FAKULTAS KEPERAWATAN
2019
DAFTAR ISI
Cover
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
BAB II........................................................................................................................................ 4
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 4
BAB III .................................................................................................................................... 17
KERANGKA KONSEP........................................................................................................... 17
BAB V ..................................................................................................................................... 22
ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................................................. 22
BAB VI .................................................................................................................................... 73
PENUTUP................................................................................................................................ 73
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengobatan komplementer merupakan suatu fenomena yang muncul saat ini diantara
banyaknya fenomena-fenomena pengobatan non konvensional yang lain, seperti pengobatan
dengan ramuan atau terapi herbal, akupunktur, dan bekam. Definisi CAM (Complementary and
Alternative Madacine) suatu bentuk penyembuhan yang bersumber pada berbagai system,
modalitas dan praktek kesehatan yang didukung oleh teori dan kepercayaan.
Masyarakat luas saat ini mulai beralih dari pengobatan modern (Medis) ke pengobatan
komplementer, meskipun pengobatan modern juga sangat popular di perbincangkan di kalangan
masyarakat, sebagai contoh banyak masyarakat yang memilih mengobatkan keluarga mereka
yang patah tulang ke pelayanan non medis (sangkal putung) dari pada mengobatkan ke Rumah
Sakit ahli tulang. Sakit adalah suatu alasan yang paling umum untuk mencari pengobatan demi
memperoleh kesembuhan. Hal ini dibuktikan di salah satu Negara modern (Israel), dimana dalam
subuah penelitian tentang penggunaan klinik pengobatan komplementer untuk pengobatan nyeri.
Di negara tersebut ada 39% terlihat warga yang mengunjungi klinik pengobatan komplementer,
69 pasien (46,6%) dengan nyeri punggung, nyeri lutut 65 (43,9%), dan 28 (32,4%) lainnya nyeri
tungkai (Peleg, 2011).
Menurut World Health Organization (WHO, 2003) dalam Lusiana (2006), Negara-negara di
Afrika, Asia, dan Amerika Latin menggunakan obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer
yang mereka terima. Bahkan di Afrika sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat herbal
untuk pengobatan primer (WHO, 2003). Bahkan (WHO) merekomendasikan penggunaan obat
tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan, dan
pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit degenerative, dan kanker. WHO
juga mendukung upaya-upaya dalam peningkatan keamanan dan khasiat dari obat tradisional.
Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2005, terdapat 75 –80% dari seluruh
penduduk dunia pernah menjalani pengobatan non-konvensional. Beberapa rumah sakit di
Indonesia, pengobatan komplementer ini sudah mulai diterapkan sebagai terapi penunjang atau
1
sebagai terapi pengganti bagi pasien yang menolak pengobatan konvensional. Terapi
komplementer dapat dilakukan atas permintaan pasien sendiri ataupun atas rujukan dokter.
Diharapkan dengan penggabungan pengobatan konvensional komplementer bisa didapatkan hasil
terapi yang lebih baik. Di Indonesia, Rumah Sakit Kanker “Dharmais“ Jakarta merupakan salah
satu dari 12 rumah sakit yang telah ditunjuk oleh Departemen Kesehatan untuk melaksanakan
dan mengembangkan pengobatan komplementer ini dan 12 rumah sakit lainnya adalah Rumah
Sakit Persahabatan Jakarta, Rumah Sakit Dokter Soetomo Surabaya, Rumah Sakit Kandou
Manado, RSUP Sanglah Denpasar, RSUP Dr. Wahidin Sudiro Husodo Makassar, RS TNI AL
Mintoharjo Jakarta, RSUD Dr. Pringadi Medan, RSUD Saiful Anwar Malang, RS Orthopedi
Prof. Dr. R. Soeharso Solo, RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, RSUP Dr. Suraji Tirtonegoro Klaten
(Kemenkes, 2011). Daerah Sukoharjo terdapat banyak pengobatan komplementer dan yang
masuk sebagai sarana pelayanan pengobatan swasta. Data yang tercatat di Dinas Kesehatan
Sukoharjo dalam satu tahun terahir ada 94 pengobatan komplementer dan tradisional, diantara 12
kecamatan di Sukoharjo ada beberapa kecamatan yang banyak terdapat pelayanan pengobatan
tradisional dan komplementer yaitu Kecamatan Grogol ada 15 pengobatan dan Kecamatan
Kartasura ada 10 pengobatan. Dari hasil wawancara pada 10 masyarakat 3 diantaranya
mengatakan takut dengan pengobatan komplementer, 5 orang memilih pengobatan
komplementer dan 2 orang lainnya melakukan pengobatan komplementer dan medis. Data inilah
yang menyebabkan penulis memilih Kecamatan Grogol sebagai tempat penelitian.Diantara
banyaknya masyarakat yang memilih menggunakan pengobatan komplementer saat ini, ada
beberapa alasan yang menyebabkan mereka takut untuk menggunakan pengobatan komplementer
ialah pengalaman berobat di kedokteran yang tidak kunjung sembuh, banyaknya pengobatan
modern yang gagal, pengobatan komplementer lebih murah dibandingkan dengan pengobatan
modern. Kepercayaan terhadap pengobatan komplementer bahkan budaya juga dapat
mempengaruhi anggapan tersebut.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Terapi Komplementer
A. Definisi
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam pengobatan
modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam pengobatan modern
(Andrews et al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang
menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan (Crips & Taylor, 2001). Terapi
komplementer jugam ada yang menyebutnya dengan pengobatan holistik. Pendapat ini didasari
oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan
individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith et al.,
2004).
Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer dan alternatif sebagai sebuah domain
luas dalam sumber daya pengobatan yang meliputi sistem kesehatan, modalitas, praktik dan
ditandai dengan teori dan keyakinan, dengan cara berbeda dari sistem pelayanan kesehatan yang
umum di masyarakat atau budaya yang ada (Complementary and alternative medicine/CAM
Research Methodology Conference, 1997 dalam Snyder & Lindquis, 2002). Terapi
komplementer dan alternatif termasuk didalamnya seluruh praktik dan ide yang didefinisikan
oleh pengguna sebagai pencegahan atau pengobatan penyakit atau promosi kesehatan dan
kesejahteraan. Definisi tersebut menunjukkan terapi komplemeter sebagai pengembangan terapi
tradisional dan ada yang diintegrasikan dengan terapi modern yang mempengaruhi keharmonisan
individu dari aspek biologis, psikologis, dan spiritual. Hasil terapi yang telah terintegrasi tersebut
ada yang telah lulus uji klinis sehingga sudah disamakan dengan obat modern. Kondisi ini sesuai
dengan prinsip keperawatan yang memandang manusia sebagai makhluk yang holistik (bio,
psiko, sosial, dan spiritual). Prinsip holistik pada keperawatan ini perlu didukung kemampuan
perawat dalam menguasai berbagai bentuk terapi keperawatan termasuk terapi komplementer.
