Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH SOSIO ANTROPOLOGI

SISTEM MEDIS TRADISIOANAL DAN MODERN

Disusun Oleh:

Risky Maulidi (22181080)

Sadri Lafiska (22181049)

Dosen Pengampu: Ambia Nurdin,SKM,S.Pd,M.Pd,M.kes

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ABULYATAMA

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwataa’la karena


dengan Rahmat, Karunia,serta Taufik dan Hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang “Sistem Medis Tradisional Dan Modern Penulis
berterima kasih kepada Bapak Ambia Nurdin SKM, S. Pd, M. Pd, M.Kes
dosenmata kuliah Sosio Antropologi Kesehatan yang telah memberikan tugas ini.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai materi ini.

Penulis juga menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan


dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu , penulis berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penulis buat dimasa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
penulis sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan, dan memohon
kritik dan saran yang membangun.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………….i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………ii

BAB 1. PENDAHULUAN………………………………………………..1

1.1.Latar Belakang…………………………………………………1

1.2.Tujuan………………………………………………………….2

BAB II SISTEM MEDIS TRADISIOANAL DAN MODERN ……………3

2.1.pengertian sistem medis trdisional……………………………3

2.2. . Metode Sistem Medis Tradisional Dan Modern……………5

2.3. Unsur Unsur Sistem-siatem Medis…………………………..6

2.4. Faktor Pemilihan Pengobatan Modern Dan Tradisional……..9


BAB III. PENUTUP…………………………………………………………11

3.1.Kesimpulan……………………………………………………11

3.1.Saran……………………………………………………………11

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sistem pengobatan modern telah berkembang pesat di masa sekarang ini
dan telah menyentuh hampir semua lapisan masyarakat seiring dengan majunya
ilmu pengetahuan, teknologi, kedokteran, farmasi, dan sebagainya. Dalam
kenyataannya pada saat ini, perkembangan praktik-praktik pengobatan medis
modern baik yang dikelola oleh lembaga pemerintah maupun swasta selalu
diiringi dengan perkembangan praktik-praktik pengobatan tradisional. Hal
tersebut ditunjukkan dengan adanya pengobatan tradisional yang masih tetap
hidup dan menjadi model pengobatan alternatif dalam masyarakat.

Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa health care merupakan salah


satu fenomena sosial budaya yang kompleks yang melibatkan banyak faktor
didalam kehidupan masyarakat secara umum dan khusus (Kasniyah,1997:71).
Sebagaimana ditunjukkan dalam masyarakat Jawa, kuatnya budaya mistis atau
magis yang bercampur dengan kehidupan modern mengarahkan kecenderungan
untuk memilih dan menggunakan sistem pengobatan tradisional sebagai alternatif
sistem pengobatan modern yang ada di klinik- klinik kesehatan, puskesmas dan
rumah sakit.Perlu dipahami, sistem pengobatan tradisional ini disebut sebagai
sistem pengobatan alternatif baik itu dari sisi orang/ pelaku praktik pengobatan,
ilmunya, obatnya maupun juga dari segi biayanya yang biasanya lebih murah
dibanding cara-cara pengobatan modern. Secara khusus, mahalnya biaya
penyembuhan penyakit secara medis mendorong masyarakat untuk berbondong-
bondong menuju berbagai tempat pengobatan tradisional.

Tradisi pengobatan suatu masyarakat tidak lepas dari kaitan budaya


setempat. Setiap daerah memiliki jenis pengobatan alternatif yang memiliki
keunikan dan kekhas tersendiri, karena pengobatan tradisional dapat diperoleh
dari hasil belajar dan pengalaman sebagai warisan budaya yang bersifat turun
temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Atik Sri dalam Agoes (1996:4)
menyatakan bangsa Indonesia sejak dulu hingga sekarang sekalipun sudah
mengenal obat-obatan yang diolah dari laboratorium modern, tetap percaya bahwa
resep pengobatan tradisional peninggalan nenek moyang masih tetap mujarab,
manjur khasiatnya dan murah harganya untuk menjaga kesehatan agar kondisi
tetap prima.

