Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ANTROPOLOGI KESEHATAN

KEBIASAAN /KEBUDAYAAN DALAM KELUARAGA TERKAIT

DENGAN PEMAHAMAN TENTANG KONSEP SEHAT SAKIT

DALAM PRAKTIK KEBIDANAN DI MASYARAKAT PESISIR

SUKU JAWA, KECAMATAN MELUHU

KABUPATEN KONAWE, SULAWESI TENGGARA

OLEH

PUTRI HARIYANI HUSNA

POO324021146

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES KENDARI

JURUSAN DIII KEBIDANAN

2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya ,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas
untuk mata kuliah “ANTROPOLOGI KESEHATAN ’’

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak melepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki oleh karena itu,kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahwa kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memotivasi para
pembaca.

KENDARI, 29 OKTOBER 2022

PENULIS

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Sehat, Sakit 2
B. Definisi Pengobatan Tradisional 2
C. Pengobatan Tradisonal Masyarakat Jawa Pada Ruang Lingkup Kebidanan 4
D. Jurnal Antropologi Kesehatan Mengenai Kebidanan Disuku Jawa 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 10
B. saran 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengobatan adalah suatu usaha untuk penyembuhan penyakit. Umumnya


pengobatan ini dilakukan oleh orang yang ahli dalam menanganinya. Pengobatan
sistem modern menyebutnya dengan tenaga medis atau dokter, pengobatan sistem
tradisional dikenal dengan penyembuh atau dukun. 20 Dokter dan penyembuh adalah
dua profesi yang amat dikenal masyarakat. Mengutip Doni Saputra, Setyoningsih
menuliskan bahwa kedua profesi tersebut adalah pekerja-pekerja sosial yang
menyelenggarakan upaya penyembuhan seseorang dari penyakitnya, tetapi dengan
memakai cara-caranya sendiri.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan pengertian Konsep Sehat Sakit
2. Jelaskan pengertian pengobatan tradisional menurut kebudayaan suku Jawa ?.
3. Apa beragam bentuk pengobatan tradisional mengenai kebidanan menurut suku
jawa ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Sehat, Sakit


Sehat dan sakit merupakan kondisi umum yang dihadapi setiap manusia.
Terdapat berbagai pandangan berbeda mengenai kondisi kesehatan seseorang,
pendefinisian, penyebab serta bagaimana menanganinya. Semua ini sangat
dipengaruhi oleh bagaimana orang tersebut memandang dunia.Masyarakat tradisional
dan masyarakat modern, berdasarkan tingkatan perkembangan rasionalitas mereka
cenderung mengartikan semua kondisi ini secara berbeda, bahkan karakter manusia
dapat terbentuk dari keadaan lingkungan sekitarnya. Di satu sisi, saat ini masyarakat
modern pada umumnya berpandangan bahwa penyakit merupakan bagian dari proses
biologis murni bersifat fisik. Di sisi lain masih banyak pula masyarakat yang
berpandangan banyak hal lain yang berpengaruh terhadap kondisi kesehatan
seseorang di luar faktor fisik.

B. Definisi Pengobatan Tradisional


Pengobatan tradisional suatu upaya kesehatan dengan cara yang lain dari ilmu
keokteran. Sedangkan obat tradisional obat yang di buat dari bahan/panduan
bahan-bahan alami bisa diperoleh dari tanaman hewan,atau mineral yang belum
berupa zat murni Pengobatan tradisional merupakan berbagai cara pengobatan
yang berkaitan erat dengan budaya suatu suku bangsa yang mendiami suatu
wilayah tertentu. Pengobatan tradisional berbeda cara dengan ilmu
kedokteran,lebih mengacu kepada keterampilan dan pengalaman turun temurun
sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Menurut WHO,pengertian
dari pengobatan tradisional itu sendiri adalah ilmu dan seni pengobatan
berdasarkan himpunan dari pengetahuan dan pengalaman praktek, baik yang dapat
diterangkan secara ilmiah ataupun tidak. Definisi pengobatan tradisional sendiri
adalah pengobatan yang secara turun temurun digunakan oleh masyarakat untuk
mengobati berbagai macam penyakit tertentu dan dapat diperoleh secara bebas.
Pengobatan merupakan suatu proses menyembuhkan yakni dengan
menggunakan alat bantu. Alat bantu tersebut dapat berupa alat bantu terapi
maupun berupa obat-obatan beserta lainnya, baik dilakukan dengan perlengkapan
medis modern maupun tradisional. Menurut pendapat organisasi kesehatan dunia