Penerapan terapi komplementer pada keperawatan perlu mengacu kembali pada teori-teori yang
mendasari praktik keperawatan. Misalnya teori Rogers yang memandang manusia sebagai sistem
terbuka, kompleks, mempunyai berbagai dimensi dan energi. Teori ini dapat mengembangkan
pengobatan tradisional yang menggunakan energi misalnya tai chi, chikung, dan reiki.
4
Teori keperawatan yang ada dapat dijadikan dasar bagi perawat dalam mengembangkan
terapi komplementer misalnya teori transkultural yang dalam praktiknya mengaitkan ilmu
fisiologi, anatomi, patofisiologi, dan lain-lain. Hal ini didukung dalam catatan keperawatan
Florence Nightingale yang telah menekankan pentingnya mengembangkan lingkungan untuk
penyembuhan dan pentingnya terapi seperti musik dalam proses penyembuhan. Selain itu, terapi
komplementer meningkatkan kesempatan perawat dalam menunjukkan caring pada klien
(Snyder &Lindquis, 2002).
Hasil penelitian terapi komplementer yang dilakukan belum banyak dan tidak dijelaskan
dilakukan oleh perawat atau bukan. Beberapa yang berhasil dibuktikan secara ilmiah misalnya
terapi sentuhan untuk meningkatkan relaksasi, menurunkan nyeri, mengurangi kecemasan,
mempercepat penyembuhan luka, dan memberi kontribusi positif pada perubahan
psikoimunologik (Hitchcock et al., 1999). Terapi pijat (massage) pada bayi yang lahir kurang
bulan dapat meningkatkan berat badan, memperpendek hari rawat, dan meningkatkan respons.
Sedangkan terapi pijat pada anak autis meningkatkan perhatian dan belajar. Terapi pijat juga
dapat meningkatkan pola makan, meningkatkan citra tubuh, dan menurunkan kecemasan pada
anak susah makan (Stanhope, 2004). Terapi kiropraksi terbukti dapat menurunkan nyeri haid dan
level plasma prostaglandin selama haid (Fontaine, 2005).
Hasil lainnya yang dilaporkan misalnya penggunaan aromaterapi. Salah satu aromaterapi
berupa penggunaan minyak esensial berkhasiat untuk mengatasi infeksi bakteri dan jamur
(Buckle,2003). Minyak lemon thyme mampu membunuh bakteri streptokokus, stafilokokus dan
tuberkulosis (Smith et al., 2004). Tanaman lavender dapat mengontrol minyak kulit, sedangkan
teh dapat membersihkan jerawat dan membatasi kekambuhan (Key, 2008). Dr. Carl menemukan
bahwa penderita kanker lebih cepat sembuh dan berkurang rasa nyerinya dengan meditasi dan
imagery (Smith et al., 2004). Hasil riset juga menunjukkan hipnoterapi meningkatkan suplai
oksigen, perubahan vaskular dan termal, mempengaruhi aktivitas gastrointestinal, dan
mengurangi kecemasan (Fontaine, 2005).
Hasil-hasil tersebut menyatakan terapi komplementer sebagai suatu paradigma baru
(Smith et al., 2004). Bentuk terapi yang digunakan dalam terapi komplementer ini beragam
sehingga disebut juga dengan terapi holistik. Terminologi kesehatan holistik mengacu pada
integrasi secara menyeluruh dan mempengaruhi kesehatan, perilaku positif, memiliki tujuan
hidup, dan pengembangan spiritual (Hitchcock et al., 1999). Terapi komplementer dengan
demikian dapat diterapkan dalam berbagai level pencegahan penyakit.
5
Terapi komplementer dapat berupa promosi kesehatan, pencegahan penyakit ataupun
rehabilitasi. Bentuk promosi kesehatan misalnya memperbaiki gaya hidup dengan menggunakan
terapi nutrisi. Seseorang yang menerapkan nutrisi sehat, seimbang, mengandung berbagai unsur
akan meningkatkan kesehatan tubuh. Intervensi komplementer ini berkembang di tingkat
pencegahan primer, sekunder, tersier dan dapat dilakukan di tingkat individu maupun kelompok
misalnya untuk strategi stimulasi imajinatif dan kreatif (Hitchcock et al., 1999). Pengobatan
dengan menggunakan terapi komplementer mempunyai manfaat selain dapat meningkatkan
kesehatan secara lebih menyeluruh juga lebih murah. Terapi komplementer terutama akan
dirasakan lebih murah bila klien dengan penyakit kronis yang harus rutin mengeluarkan dana.
Pengalaman klien yang awalnya menggunakan terapi modern menunjukkan bahwa biaya
membeli obat berkurang 200-300 dolar dalam beberapa bulan setelah menggunakan terapi
komplementer (Nezabudkin, 2007).
Minat masyarakat Indonesia terhadap terapi komplementer ataupun yang masih
tradisional mulai meningkat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pengunjung praktik terapi
komplementer dan tradisional di berbagai tempat. Selain itu, sekolah-sekolah khusus ataupun
kursuskursus terapi semakin banyak dibuka. Ini dapat dibandingkan dengan Cina yang telah
memasukkan terapi tradisional Cina atau traditional Chinese Medicine (TCM) ke dalam
perguruan tinggi di negara tersebut (Snyder & Lindquis, 2002). Kebutuhan perawat dalam
meningkatnya kemampuan perawat untuk praktik keperawatan juga semakin meningkat. Hal ini
didasari dari berkembangnya kesempatan praktik mandiri. Apabila perawat mempunyai
kemampuan yang dapat dipertanggungjawabkan akan meningkatkan hasil yang lebih baik dalam
pelayanan keperawatan.
C. Peran Perawat
Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi komplementer diantaranya
sebagai konselor, pendidik kesehatan, peneliti, pemberi pelayanan langsung, koordinator dan
7
sebagai advokat. Sebagai konselor perawat dapat menjadi tempat bertanya, konsultasi, dan
diskusi apabila klien membutuhkan informasi ataupun sebelum mengambil keputusan. Sebagai
pendidik kesehatan, perawat dapat menjadi pendidik bagi perawat di sekolah tinggi keperawatan
seperti yang berkembang di Australia dengan lebih dahulu mengembangkan kurikulum
pendidikan (Crips & Taylor, 2001). Peran perawat sebagai peneliti di antaranya dengan
melakukan berbagai penelitian yang dikembangkan dari hasil-hasil evidence-based practice.
