Anda di halaman 1dari 11

KEPERCAYAAN KUNO DAN PRAKTIK PENGOBATAN

KEPERCAYAAN KUNO DAN PRAKTIK PENGOBATAN


Sistem pengobatan tradisional merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat sederhana ,
pengetahuan tradisional . Dalam masyarakat tradisonal , sistem pengobatan tradisional ni adalah
pranata sosial yang harus dipelajan dengan cara yang sama seperti mempelajan pranata social
umumnya dan bahwa praktek pengobatan asli ( tradisional ) adalah rasional dikhat dan sudut
kepercayaan yang berlaku mengenai sebab akibat.

Beberapa hal yang berhubungan dengan kesehatan (sehat — sakit) menurut budaya - budaya
yang ada di Indonesia diantaranya adalah :

BUDAYA JAWA
Menurut orang Jawa , "sehat " adalah keadaan yang seimbang dunia fisik dan batin . Bahkan ,
semua itu berakar pada batin . Jika ” batin karep ragu nutut ”, artinya batin berkehendak , raga /
badan akan mengikuti . Sehat dalam konteks raga berarti " waras "”. Apabila seseorang tetap
mampu menjalankan peranan sosialnya berarti " waras “. Apabila seseorang tetap mampu
menjalankan peranan sosialnya sehari — han , misalnya bekerja di ladang , sawah , selalu gairah
bekerja , gairah hidup , kondisi milah yang dikatakan sehat . Dan ukuran sehat untuk anak -anak
adalah apabila kemauannya untuk makan tetap banyak dan selalu bergairah main .
Untuk menentukan sebab -sebab suatu penyakit ada dua konsep , yaitu konsep personalistik
dan konsep nalurakstik . Dalam konsep personalistik , penyakit disebabkan oleh makhluk
supernatural ( makhluk gaib , dewa ) , makhluk yang bukan manusia ( hantu , roh leluhur , roh jahat )
dan manusia ( tukang sihir , tukang tenung ). Penyakit ini disebut “ ora lumrah “ atau “ ora sabaene "
( tidak wajar / tidak biasa ) . Penyembuhannya adalah berdasarkan pengetahuan secara garb atau
supernatural , misainya melakukan upacara dan sesaji. Dilihat dari segi personalistik jenis penyakit
ini terdri dari kesiku , kebendhu , kewalat , kebulisan , keluban , keguna — guna , atau digawe wong ,
kamptran bangsa lelembut dan lan sebagainya . Penyembuhan dapat melalui seorang dukun atau “
wong tuo ".
Pengertian dukun bagi masyarakat Jawa adalah yang pandai atau ahli dalam mengobati penyakit
melalui “Japa Mantera ” , yakni doa yang diberikan oleh dukun kepada pasien. Ada beberapa
kategori dukun pada masyarakat jawa yang mempunyai nama dan fungsi masing-masing:
a. Dukun bayi : khusus menangani penyembuhan terhadap penyakit yang berhubungan
dengan kesehatan bayi , dan orang yang hendak melahirkan.
b. Dukun pijat / tulang (sangkal putung) : Khusus menangani orang yang sakit terkilir , patah
tulang , jatuh atau salah urat.
c. Dukun klenik : khusus menangani orang yang terkena guna — guna atau " digawa uwong “.
d. Dukun mantra : khusus menangani orang yang terkena penyakit karena kemasukan roh
halus.
e. Dukun hewan : khusus mengobati hewan.

Sedangkan konsep naturalistik , penyebab penyakit bersifat natural dan mempengaruhi


kesehatan tubuh , misalnya karena cuaca , iklim , makanan racun , bisa , kuman atau kecelakaan . Di
samping itu ada unsur lain yang mengakibatkan ketidakseimbangan dalam tubuh , misalnya dingin ,
panas , angin atau udara lembab .Oleh orang Jawa hal ini disebut dengan penyakit “ Lumrah “ atau
biasa.
Adapun penyembuhannya dengan model keseimbangan dan keselarasan , artinya dikembalikan
pada keadaan semula sehingga orang sehat kembali . Misalnya orang sakit masuk angin ,
penyembuhannya dengan cara " kerokan " agar angin keluar kembali . Begitu pula penyakit badan
dingin atau disebut “ndrodok" ( menggigil , kedinginan ) , penyembuhannya dengan minum jahe
hangat atau melumuri tubuhnya dengan air garam dan dihangatkan dekat api . Di samping itu juga
banyak pengobatan yang dilakukan dengan pemberian ramuan atau “dijamoni" .Jamu adalah
ramuan dari berbagai macam tumbuhan atau dedaunan yang di paur , ditumbuk , setelah itu
diminum atau dioleskan pada bagian yang sakit. Di samping itu ada juga ramuan tumbuhan lain
sebagai pelengkap , misalnya kulit pohon randu yang sudah diberi mantera.
Dari perhitungan — perhitungan jawa , dapat ditarik berbagai jenis penyakit yaitu :
1. Dari Allah
2. Karena perkataannya sendiri
3. Dani jin / setan
4. Dani perbuatan jahat orang lain ( teluh tarangyana ).

