LOA KULU

Konsep sehat sakit menurut suku Dayak Kenyah di daerah Loa Kulu
narasumber bernama Margaretha juliani berumur 38 tahun mengatakan
zaman sekarang jika ada yang sakit melakukan tindakan pengobatan dengan
menggunakan air tawar. Apabila tidak sembuh maka penderita sakit akan
dimungul (pengambilan penyakit dengan sarana minyak dan batu), tetapi jika
pengobatan tersebut tidak mendatangkan kesembuhan maka barulah pasien
sakit dirujuk ke rumah sakit. Tetapi jika pengobatan rumah sakit tidak
mengalami hal yang sama, maka dilakukan pengobatan terakhir dengan
ritual belian.

 Menurut Jurnal :
Di Kalimantan Timur, suku Dayak Benuaq, menggunakan dukun/pemeliatn
untuk penyembuhan tradisional yang bernama Belian, melalui ritual-ritual
pengobatan.Ritual Belian memiliki fungsi layaknya seorang dokter, namun
secara tradisional pemeliatn ini memiliki cara tersendiri untuk
menyembuhkan penyakit. Secara teknis, pemeliatn menggunakan terapi
secara supranatural magis yang sakral untuk menyembuhkan para
pasiennya.Meski secara keagamaan mereka telah menganut agama samawi,
kepercayaan adat terhadap leluhur masih tetap dipegang teguh. Dalam ritual
pembelian sebenarnya tak hanya sekedar prosesi pengobatan semata.Tapi, di
dalamnya terkandung sebuah ikatan sosial, yang menjadi perekat nilai
kebersamaan di antara masyarakat Dayak. homeopathy (Putri, 2017)
3. WAWANCARA SUKU DAYAK TEWOYAN DI L2 TENGGARONG

Penyakit yang di derita seseorang jika sakit disebabkan oleh perbuatannya


sendiri yang tidak sopan seperti kencing sembarangan, berkata kasar, atau
melakukan tindakan yang tidak baik. Mereka sering menyebutnya dengan istilah
“ketulahan”.
Jika sakit mereka (Suku Dayak) akan pergi ke puskesmas terlebih dahulu
namun apabila penyakit yang mereka derita tidak sembuh juga maka mereka akan
melaksanakan upacara adat Belian. Upacara adat belian dilakukan dengan
menampilkan tari-tarian sambil menyebutkan doa dalam bahasa Keharingan.
Keharingan adalah kepercayaan suku Dayak di Kalimantan, artinya tumbuh dan
hidup.

 Menurut Jurnal :
Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua konsep penyebab sakit,
yaitu: Naturalistik dan Personalistik. Penyebab bersifat Naturalistik yaitu
seseorang menderita sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah makan),
kebiasaan hidup, ketidakseimbangan dalam tubuh, termasuk juga kepercayaan
panas dingin seperti masuk angin dan penyakit bawaan
Sedangkan konsep Personalistik menganggap munculnya penyakit (illness)
disebabkan oleh intervensi suatu agen aktif yang dapat berupa makhluk bukan
manusia (hantu, roh, leluhur atau roh jahat), atau makhluk manusia (tukang sihir,
tukang tenung). Menelusuri nilai budaya, misalnya mengenai pengenalan kusta
dan cara perawatannya. Kusta telah dik enal oleh etnik Makasar sejak lama.
SEKIAN DAN TERIMAKSIH

Anda mungkin juga menyukai