Perawat dapat berperan sebagai pemberi pelayanan langsung misalnya dalam praktik
pelayanan kesehatan yang melakukan integrasi terapi komplementer (Snyder & Lindquis, 2002).
Perawat lebih banyak berinteraksi dengan klien sehingga peran koordinator dalam terapi
komplementer juga sangat penting. Perawat dapat mendiskusikan terapi komplementer dengan
dokter yang merawat dan unit manajer terkait. Sedangkan sebagai advokat perawat berperan
untuk memenuhi permintaan kebutuhan perawatan komplementer yang mungkin diberikan
termasuk perawatan alternatif (Smith et al.,2004).
8
Teori dan penelitiannya telah membantu mahasiswa keperawatan untuk memahami perbedaan
budaya dalam perawatan, manusia, kesehatan dan penyakit. Dia telah menjadi pemimpin utama
perawat yang mendorong banyak mahasiswa dan fakultas untuk melanjutkan studi dalam bidang
anthropologi dan menghubungkan pengetahuan ini kedalam praktik dan pendidikan keperawatan
transkultural. Antusiasme dan perhatiannya yang mendalam terhadap pengembangan bidang
perawatan transkultural dengan fokus perawatan pada manusia telah menyokong dirinya selama
4 dekade.
Menurut Leininger (2002) Transcultural Nursing adalah suatu area atau wilayah keilmuan
budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat, dan sakit didasarkan pada nilai
budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan
keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia.
Leininger mengartikan paradigma keperawatan transkultural sebagai cara pandang,
keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai
dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan yaitu manusia, sehat,
lingkungan, dan keperawatan.
1. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga, atau kelompok yang memiliki nilai-nilai
dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan.
Menurut Leininger manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada
setiap saat dimanapun dia berada.
9
2. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi
kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai,
pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan
seimbang atau sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat
mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-
sakit yang adaptif.
3. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi
perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang
sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling
berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial, dan simbolik. Lingkungan fisik
adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan,
pemukiman padat, dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena
tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial
yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat
yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan
yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol
yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup,
bahasa dan atribut yang digunakan.
4. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang
diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan
memandirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan
keperawatan adalah perlindungan atau mempertahankan budaya, mengakomodasi atau negoasiasi
budaya dan mengubah atau mengganti budaya klien.
10
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan.
Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan
yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status
kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi.
11
Sunrise Model dari teori Leininger dapat dilihat pada gambar diatas. Matahari terbit sebagai
lambang atau simbol perawatan. Suatu kekuatan untuk memulai pada puncak dari model ini
dengan pandangan dunia dan keistimewaan struktur sosial untuk mempertimbangkan arah yang
membuka pikiran yang mana ini dapat mempengaruhi kesehatan dan perawatan atau menjadi
dasar untuk menyelidiki berfokus pada keperawatan profesional dan sistem perawatan kesehatan
secara umum. Anak panah berarti mempengaruhi tetapi tidak menjadi penyebab atau garis
hubungan. Garis putus-putus pada model ini mengindikasikan sistem terbuka. Model ini
menggambarkan bahwa tubuh manusia tidak terpisahkan atau tidak dapat dipisahkan dari budaya
mereka.
Suatu hal yang perlu diketahui bahwa masalah dan intervensi keperawatan tidak tampak pada
teori dan model ini. Tujuan yang hendak dikemukakan oleh Leininger adalah agar seluruh
12
terminologi tersebut dapat diasosiasikan oleh perawatan profesional lainya. Intervensi
keperawatan ini dipilih tanpa menilai cara hidup klien atau nilai-nilai yang akan dipersepsikan
sebagai suatu gangguan, demikian juga masalah keperawatan tidak selalu sesuai dengan apa yang
menjadi pandangan klien. Model ini merupakan suatu alat yang produktif untuk memberikan
panduan dalam pengkajian dan perawatan yang sejalan dengan kebudayan serta penelitian
ilmiah.
2. Proses Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan
klien sesuai dengan latar belakang budaya klien. Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen
yang ada pada "Sunrise Model" yaitu :
13
4). Nilai-Nilai Budaya dan Gaya Hidup
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang
dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat
penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah : posisi
dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan,
makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-
hari dan kebiasaan membersihkan diri.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat
dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. Terdapat tiga diagnosa
14
keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu : gangguan
komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial
berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan
dengan sistem nilai yang diyakini.
d. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang
mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak
sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan
dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang
sesuai dengan latar belakang budaya klien.
16
BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1 Web Of Causation (WOC)
Sunrise Model dari teori Leininger dapat dilihat pada gambar diatas. Matahari terbit sebagai
lambang atau simbol perawatan. Suatu kekuatan untuk memulai pada puncak dari model ini
dengan pandangan dunia dan keistimewaan struktur sosial untuk mempertimbangkan arah yang
membuka pikiran yang mana ini dapat mempengaruhi kesehatan dan perawatan atau menjadi
dasar untuk menyelidiki berfokus pada keperawatan profesional dan sistem perawatan kesehatan
secara umum. Anak panah berarti mempengaruhi tetapi tidak menjadi penyebab atau garis
17
hubungan. Garis putus-putus pada model ini mengindikasikan sistem terbuka. Model ini
menggambarkan bahwa tubuh manusia tidak terpisahkan atau tidak dapat dipisahkan dari budaya
mereka.
Suatu hal yang perlu diketahui bahwa masalah dan intervensi keperawatan tidak tampak pada
teori dan model ini. Tujuan yang hendak dikemukakan oleh Leininger adalah agar seluruh
terminologi tersebut dapat diasosiasikan oleh perawatan profesional lainya. Intervensi
keperawatan ini dipilih tanpa menilai cara hidup klien atau nilai-nilai yang akan dipersepsikan
sebagai suatu gangguan, demikian juga masalah keperawatan tidak selalu sesuai dengan apa yang
menjadi pandangan klien. Model ini merupakan suatu alat yang produktif untuk memberikan
panduan dalam pengkajian dan perawatan yang sejalan dengan kebudayan serta penelitian
ilmiah.
18
3). Faktor Sosial dan Keterikatan Keluarga
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama panggilan, umur dan
tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga,
dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat
dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. Terdapat tiga diagnosa
keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu : gangguan
komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial
berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan
dengan sistem nilai yang diyakini.
d. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang
mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak
sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan
dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang
sesuai dengan latar belakang budaya klien.
20
Globalisasi menyebabkan masyarakat hidup dalam suasana multikultural yang
disebabkan karena migrasi antar daerah dan negara menjadi lebih mudah. Keperawatan
transkultural menjadi komponen utama dalam kesehatan dan menjadi konstituen penting dari
perawatan, yang mengharapkan para perawat kompeten secara budaya dalam praktek sehari-hari.