Etiologi penyakit menurut primbon ini dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk “ diagnose
penyakit “ yang disesuaikan dengan pandangan dan kondisi jaman primbon tersebut pertama kali
ditulis . Sebagai contoh , etiologi penyakit dapat ditentukan berdasarkan lenggahipun dinten
( tempat duduk hari ). Tempat duduk hari tersebut dapat dilihat dalam table berikut ini :

Nama hari Tempat duduk penyakit


Senin Telinga
Selasa Hidung
Rabu Perut
Kamis Tulang
Jumat Mata
Sabtu Tungkai

Berdasarkan hari dimulainya sakit juga dapat ditentukan tentang jenis — jenis penyakit
sebagaimana diuraikan dalam Kitab Primbon Betaklemur Adammakna , yang dibuat sebagai berikut :

Nama hari Sebab penyakit


Senin Mempunyai nadzara yang belum dilaksanakan
Selasa Diguna – guna oleh orang lain
Rabu Diganggu oleh mahluk halus / setan
Kamis Terkena tulang ddari orang lain
Jumat Di ganggu mahluk halus yang ada di kolong rumah
Sabtu Diganggu oleh setan yang berasal dari hutan
Minggu Diganggu oleh mahluk halus / setan
Selain hari — hari biasa , Budaya Jawa juga memiliki harihari yang disebut hari pasaran dengan
urutan : Pon , Wage,kliwon , legi , pahing.
Budaya jawa beranggapan bahwa nama yang “berat " bisa mendatangkan sial. Pendapat yang
lain mengatakan “nama yang buruk” akan mempengaruhi aktivitas pribadi dan sosial pemilik nama
itu. Dan juga kebiasaan bagi orang jawa yakni jika ada salah satu pihak keluarga atau sanak saudara
yang sakit , maka untuk menjenguknya biasanya mereka mengumpulkan dulu semua saudaranya
dan bersama — sama mengunjungi saudaranya yang sakit tersebut. Karena dalam budaya Jawa
dikenal prinsip “ mangan ora mangan , seng penting kumpul “

Adapun beberapa contoh pengobatan tradisional masyarakat jawa yang tidak terlepas dari
tumbuhan dan buah —buahan yang bersifat alami adalah :

 Daun dadap sebagai penurun panas dengan cara ditempelkan di dahi.


 Temulawak untuk mengobati sakit kuning dengan cara di parut , diperas dan airnya
diminum 2 kali sehari satu sendok makan , dapat ditambah sedikit gula batu dan dapat juga
digunakan sebagai penambah nafsu makan.
 Akar ilalang untuk menyembuhkan penyakit hepatitis B. sMahkota dewa untuk menurunkan
tekanan darah tinggi , yakni dengan dikeringkan terlebih dahulu lalu diseduh seperti teh dan
diminum seperlunya.
 Brotowali sebagai obat untuk menghilangkan rasa nyeri , peredam panas , dan penambah
nafsu makan.
 Jagung muda ( yang harus merupakan hasil curian - berhubungan dengan kepercayaan )
berguna untuk menyembuhkan penyakit cacar dengan cara dioleskan di bagian yang
terkena cacar.
 Daun Sirih untuk membersihkan vagina.
 Lidah buaya untuk kesuburan rambut.
 Sicak dan tokek untuk menghilangkan gatal - gatal.
 Mandi air garam untuk menghilangkan sawan.
 Daun simbung dan daun kaki kuda untuk menyembuhkan influenza.
 Jahe untuk menurunkan demam / panas , biasanya dengan diseduh lalu diminum ataupun
dengan diparut dan detempelkan di ibu jan kaki.
 Air kelapa hijau dengan madu lebah untuk menyembuhkan sakit kuning yaitu dengan cara 1
kelapa cukup untuk satu hari , daging kelapa muda dapat dimakan sekaligus , tidak boleh
kelapa yang sudah tua.

BUDAYA SUNDA
Konsep sehat sakit tidak hanya mencakup aspek fisik saja , tetapi juga bersifat sosial budaya .
Istilah lokal yang biasa dipakai oleh masyarakat Jawa Barat (orang sudah) adalah muriang untuk
demam,nyerisirah untuk sakit kepala, yohgoy untuk batuk dan selesma untuk pilek / flu. Penyebab
salit umumnya karena lingkungan , kecuali batuk juga karena kuman . Pencegahan sakit umumnya
dengan menghindari penyebabnya. Pengobatan sakit umumnya menggunakan obat yang terdapat di
warung obat yang ada di desa tersebut , sebagian kecil menggunakan obat tradisional . Pengobatan
sendiri sifatnya sementara , yaitu penanggulangan pertama sebelum berobat ke puskesmas atau
mantri.
1. Pengertian Sehat Sakit
Menurut orang sunda , orang sehat adalah mereka yang makan terasa enak walaupun dengan
lauk seadanya, dapat tidur nyenyak dan tidak ada yang dikeluhkan , sedangkan sakit adalah apabila
badan terasa sakit , panas atau makan terasa pahit , kalau anak kecil sakit biasanya rewel , senng
menangis , dan serba salah / gelisah . Dalam bahasa sunda orang sehat disebut cageur, sedangkan
orang sakit disebut gering.
Ada beberapa perbedaan antara sakit ringan dan sakit berat . Orang disebut sakit ringan apabila
masih dapat berjalan kaki , masih dapat bekerja , masih dapat makan — Minum dan dapat sembuh
dengan Minum obat atau Obat tradisional yang dibeli di warung . Orang disebut sakit berat , apabila
badan terasa lemas , tidak dapat melakukan kegiatan sehari — hari , sulit tidur , berat badan
menurun , harus berobat ke dokter / puskesmas , apabila menjalani rawat inap memerlukan biaya
mahal.