2
3

(WHO, 2000), pengertian mengenai pengobatan tradisional sebagai serangkaian


pengetahuan, ketrampilan dan praktik-praktik yang berdasarkan teori, keyakinan
dan pengalaman masyarakat yang mempunyai adat budaya yang berbeda, baik
dijelaskan atau tidak yang digunakan dalam pemeliharaan kesehatan serta dalam
pencegahan diagnosa, perbaikan dan pengobatan penyakit secara fisik dan juga
mental.
Pengobatan berasal dari kata obat mendapat imbuhan pe-N-an membentuk
kata benda. Obat berarti sesuatu yang dipakai untuk penyembuhan
(Poerwadarminta, 1986: 682).Tradisional artinya bersifat turun-temurun
(Poerwadarminta, 1986: 1088), sedangkan Jawa berarti pulau Jawa. Pengobatan
Tradisional Jawa adalah sesuatu (dalam hal ini tumbuhan obat atau herbal) yang
dimanfaatkan untuk penyembuhan yang dilakukan secara turun-temurun oleh
masyarakat Jawa.
Sejak zaman dahulu, yakni zaman kerajaan, gaya hidup sehat sangat
diperhatikan dengan memanfaatkan tanaman obat atau herbal sebagai bahan
perawatan kecantikan, kebugaran, dan pengobatan (Tim Penyusun, 2012: 7).
Lebih lanjut dituliskan bahwa tanaman
Obat atau herbal itu didapatkan berdasarkan kandungan di dalam manuskrip
Jawa, antara lain dari serat primbon (jampi) Jawa (ditulis antara abad ke-18 pada
zaman kerajaan Mataram, masa Hamengku Buwana II) sudah dituliskan berbagai
macam herbal, yakni daun, rimpang, akar, dan kulit kayu dari berbagai tumbuhan
diolah secara tradisional untuk mempertahankan kecantikan dan kebugaran wanita
bangsawan (Tim Penyusun, 2012: 7).

Menurut Widyastuti (2009: 10) dalam penelitiannya terhadap Serat Centhini


dinyatakan bahwa penggunaan tumbuhan obat adalah untuk menjaga kesehatan,
mencegah penyakit. Mengurangi rasa sakit, penyembuhan, dan mempercantik diri.
Adapun pengobatannya melalui bobok, loloh, oser, pupuh, pupuk, rambang, until, dan
diminum. Selain itu, obat tradisional terdiri atas obat atau ramuan obat tradisional dan
cara pengobatan tradisional (Joyosugito, 1985: 115). Obat tradisional adalah obat
yang turun-temurun digunakan oleh masyarakat untuk mengobati beberapa penyakit
tertentudan dapat diperoleh secara bebas. Obat tradisional Indonesia semula
dibedakan ke dalam dua kelompok, yaitu obat tradisional atau jamu dan fitofarmaka.
4

Seiring perkembangan teknologi, kini industri jamu dapat memproduksi jamu dalam
bentuk ekstrak.

Menurut Zulkarnain, dkk. (via Wirajaya, 2009: 3) dalam proses pembuatan


obat tradisional dapat dikelompokkan menjadi riga, yaitu jamu, ekstrak alam, dan
fitofarmaka. Jamu adalah obat tradisioanal yang disediakan secara tradisional,
misalnya dalam bentuk serbuk, seduhan, pil, dan cairan yang berisi bahan tanaman
obat.Salah satu jamu yang terkenal di Nusantara adalah jamu gendhong.

Sebagian besar jamu gendhong itu dimanfaatkan untuk menjaga kebugaran


tubuh.

Joyoseputro (2012: 38) dalam bukunya menuliskan bahwa ada delapan jenis jamu

cair dalam jamu gendhong dengan manfaat yang berbeda-beda. Jenis jamu
cairtersebut adalah jamu beras kencur, kunir asem, sinom, cabe puyang, paitan,
kuncisuruh, kudhi laos, dan uyup-uyup gepyokan.

Berdasarkan penelitian Widyastuti, dkk. (2013), obat tradisional yangdisajikan


dari ekstrak atau penyaringan bahan alam itu berupa tanaman obat,binatang, ataupun
mineral. Pelaksanaan proses pembuatannya membutuhkanperalatan yang lebih
kompleks. Adapun fitofarmaka adalah obat tradisional daribahan alam yang dapat
disejajarkan dengan obat modern karena prosespembuatannya lebih berstandar dan
ditinjau dengan bukti ilmiah, ditunjangdengan uji klinis pada manusia. Lebih lanjut,
diuraikan oleh Widyastuti, dkk. (2013),bahwa pengobatan pada tradisi Jawa yang
terdapat di dalam manuskrip dan primbonbanyak diacu oleh produsen-produsen jamu
dan pengusaha tradisional yangkemudian pada era modern ini dipadukan dengan cara-
cara pengobatan tradisionaldan pembatasan makan.

C. Pengobatan Tradisonal Masyarakat Jawa Pada Ruang Lingkup Kebidanan

Pengobatan tradisional adalah bagian dari kebudayaan masyarakat Indonesia


yang diturunkan dari generasi ke generasi, baik secara lisan maupun tulisan
(Djantik dalam Nisfiyanti, 2012). Obat tradisional biasanya diracik dari tumbuhan.
Obat-obatan tradisional yang terbuat dari tumbuhan tersebut mudah didapat
disekitar tempat tinggal dan secara ekonomi lebih terjangkau bila dibandingkan
5

dengan obat pada pengobatan modern saat ini. Pengobatan tradisional juga
dianggap relatif aman. Berikut adalah bentuk pengobatan tradisional yang di
lakukan masyarakat jawa pada kebidanan :
1. Kehamilan
Kehamilan merupakan penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan
dengan nidasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan
normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan menurut kalender
internasional. Maka, dapat disimpulkan bahwa kehamilan merupakan bertemunya
sel telur dan sperma di dalam atau diluar Rahim dan berakhir dengan keluarnya
bayi dan plasenta melalui jalan lahir.
Untuk pengobatan tradisional suku Tolaki pada masa kehamilan yaitu pergi ke
dukun memeriksa perut atau memijat agar persalinan nanti lancar dan di berikan
air yang sudah di obati atau ditiup-tiup. (
Dalam suku Jawa pada saat kehamilan diusia 7 bulan. Mitoni, dalam tradisi
Jawa, adalah serangkaian upacara siklus hidup. Mitoni sendiri berasal dari kata
‘am’ dan ‘pitu’. ‘Am’ menunjukkan kata kerja, sementara ‘pitu’ berarti tujuh atau
hitungan yang ke tujuh.
Dapat disimpulkan, mitoni adalah upacara yang dilakukan pada hitungan ke 7
bulan kehamilan. Mitoni dilakukan dengan berharap kepada Tuhan Yang Maha
Esa agar kehamilan diberikan kelancaran dan keselamatan hingga persalinan.
Adat istiadat merupakan wujud nyata dari akar budaya masyarakat. Dalam
adat Jawa, terdapat beberapa pantangan bagi ibu hamil yang harus dihindari untuk
menjaga keselamatan janin di dalam kandungan.
Pantangan tersebut dipercaya oleh masyarakat Jawa secara turun-temurun.
Tujuannya baik, yaitu agar janin selalu sehat dan terhindar dari berbagai macam
bahaya.
Mengutip buku Konsep Dasar Keperawatan Anak karya Yupi Supartini
(2004), penerapan adat istiadat turut dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya.
Terkadang, pantangan tersebut juga dikaitkan dengan hal-hal yang berbau mistis.
Pantangan Ibu Hamil Adat Jawa
Pantangan ibu hamil biasanya dibuat dengan pertimbangan tertentu. Sering
kali, pantangan tersebut selaras dengan anjuran-anjuran yang diberikan oleh
dokter kandungan.
6

berikut pantangan ibu hamil adat Jawa yang masih dipercaya sebagian
masyarakat hingga kini :
1. Tidak boleh keluar malam
Menurut tradisi Jawa, ibu hamil tidak boleh keluar malam karena khawatir
banyak roh jahat yang akan mengganggu janinnya. Secara psikis, kondisi mental
ibu hamil sensitif dan mudah takut. Sehingga, mereka memang tidak dianjurkan
untuk bepergian pada malam hari.
Jika dilihat secara medis, ibu hamil tidak dianjurkan untuk keluar malam
terlalu lama, apalagi sampai larut malam. Karena udara malam lebih banyak
didominasi karbondioksida (CO₂) yang tidak baik untuk tubuh.
2. Dilarang melilitkan handuk di leher
Ibu hamil dilarang melilitkan handuk di leher agar anak yang dikandungnya
tidak terlilit tali pusar. Faktanya, tidak ada kaitannya antara handuk di leher
dengan bayi yang ada di rahim. Secara medis, lilitan tali pusar hanya dapat
bereaksi jika gerakan bayi cenderung hiperaktif.
3. Dilarang membunuh binatang
Menurut kepercayaan masyarakat Jawa, ibu hamil dan suaminya dilarang
membunuh binatang. Sebab, tindakan itu dipercaya bisa menimbulkan cacat pada
janin sesuai dengan perbuatannya.
Faktanya, penyebab cacat janin adalah kekurangan gizi, penyakit, keturunan
atau pengaruh radiasi. Sementara itu, kematian janin paling banyak juga
disebabkan karena faktor penyakit, gerakan ekstrim yang dilakukan ibu, dan
faktor psikologis.
4. Tidak boleh minum es
Terlalu banyak minum es dipercaya bisa berpengaruh ke ukuran bayi. Ini bisa
menyebabkan janin membesar atau membeku, sehingga dikhawatirkan akan sulit
keluar.
Sebenarnya, hal yang menyebabkan bayi besar adalah makanan dan minuman
manis yang berlebihan. Minum es tidak dilarang asal dikonsumsi dalam batas
wajar.
5. Tidak boleh makan nanas, pisang ambon, dan durian
Mengonsumsi buah-buahan jenis nanas, pisang ambon, dan durian sebenarnya
tidak menimbulkan pengaruh buruk pada ibu hamil dan janinnya. Dengan catatan,
mengonsumsinya masih dalam batas wajar.
7

Jika berlebihan, konsumsi pisang ambon dapat meningkatkan lendir di vagina


yang mungkin akan mengganggu aktivitas Anda. Sedangkan konsumsi banyak
durian dan nanas bisa menimbulkan panas lambung dan meningkatkan kadar
kolesterol.

2. Bersalin
Persalinan adalah suatu proses dimana seorang wanita melahirkan bayi yang
diawali dengan kontraksi uterus yang teratur dan memuncak pada saat
pengeluaran bayi sampai dengan pengeluaran plasenta dan selaputnya dimana
proses persalinan ini akan berlangsung selama 12 sampai 14 jam (Mayles, 1996).
Dalam budaya Jawa ketika persalinan perut diurut dengan dukunnya agar
kepala si bayi cepat turun, dan posisinya bagus kemudian cepat lahir.

3. Masa Nifas/Pasca Bersalin


Masa nifas adalah masa pemulihan paska persalinan hingga seluruh
organ reproduksi wanita pulih kembali sebelum kehamilan berikutnya.
Masa nifas ini berlangsung sekitar 6-8 minggu paska persalinan.
Perawatan khusus jalan lahir dilakukan dengan senden, penguapan dan
penggunaan batu atau batu hangat. Informan merawat payudara dengan cara
memijat dan membersihkan puting susu sebelum menyusui.
Perawatan masa nifas perspektif budaya jawa yaitu minum air wejahan
yang berguna untuk meningkatkan nafsu makan, kusuk yaitu dapat
mengurangi ketegangan otot – otot dan perawatan payudara yaitu
memperlancar keluarnya air susu ibu serta larangan melakukan hubungan
seksual selama masa nifas dapat mencegah terjadinya perdarahan dan infeksi.
Adapun perawatan yang lain berupa pantangan makan, pantangan aktifitas,
wuwungan, pilisan, tapelan, senden, penguapan, penempelan batu atau abu
hangat serta waktu pemakaian alat kontrasepsi memberikan dampak negatif
terhadap kesehatan ibu dan bayinya.
Tanem ari-ari. Masyarakat Jawa menganggap ari-ari sebagai ‘teman’
bayi semasa dalam kandungan ibu, sehingga ari-ari hendaknya dirawat dengan
cara dikubur agar tidak membusuk. Dari segi kesehatan, memang ari-ari patut
dikubur, karena termasuk bagian tubuh manusia yang dapat mengundang
bakteri penyakit akibat proses pembusukan.
8

Menanam ari-ari dilakukan oleh ayah sang bayi dengan menanam ari-
ari di dalam tanah dekat pintu utama rumah. Setelah ari-ari ditanam, tempat
mengubur ari-ari juga dipagari dan diberi penerangan, biasanya berupa lampu
minyak selama 35 hari.
4. Bayi Baru Lahir
1) Brokohan
Brokohan adalah tradisi Jawa berupa penyambutan kelahiran
bayi yang dilakukan sehari setelah bayi lahir. Brokohan sendiri dalam
bahasa Indonesia berarti ‘mengharapkan berkah’. Dalam acara
brokohan, tetangga dan keluarga besar berkumpul untuk menyambut
kelahiran bayi dengan rasa syukur dan kebahagiaan.

Acara brokohan diisi dengan kenduri atau selamatan dan bancakan yang mana
keduanya bermaksud untuk mendoakan keselamatan bayi. Baik tetangga
maupun keluarga besar, biasanya akan membawa buah tangan untuk keluarga
bayi, misalnya berupa perlengkapan bayi.
2) Sepasaran
Upacara sepasaran dilakukan tepatnya 5 hari setelah kelahiran
bayi. Dalam acara sepasaran, diadakan kenduri atau selamatan, dimana
tetangga dan keluarga bersama-sama mendoakan bayi yang baru lahir.

Kenduri dalam sepasaran pada dasarnya dilakukan untuk


memohon keselamatan bayi agar bayi kelak dapat hidup lancar dalam
segala hal. Sepasaran biasanya juga diikuti dengan pengumuman nama
bayi dan aqiqahan, dimana upacara menjadi semakin meriah. Namun,
hal ini tidak selalu berlaku dan bergantung pada orangtua bayi yang
mengadakan acara.
3) Jagongan Bayi
Tradisi jagongan bayi diadakan sebagai bentuk perhatian
tetangga terhadap bayi yang baru lahir dengan cara begadang ‘menjaga
bayi’. Jagongan bayi dilakukan pada sepasaran bayi, yaitu selama 5-6
hari setelah kelahiran bayi, tergantung permintaan orangtua bayi. Saat
ini jagongan bayi dilakukan mulai sehabis maghrib ataupun isya'
hingga jam 10 malam ataupun jam 12 malam.
9

Biasanya sesepuh dan tetangga-tetangga di sekitar lingkungan bayi


akan datang untuk ‘menjaga bayi’ dan memberikan petuah-petuah,
perkataan baik, ataupun menyanyikan tembang Jawa. Acara jagongan
bayi juga diisi dengan permainan kartu ataupun catur yang bermaksud
untuk mempererat tali silaturahmi antar tetangga.
4) Selapanan
Selapanan diadakan ketika bayi genap berumur ‘selapan’ atau
35 hari. Dalam upacara selapanan, terdapat rangkaian acara berupa
kenduri, pemangkasan rambut bayi hingga gundul, dan pemotongan
kuku bayi.

Adapun kenduri kelahiran bermaksud untuk mendoakan bayi agar


tumbuh sehat dan dilimpahkan kebaikan. Sementara, pemangkasan
rambut bayi hingga gundul dimaksudkan untuk menjaga kebersihan
bayi agar bayi tumbuh sehat

D. Jurnal Antropologi Kesehatan Mengenai Kebidanan Disuku Jawa

Wanita Jawa di Indonesia mempunyai kepercayaan yang berbeda-beda pada


masa kehamilan dan pasca persalinan. Kepercayaan itu dianut karena mereka
dipengaruhi budaya yang berasal orang tua mereka. Perilaku yang muncul terkait
dengan masa kehamilan terkadang bertentangan dengan kesehatan, meskipun banyak
juga perilaku yang baik untuk kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kepercayaan wanita jawa tentang perilaku atau kebiasaan yang dianjurkan dan
dilarang selama masa kehamilan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan wawancara mendalam dan pendekatan fenomenologi. Sampel berjumlah 4
orang wanita yang sudah pernah hamil dan melahirkan. Penelitian ini terdapat empat
kategori yaitu

Kesimpulan. Perawat harus dapat memberikan dukungan perilaku atau kebiasaan


yang tidak bertentangan dengan kesehatan, dan perawat harus mencegah perilaku atau
kebiasaan yang bertentangan dengan kesehatan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengobatan tradisional suatu upaya kesehatan dengan cara yang lain dari ilmu
keokteran. Sedangkan obat tradisional obat yang di buat dari bahan/panduan bahan-
bahan alami bisa diperoleh dari tanaman hewan,atau mineral yang belum berupa zat
murni Pengobatan tradisional merupakan berbagai cara pengobatan yang berkaitan
erat dengan budaya suatu suku bangsa yang mendiami suatu wilayah tertentu.
Pengobatan tradisional berbeda cara dengan ilmu kedokteran,lebih mengacu kepada
keterampilan dan pengalaman turun temurun sesuai dengan norma yang berlaku
dalam masyarakat.
Pengobatan berasal dari kata obat mendapat imbuhan pe-N-an membentuk
kata benda. Obat berarti sesuatu yang dipakai untuk penyembuhan (Poerwadarminta,
1986: 682).Tradisional artinya bersifat turun-temurun (Poerwadarminta, 1986: 1088),
sedangkan Jawa berarti pulau Jawa. Pengobatan Tradisional Jawa adalah sesuatu
(dalam hal ini tumbuhan obat atau herbal) yang dimanfaatkan untuk penyembuhan
yang dilakukan secara turun-temurun oleh masyarakat Jawa.

B. Saran
Dari di buatnya makalah ini saya sebagai manusia biasa mungkin ada
kesalahan dari segi apapun dalam proses pembuatan makalah ini, maka dari itu kami
memohon untuk di berikan kritik ataupun saran yang membangun agar kedepannya
dalam proses pembuatan makalah dapat lebih baik lagi.

10

Anda mungkin juga menyukai