1.2.Tujuan

1. untuk mengetahui bagaimana sistem medis tradisional dan modern

2. untuk mengetahui metode sitem medis tradisional dan modern


BAB II
SISTEM MEDIS TRADISIOANAL DAN MODERN

2.1. Pengertian Sistem medis tradisional

Sistem medis tradisional sudah berkembang di Indonesia sudah cukup


lama. Sekalipun pelayanan kesehatan moderen telah berkembang di Indonesia,
namun jumlah masyarakat yang memanfaatkan pengobatan tradisional tetap
tinggi. Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2001 ditemukan sekitar 57,7%
penduduk Indonesia melakukan pengobatan sendiri, sekitar 31,7% menggunakan
obat tradisional serta sekitar 9,8% menggunakan cara pengobatan.

Adapun yang dimaksud dengan pengobatan tradisional disini adalah cara


pengobatan atau perawatan yang diselenggarakan dengan cara lain diluar ilmu
kedokteran atau ilmu keperawatan yang lazim dikenal, mengacu kepada
pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang diperoleh secara turun temurun,
atau berguru melalui pendidikan, baik asli maupun yang berasal dari luar
Indonesia, dan diterapkan sesuai norma yang berlaku dalam masyarakat (UU No
23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). 

Banyak faktor yang berperan, kenapa pemanfatan pengobatan tradisional


masih tinggi di Indonesia. Beberapa diantaranya yang dipandang penting adalah:
1. Pengobatan tradisional merupakan bagian dari sosial budaya masyarakat.

2. Tingkat pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan latar belakang budaya


masyarakat menguntungkan pengobatan tradisional.

3. Terbatasnya akses dan keterjangkauan pelayanan kesehatan moderen.


4. Keterbatasan dan kegagalan pengobatan modern dalam mengatasi beberapa
penyakit tertentu.
5. Meningkatnya minat masyarakat terhadap pemanfaatan bahan-bahan (obat)
yang berasal dari alam (back to nature).
6. Meningkatnya minat profesi kesehatan mempelajari pengobatan tradisional.
7. Meningkatnya modernisasi pengobatan tradisional.
8. Meningkatnya publikasi dan promosi pengobatan tradisional.
9. Meningkatnya globalisasi pelayanan kesehatan tradisional.
10. Meningkatnya minat mendirikan sarana dan menyelenggarakan pelayanan
kesehatan tradisional. 
Pengobatan alternatif adalah cara pengobatan atau perawatan yang
diselenggarakan dengan cara lain di luar ilmu kedokteran dan atau ilmu
keperawatan yang lazim dikenal, mengacu kepada pengetahuan, pengalaman, dan
keterampilan yang diperoleh secara turun-temurun atau berguru melalui
pendidikan, baik asli maupun dari luar Indonesia. Pengobatan alternatif bisa
dilakukan dengan menggunakan obat-obat tradisional, yaitu bahan atau ramuan
bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik), atau
campuran dari bahan-bahan tersebut yang turun-temurun telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman. Pengobatan alternatif merupakan bentuk
pelayanan pengobatan yang menggunakan cara, alat atau bahan yang tidak
termasuk dalam standar pengobatan kedokteran moderen (pelayanan kedoteran
standar) dan digunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran
moderen tersebut. 

Berbagai istilah telah digunakan untuk cara pengobatan yang berkembang


di tengah masyarakat. WHO (1974) menyebut sebagai “traditional medicine” atau
pengobatan tradisional. Para ilmuwan lebih menyukai “traditional healding”. 

Adapula yang menyebutkan “alternatif medicine”. Ada juga yang


menyebutkan dengan folk medicine, ethno medicine, indigenous medicine
(Agoes, 1992). Dalam sehari-hari kita menyebutnya “pengobatan dukun”. Untuk
memudahkan penyebutan maka dalam hal ini lebih baik digunakan istilah
pengobatan alternatif, karena dengan istilah ini apat ditarik garis tegas perbedaan
antara pengobatan moderen dengan pengobatan di luarnya dan juga dapat
merangkum sistem-sistem pengobatan oriental (timur) seperti pengobatan
tradisional atau sistem penyembuhan yang berakar dari budaya turun temurun
yang khas satu etnis (etno medicine). Pengobatan alternatif sendiri mencakup
seluruh pengobatan tradisional dan pengobatan alternatif adalah pengobatan
tradisional yang telah diakui oleh pemerintah. 