Perawat yang kompeten dalam budaya memiliki pengetahuan tentang budaya lain dan terampil
dalam mengidentifikasi pola-pola budaya tertentu sehingga dirumuskan rencana perawatan yang
akan membantu memenuhi tujuan yang telah ditetapkan untuk kesehatan pasien. Selain itu,
praktik keperawatan memberikan perawatan yang holistik. Pendekatan holistik ini meliputi
perawatan fisik, psikologi, emosional, dan kebutuhan spiritual pasien. Penting untuk menekankan
bahwa perawat harus mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan tersebut agar dapat memberikan
perawatan individual, yang telah ditetapkan sebagai hak pasien dan merupakan ciri praktek
keperawatan profesional.
21
BAB V
ASUHAN KEPERAWATAN
5.1 PENGKAJIAN
A. Data Umum
22
3 Agama Islam
4 Status Sosial ekonomi: Rp. 2.800.000
5 Aktivitas rekreasi Jalan-jalan
6 Alat/media komunikasi Handphone
23
7 Penyakit yang diderita anggota ISPA
keluarga (1 tahun terakhir)
8 Tempat Pelayanan kesehatan Puskesmas : tidak rutin
9 Jarak pelayanan kesehatan 1km dari rumah
10 Cara mencapai pelayanan kesehatan Motor
11 Jenis pelayanan kesehatan yang Persalinan
pernah diterima
12 Mengikuti Program KB Jenis pelayanan: Suntikan
Harapan Keluarga :
24
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Data Umum
3 Agama Islam
4 Status Sosial ekonomi: Rp. 1.000.000
5 Aktivitas rekreasi Jalan-jalan
6 Alat/media komunikasi Handphone
25
7 Penyakit yang diderita anggota MAAG
keluarga (1 tahun terakhir)
8 Tempat Pelayanan kesehatan RS. Sitti Maryam
9 Jarak pelayanan kesehatan 1km dari rumah
10 Cara mencapai pelayanan kesehatan Angkot
11 Jenis pelayanan kesehatan yang Rawat Jalan
pernah diterima
12 Mengikuti Program KB Jenis pelayanan: Suntikan
Harapan Keluarga :
26
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Data Umum
3 Agama Islam
4 Status Sosial ekonomi: Rp. 2.500.000
5 Aktivitas rekreasi Jalan-jalan
6 Alat/media komunikasi Handphone
27
7 Penyakit yang diderita anggota Hipertensi
keluarga (1 tahun terakhir)
8 Tempat Pelayanan kesehatan Puskesmas : tidak rutin
9 Jarak pelayanan kesehatan 2 km dari rumah
10 Cara mencapai pelayanan kesehatan Motor
11 Jenis pelayanan kesehatan yang Persalinan
pernah diterima
12 Mengikuti Program KB Jenis pelayanan: Suntikan
Harapan Keluarga :
28
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Data Umum
3 Agama Islam
4 Status Sosial ekonomi: Rp. 2.500.000
5 Aktivitas rekreasi Jalan-jalan
6 Alat/media komunikasi Handphone
29
7 Penyakit yang diderita anggota ISPA
keluarga (1 tahun terakhir)
8 Tempat Pelayanan kesehatan RS. Sitti Maryam
9 Jarak pelayanan kesehatan 3 km dari rumah
10 Cara mencapai pelayanan kesehatan Motor
11 Jenis pelayanan kesehatan yang Persalinan
pernah diterima
12 Mengikuti Program KB Jenis pelayanan: Suntikan
Harapan Keluarga :
30
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Data Umum
31
7 Penyakit yang diderita anggota Gout
keluarga (1 tahun terakhir)
8 Tempat Pelayanan kesehatan Puskesmas : tidak rutin
9 Jarak pelayanan kesehatan 4 km dari rumah
10 Cara mencapai pelayanan kesehatan Sepeda Motor
11 Jenis pelayanan kesehatan yang Pengobatan Gratis
pernah diterima
12 Mengikuti Program KB Jenis pelayanan: Implant
Harapan Keluarga :
32
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Data Umum
1. Nama kepala keluarga : Tn. M.E.
2. Umur : 49 Thn
5. Pendidikan terakhir : SD
6. Pekerjaan : Petani
7. Suku/Bangsa : Sangihe
8. Alamat : Lapango
9. Komposisi Keluarga :
No. Nama Initial Jenis Kelamin Umur Hubungan Klg Pendidikan Pekerjaan
Terakhir
1. Ny. E.L. Perempuan 43 Istri SMP IRT
2. Nn. Y.E. Perempuan 20 Anak SMA Mahasiswa
3. Nn. Y.E. Perempuan 14 Anak SD Siswi
33
7 Penyakit yang diderita anggota DM, Hipertensi
keluarga (1 tahun terakhir)