Konsep sakit ringan dan sakit berat bertitik tolak pada keadaan fisik penderita melakukan
kegiatan sehari — hari , dan sumber pengobatan yang digunakan. Berikut beberapa contoh sakit
dengan penyebab , pencegahan dan pengobatan sendiri. :

a. Sakit Kepala
Keluhan sakit kepala dibedakan antara nyeri kepala ( bahasa sunda z rieut atau nyeri sirah ,
kepala terasa berputar / pusing / bahasa sunda z Lieur ), dan sakit kepala sebelah / migran ( bahasa
sunda z rieut jangar ). Penyebab sakit kepala adalah dengan menghindari terkena sinar matahari
langsung , dan jangan banyak pikiran . Pengobatan sendiri , sakit kepala dapat dilakukan dengan
obat warung yaitu paramek atau puyer bintang tujuh nomor 16.

b. Sakit Demam
keluhan demam (bahasa = muriang atau panas tiris) ditandai dengan badan terasa pegal –
pegal,menggigil,kadang – kadang bibir biru, penyebab demam adalah udara kotor, menghisap debu
kotor . pergantian cuaca , kondisi badan lemah , kehujanan , kepanasan cukup lama , dan keletihan .
Pencegahan demam adalah dengan menjaga kebersihan udara yang dihisap , makan teratur ,
olahraga cukup , tidur cukup , minum cukup , kalau badan masih panas / berkeringat jangan
langsung mandi , jangan kehujanan dan banyak makan sayuran atau buah . Pengobatan sendiri
demam dapat dilakukan dengan obat tradisional , yaitu kompres badan dengan tumbukan daun
melinjo , daun cabe atau daun singkong , atau dapat juga dengan obat warung yaitu Paramek atau
Puyer bintang tujuh nomor 16.

c. Keluhan Batuk
Batuk TBC , yaitu batuk yang sampai mengeluarkan darah dari mulut , batuk biasa (bahasa sunda
- fohgoy ), dan batuk yang terus menerus dengan suaranya melengking (bahasa sunda z batuk
bangkong ) dengan gejala tenggorokan gatal , terkadang hidung rapet , dan kepala sakit) . Penyebab
batuk TBC adalah karena orang tersebut menderita penyakit TBC paru , sedangkan batuk biasa atau
batuk bangkong adalah menghisap debu dari tanah kering yang baru tertimpa hujan , alergi salah
satu makanan , makanan basi , masuk angin, makan makanan yang digoreng dengan minyak yang
tidak baik , atau tersedak makanan / keselek . Pencegahan batuk dilakukan dengan menjaga badan
agar jangan kedinganan , jangan makan makanan basi , tidak kebanyakan minum es , menghindari
makanan yang merangsang tenggorokan , atau menyebabkan alergi . Pengobatan sendiri batuk
dapat dilakukan dengan obat warung misalnya konidin atau oikadryi . Bila batuk ringan dapt minum
obat tradisional yaitu air perasan jeruk nipis dicampur kecap , daun sirih 5 lembar diseduh dengan air
hangat setengah gelas atau rebusan jahe dengan gula merah.

d. Sakit Pilek
Keluhan pilek ringan ( bahasa sunda z salesma ), yaitu hidung tersumbat atau berair , dan pilek
berat yaitu pilek yang disertai sakit kepala , demam , badan terasa pegal dan tenggorokan kering .
Penyebab pilek adalah kehujanan menghisap debu kotor , menghisap asap rokok , menghisap air ,
pencegahan pilek adalah jangan kehujanan , kalau badan berkeringat jangan langsung mandi ,
apabila muka terasa panas ( bahasa sunda z singhareab ), jangan mandi langsung minum obat ,

banyak minum air dan istirahat . Pengobatan sendiri , pilek dapat dilakukan dengan obat warung
yaitu mixagrib diminum 3x sehari sampai keluhannya hilang . Dapat juga digunakan obat tradisional
untuk mengurangi keluhan , misalnya minyak kelapa dioleskan di kanan dan kiri hidung.

e. Sakit Panas
Sakit panas adalah sakit yang menyebabkan sekujur tubuh seseorang terasa panas biasanya yang
disertai demam ( menggigil ). Untuk mengobatinya , orang sunda biasa dengan menggunakan labu
( waluh ) yang diparut ( dihaluskan ), kemudian dibungkus kain dan di kompreskan ke tubuh orang
yang sakit panas tersebut hingga panasnya turun. Selain itu juga bisa dengan menggunakan kompres
air dingin.
Pengobatan sakit umumnya menggunakan obat yang terdapat di warung . obat yang ada di desa
tertentu, sebagian kedl menggunakan obat tradisional . Masyarakat melakukan pengobatan sendiri
dengan alasan sakit ringan , hemat biaya dan hemat waktu . Pengobatan sendiri sifatnya sementara ,
yaitu penanggulanan pertama sebelum berobat ke puskesmas atau Mantri . Tindakan Pengobatan
sendiri yang sesuai dengan aturan masih rendah karena umumnya masyarakat membeli obat secara
eceran sehingga tidak dapat memaca keterangan yang tercantum pada setiap kemasan obat.