Pengobatan yang banyak dijumpai adalah pengobatan alternatif yang


berlatar belakang akar budaya tradisi suku bangsa maupun agama. Pengobat
(curer) ataupun penyembuh (healer) dari jasa pengobatan maupun penyembuhan
tersebut sering disebut tabib atau dukun. Pengobatan maupun diagnosa yang
dilakukan tabib atau dukun tersebut selalu identik dengan campur tangan kekuatan
gaib ataupun yang memadukan antara kekuata rasio dan batin. 

Salah satu ciri pengobatan alternatif adalah penggunaan doa ataupun


bacaan-bacaan. Doa atau bacaan dapat menjadi unsure penyembuh utama ketika
dijadikan terapi tunggal dalam penyembuhan.Selain doa ada juga ciri yang lain
yaitu adanya pantanganpantangan. Pantangan berarti suatu aturan-aturan yang
harus dijalankan oleh pasien. Pantangan-pantangan tersebut harus dipatuhi demi
kelancaran proses pengobatan, agar penyembuhan dapat selesai dengan cepat.
Dimana pantanganpantangan tersebut sesuai dengan penyakit yang diderita
pasien. Seperti misalnya penyakit patah tulang maupun terkilir, biasanya dilarang
unutk mengkonsumsi minum es dan kacang-kacangan. Makanan-makanan
tersebut menurutnya dapat mengganggu aliran syaraf-syaraf yang akan
disembuhkan.

2.2. Metode Sistem Medis Tradisional Dan Modern

1.Metode Pengobatan Modern


Metode pengobatan modeen berdasarkan pada pengetahuan, bukti klinis dan
pengkajian ilmiah yang mendalam, sedangkan Metode pengobatan tradisional
berdasarkan pada kebiasaan turun temurun yang telah ada lebih lama dari pada
pengobatan modern dan mereka adalah bagian penting dari sejarah. Harus diingat
bahwa setiap kategori perawatan kesehatan memiliki keunggulan masing-masing

dan keterbatasan tertentu dan tidak ada satu jenis pengobatan pun memiliki semua
jawaban terhadap semua penyakit.

  Perbedaan yang paling mendasar antara pengobatan modern dan


pengobatan tradisional terletak pada cara mereka mengobati dan memahami suatu
penyakit. Pengobatan medis memandang penyakit hanya sebagai suatu  kondisi
biologis yang ditandai dengan kelainan pada fungsi atau struktur organ-organ
tertentu atau seluruh sistem organ. Sedangkan pengobatan alternative atau
pengobatan tradisional menganggap penyakit lebih dari itu selain biologis mereka
juga melibatkan aspek spiritual, psikologis dan sosial tertentu dari orang yang
terkena. Ini yang kadang-kadang sering diabaikan oleh pengobatan modern.

2.Metode Pengobatan Tradisional

Pengobatan tradisional adalah metode pengobatan yang digunakan dalam


berbagai masyarakat sejak zaman dahulu yang diturunkan dan dikembangkan
secara bertahap dari generasi kegenarasi berdasarkan tingkat pemahaman manusia
terhadap pengetahuan dari masa ke masa. Pengobatan tradisional atau obat
tradisional juga kadang-kadang disebut sebagai obat rakyat, obat herbal dan
sebagainya. Praktek yang paling umum dari obat tradisional termasuk pengobatan
tradisional Afrika, akupunktur, pengobatan tradisional Korea, pengobatan
tradisional Cina, pengobatan Islam, obat Siddha, Ayurveda dan jamu.