8 Tempat Pelayanan kesehatan Dimana : Puskesmas, tidak rutin (frekuensi
per bulan) 1 tahun 2 kali
9 Jarak pelayanan kesehatan 2 km dari rumah
10 Cara mencapai pelayanan kesehatan Berjalan kaki/ jenis alat transportasi :
motor
11 Jenis pelayanan kesehatan yang Penyuluhan
pernah diterima
12 Mengikuti Program KB Jenis pelayanan: KB suntik 1 nulan 1 kali
13 Memiliki Asuransi kesehatan Jenis asuransi kesehatan : BPJS
14 Tempat Persalinan Ibu Dimana : di rumah, Profesi yang menolong
persalinan : Bidan kampung
15 Status Imunisasi anggota keluarga Lengkap (jelaskan)
16 Status Pemberian ASI anak tidak eksklusif
17 Akses sarana air bersih Sumber air : pompa, kualitas air : bersih
18 Mempunyai Jamban Sehat Jenis jamban: leher angsa, kebersihan
jamban: bersih
19 Manajemen sampah Tempat pembuangan sampah, pengelolaan
sampah : kumpul dan bakar
20 Jenis hewan Jenis hewan/vector Penyebab penyakit :
Babi, Ayam,
21 Aktivitas fisik Jenis : membersihkan rumah, berapa lama :
1 minggu 1 kali
22 Konsumsi sayur dan buah Jenis : macam-macam, frekuensi dalam 1
minggu : Tiap hari
23 Konsumsi Rokok Kuantitas,frekuensi : Tidak
24 Konsumsi Alkohol Kuantitas,frekuensi : Tidak
25 Kebersihan lingkungan dan rumah Bersih
26 Penggunaan Obat tradisional Ada, obat makatana
34
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Data Umum
1. Nama kepala keluarga : Tn. L.S.
2. Umur : 24 Thn
4. Agama : Islam
7. Suku/Bangsa : Sangihe
9. Komposisi Keluarga :
No. Nama Initial Jenis Kelamin Umur Hubungan Klg Pendidikan Pekerjaan
Terakhir
1. Ny. S.S. Perempuan 20 Istri SMK IRT
2. Nn. A.S. Perempuan 1 Anak - -
35
keluarga (1 tahun terakhir)
8 Tempat Pelayanan kesehatan Dimana : Puskesmas, rutin (frekuensi per
bulan) 1 bulan 1 kali
9 Jarak pelayanan kesehatan 1 km dari rumah
10 Cara mencapai pelayanan kesehatan Berjalan kaki/ jenis alat transportasi :
berjalan kaki/ motor
11 Jenis pelayanan kesehatan yang Penyuluhan kesehatan, Posyandu keliling
pernah diterima
12 Mengikuti Program KB Jenis pelayanan: KB suntik 3 bulan 1 kali
13 Memiliki Asuransi kesehatan Jenis asuransi kesehatan : BPJS
14 Tempat Persalinan Ibu Dimana : Puskesmas, Profesi yang
menolong persalinan : Bidan
15 Status Imunisasi anggota keluarga Lengkap (jelaskan)
16 Status Pemberian ASI anak eksklusif
17 Akses sarana air bersih Sumber air : sumur Bor, kualitas air :
bersih
18 Mempunyai Jamban Sehat Jenis jamban: leher angsa, kebersihan
jamban: bersih
19 Manajemen sampah Tempat pembuangan sampah, pengelolaan
sampah : kumpul dan bakar
20 Jenis hewan Jenis hewan/vector Penyebab penyakit :
Kambing, Burung
21 Aktivitas fisik Jenis : Olahraga, berapa lama : 1 minggu 1
kali
22 Konsumsi sayur dan buah Jenis : macam-macam, frekuensi dalam 1
minggu : Tiap hari
23 Konsumsi Rokok Kuantitas,frekuensi : Ada, Kalau suka/
jarang
24 Konsumsi Alkohol Kuantitas,frekuensi : Tidak
25 Kebersihan lingkungan dan rumah Bersih
26 Penggunaan Obat tradisional Ada, obat makatana
36
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Data Umum
1. Nama kepala keluarga : Tn. F.R.
2. Umur : 50 Thn
5. Pendidikan terakhir : D3
7. Suku/Bangsa : Ambon
8. Alamat : Sorong
9. Komposisi Keluarga :
No. Nama Initial Jenis Kelamin Umur Hubungan Klg Pendidikan Pekerjaan
Terakhir
1. Ny. J.M. Perempuan 45 Istri SMA IRT
2. Nn. I.R. Perempuan 20 Anak SMA Mahasiswa
3. An. G.R. Laki-laki 8 Anak TK Siswa
37
8 Tempat Pelayanan kesehatan Dimana : Rumah sakit, dokter praktek
tidak rutin (frekuensi per bulan) hanya jika
ada yang sakit
9 Jarak pelayanan kesehatan 5 km dari rumah
10 Cara mencapai pelayanan kesehatan Berjalan kaki/ jenis alat transportasi :
motor, taksi
11 Jenis pelayanan kesehatan yang Penyuluhan kesehatan
pernah diterima
12 Mengikuti Program KB Jenis pelayanan: KB Pil
13 Memiliki Asuransi kesehatan Jenis asuransi kesehatan : BPJS
14 Tempat Persalinan Ibu Dimana : di rumah sakit, Profesi yang
menolong persalinan : Bidan
15 Status Imunisasi anggota keluarga Lengkap (jelaskan)
16 Status Pemberian ASI anak eksklusif
17 Akses sarana air bersih Sumber air : pompa, kualitas air : bersih
18 Mempunyai Jamban Sehat Jenis jamban: leher angsa, kebersihan
jamban: bersih
19 Manajemen sampah Tempat pembuangan sampah, pengelolaan
sampah : kumpul dan bakar
20 Jenis hewan Jenis hewan/vector Penyebab penyakit :
Anjing, Tikus, Nyamuk
21 Aktivitas fisik Jenis : olahraga, berapa lama : 1 minggu 1
kali
22 Konsumsi sayur dan buah Jenis : macam-macam, frekuensi dalam 1
minggu : Tiap hari
23 Konsumsi Rokok Kuantitas,frekuensi : Tidak
24 Konsumsi Alkohol Kuantitas,frekuensi : Tidak
25 Kebersihan lingkungan dan rumah Bersih
26 Penggunaan Obat tradisional Tidak Ada
38
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Data Umum
1. Nama kepala keluarga : Tn. E.T.
2. Umur : 51 Thn
5. Pendidikan terakhir : S1
6. Pekerjaan : Pendeta
7. Suku/Bangsa : Sangihe
9. Komposisi Keluarga :
No. Nama Initial Jenis Kelamin Umur Hubungan Klg Pendidikan Pekerjaan
Terakhir
1. Ny. H.L. Perempuan 48 Istri S1 Guru
2. Tn. Y.T. Laki-laki 20 Anak SMA Mahasiswa
3. Nn. R.T. Perempuan 18 Anak SMA Mahasiswa
4. Nn. S.T. Perempuan 15 Anak SMP Siswi
39
keluarga (1 tahun terakhir)