BUDAYA BATAK
Arti “ sakit “ bagi orang Batak adalah keadaan dimana seseorang hanya berbaring , dan
penyembuhannya melalui cara — cara tradisional , atau ada juga yang membawa orang yang sakit
tersebut kepada dukun atau " orang pintar " Dalam kehidupan sehari — hari orang batak , segala
sesuatunya termasuk mengenai pengobatan jaman dahulu , untuk mengetahui bagaimana cara
mendekatkan diri pada sang pencipta agar manusia tetap sehat dan jauh dari mara bahaya.
Bagi orang batak , di samping penyakit alamiah , ada juga beberapa tipe spesifik penyakit
supematural , yaitu :
 Jika mata seseorang bengkak ,orang tersebut diyakini telah melakukan perbuatan yang tidak
baik ( mis : mengintip ). Cara mengatasinya agar matanya tersebut sembuh adalah dengan
mengoleskan air sirih.
 Nama tidak cocok dengan dirinya ( keberatan nama ) sehingga membuat orang tersebut
sakit. Cara mengobatinya dengan mengganti nama tersebut dengan nama yang lain , yang
lebih cocok dan didoakan serta diadakan jamuan adat bersama keluarga.
 Ada juga orang batak sakit karena tarhirim
Mis : seorang bapak menjanjikan akan memberi mainan buat anaknya , tetapi janji tersebut
tidak ditepati . Karena janji tersebut tidak ditepati , si anak bisa menjadi sakit.
 Jika ada orang batak menderita penyakit kusta , maka orang tersebut dianggap telah
menerima kutukan dari para leluhur dan diasngkan dalam pergaulan masyarakat.

Di samping itu , dalam budaya batak dikenal adanya “kitab pengobatan" yang isinya
diantaranya adalah , Mulajadi Namolon Tuhan Yang Maha Esa bersabda :
“ Segala sesuatu yang tumbuh di atas bumi dan di dalam air sudah ada gunanya masing —
masing di dalam kehidupan sehari — hari , sebab tidak semua manusia yang dapat menyatukan
darahku dengan darahnya , maka gunakan tumbuhan ini untuk kehidupan mu “
Di dalam kehidupan Si raja Batak dahulu iimu pengobatan telah ada , mulai sejak dalam
kandungan sampai melahirkan.
1.Obat mulai dari kandungan sampai melahirkan
 Perawatan dalam kandungan : menggunakan salusu yaitu satu butir telur ayam kampung
yang terlebih dahulu di doakan
 Perawatan setelah melahirkan : menggunakan kemiri , jeruk purut dan daun sinh
 Perawatan bayi : biasanya menggunakan kemiri , biji lada putih dan ins jorango
 perawatan dugu — dugu : sebuah makanan ciri khas Batak saat melahirkan yang diresap
dari bangun — bangun , daging ayam , kemiri dan kelapa.
2 .Dappol Siburuk ( obat urut dan tulang )
Asal mula manusia menurut orang batak adalah dar ayam dan burung. Obat dappol si buruk ini
dulunya berasal dari burung siburuk yang mana langsung di praktikkan dengan penelitian alami dan
hamper seluruh keturunan Siraja Batak menggunakan obat ini dalam kehidupan sehari — han.

3. Untuk mengobati sakit mata.


Menurut orang batak , mata adalah satu panca indra sekaligus penentu dalam kehidupan
manusia, dan menurut legenda pada mata manusia berdiam Roh Raja Simosimin , Berdasarkan
pesan dari si raja batak , untuk mengeluarkan penyakit dari mata , maukkanlah biji sirintak ke dalam
mata yang sakit . Setelah itu tutuplah mata dan tunggulah beberapa saat , karena biji sirintak akan
menarik seluruh penyakit yang ada di dalam mata . Gunakan waktu 1x 19 hari , supaya mata tetap
sehat. Sirintak adalah tumbuhan Batak yang dalam bahasa Indonesia berarti mencabut
( mengeluarkan ), nama ramuannya dengan sdama tujuannya.

4. Mengobati penyakit kulit yang sampai membusuk


Berdasarkan pesan siraja batak untuk mengobati orang yang berpenyakit kulit supaya
menggunakan tawar mulajadi ( sesuatu yang berasal dan asap dapur ). Rumpak 7 macam dan
diseduh dengan air hangat.
Disamping itu , siraja batak berpesan kepada keturunannya , supaya manusia dapat hidup sehat ,
maka makanlah atau minumlah : apapaga , airman , anggir , adolorab , alinggo , abajora ,
ambaluang , assigning , dan anip -arip. Dalam budaya batak juga dikenal dengan adanya charisma ,
wibawa dan kesehatan menurut orang batak dahulu , supaya manusia dapat sukses dalam segala hal
biasanya diwajibkan membuat sesajen berupa : ayam merah , ayam putih , ayam hitam , ketan beras
(nitak) , jeruk purut , sirih beserta perlengkapannya.