Sebagian wilayah tertentu di dunia, terutama di Afrika dan Asia di mana


80 persen dari penduduk masih mengandalkan praktik pengobatan tradisional
untuk sebagian besar kebutuhan kesehatan primer mereka. Obat tradisional juga
digunakan dalam peradaban Barat, tetapi kadang-kadang dapat menyebabkan
bahaya kesehatan tertentu jika tidak digunakan dengan tepat.

2.3. Unsur Unsur Sistem-siatem Medis

1.Sistem Medis Merupakan Integral dari Kebudayaan-Kebudayaan


Di sini dikatakan bahwa sistem medis berkaitan dengan keseluruhan pola-
pola kebudayaan. Sebagai contoh, kepercayaan terhadap penyakit pada banyak
masyarakat sangat terjalin erat dengan magis dan religi, di mana sebagian
masyarakat masih mempercayai mitos dan makhluk-makhluk lain yang
mendatangkan penyakit, serta adanya pantangan-pantangan yang didapat dari
sesepuhnya.
Masyarakat menganggap bahwa sakit adalah keadaan individu mengalami
serangkaian gangguan fisik yang menimbulkan rasa tidak nyaman. Anak yang
sakit ditandai dengan tingkah laku rewel, sering menangis, dan tidak nafsu
makan. Orang dewasa dianggap sakit jika lesu, tidak dapat bekerja, kehilangan
nafsu makan, atau "kantong kering" (tidak punya uang). Selanjutnya masyarakat
menggolongkan penyebab sakit ke dalam tiga bagian yaitu :
a.       Karena pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh manusia.
b.      Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin.
c.       Supranatural (roh, guna-guna, setan dan lain-lain).
Untuk mengobati sakit yang termasuk dalam golongan pertama dan kedua, dapat
digunakan obat-obatan, ramuan-ramuan, pijat, kerok, pantangan makan, dan
bantuan tenaga kesehatan. Untuk penyebab sakit yang ketiga harus dimintakan
bantuan dukun, kyai dan lain-lain. Dengan demikian upaya penanggulangannya
tergantung kepada kepercayaan mereka terhadap penyebab sakit.
 
2. Penyakit Ditentukan oleh Kebudayaan
     Dari pandangan budaya, penyakit adalah pengakuan sosial bahwa seseorang itu
tidak bisa menjalankan peran normalnya secara wajar dan harus dilakukan sesuatu
terhadap kondisi tersebut. Dengan kata lain, harus dibedakan antara penyakit
(disease) sebagai suatu konsep patologi, dan penyakit (illness) sebagai suatu
konsep kebudayaan.
     Illness adalah penyakit yang dianggap sebagai suatu konsep kebudayaan atau
dapat dikategorikan konsep penyebab sakit personalistik dimana dianggap
munculnya penyakit disebabkan oleh intervensi suatu aagen aktif yang dapat
berupa makhluk atau bukan manusia.
     Sedangkan disease adalah penyakit yang dianggap sebagai suatu konsep
patologi atau dapat dikategorikan konsep penyebab sakit naturalistik yaitu
seseorang menderita sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah makan),
kebiasaan hidup, ketidakseimbangan dalam tubuh, termasuk juga kepercayaan
panas dingin seperti masuk angin dan penyakit bawaan.
     Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah yang
satu dengan daerah yang lain, tergantung dari kebudayaan yang ada dan
berkembang dalam masyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang
berlainan dengan ilmu kesehatan sampai saat ini masih ada di masyarakat; dapat
turun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan bahkan dapat berkembang
luas.
     Berikut ini contoh persepsi masyarakat tentang penyakit malaria, yang saat ini
masih ada di beberapa daerah pedesaan di Papua (Irian Jaya). Makanan pokok
penduduk Papua adalah sagu yang tumbuh di daerah rawa -rawa. Selain rawa-
rawa, tidak jauh dari mereka tinggal terdapat hutan lebat. Penduduk desa tersebut
beranggapan bahwa hutan itu milik penguasa gaib yang dapat menghukum setiap
orang yang melanggar ketentuannya.Pelanggaran dapat berupa menebang,
membabat hutan untuk tanah pertanian, dan lain-lain akan diganjar hukuman
berupa penyakit dengan gejala demam tinggi, menggigil, dan muntah. Penyakit
tersebut dapat sembuh dengan cara minta ampun kepada penguasa hutan,
kemudian memetik daun dari pohon tertentu, dibuat ramuan untuk di minum dan
dioleskan ke seluruh tubuh penderita. Dalam beberapa hari
penderita akansembuh. Persepsi masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan
ditentukan dari penuturan sederhana dan mudah secara turun temurun. Misalnya
penyakit akibat kutukan Allah, makhluk gaib, roh-roh jahat, udara busuk, tanaman
berbisa, binatang, dan sebagainya.Pada sebagian penduduk Pulau Jawa, dulu
penderita demam sangat tinggi diobati dengan cara menyiram air di malam
hari. Air yang telah diberi ramuan dan jampi–jampi oleh dukun dan pemuka
masyarakat yang disegani digunakan sebagai obat malaria.