8 Tempat Pelayanan kesehatan Dimana : Puskesmas, tidak rutin (frekuensi
per bulan) 1 tahun 4 kali
9 Jarak pelayanan kesehatan 900m dari rumah
10 Cara mencapai pelayanan kesehatan Berjalan kaki/ jenis alat transportasi :
motor
11 Jenis pelayanan kesehatan yang Penyuluhan kesehatan
pernah diterima
12 Mengikuti Program KB Jenis pelayanan: KB suntik 3 bulan 1 kali
13 Memiliki Asuransi kesehatan Jenis asuransi kesehatan : BPJS, ASKES
14 Tempat Persalinan Ibu Dimana : di rumah, Profesi yang menolong
persalinan : Bidan kampung
15 Status Imunisasi anggota keluarga Lengkap (jelaskan)
16 Status Pemberian ASI anak eksklusif
17 Akses sarana air bersih Sumber air : Air bor, kualitas air : bersih
18 Mempunyai Jamban Sehat Jenis jamban: leher angsa, kebersihan
jamban: bersih
19 Manajemen sampah Tempat pembuangan sampah, pengelolaan
sampah : Jurang
20 Jenis hewan Jenis hewan/vector Penyebab penyakit :
Tikus, Nyamuk, Lalat
21 Aktivitas fisik Jenis : olahraga, berapa lama : 1 minggu 2
kali
22 Konsumsi sayur dan buah Jenis : macam-macam, frekuensi dalam 1
minggu : Tiap hari
23 Konsumsi Rokok Kuantitas,frekuensi : Tidak
24 Konsumsi Alkohol Kuantitas,frekuensi : Tidak
25 Kebersihan lingkungan dan rumah Bersih
26 Penggunaan Obat tradisional Ada, daun pinahong, rumput macan, daun
mayana, baurut
40
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Data Umum
1. Nama kepala keluarga : Tn. M.R.
2. Umur : 51 Thn
4. Agama : Islam
5. Pendidikan terakhir : SD
7. Suku/Bangsa : Sangihe
9. Komposisi Keluarga :
No. Nama Initial Jenis Kelamin Umur Hubungan Klg Pendidikan Pekerjaan
Terakhir
1. Ny. N.S. Perempuan 48 Istri SMA IRT
2. Tn. J.R. Laki-laki 21 Anak SMA Swasta
3. Nn. A.R. Perempuan 19 Anak SMK Swasta
4. An. M.R. Laki-laki 18 Anak SMP Siswa
41
keluarga (1 tahun terakhir)
8 Tempat Pelayanan kesehatan Dimana : Puskesmas, tidak rutin (frekuensi
per bulan) 1 tahun 4 kali
9 Jarak pelayanan kesehatan 900m dari rumah
10 Cara mencapai pelayanan kesehatan Berjalan kaki/ jenis alat transportasi :
motor
11 Jenis pelayanan kesehatan yang Penyuluhan Kesehatan
pernah diterima
12 Mengikuti Program KB Jenis pelayanan: KB implant
13 Memiliki Asuransi kesehatan Jenis asuransi kesehatan : ASKES
14 Tempat Persalinan Ibu Dimana : di Puskesmas, Profesi yang
menolong persalinan : Bidan
15 Status Imunisasi anggota keluarga Lengkap (jelaskan)
16 Status Pemberian ASI anak tidak eksklusif
17 Akses sarana air bersih Sumber air : pompa, kualitas air : bersih
18 Mempunyai Jamban Sehat Jenis jamban: leher angsa, kebersihan
jamban: bersih
19 Manajemen sampah Tempat pembuangan sampah, pengelolaan
sampah : jurang
20 Jenis hewan Jenis hewan/vector Penyebab penyakit :
Anjing, Kucing, Tikus, Nyamuk, Lalat,
Ayam
21 Aktivitas fisik Jenis : olahraga, berapa lama : 1 minggu 1
kali
22 Konsumsi sayur dan buah Jenis : macam-macam, frekuensi dalam 1
minggu : Tiap hari
23 Konsumsi Rokok Kuantitas,frekuensi : Ada, 1 hari 3 bungkus
24 Konsumsi Alkohol Kuantitas,frekuensi : Ada, kalau ada acara
25 Kebersihan lingkungan dan rumah Bersih
26 Penggunaan Obat tradisional Ada, obats
42
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Data Umum
43
11 Jenis pelayanan kesehatan yang -
pernah diterima
12 Mengikuti Program KB Jenis pelayanan: Pil
20 Jenis hewan -
21 Aktivitas fisik -
22 Konsumsi sayur dan buah Sayuran hijau setiap hari
23 Konsumsi Rokok -
24 Konsumsi Alkohol -
25 Kebersihan lingkungan dan rumah Bersih
26 Terapi komplementer yang Keluarga masih mempercayai pengobatan
digunakan tradisonal yaitu apa bila batuk masih
mengkonsumsi air jeruk dan kecap.
Juga apabila sakit masih dengan pemijatan
Harapan Keluarga :Keluarga sejahtera
44
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
C. Data Umum
45
11 Jenis pelayanan kesehatan yang -
pernah diterima
12 Mengikuti Program KB Jenis pelayanan: IUD
20 Jenis hewan -
21 Aktivitas fisik -
22 Konsumsi sayur dan buah Sayuran hijau,buah setiap hari
46
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
E. Data Umum
47
11 Jenis pelayanan kesehatan yang Pernah di opname
pernah diterima
12 Mengikuti Program KB Jenis pelayanan: Pil KB
20 Jenis hewan -
21 Aktivitas fisik -
22 Konsumsi sayur dan buah Sayuran hijau. Buah-buahan setiap hari
48
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
G. Data Umum
49
11 Jenis pelayanan kesehatan yang Pernah di rawat di RS
pernah diterima
12 Mengikuti Program KB Jenis pelayanan: Pil KB
50
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
I. Data Umum
51
11 Jenis pelayanan kesehatan yang Pemeriksaan dan pengobatan gratis
pernah diterima
12 Mengikuti Program KB Jenis pelayanan: Suntik 3 bulan
52
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga : Tn.A.E
2. Umur : 46
3. Jenis Kelamin : L
4. Agama : Kristen Protestan
5. Pendidikan Terakhir : SMA
6. Suku/Bangsa : Indonesia
7. Alamat : Watuliney
8. Komposisi Keluarga : Keluarga Inti
53
11 Jenis Pelayanan Yang Pernah Diterima : Pelayanan Kedokteran &
Pelayanan Kesehatan Masyarakat
12 Mengikuti Program KB : KB Suntik
13 Memiliki Asuransi Kesehatan : BPJS
14 Tempat Persalinan Ibu : Rumah, dibantu bidan
15 Status Imunisasi Anggota Keluarga : Lengkap
16 Status Pemberian ASI Anak : Lengkap
17 Akses Sarana Air Bersih : Sumur, bersih
18 Mempunyai Jamban Sehat : Jamban Leher Angsa,
bersih
19 Manajemen Sampah : Dibelakang rumah,
dibakar
20 Jenis Hewan : Anjing
21 Aktivitas Fisik : Bekerja dikebun, 5-8
jam
22 Konsumsi Sayur dan Buah : Semua jenis, setiap hari
23 Konsumsi Rokok : Tidak
24 Konsumsi Alkohol : Tidak
25 Kebersihan Lingkungan Rumah : Bersih
26 Terapi Komplementer Yang Digunakan : Meminum obat-obat
herbal seperti rebusan daun sirsak dan air jeruk nipis, pijatan
HARAPAN KELUARGA :
Hidup Sejahtera
54
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga : Tn.A.E
2. Umur : 52
3. Jenis Kelamin : L
4. Agama : Kristen Protestan
5. Pendidikan Terakhir : S2
6. Suku/Bangsa : Indonesia
7. Alamat : Jln.Politeknik, Lingkungan 7
8. Komposisi Keluarga : Keluarga Inti
55
12. Mengikuti Program KB : Pil KB
13. Memiliki Asuransi Kesehatan : BPJS
14. Tempat Persalinan Ibu : RS, dibantu dokter&perawat
15. Status Imunisasi Anggota Keluarga : Lengkap
16. Status Pemberian ASI Anak : Lengkap
17. Akses Sarana Air Bersih : Sumur, bersih
18. Mempunyai Jamban Sehat : Jamban Leher Angsa, bersih
19. Manajemen Sampah : Dibelakang rumah, dibakar
20. Jenis Hewan : Anjing
21. Aktivitas Fisik : Olahraga ringan, 2-3 jam
22. Konsumsi Sayur dan Buah : Semua jenis, setiap hari
23. Konsumsi Rokok : Tidak
24. Konsumsi Alkohol : Tidak
25. Kebersihan Lingkungan Rumah : Bersih
26. Terapi Komplementer Yang Digunakan : Memijat ketika merasa tidak enak badan,
kelelahan, memar, dan keseleo.