Beberapa contoh pengobatan tradisional lainnya yang dilakukan oleh orang batak adalah :
 Jika ada orang batak yang menderita penyakit gondok , maka cara pengobatannya dengan
menggunakan belau.
 Apabila ada orang batak yang menderita penyakit panas ( demam ) biasanya pengobatannya
dengan cara menyelimutinya dengan selimut / kain yang tebal Budaya Flores
Damianus Wera orang Flores satu ini punya karunia yang sangat langka . Dami dikenal sebagai
penyembuh alternative unik. Damianus wera bukan dokter , buta huruf , tak makan sekolah , tapi
buka praktik layaknya dokter professional . Dia melakukan operasi hanya menggunakan pisau.

Menurut Dami ada tiga jenis penyakit yang dikeluhkan para pasien . Pertama , jenis penyakit
nonmedis atau santet / guna — guna . Biasanya tubuh korban dirusak dengan paku , silet , lidi ,
kawat , beling , jarum , benang kusut. Kedua , penyakit medis seperti jantung koroner , batu ginjal ,
tumor , kanker , dil.Dami mengangkat penyakit ini dengan operasi dan juga sedot darah melalui
selang . Ketiga , sakit psikologis misalnya : banyak utang , stress , sulit hamil , dil. Dami mengingatkan
kunci sehat itu sebenarnya ada di pikran yang sehat . Sebaliknya , pikran yang ruwet , penuh beban
dan tekanan , justru memicu munculnya penyakit dalam tubuh manusia.

Dami di datangi ayahnya yang sudah meninggal dan dikasih gelang . Dan saat dia bermimpi ia
akan di di karuniai penyembuhan . Pagi - pagi ia menemukan pisau di bawah bantal . Pisau itu untuk
mengoprasi orang sakit.
Dami mempunyai 7 metode untuk mengatasi penyakit :
1.Berdoa : dilakukan sebelum dan sesudah pengobatan , pasien berdoa menurut agamanya.
2. Air putih : Pasien diminta membawa air putih dalam botol 1, 5 liter . Setelah didoakan , Pasien
minum di rumah masingmasing . Kalau mau habis , tambahkan dengan air yang baru.
3. Kapsul ajaib : Pasien diminta minum kapsul ajaib seperti obat biasa.
4. Pyat refleksi : Pasian menjerit kesakitan karena “ diestrum “ listrik tegangan tinggi.
5. Suntik : Jarum suntik diperoleh dengan cara muntah. Cairan atau obat diperoleh lewat doa
tertentu.
6. Telur ayam ( kampung ) dan gelas : Dipegang , diletakkan di atas kepala pasien. Selain mendeteksi
penyakit , telur ayam kampung itu juga untuk mengobati penyakit dan untuk mengambil benda -
benda santet seperti jarum , benang , silet , beling , paku lewat telur ayam.
7. Operasi / bedah : Operasi atau bedah bisa untuk penyakit medis maupun non medis.
Di samping itu , orang flores juga percaya adanya sejenis kain yang berwarna hitam yang
dipercaya dapat menyembuhkan orang yang sakit panas / demam tinggi . yaitu dengan cara di
selubungkan atau ditutupkan di seluruh tubuhnya hingga tidak ada yang kelihatan lagi , dan biarkan
orang yang sakit panas tersebut hingga ia merasa nyaman dan pansanya berkurang.
Bawang merah dipercaya untuk mengobati batuk , yakni dengan cara dihancurkan (dikunyah )
lalu dibungkus dengan sepotong kain , kemudian ditempelkan di tenggorokan . Cara ini baik
diterapkan pada waktu sebelum tidur malam
Daun sirih untuk mengobati orang yang mimisan , yaitu dengan digulung kemudian disumbatkan
ke lubang hidung yang keluar darah.
Daun papaya yang masih muda digunakan untuk menghentikan keluarnya darah dari bagian
tubuh yang luka , yaitu dengan dikunyah sampai halus kemudian ditempelkan di bagian yang luka
tersebut.
Pengaruh Kepercayaan , Agama dan Aliran Lain , Jinis Kelamin dan Masalah Analisis
1. Kepercayaan , agama dan aliran lain
Kepercayaan dan agama adalah pondasi penting untuk kesehatan , agama dan kepercayaan
memberikan kontribusi penuh dalam tindakan keperawatan . Misalnya perawatan pasien beragama
berbeda harus dibedakan dengan pasien lain yang mempunyai agama berbeda dalam hal
kepercayaan.

2. Jenis Kelamin
Wanita mempunyai peranan ( yang dianggap penting) karena perempuan lebih professional .
Terbukti dari awal mula 95 - 98 Yo perawat adalah perempuan . Status sosial wanita dalam dunia
medis maupun masyarakat dicinkan sebagai seorang yang dapat merawat,seperti seorang ibu yang
merawat anak – anaknya yang dapat merawat , seperti seorang ibu yang merawat anak — anaknya.

3. Masalah Analisis Sebuah masalah digambarkan dengan situasi dan keadaan tertentu. Masalah
selalu di luar rencana ( tidak direncanakan ) dan lebih sering tidak diterima . Masalah bisa lebih
kompleks ataupun malah lebih sederhana , untuk itu seorang perawat harus mampu menyesuaikan
dir dengan mengubah pola pikir terhadap analsa tersebut.

INTERPRETASI ORANG PAPUA TENTANG IBU HAMIL, MELAHIRKAN, NIFAS


Orang Papua mempunyai konsepsi dasar berdasarkan pandangan kebudayaan mereka masing-
masing terhadap berbagai penyakit demikian halnya pada kasus tentang kehamilan, persalinan, dan
nifas berdasarkan persepsi kebudayaan mereka. Akibat adanya pandangan tersebut di atas, maka
orang Papua mempunyai beberapa bentuk pengobatan serta siapa yang manangani, dan dengan
cara apa dilakukan pengobatan terhadap konsep sakit yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan,
perdarahan, pembengkakan kaki selama hamil, berdasarkan pandangan kebudayaan mereka.
Sebagai ilustrasi dapat disajikan beberapa contoh kasus pada orang Papua ( Orang Hatam, Sough,
Lereh, Walsa, Moi Kalabra). Hal yang sama pula ada pada suku bangsa-suku bangsa Papua lainnya,
tetapi secara detail belum dilakukan penelitian terhadap kasus ibu hamil, melahirkan, dan nifas pada
orang Papua.
Interpretasi Sosial Budaya Orang Hatam dan Sough tentang Ibu hamil, melahirkan, nifas,
didasarkan pada pemahaman dan pengetahuan kebudayaan mereka secara turun temurun. Hal ini
jelas didasarkan atas perilaku leluhur dan orang tua mereka sejak dahulu kala sampai sekarang. Bagi
orang Hatam dan Sough, kehamilan adalah suatu gejala alamiah dan bukan suatu penyakit. Untuk itu
harus taat pada pantangan-pantangan secara adat, dan bia dianggar akan menderita sakit. Bila ada
gangguan pada kehamilan seorang ibu, biasanya dukun perempuan (Ndaken) akan melakukan
penyembuhan dengan membacakan mantera Gi air putih yang akan diminum oleh ibu tersebut.
Tindakan lain yang biasanya dilakukan oleh Ndaken tersebut juga berupa, mengurut perut ibu
hamil yang sakit. Sedangkan bila ibu hamil mengalami pembengkakan pada kaki, berarti ibu tersebut
telah melewati tempat-tempat keramat secara sengaja atau pula telah melanggar pantangan-
pantangan yang diberlakukan selama ibu tersebut hami. Biasanya akan diberikan pengobatan
dengan memberikan air putih yang telah dibacakan mantera untuk diminum ibu tersebut. Juga dapat
diberikan pengobatan dengan menggunakan ramuan daun abnsa yang dipanaskan di api, lalu
ditempelkan pada kaki yang bengkak sambil diuruturut. Ada juga yang menggunakan serutan kulit
kayu bai yang direbus lalu airnya diminum. Disini posisi seorang dukun perempuan atau Ndaken
sangatiah penting, sedangkan dukun laki-laki tidak berperan secara langsung. Bagaimana persepsi
orang Hatam dan Sough tentang perdarahan selama kehamilan dan setelah melahirkan ? Hal itu
berarti ibu hamil telah melanggar pantangan, suaminya telah melanggar pantangan serta belum
menyelesaikan masalah dengan orang lain atau kerabat secara adat.
Bila perdarahan terjadi setelah melahirkan, itu berarti pembuangan darah kotor, dan bagi mereka
adalah suatu hal yang biasa dan bukan penyakit. Bila terjadi perdarahan, maka Ndaken akan
memberikan air putih yang telah dibacakan matera untuk diminum oleh ibu tersebut. Selain itu akan
diberikan ramuan berupa daun daun dan kulit kayu mpamkwendom yang direbus dan airnya
diminum oleh ibu tersebut. Bila terjadi pertikaian dengan kerabat atau orang lain, maka suaminya
secara adat harus meminta maaf. Disini peranan dukun perempuan (ndaken) dan dukun lakiJaki
(Beijinaubout, Rengrehidodo) sangatiah penting.Persalinan bagi orang Hatam dan Sough adalah
suatu masa krisis. Persalinan biasanya di dalam pondok (semuka) yang dibangun di belakang rumah.
Darah bagi orang Hatam dan Sough bagi ibu yang melahirkan adalah tidak baik untuk kaum laki-
laki, karena bila terkena darah tersebut, maka akan mengalami kegagalan dalam aktivitas berburu.
Oleh karena itu, seorang ibu yang melahirkan harus terpisah dari rumah induknya. Posisi persalinan
dalam bentuk jongkok, karena menurut orang Hatam dan Sough dengan posisi tersebut, maka bayi
akan mudah keluar. Pemotongan tali pusar harus ditunggu sampai ari-ari sudah keluar. Apabila
dipotong langsung, maka ari-ari tidak akan mau keluar.
Bagi orang Kaureh yang berada di kecamatan Lereh, juga mempunyai interpretasi tentang ibu
hamil, melahirkan dan nifas berdasarkan pemahaman kebudayaan mereka. Orang Kaureh melihat
kehamilan sebagai suatu masa krisis, dimana penuh resiko dan secara alamiah harus dialami oleh
seorang ibu, untuk itu perlu taat terhadap pantangan-pantangan dan aturan-aturan secara adat. Bila
melanggar, ibu hamil akan memderita sakit dan bisa meninggal. Biasanya bila seorang ibu hamil
mengalami penderitaan (sakit), akan diberikan ramuan berupa air putih yang telah dibacakan
mantera untuk diminum. Yang lebih banyak berperan adalah kepala klen atau ajibar/pikandu.
Sedangkan bila seorang ibu hamil mengalami pembengkakan pada kaki, itu berati ibu tersebut
telah melewati tempat-tempat terlarang atau keramat. Di samping itu pula bisa terjadi karena
buatan orang dengan tenung/black magic, atau terkena suanggi. Pengobatannya dengan cara
memberikan air putih yang telah dibacakan mantera untuk diminum, atau seorang dukun/kepala
klen (apbar/Pikandu) akan mengusirnya dengan membacakan mantera-mantera.
Apabila seorang ibu hamil mengalami perdarahan dan setelah melahirkan mengalami
perdarahan, itu bagi mereka adalah suatu hal yang biasa saga. Perdarahan berarti pembuangan
darah kotor, dan bila terjadi banyak perdarahan berarti ibu tersebut telah melanggar pantangan-
pantangan secara adat dan suami belum menyelesaikan persoalan dengan kerabat atau orang lain.
Untuk itu biasanya ajibar/Pikandu memberikan ramuan berupa air putih yang telah dibacakan
mantera yang diminum oleh ibu tersebut.
Untuk masalah pertikaian maka suami harus meminta maaf secara adat pada kerabat dan orang
lan. Sedangkan persalinan bag orang Kaureh adalah suatu masa krisis, dan persalinan harus
dilakukan di luar rumah dalam pondok kecil di hutan karena darah sangat berbahaya bagi kaum laki-
laki. Posisi persalinan dengan cara jongkok, karena akan mudah bayi keluar. Pemotongan tali pusar
biasanya setelah ari-ari keluar baru dilaksanakan, sebab bila dipotong sebelumnya maka ariari akan
tinggal terus di dalam perut.
Bagaimana orang Walsa yang berada di kecamatan Waris daerah perbatasan Indonesia dan
Papua Niguni. Mereka juga mempunyai kepercayaan tentang kehamilan, persalinan dan nifas yang
didasarkan pada pemahaman kebudayaan mereka secara turun temurun. Bagi orang Walsa,
kehamilan adalah kondisi ibu dalam situasi yang baru, dimana terjadi perubahan fisik, dan ini bagi
mereka bukan suatu kondisi penyakit.
Sebagaimana dengan kelompok suku bangsa yang lain, mereka juga percaya bahwa untuk dapat
mewujudkan seorang ibu hamil sehat, maka harus menjalankan berbagai pantangan-pantangan.
Namun demikian kadangkala bila ibu mengalami sakit bisa terjadi karena adanya gangguan dari luar
seperti terkena roh jahat, atau buatan orang lain yang tidak senang dengan keluarga tersebut. Untuk
mengatasi gangguan tersebut biasanya dukun (Putua/ Mundkok) akan membantu dengan
memberikan air putih yang telah dibacakan mantera untuk diminum, atau dengan membenkan
ramuan daun-daun yang direbus lalu diminum ibu hamil tersebut. Sedangkan bila terjadi
pembengkakan pada kaki, berarti ibu hamil telah melanggar pantangan, menginjak tempattempat
keramat, terkena roh jahat, dan suami belum melunasi mas kawin.
Untuk mengatasi masalah tersebut, dukun akan memberikan air putih yang dibacakan mantera
untuk diminum, sedangkan untuk mas kawin, maka suami harus lunasi dahulu kepada paman dari
istrinya. Sedangkan bila terjadi perdarahan selama hamil dan setelah bersalin, bagi orang Walsa itu
hal biasa saja, karena terjad pembuangan darah kotor, atau ibu telah melanggar pantangan secara
adat, suami belum melunasi mas kawin dan ibu terkena jampi-jampi. Untuk mengatasi masalah
tersebut, biasanya dukun Putua/ Mundklok akan menyarankan untuk menyelesaikan mas kawin, dan
juga diberikan ramuan daun-daun untuk diminum. Bagi orang Walsa persalinan adalah suatu masa
krisis, untuk itu tdak boleh melanggar pantangan adat
Dahulu melahirkan di pondok kecil (demutpul) yang dibangun di hutan, karena darah bag kaum
laki-laki sangat berbahaya. Bila terkena darah dan ibu hamil, berarti kaum laki-laki akan mengalami
banyak kegagalan dalam usaha serta berburu. Dalam proses persalinan biasanya dibantu oleh dukun
Putua/Mundklok, tetapi disamping itu ada bantuan juga dari dewa Fipao supaya berjalan dengan
baik. Proses persalinan dalam kondisi jongkok, biar bayi dengan mudah dapat keluar, dan tali pusar
dipotong setelah ari-ari keluar.
Orang Moi Kalabra yang berada di kecamatan Wanunian dan terletak di hulu sungai Beraur
Sorong mempunyai persepsi juga terhadap kehamilan, persalinan dan nifas bagi ibu-ibu berdasarkan
kepercayaan kebudayaan mereka secara turun temurun. Kehamilan bagi mereka adalah si ibu
mengalami situasi yang baru dan bukan penyakit. Untuk itu ibu tersebut dan suaminya harus
menjalankan berbagai pantangan-pantangan terhadap makanan dan kegiatan yang ditata secara
adat.

POLA PENGOBATAN TRADISIONAL ORANG PAPUA


Sebagaimana dikemukakan bahwa secara “etik” dan “emik", dapat diketengahkan konsep sehat
dan saklit, namun demikian secara konseptual dapatlah dikemukakan konsep pengobatan secara
“etik” dan “emik" berdasarkan pandangan para medis dan masyarakat dengan berlandaskan pada
kebudayaan mereka masing-masing. Untuk itu dapat dikemukakan pola pengobatan secara
tradisional orang Papua berdasarkan pemahaman kebudayaan mereka yang dikemukakan oleh
Djekky R. Djoht (2001: 14-15). Berdasarkan pemahaman kebudayaan orang Papua secara
mendalam,dapatlah dianalisis bagaimana caracara melakukan pengobatan secara tradisional. Untuk
itu telah diklasifikasikan pengobatann tradisional orang Papua kedalam enam (6) pola pengobatan ,
yaitu:
1. Pola Pengobatan Jimat. Pola pengobatan jimat dikenal oleh masyarakat di daerah kepala burung
terutama masyarakat Meibrat dan Aifat. Prinsip pengobatan jimat, menurut Elmberg, adalah orang
menggunakan benda-benda kuat atau jimat untuk memberi perlindungan terhadap penyakit. Jimat
adalah segala sesuatu yang telah diberi kekuatan gaib, sering berupa tumbuhtumbuhan yang berbau
kuat dan berwarna tua.
2. Pola Pengobatan Kesurupan. Pola kesurupan dikenal oleh suku bangsa di daerah sayap burung,
yaitu daerah teluk Arguni. Prinsip pengobatan kesurupan menurut van Longhem adalah seorang
pengobat sering kemasukan roh/mahluk halus pada waktu berusaha mengobati orang sakit
Dominasi kekuatan gaib dalam pengobatan ini sangat kentara seperti pada pengobatan jimat.

3. Pola Pengobatan Penghisapan Darah. Pola penghisapan darah dikenal oleh suku bangsa yang
tinggal disepanjang sungai Tor di daerah Sarmi, Mannd-anim, Kimaam, Asmat. Prinsip dari pola
pengobatan ini menurut Oosterwal, adalah bahwa penyakit itu terjadi karena darah kotor, maka
dengan menghisap darah kotor itu, penyakit dapat disembuhkan. Cara pengobatan penghisapan
darah ini dengan membuat insisi dengan pisau, pecahan beling, taring babi pada bagian tubuh yang
sakit. Cara lain dengan meletakkan daun oroh dan kapur pada bagian tubuh yang sakit. Dengan lidah
dan bibir daun tersebut digosok-gosok sampai timbul cairan merah yang dianggap perdarahan.
Pengobatan dengan cara ini khusus pada wanita saja. Prinsip ini sama persis pada masyarakat Jawa
seperti kerok.

4. Pola Pengobatan Injak. Pola injak dikenal oleh suku bangsa yang tinggal disepanjang sungai Tor di
daerah Sarmi. Prinsip dan pengobatan ini menurut Oosterwal adalah bahwa penyakit itu terjadi
karena tubuh kemasukan roh, maka dengan menginjak-injak tubuh si sakit dimulai pada kedua
tungka, dilanjutkan ketubuh sampai akhirnya ke kepala, maka injakan tersebut akan mengeluarkan
roh jahat dari dalam tubuh.

5. Pola Pengobatan Pengurutan. Pola pengurutan dikenal oleh suku bangsa yang tinggal di daerah
selatan Merauke yaitu suku bangsa Asmat, dan selatan kabupaten Jayapura yaitu suku bangsa Towe.
Prinsip dari pola pengobatan ini menurut van Ameisvoort adalah bahwa penyakit itu terjadi karena
tubuh kemasukan roh, maka dengan mengurut seluruh tubuh si sakit, maka akan keluar roh jahat
dari dalam tubuhnya. Orang Asmat menggunakan lendir dari hidung sebagai minyak untuk
pengurutan. Sedangkan pada suku bangsa Towe penyebab penyakit adalah faktor empirik dan
magis. Dengan menggunakan daun-daun yang sudah dipilih, umunya baunya menyengat,dipanaskan
kemudian diurutkan pada tubuh si sakit

6. Pola Pengobatan Ukup. Pola ukup dikenal oleh suku bangsa yang tinggal di selatan kabupaten
Jayapura berbatasan dengan kabupaten Jayawijaya yaitu suku bangsa Towe, Ubrup. Prinsip dari
pengobatan ini adalah bahwa penyakit terjadi karena tubuh kemasukan roh, hilang keseimbangan
tubuh dan jiwa, maka dengan mandi uap dari hasil ramuan daun-daun yang dipanaskan dapat
mengeluarkan roh jahat dan penyebab empirik penyakit.

http://blong.unikom.ac.id/10107147/N6.Transkultural-DALm-keperawatan.html

Anda mungkin juga menyukai