3.Sistem Medis Memiliki Segi-segi Pencegahan dan Pengobatan


     Segi-segi pencegahan umumnya dilakukan dengan upaya preventif dari
tindakan individu itu sendiri, dan tindakan ini merupakan tingkah laku individu
yang secara logis mengikuti konsep tentang penyebab sakit, menjelaskan mengapa
orang jatuh sakit, dan tentang apa yang harus dilakukan untuk menghindari
penyakit itu. Apabila penduduk percaya bahwa penyakit terjadi karena dikirim
oleh dewa-dewa atau leluhur yang marah untuk menghukum suatu dosa, maka
prosedur untuk melakukan upaya preventifnya adalah dengan pengakuan dosa.
     Contoh nyata dalam masyarakat di beberapa daerah, yaitu penyakit kejang-
kejang di mana masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa sakit panas dan
kejang-kejang disebabkan oleh hantu. Di Sukabumi disebut hantu gegep,
sedangkan di Sumatra Barat disebabkan hantu jahat. Di Indramayu pengobatannya
adalah dengan dengan pergi ke dukun atau memasukkan bayi ke bawah tempat
tidur yang ditutupi jaring.

2.4.Faktor Pemilihan Pengobatan Modern Dan Tradisional

Pengobatan alternatif meru-pakan salah satu cara penyem-buhan yang


dianggap sebagai hal yang biasa di masyarakat Amungme. Memang ada masya-
rakat yang pernah coba sekurang-kurangnya satu kali dan ada yang belum pernah
sama sekali, akan tetapi sudah tahu dari orang lain yang pernah. Kepopuleran
pengobatan tertentu tergantung pada bermacam-macam faktor. Faktor-faktor ini
berdasarkan alasan-alasan mengapa seseorang me-milih atau tidak memilih suatu
jenis pengobatan. Faktor-faktor ter-sebut adalah pengaruh ekonomi, kepercayaan
dan budaya, sosial dan demografis, agama, geografi dan pribadi.Penyuluhan
tersebut diharapkan akan memberikan pengetahuan yang baik kepada masya-rakat
sehingga dapat merubah perilaku masyarakat yang dianggap tidak sehat menjadi
tertarik untuk menerapkan perilaku sehat secara modern.
Sebagian besar masyarakat mengatakan pengobatan alternatif lebih aman
dari pengobatan medis serta faktor pendidikan juga berpengaruh di mana
masyarakat Distrik Alama memiliki pengetahuan rendah yang mempe-ngaruhi
persepsi dan sikap masyarakat. Pendidikan berpengaruh terhadap sikap seseorang
yang memiliki pengetahuan baik akan bersikap baik pula. Persepsi-persepsi
masyarakat terhadap pengobatan tradisional antara lain berupa anggapan
masyarakat bahwa pengobatan tradisonal sering bertentangan dengan keyakinan
agama, kurang berkhasiat, tidak ilmiah dan sebagainya akan berdampak pada
sikap yang tidak mendukung atau negatif terhadap penggunaan pengobatan
tradesional

oleh masyarakat. Sedangkan anggapan-anggapan yang positif, misalnya


pengobatan tradisonalterbukti berkhasiat di kalangan masyarakat umum yang
lebih murah dan efisien. Masyarakat lebih banyak menggunakan obat tradisional
secara turun temurun karena diwariskan oleh orang tua mereka, maka persepsi
tersebut membentuk sikap positif pada diri masyarakat, yaitu mereka memiliki
kecenderungan menggunakan pengobatan alternatif tersebut.
BAB III

