Anda di halaman 1dari 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Betawi merupakan kelompok etnis asli Jakarta. Individu yang beretnis Betawi biasa
menyebut dirinya orang Betawi. Ciri khas orang Betawi adalah pandangan dan pedoman hidup
mereka yang sarat akan pengaruh Islam. Orang Betawi sangat menjaga nilai-nilai agama yang
tercermin dari ajaran orang tua (terutama yang beragama islam) kepada anak-anaknya. Dari segi
sifat, orang Betawi jenaka, blak-blakan, memiliki jiwa sosial yang tinggi dan menghargai
prulalisme. Perilaku ekonominya pun memiliki kekhasan, orang Betawi cukup hidup dengan
mendayagunakan potensi kepemilikan harta benda yang dimiliki. Mereka tidak suka
memaksakan diri dalam mengejar penghasilan, karena yakin bahwa Allah SWT pasti akan
memberikan rizki lagi (Yunus. A, Dkk. 1993).

Kesehatan merupan hal yang sangat penting bagi kita yang masih hidup, tak terkecuali
dalam usia muda tua balita, atau uzur dengan kesehatan banyak hal yang bisa dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari, namun demikian badan yang sehat ada kalanya mengalami ngangguan
kesehatan.

Sehat bisa diartikan, suatu keadaan dimana tubuh pikiran dan perasaan dalam kondisi
segar bugar luar dalam atau jasmani dan rohani secara keseluruhan dalam kondisi itu. Sakit atau
tidak sehat dapat diartikan keadaan tubuh yang kurang seimbang atau bahkan tidak seimbang
yang di tandai engan perubahan-perubahan pada badan dan tingkahlaku seseorang hal yang
berbuhungan dengan mood atau kinerja yang menurun.

Sakit biasanya disebabkan oleh kuman, bakteri, virus, cacing, jamur dan juga karena
dipengaruhi oleh kelelahan fisik atau ketengangan mental yang berlebihan, penyebabnya bisa
bermacam-macam, bisa karena masalah pribadi atau respon-respon yang negative terhadap
lingkungan yang dianggap seuatu permasalahan yang tidak ada jalan keluaranya, dan hal lain
yang berkaitan management berfikir dan pikiran.

Dalam kehidupan masyarakat tradisional sakit pula kerap dihibungkan dengan masalah
gaib. Misalnya berhubungan dengan guna-guna, santet, teluh, dan lain sebgagainnya. Dan
biasanya mereka seringkali menggunakan jasa dukun atau yang tenar dengan sebutan “Orang
pintar” sebagai mediasi untuk kesembuhan penyakitnya.

Bagi orang Betawi sehat dan sakit merupakan hal yang alamiah, oleh karenanya obat
dan berobat bukanlah suatu hal yang sangat istimewa. Sebagaimana masyarakat pada umumnya
Orang Betawi percaya dan yakin bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya. Dan pada dasarnya
obat-obatan telah disediakan oleh alam atau lingkungan tempat kita sehati-hari.

Orang Betawai juga mengenal tenaga pengobatan teradisional yang sudah tidak asing
lagi dengan sebutan dukun. Dukun atau orang pintar masih mendapatkan peran dan fungsi yang
penting dalam beberapa spesifikasinya, seperti Dukun Bayi, Dukun Sembur, Dukun Urat dan lain
sebagainya. Dukun-dukun tersebut biasaya mendapatkan keahlian biasanya tanpa melalui
pendidikan pada umumnya. Mereka medapatkan keahliannya disamping bakat lahir yang
dominan bisa juga dari warisan pendahulu mereka, atau mendapatkan keahlian itu secara tiba-
tiba yang sering disebut dengan sebuah karomah.

Keahlian itu kemudian ditamah dengan pola-pola ritual seperti puasa dan berpantang.
Contohnya pantang memakan suatu jenis makanan seperti garam atau makanan yang berasal
dari mahluk yang bernyawa. Dizaman sekarang dokter dan bidan sudah banyak. Rumah sakit,
Puskesmas, klinik, dan pusat kesehatan lainya pun mudah dijangkau. Meskipun ilmu kedokteran
sudah canggih namun keahlian Dukun atau orang pintar masih tetap dibutuhkan bagi
masyarakat, terutama Dukun patah tulang.

Berdasarkan uraian diatas kita ketahui bahwa mayarakat betawi memiliki pemahan
tersendiri tentang kesehatan. Kelompok kami ingin mencoba mengeksplorasi bagaimana
masyarakat betawi memandang sehat dan sakit, bagaimana prilaku dan praktik masyarakat
betawi mengenai kesehatannya.

B. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui pandangan masyarakat Betawi terhadap kesehatan, kami mencoba
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Persepsi sehat sakit dan etiologi penyakit menurut masyarakat Betawi
2. Prilaku pencarian pelayanan kesehatan pada masyarakat Betawi
3. Prakti budaya dan ayama pada masyarakat Betawi
4. Makanan dalam perspektif budaya Betawi
5. Etnofarmakologi yang ada di masyarakat Betawi

C. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini untuk mengetahui bagaimana pandangan masyarakat
Betawi tentang kesehatan.

D. Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini diharap dapat memberikan ilmu dagi kami sendiri
serta teman-teman khususnya untuk mempelajari tentang bagaimana keragam budayaan
khususnya di masyarakat betawi dalam prilaku serta kebiasaannya berhubungan dengan
kesehatannya.

Anda mungkin juga menyukai