HARAPAN KELUARGA :
56
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga : Tn.O.E
2. Umur : 57
3. Jenis Kelamin : L
4. Agama : Kristen Protestan
5. Pendidikan Terakhir : S1
6. Suku/Bangsa : Indonesia
7. Alamat : Jln.Politeknik, Lingkungan 7
8. Komposisi Keluarga : Keluarga Inti
57
11. Jenis Pelayanan Yang Pernah Diterima : Pelayanan Kedokteran & Pelayanan
Kesehatan Masyarakat
12. Mengikuti Program KB : Pil KB
13. Memiliki Asuransi Kesehatan : BPJS
14. Tempat Persalinan Ibu : RS, dibantu dokter&perawat
15. Status Imunisasi Anggota Keluarga : Lengkap
16. Status Pemberian ASI Anak : Lengkap
17. Akses Sarana Air Bersih : Sumur, bersih
18. Mempunyai Jamban Sehat : Jamban Leher Angsa, bersih
19. Manajemen Sampah : Dibelakang rumah, dibakar
20. Jenis Hewan : Kucing
21. Aktivitas Fisik : Jalan kaki, 30 menit
22. Konsumsi Sayur dan Buah : Semua jenis, setiap hari
23. Konsumsi Rokok : Tidak
24. Konsumsi Alkohol : Tidak
25. Kebersihan Lingkungan Rumah : Bersih
26. Terapi Komplementer Yang Digunakan : Pijat ketika ada anggota yang sakit
HARAPAN KELUARGA :
58
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga : Tn.A.L
2. Umur : 55
3. Jenis Kelamin : L
4. Agama : Kristen
5. Pendidikan Terakhir : SD
6. Suku/Bangsa : Indonesia
7. Alamat : Matani Tomohon
8. Komposisi Keluarga : Keluarga Inti
59
13. Tempat Persalinan Ibu : RS, dibantu dokter&perawat
14. Status Imunisasi Anggota Keluarga : Lengkap
15. Status Pemberian ASI Anak : Lengkap
16. Akses Sarana Air Bersih : Sumur, bersih
17. Mempunyai Jamban Sehat : Jamban Leher Angsa, bersih
18. Manajemen Sampah : Tempat Pembuangan Umum
19. Jenis Hewan : Tidak ada
20. Aktivitas Fisik : Jalan sehat, 30 menit
21. Konsumsi Sayur dan Buah : Semua jenis, setiap hari
22. Konsumsi Rokok : Tidak
23. Konsumsi Alkohol : Tidak
24. Kebersihan Lingkungan Rumah : Bersih
25. Terapi Komplementer Yang Digunakan : Menggunakan minyak minyakan untuk
mengobati luka atau memar, atau pun hanya untuk menghangatkan badan, serta pijat.
HARAPAN KELUARGA :
60
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga : Tn.H.K
2. Umur : 56
3. Jenis Kelamin : L
4. Agama : Kristen Protestan
5. Pendidikan Terakhir : S2
6. Suku/Bangsa : Indonesia
7. Alamat : Airmadidi
8. Komposisi Keluarga : Keluarga Inti
61
12. Mengikuti Program KB : KB Implan
13. Memiliki Asuransi Kesehatan : BPJS
14. Tempat Persalinan Ibu : Rumah sakit, dibantu
dokter
15. Status Imunisasi Anggota Keluarga : Lengkap
16. Status Pemberian ASI Anak : Lengkap
17. Akses Sarana Air Bersih : Sumur, bersih
18. Mempunyai Jamban Sehat : Jamban Leher Angsa,
bersih
19. Manajemen Sampah : Dibelakang rumah,
dibakar
20. Jenis Hewan : Anjing
21. Aktivitas Fisik : Bekerja
22. Konsumsi Sayur dan Buah : Semua jenis, setiap hari
23. Konsumsi Rokok : Tidak
24. Konsumsi Alkohol : Tidak
25. Kebersihan Lingkungan Rumah : Bersih
26. Terapi Komplementer Yang Digunakan : Pijat, obat obatan herbal,
serta minyak minyakan misalnya minyak tawon
HARAPAN KELUARGA :
Hidup Sejahtera
62
5.2 ANALISA DATA
1. Analisa Data Penyakit Desa Cultura
a) Data Objektif
16% ISPA
5%
GASTRITIS
HIPERTENSI
16% GOUT
13%
DM
APENDIKS
VERTIGO
ASMA
41%
b) Data Subjektif
63
2. Analisa Data Terapi Komplementer
a) Data Objektif
PIJAT
48%
52% TERAPI TRADISIONAL (DAUN-
DAUNAN)
b) Data Subjektif
Masyarakat mengatakan masih menggunakan terapi komplementer saat
sakit berupa tanaman obat-obatan tradisonal seperti daun-daunaan .masyarakat
juga mengatakan ketika sakit ataupun keseleo mereka hanya pergi ketukang pijat.
64
5.3 PRIORITAS MASALAH (PUBLIC HEARING)
NO DAFTAR BESAR TINGKAT MUDAH PERHATIAN TOTAL NO
MASALAH MASALAH KEPARAHAN DIATASI MASYARAKAT PRIORITAS
KESEHATAN MASALAH
KOMUNITAS
1 Defisit kesehatan 5 4 3 4 16 I
komunitas b/d
tingginya penyakit
PTM (hipertensi)
2 Manajemen 4 4 3 3 14 III
kesehatan tidak
efektif b/d
tingginya
penggunaan terapi
komplementer
65
5.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS
66
Opportunity :
Masyarakat mau mengikuti kegiatan
pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan setempat
Threath :
Masyarakat belum bisa percaya secara penuh
pengobatan modern
Karena factor ekonomi keluarga
67
5.5 PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
KELOMPOK : 10 NAMA DESA : DESA CULTURA
68
mengetahui untuk menanam dan masyarakat 23 April mahasiswa
dan menyadari menggunakan desa 2019
keuntungan TOGA yang sudah cultura
dan terbukti khasiatnya
kekurangan
dari Penanaman TOGA Seluruh Rabu, 24 Rumah Distribusi Mahasiswa
penggunaan secara serentak di masyarakat April masing mahasiswa
terapi desa Cultura desa 2019 masing
komplementer Cultura
tersebut.
69
5.6 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI DESA CULTURA
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN HARI/TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI
KEGIATAN
1. Defisit kesehatan komunitas di desa cultura Senin, 15 April 2019 Memberikan Jumat, 19 april 2019
b/d tingginya penyakit PTM (hipertensi) penyuluhan/pendidik
an kesehatan kepada S: Masyarakat
masyarakat desa mengatakan mengerti
cultura mengenai proses
penyakit dan
Rabu , 17 April 2019 Melakukan pencegahan juga dapat
Pemeriksaan mengontrol penyakit
kesehatan hipertensi
O : Masyarakat dapat
menjelaskan dan
Jumat, 19 April 2019 mnegerti mengenai
Melakukan proses pneyakit dari
kunjungan rumah hipertensi dan tekanan
bagi penderita darah masyarakat yang
hipertensi menderita hipertensi
dalam batas normal
A : teratasi
P : dilanjutkan oleh
masyarakat dan petugas
kesehatan setempat
2. Manajemen kesehatan tidak efektif di desa Senin, 22 April 2019 Memberikan Rabu, 24 April 2019
cultura b/d penyuluhan/pendidik
tingginya penggunaan terapi komplementer an kesehatan kepada S : masyarakat
masyarakat desa mengatakan mengerti
cultura tentang mengenai penggunaan
pengobatan terapi komplementer
tradisional yang baik dan benar
70
O : masyarakat dapat
menjelaskan ulang
Selasa, 23 April 2019 Menganjurkan mengenai terapi
keluarga untuk komplementer yang baik
menanam dan dan benar
menggunakan TOGA Masyarakat tampak
yang sudah terbukti mulai menanam tanaman
khasiatnya obat keluarga ( TOGA)
Rabu, 24 April 2019 A : teratasi
Menganjurkan P : dilanjutkan oleh
Penanaman TOGA masyarat dan perangkat
secara serentak di desa
desa Cultura
71
Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan komunitas di desa cultura telah diangkat
diagnosa keperawatan yaitu defisit kesehatan komunitas dan menejemen kesehatan tidak
efektif di desa cultura. Diagnosa ini diangkat berdasarkan data-data yang terkumpul pada saat
pengkajian dan di sesuaikan dengan data-data menurut diagnosa yang ada di buku SDKI
(Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia).
1. Defisit Kesehatan Komunitas
Defisit kesehatan komunitas adalah keadaan dimana terdapat masalah kesehatan atau
faktor resiko yang dapat mengganggu kesejahteraan pada suatu kelompok. Penyebab
dari keadaan ini ada bermacam-macam antara lain karena hambatan akses ke pemberi
pelayanan kesehatan, keterbatasan sumber daya, program tidak memiliki anggaran yang
cukup, program tidak atau kurang didukung komunitas, komunitas kurang puas dengan
program yang dijalankan, program tidak memiliki rencana evaluasi yang optimal,
program tidak memiliki data hasil yang memadai, serta program tidak mengatasi seluruh
masalah kesehatan komunitas. Diagnosis ini dapat ditegakkan apabila terdapat data
mayor berupa adanya masalah kesehatan yang dialami komunitas, terdapat faktor risiko
fisiologis dan atau psikologis yang menyebabkan anggota komunitas menjalani
perawatan. Serta data minor berupa tidak tersedianya program untuk meningkatkan
kesejahteraan bagi komunitas, tidak tersedia program untuk mencegah masalah
kesehatan komunitas, tidak tersedia program untuk mengurangi masalah kesehatan
komunitas, dan tidak tersedia program untuk mengatasi masalah kesehatan komunitas.
2. Menajemen Kesehatan Tidak Efektif
Menajemen kesehatan tidak efektif merupakan kondisi dimana pola pengaturan dan
pengintegrasian penanganan masalah kesehatan ke dalam kebiasaan hidup sehari-hari
tidak memuaskan untuk mencapai status kesehatan yang diharapkan. Penyebab
munculnya masalah ini antara lain kompleksitas sistem pelayanan kesehatan,
kompleksitas program perawatan atau pengobatan, komflik pengambilan keputusan,
kurang terpapar informasi, kesulitan ekonomi, tuntutan berlebih, konflik keluarga,
ketidakefektifan pola perawatan kesehatan keluarga, ketidakcukupan petunjuk untuk
bertindak, dan kekurangan dukungan sosial. Diagnosis ini ditegakkan apabila terdapat
data mayor berupa adanya kesulitan dalam menjalani program atau pengobatan, gagal
melakukan tindakan untuk mengurangi faktor resiko, gagal menerapkan program
perawatan atau pengobatan dalam kehidupan sehari-hari, aktivitas hidup sehari-hari tidak
efektif untuk memenuhi tujuan kesehatan.
72
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Pengobatan komplementer merupakan suatu fenomena yang muncul saat ini diantara
banyaknya fenomena-fenomena pengobatan non konvensional yang lain, seperti
pengobatan dengan ramuan atau terapi herbal, akupunktur, dan bekam. Definisi CAM
(Complementary and Alternative Madacine) suatu bentuk penyembuhan yang bersumber
pada berbagai system, modalitas dan praktek kesehatan yang didukung oleh teori dan
kepercayaan. Terapi komplementer sangat membantu dalam upaya peningkatan kesehatan
komunitas namun apabila tidak dilakukan dengan tepat akan mngakibatkan munculnya
berbagai masalah keperawatan seperti defisit kesehatan komunitas dan menajemen
kesehatan tidak efektif seperti yang di dapati pada masyarakat di desa cultura. Hal
tersebut diakibatkan masyarakat kurang tepat dalam mengaplikasikan terapi
komplementer misalnya melakukan pijat atau pergi ke tukang pijat pada saat mengalami
patah tulang dibandingkan pergi ke tempat pelayanan kesehatan. Terapi komplementer
dalam keperawatan dapat dikaitkan dengan teori keperawatan dari Madeleine Leininger
mengenai transkultural nursing, dimana peran perawat untuk mengarahkan komunitas ke
arah yang benar tanpa memandang sebelah mata atau menghiraukan budaya atau
kepercayaan dari komunitas tersebut.
6.2 Saran
73