PENUTUP

3.1.Kempulan
1. Dalam kehidupan, kesehatan merupakan aspek penting yang harus di
perhatikan. Karena itu setiap manusia akan berusaha untuk menjaga kesehatannya
dengan cara modern maupun dengan cara tradisional. Didalam perawatan
kesehatan ada kalanya dilakukan dengan cara modern dan tradisional secara
berdampingan. Pengobatan tradisional tersebut di anggap tidak memiliki efek
samping yang merugikan kesehatan karena dibuat dari bahan-bahan alami,
dibandingkan dengan pengobatan modern yang dibuat dari bahan-bahan kimia.

2. Pengobatan tradisional merupakan hasil dari suatu kebudayaan yang dimiliki


setiap suku bangsa yang telah diwariskan secara turun temurun dari satu generasi
ke generasi berikutnya. Pengobatan yang ada pada setiap masyaraklat Batak Toba
sering disebut dengan dampol tongosan. Dampol tongosan merupakan salah satu
jenis pengobatan tradisional Batak Toba yang diwariskan oleh nenek moyang
secara turun temurun.Dalam pengobatan tradisional Memiliki berbagai jenis obat-
obatan yang dapat kita jumpai dengan mudah. Dampol tongosan merupakan
pengobatan tradisional yang sistem dan cara pengobatannya dilakukan dari jarak.

3.2. Saran
1.Diharapkan kepada masyarakat agar kiranya tidak hanya terfokus untuk berobat
dengan cara tradisional yakni dengan memanfaatkan tanaman obat. Akan tetapi
alangkah baiknya jika masyarakat lebih memanfaatkan tenaga-tenaga kesehatan
seperti dokter untuk mendeteksi penyakit apa yang di derita sehingga dapat
mempermudah proses pengobatan, walaupun penggunaan tanaman obat ini sudah
terbukti khasiat dan manfaatnya, melalui dokter kita akan mampu mengetahui
bahaya atau tidak tanaman yang digunakan. Hal ini dapat dilakukan agar
masyarakat tidak akan meraba-raba dan ragu dalam pemilihan tanaman obat yang
akan di jadikan bahan untuk di ramu.

2.Sangat tepat jika masyarakat menggunakan tanaman obat sebagai bahan


pertolongan pertama dalam penanganan kesehatan. Karena dinas kesehatan telah
menyarankan agar kiranya masyarakat dapat melakukan pertolongan pertama
dalam penanganan penyakit dengan memanfaatkan TOGA ( tanaman obat
keluarga). Oleh karenanya dihapkan kepada pemerintah Desa ataupun Pemerintah
daerah agar kiranya pemanfaatan tanaman obat ini dapat disorot dan disediakan
sarana dan prasarana untuk meramu sehinnga pemanfaatan tanaman obat ini akan
mendapat sorotan dari masyarakat luas sebagai hasil karya ramuan obat.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson,Foster.2009.Antropologi Kesehatan. Jakarta: UI Press

Daldiyono .2006.Bagaimana Dokter berpikir dan Bekerja. Jakarta: PT Gramedi

Pustaka Utama

Gordon,F.Neil.2000.Stroke:Panduan Latihan Lengkap, The Cooper Clinic and

Research

Institute Fitness Series. Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada

Hadibroto, Iwan dan Syamsir Alam.2006.Seluk Beluk Pengobatan Alterantif Dan

Komplementer. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer

Herdiansyah, Haris M.Si.2013.Wawancara, Observasi, dan Focus Groups Sebagai

Instrumen

Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Koenjaraningrat.2009.Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

Moleong, Lexy J.2013.Metodologi Penelitian Kualtatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Sudarma, Momon.2012.Sosiologi Untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika


Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai