Anda di halaman 1dari 27

TERAPI KOMPLEMENTER PADA HIPERTENSI

Mata Kuliah : Terapi Komplementer

Dosen Koordinator : Ns. Siti Kholifah, S.kep,.M.Kep.

Di Susun Oleh :

Desi Ratnasari (1801001001)

Gracia Aprilia Luhung Ngo (1801301301)

Hendra (1801401401)

Karlina Tri Utami (1801801801

Novia Dwi Lestari (1802802801)

Pina (1803203201)

Rahmi (1803503501)

Renisa (1803603601)

Yanda Savira Alvianty (1804904901

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
limpahan rahmatnyalah makalah tentang hipertensi dengan penanganan terapi
komplementer ini dapat terselesaikan dengan baik.

Makalah tentang penanganan hipertensi dengan terapi komplementer ini


adalah sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Terapi komplementer Semester 5
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan di Itkes Wiyata Husada Samarinda.

Kami berharap semoga makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam


mempelajari materi tentang hipertensi dengan penanganan terapi komplementer.
Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lain yang akan menulis tema
yang sama khususnya bagi kami sendiri sebagai penyusun.

Samarinda 23 januari 2021

Kelompok 1

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................2
C. Manfaat.........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Terapi Komplementer...................................................................................3
B. Hipertensi......................................................................................................4
C. Analisa Jurnal................................................................................................7
D. Hasil dan Pembahasan..................................................................................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................23
B. Saran...........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah Dewasa ini masyarakat sudah tidak asing lagi mendengar
kata Hipertensi. Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang umum
dijumpai di masyarakat, dan merupakan penyakit yang terkait dengan
sistem kardiovaskuler. Hipertensi memang bukan penyakit menular,
namun kita juga tidak bisa menganggapnya sepele, selayaknya kita harus
senantiasa waspada.
Saat ini, angka kematian karena hipertensi di Indonesia sangat
tinggi. Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke
dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua
umur di Indonesia. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran
darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal, yaitu
140/90 mmHg.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007
menunjukan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7%
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia). Dari jumlah itu, 60%
penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung,
gagal ginjal, dan kebutaan.
Sementara di dunia Barat, hipertensi justru banyak menimbulkan
gagal ginjal, oleh karena perlu diadakan upaya-upaya untuk menekan
angka peyakit hipertensi terlebih bagi penderita hipertensi perlu diberikan
perawatan dan pengobatan yang tepat agar tidak menimbukan komplikasi
yang semakin parah. Selain itu pentingnya pemberian asuhan keperawatan
pada pasien hipertensi juga sangat diperlukan untuk melakukan
implementasi yang benar pada pasien hipertensi.
Penanganan kasus hipertensi mengalami perkembangan. Berbagai
terapi komplementar (pendamping) menjadi terapi tambahan yang telah
diberikan pada penderita hipertensi selain terapi perubahan gaya hidup dan
obat-obatan. Salah satu terapi komplementer yang dapat digunakan untuk
mengobati hipertensi adalah Akupunktur, Akupresure dan Relaksasi.

1
B. Tujuan
1. Mengetahui apa itu terapi komplementer
2. Mengetahui tentang hipertensi
3. Menganalisis jurnal terapi komplementer pada hipertensi
4. Mengetahui hasil analisis dan pembahasannya

C. Manfaat
Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan masukan bagi
pelayanan keperawatan sebagai salah satu terapi alternative dalam
pengobatan hipertensi karna bias meminimalisirkan penggunaan obat-
obatan kimia.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Terapi Komplementer
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang
digabungkan dalam pengobatan modern. Terapi komplementer juga ada
yang menyebutnya dengan pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh
bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu
sebuah keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan
jiwa dalam kesatuan fungsi.
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan
pengobatan masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak
sedikit klien bertanya tentang terapi komplementer atau alternatif pada
petugas kesehatan seperti dokter ataupun perawat. Masyarakat mengajak
dialog perawat untuk penggunaan terapi alternative. Hal ini terjadi karena
klien ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya,
sehingga apabila keinginan terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien.
Hal ini dapat menjadi peluang bagi perawat untuk berperan memberikan
terapi komplementer.
Prinsip holistik pada keperawatan ini perlu didukung kemampuan
perawat dalam menguasai berbagai bentuk terapi keperawatan termasuk
terapi komplementer. Penerapan terapi komplementer pada keperawatan
perlu mengacu kembali pada teori-teori yang mendasari praktik
keperawatan. Misalnya teori Rogers yang memandang manusia sebagai
sistem terbuka, kompleks, mempunyai berbagai dimensi dan energi. Teori
ini dapat mengembangkan pengobatan tradisional yang menggunakan
energi misalnya tai chi, chikung, dan reiki.
Teori keperawatan yang ada dapat dijadikan dasar bagi perawat
dalam mengembangkan terapi komplementer misalnya teori transkultural
yang dalam praktiknya mengaitkan ilmu fisiologi, anatomi, patofisiologi,
dan lain-lain. Hal ini didukung dalam catatan keperawatan Florence
Nightingale yang telah menekankan pentingnya mengembangkan
lingkungan untuk penyembuhan dan pentingnya terapi seperti musik

3
dalam proses penyembuhan. Selain itu, terapi komplementer
meningkatkan kesempatan perawat dalam menunjukkan caring pada klien.
Pengobatan dengan menggunakan terapi komplementer
mempunyai manfaat selain dapat meningkatkan kesehatan secara lebih
menyeluruh juga lebih murah. Terapi komplementer terutama akan
dirasakan lebih murah bila klien dengan penyakit kronis yang harus rutin
mengeluarkan dana.
Pengalaman klien yang awalnya menggunakan terapi modern
menunjukkan bahwa biaya membeli obat berkurang 200-300 dolar dalam
beberapa bulan setelah menggunakan terapi komplementer. Minat
masyarakat Indonesia terhadap terapi komplementer ataupun yang masih
tradisional mulai meningkat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya
pengunjung praktik terapi komplementer dan tradisional di berbagai
tempat. Selain itu, sekolah-sekolah khusus ataupun kursus-kursus terapi
semakin banyak dibuka.
Kebutuhan perawat dalam meningkatnya kemampuan perawat
untuk praktik keperawatan juga semakin meningkat. Hal ini didasari dari
berkembangnya kesempatan praktik mandiri. Apabila perawat mempunyai
kemampuan yang dapat dipertanggungjawabkan akan meningkatkan hasil
yang lebih baik dalam pelayanan keperawatan.

B. Hipertensi
Menurut WHO (2014), Hipertensi adalah tekanan darah sistole ≥
140 mmHg dan tekanan darah diastole ≥ 90 mmHg. Hipertensi merupakan
masalah kesehatan global yang membutuhkan perhatian karena dapat
menyebabkan kematian utama di Negara maju maupun berkembang.
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) tahun 2013
diketahui bahwa hipertensi sering menimbulkan penyakit kardiovaskuler,
ginjal dan stroke.
Hipertensi adalah salah satu contoh penyakit tidak menular,
menjadi hipertensi masalah kesehatan sangat serius. Penyakit ini dikenal
juga silent killer. Penyakit ini akan menyerang berbagai organ dan
menyebabkan penyakit lain, misalnya, stroke, penyakit ginjal, serangan

4
jantung, dan juga kebutaan. Menurut hasil beberapa penelitian diketahui
bahwa hipertensi yang tidak terkontrol akan meningkatkan risiko stroke
hingga tujuh kali lipat dan tiga kali lipat risiko serangan jantung.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan,
yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer atau
hipertensi esensial merupakan hipertensi yang penyebabnya tidak
diketahui, sering dikenal sebagai hipertensi idopatik. Hipertensi ini paling
sering terjadi, sekitar 95% kasus hipertensi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi hipertensi ini diantaranya adalah faktor genetik,
lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf, serta faktor-faktor yang
meningkatkan risiko seperti obesitas, alkohol, merokok. Hipertensi primer
tidak dapat disembuhkan dan cenderung berkembang secara bertahap
selama bertahun-tahun, meski begitu hipertensi primer dapat dikendalikan
dengan terapi yang tepat (termasuk modifikasi gaya hidup dan obat) (Bell
& Twiggs, et al, 2018).
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, terdapat sekitar 5%
kasus hipertensi jenis ini. Hipertensi jenis ini disebabkan oleh kondisi
medis ataupun penggunaan obat tertentu. Dengan demikian, untuk terapi
yang dibutuhkan adalah mengontrol kondisi kesehatan yang mendasari
atau menghentikan penggunaan obat tersebut. Penyebab paling umum dari
hipertensi sekunder dikaitkan dengan adanya gangguan ginjal seperti
penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular. Hipertensi sekunder
cenderung muncul mendadak dan sering menyebabkan tekanan darah yang
lebih tinggi dari bentuk hipertensi primer (Bell & Twiggs, et al, 2018).
Banyak faktor yang meyebabkan terjadinya hipertensi. Adapun
faktor yang mempengaruhi tekanan darah seperti; usia, stress, etnik, jenis
kelamin, variasi harian, obat-obatan, aktivitas, berat badan, dan merokok.
Hipertensi yang dialami penderitanya yang terus menerus dan tidak diatasi
dapat mengakibatkan banyak hal kesehatan terutama terjadi perdarahan
pada otak atau sering disebut stoke yang bahkan dapat mengakibatkan
kematian.

5
Join nation comitten on detection evolution and treatment of high
blood pressure, badan penelitian hipertensi di America Serikat,
menentukan batasan pada tekanan darah yang berbeda. Pada laporan JPC-
V, tekanan darah pada orang dewasa berusia 18 tahun diklasifikasikan
sebagai berikut (Aspiani, 2015).

Klasifikasi Derajat Hipertensi Berdasarkan JPC-V AS

NO Kriteria Tekanan darah

Sistolik Diastolik

1 2 3 4
1 Normal <130 mmHg <85 mmHg

2 Perbatas (high normal) 130-139 mmHg 85-89 mmHg

3 Hipertensi

Derajat 1 ringan 140-159 mmHg 90-99 mmHg

Derajat 2 sedang 160-179 mmHg 100-109

180-209 mmHg mmHg


Derajat 3 berat

≥ 210mmHg 110-119
Derajat 4 sangat berat
mmHg

≥ 120 mmHg
(Sumber : ci, dalam buku Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovakuler,
2015)
Tanda dan gejala utama pada penderita hipertensi adalah
(Kowalak, dkk, 2015).
1. Nyeri kepala oksipital gejala nyeri timbul pada saat bangun pagi
karena terjadi peningkatan tekanan intracranial.
2. Perasaan pening, bingung dan keletihan akibat penurunan perfusi
darah akibat vasokontraksi pembuluh darah.
3. Penglihatan yang kabur akibat kerusakan retina.

6
C. Analisa Jurnal
No Penulis Judul Desain Responden Prosedur Hasil
penilaian
1. Sulton Pengaruh Studi kasus Jumlah Menggunakan Tekanan darah pada
Wariin, Penekanan responden 28 rancangan quasy lansia dengan
Andi Eka Titik Akupresur lansia, terdapat eksperiment one hipertensi sebelum
Pranata Taixi (Ki3), 8 lansia yang grup pretest dilakukan
Sanyinjiao gugur dan posttest. penekanan titik
(Sp6) Terhadap tidak masuk presur taixi (ki3),
Penurunan dalam sanyinjiao (Sp6)
Tekanan Darah penelitian, 1 terhadap penurunan
Pada Lansia lansia karena tekanan darah pada
dengan osteoporosis lansia dengan
Hipertensi di pada bagian hipertensi di PSTW
PSTW Jember kaki kanan, 2 Jember memiliki
lansia rata-rata sistole 155
mengalami mmHg dan diastol
stroke, 1 lansia 93,5 mmHg
mengalami sedangkan hasil
edema setelah dilakukan
pergelangan tindakan penekanan
kaki dan 1 titik akupresur rata-
orang berumur rata sistol 142
kurang dari 60 mmHg dan diastol
tahun. Jadi 85 mmHg. Hal ini
jumlah menunjukkan
responden tindakan penekanan
sebanyak 20 pada titik akupresur
lansia efektif untuk
menurunkan
tekanan darah pada
lansia dengan
hipertensi di PSTW
Jember
2. Miko Eka Terapi Metode Jumlah peserta Mengajarkan Semua peserta yang
Putri, Hipertensi di pelaksanaa penyuluhan peserta latihan menderita hipertensi
Nurfitriani Rumah dengan n tersebut relaksasi otot sebanyak 20 orang
Terapi pengabdian berjumlah 20 progresif. mengikuti kegiatan
Komplementer orang. Hanya 1 Evaluasi dari penyuluhan dan
orang yang hasil proses latihan relaksasi
kondisi kegiatan otot progresif
tekanan dilakukan dengan harapan
darahnya dengan dapat dilakukan
dalam kondisi wawancara dan secara mandiri
normal yaitu melihat apakah nantinya walaupun
120/80 mmhg. peserta mampu hasilnya 25 %
Sebanyak 19 mempraktikkan penderita setelah
orang peserta latihan tekhnik pelatihan relaksasi
lainnya relaksasi otot otot progresif belum
memiliki progresif mengalami
tekanan darah penurunan
lebih dari 130

7
untuk sistole
dan lebih dari
90 untuk
diastole.
3. Yuninda Therapy For Studi kasus 1 orang Intervensi Dengan terapi
Asyroful K, Hypertension responden dilakukan selama akupuntur yang di
Ario With berumur 49 3 kali dalam kombinasikan
Imandiri, Acupuncture tahun seminggu selama dengan terapi herbal
And Herbal 4 minggu serta pada pasien
Myrna
Cucumber kombinasi terapi didapatkan hasil
Adianti herbal tekanan darah pada
menggunakan pasien sebelum
infusa buah terapi 171/100
mentimun mmHg, setelah
dengan dosis 150 terapi mengalami
gram dan air penurunan menjadi
sebanyak 250 ml 137/88 mmHg serta
yang dikonsumsi terjadi penurunan
sekali sehari pada keluhan tubuh
setiap siang pasien
selama 27 hari
4. Aminuddin, Penurunan Studi kasus Sampel Menggunakan Didapatkan hasil
Yulianus Tekanan Darah menggunakan metode rata-rata tekanan
Sudarman, Penderita rumus penelitian darah sebelum
Moh Hipertensi Lemeshow analitik dengan dilakukan terapi
Setelah dengan jumlah menggunakan akupresur adalah
Syakib
Diberikan 7 responden desain penelitian 144,76/90,95
Terapi pra eksperimen mmHg sedangkan
Akupresur dengan one rata-rata setelah
group pre dan dilakukan terapi
post test design akupresur adalah
140,24/86,67
mmHg. Hal ini
menunjukkan
bahwa ada
pengaruh perubahan
pemberian terapi
akupresur terhadapa
penurunan tekanan
darah pada pasien
hipertensi di
wilayah kerja
pusksemas
Mamboro
5. Rifki Pengaruh Studi kasus Sampel dalam Metode Didapatkan hasil
Sakinah Aplikasi penelitian ini penelitian ini rata-rata tekanan
Nompo Akupuntur 15 responden menggunakan darah sebelum
pada Pasien dengan desain aplikasi akupuntur
Hipertensi di menggunakan eksperimen adalah 172.93
Puskesmas teknik sampel pretest-posttest mmHg dan setelah
Sentani accidental tanpa kelompok aplikasi akupuntur
Kabupaten kontrol dengan pada pertemuan

8
Jayapura mempertimbang pertama 155.87
kan tim series. mmHg. Sedangkan
Intervensi ini pada pertemuan
menggunakan kedua rata-rata
mesin stimulator tekanan darah
akupuntur tekanan darah rata-
dengan rata sebelum
gelombang aplikasi akupuntur
kontinyu, 154.50 mmHg dan
frekuensi 4, setelah aplikasi
tegangan 6 dan akupuntur 135.73
dilakukan selama mmHg. Hal ini
15 menit. menunjukkan
Intervensi ini terdapat pengaruh
dilakukan dua perubahan setelah
kali seminggu menggunakan
dengan jeda 2-3 aplikasi akupuntur
hari pada penderita
hipertensi di
Puskesmas Sentani

D. Hasil dan Pembahasan


Dari 5 jurnal yang direview, semua jurnal tersebut menunjukkan
hasil yang signifikan dalam menurunkan tekanan darah sistolik maupun
diastolik pada penderita hipertensi. Tetapi didapatkan pasien lebih bisa
menerima atau memilih menggunakan terapi akupresur dan relaksasi
dibandingkan dengan menggunakan terapi akupuntur. Hal ini dikarenakan
terdapat beberapa pasien yang takut dengan penggunaan jarum saat
tindakan sehingga terapi akupresure yang hanya dengan penekanan jarilah
yang menjadi pilihannya
1. Terapi Akupuntur
Akupunktur berasal dari kata acus yang berarti jarum dan
punktura yang berarti penusukan. Akupunktur merupakan suatu
metode terapi dengan penusukan pada titik- titik di permukaan tubuh
untuk mengobati penyakit maupun kondisi kesehatan lainnya.
Akupunktur merupakan stimulasi terhadap titik anatomis tertentu pada
tubuh dengan berbagai macam teknik melalui penyisipan jarum besi
yang tipis menembus kulit menggunakan tangan atau dengan stimulasi
listrik.
Akupunktur merupakan suatu teknik pengobatan kuno yang
berlabuh pada pengobatan tradisional Tiongkok, telah dilaporkan
memiliki potensi untuk mengobati penyakit kardiovaskular, termasuk
hipertensi arteri. Namun, bukti kemanjuran dalam menurunkan

9
tekanan darah dari uji coba terkontrol, terutama di negara Barat
masyarakat masih kurang. Beberapa fitur akupunktur menjadikannya
sebagai alternatif terapi yang berpotensi menarik seperti ketika
diberikan secara hati-hati oleh tenaga medis yang kompeten, efek
samping relatif jarang terjadi. Karakteristiknya yang dirasakan sebagai
obat "holistik" dan "lunak", berlawanan dengan terapi obat
konvensional, menjadi cukup menarik bagi banyak pasien dan dapat
meningkatkan kepatuhan terhadap terapi dalam penyakit yang terkenal
karena kepatuhan pasien yang rendah dengan rejimen obat.
Mekanisme untuk menurunkan tekanan darah dengan
akupunktur masih terus ditelusuri. Ini karena patofisiologi hipertensi
sendiri sangat kompleks dan dipengaruhi interaksi dari berbagai
faktor. Namun berdasarkan penelitian yang ada mekanisme aksi
akupunktur bagi managemen hipertensi telah dikemukakan. Secara
segmental, penusukan akupunktur pada titik tertentu memicu stimulasi
saraf aferen yang akan diteruskan ke cornu posterior medula spinalis
dan kemudian ke cornu intermediolateral medula spinalis dan sediaan
yang menyebabkan hambatan pada stimulasi simpatik yang
mengakibatkan penurunan impuls simpatis dan peningkatan aktivasi
saraf parasimpatis yang menstimlasi vasodilatasi.
Efek akupunktur dalam menurunkan tekanan darah termasuk
dalam mengatur regulasi zat vasoaktif di endotel pembuluh darah.
Salah satu zat aktif yang diketahui dipengaruhi oleh pengeluaran dan
aktivasi melalui akupunktur adalah Nitric Oxide (NO), Tusukan jarum
pada titik akupunktur akan merangsang nada saraf parasimpatis dan
menekan nada saraf simpatik. Parasimpatis yang dominan akan
menghasilkan asetilkolin, di mana ikatan asetilkolin dalam sel endotel
akan menginduksi pembentukan Nitrit Oksida lokal dan di
endotelium, yang kemudian berdifusi menjadi otot polos pembuluh
darah dan kemudian mengubah aliran darah dan sirkulasi lokal, di
mana relaksasi otot pembuluh darah halus.

10
Ada beberapa manfaat utama lain terapi akupunktur yang
membantu menangani keluhan pada penderita kasus hipertensi
termasuk dapat mengurangi rasa sakit kepala kronis. Selain itu,
akupunktur juga dapat menjaga keseimbangan tubuh dengan
mengurangi ketegangan dan stres serta meningkatkan kekebalan tubuh
terhadap perubahan lingkungan atau penyakit. Sehingga akupunktur
tampaknya menjadi modalitas terapi komplementer yang efektif dan
aman untuk pengobatan hipertensi ringan hingga sedang pada pasien
hipertensi.
Langkah-langkah terapi akupuntur :
a. Alat yang diperlukan
1) Jarum (ukuran jarum : 0,5 cun, 1 cun, 1,5 cun
2) Bed/tempat yang datar
3) Sarung tangan (bila perlu)
4) Kapas alkohol
5) Bengkok
b. Pre Interaksi
1) Cek catatan keperawatan dan catatan medis klien
2) Cuci tangan
3) Siapkan alat yang diperlukan
c. Tahap orientasi
1) Beri salam, panggil responden dengan namanya, dan
perkenalkan diri
2) Menanyakan keluhan utama klien
3) Jelaskan tujuan, prosedur, kontrak waktu dan hal yang perlu
dilakukan klien selama pengobatan berlangsung
4) Berikan kesempatan kepada klien / anggota keluarga lainnya
untuk bertanya sebelum kegiatan dilakukan
d. Tahap kerja
1) Jaga privasi klien dengan menutup sampiran

11
2) Atur posisi klien, posisikan klien pada posisi telentang
(supine), duduk dengan tangan bertumpu di meja, berbaring
miring atau tengkurap dan berikan alas
3) Bantu lepaskan pakaian klien atau aksesoris yang dapat
menghambat tindakan akupuntur yang akan dilakukan (jika
perlu)
4) Bersihkan (desinfeksi) daerah yang akan ditusukkan jarum
dengan kapas alkohol

Titik Meridian LI 4 Hegu

Titik Meridian ST 36 Zusanli

Titik Meridian LV 3 Taichong

12
Titik BL 23 Shensu

Titik HT7 Shenmen

Titik PC6 Nein Guan

Titik LU9 Tai Yuan

13
5) Ambil jarum sesuaikan dengan ketebalan kulit klien
6) Jika menggunakan alat bantu, masukkan jarum ke dalam alat
bantu dan dekatkan dengan kulit untuk ditusukkan.
7) Jika tanpa bantuan :
Jika jarum tebal , jari salah satu tangan memegang bagian
pegangan jarum, arahkan mata jarum pada titik akupuntur
terpilih, dan tusukkan dengan teknik tertentu (tegak lurus,
menyudut, sejajar, dan lain-lain)
Jika jarum tipis, jari salah satu tangan memegang pegangan jarum
dan tangan lainnya memegang batang jarum sebagai pengarah
jarum dan penunjang jarum
Jika jarum kecil, jari telunjuk dan ibu jari menjepit batang jarum
(dekat mata jarum), kemudian jarum di tusukkan dengan cara
“memegaskan” jari telunjuk dan jempol tersebut
8) Tanyakan perasaan klien setelah di tusukkan jarum, apakah sudah
merasa nyaman/belum
9) Diamkan jarum di tempat penusukan selama 15-20 menit
10) Setelah sesi terapi selama 15-20 menit, cabut jarum dan
desinfeksi dengan kapas alkohol
e. Tahap terminasi
1) Kaji respon klien setelah dilakukan terapi akupuntur
2) Kaji respon klien setelah dilakukan terapi akupuntur
3) Beri reinfoercement positif kepada klien
4) Rapikan baju klien dan kembalikan ke posisi yang nyaman
5) Rapikan alat
6) Cuci tangan
7) Dokumentasi, catat hasil kegiatan yang telah dilakukan
2. Terapi Akupresur
Akupresur merupakan pengobatan tradisional yang berasal dari
Jepang dan telah berkembang di Asia lebih dari 5000 tahun yang lalu.
Akupresur memiliki prinsip kerja sama dengan akupuntur dengan
menstimulasi 14 sistem meridian untuk bioenergi di dalam tubuh

14
antara yin, yang dan qi (chee). Setiap meridian memiliki 400 sampai
500 titik saluran energi yang berhubungan dengan organ dalam serta
sistem tertentu yang berfungsi sebagai katup yang menyalurkan energi
pada seluruh tubuh. Energi yang tersalurkan akan mempengaruhi
emosi serta cara berfikir. Cara kerja akupresur adalah dengan
mengidentifikasi suatu penyakit berdasarkan titik-titik akupresur atau
acupoint yang berada di saluran meridian. Dengan memijat titik-titik
tersebut akan menyeimbangkan aliran energi sehingga dapat
mengurangi atau menghilangkan rasa sakit (Murdiyanti, 2019).
Akupresur merupakan terapi tusuk jari dengan memberikan
penekanan dan pemijatan pada titik tertentu pada tubuh yang
didasarkan pada prinsip ilmu akupresur (Fengge, 2015). Akupresur
merupakan tindakan yang mudah dilakukan dan memliki banyak
keuntungan. Akupresur sangat praktis karena dengan sentuhan
memiliki keajaiban tersendiri yang sangat berguna untuk
menghilangkan rasa lelah pada tubuh, memperbaiki sirkulasi darah,
merangsang tubuh untuk mengeluarkan racun. Penekanan ujung-ujung
jari tangan pada daerah tertentu dipermukaan kulit yang berdampak
postif terhadap kondisi fisik, mental dan sosial (Majid & Rini, 2016)
Akupresur dapat dimanfaatkan untuk pencegahan penyakit
tekanan darah tinggi, penyembuhan rehabilitasi, cemas,
menghilangkan rasa sakit, serta mencegah kekambuhan penyakit
Menurut (Kementerian Kesehatan RI, 2015), menjelaskan bahwa
akupresur dapat digunakan untuk meningkatkan stamina tubuh,
melancarkan peredaran darah, memperbaiki kualitas tidur serta
mengurangi stres atau menenangkan pikiran.
Langkah-langkah terapi akupresur (Murdiyanti, 2019)
a. Alat yang dibutuhkan
1) Sphygmomanometer
2) Stetoskop
3) Minyak zaitun
4) Lembar observasi tekanan darah

15
5) Tisue Basah dan kering
6) Matras
b. Pre interaksi
1) Persiapkan alat yang diperlukan
2) Cuci tangan
c. Tahap orientasi
1) Beri salam, panggil responden dengan namanya, dan
perkenalkan diri
2) Menanyakan keluhan atau kondisi responden
3) Jelaskan tujuan, prosedur, dan lainnya tindakan hal yang perlu
dilakukan oleh pasien selama terapi akupresur dilakukan
4) Berikan kesempatan pada pasien atau keluarga untuk bertanya
sebelum terapi dilakukan
5) Lakukan pengkajian untuk mengetahui keluhan dan kebutuhan
terapi komplementer yang diperlukan klien
d. Tahap kerja
1) Jaga privasi pasien dengan menutup tirai
2) Siapkan alat dan bahan seperti matras, minyak zaitun, tissue
basah & kering, sphygmomanometer.
3) Atur posisi klien dengan memposisikan pada posisi terlentang
(supinasi), duduk dengan tangan bertumpu dimeja, berbaring
miring, atau tengkurup dan berikan alas
4) Pastikan klien dalam keadaan rileks dan nyaman
5) Bantu melepaskan pakaian klien atau aksesoris yang dapat
menghambat tindakan akupresur yang akan dilakukan, jika
perlu
6) Cuci tangan
7) Kaji keluhan pasien dan ukur TTV pasien
8) Bersihkan telapak kaki klien dengan tissue basah
9) Keringkan telapak kaki klien dengan tissue kering
10) Tuangkan minyak zaitun ke tangan secukupnya

16
11) Massage ringan kaki klien untuk melemaskan otot-otot kaki
agar tidak kaku
12) Cari titik-titik rangsangan yang ada di tubuh, menekannya
hingga masuk ke sistem saraf., akupresur hanya memakai
gerakan tangan dan jari, yaitu teknis tekan putar, tekan titik,
dan tekan lurus .
13) Mulai melakukan akupresur pada titik KI 1 lakukan tekanan
selama 2 menit

14) Mulai melalukan akupresur pada titik LR 3 lakukan tekanan


selama 2 menit.

15) Mulai melakukan akupresur pada titik ki3 lakukan tekanan


selama 2 menit

16) Mulai melakukan akupresur pada titik SP6 lakukan tekanan


selama 2 menit

17
17) Mulai melalukan akupresur pada titik ST 36 lakukan tekanan
selamat 2 menit.

18) Mulai melalukan akupresur pada titik LI 4 lakukan tekanan


selamat 2 menit.

19) Mulai melalukan akupresur pada titik DU 16 lakukan tekanan


selamat 2 menit.

20) Mulai melalukan akupresur pada titik GB 20 lakukan tekanan


selamat 2 menit.

18
21) Mulai melalukan akupresur pada titik GB 21 lakukan tekanan
selamat 2 menit.

22) Mulai melalukan akupresur pada titik TH 17 lakukan tekanan


selamat 2 menit.

23) Setelah titik ditemukan, oleskan minyak secukupnya pada titik


tersebut untuk memudahkan melakukan pemijatan atau
penekanan dan mengurangi nyeri lecet ketika penekanan
dilakukan.
24) Lakukan pemijatan atau penekanan menggunakan jempol
tangan atau jari lain dengan 30 kali pemijatan atau pemutaran
searah jarum jam untuk menguatkan dan 40-60 kali pemijatan
atau putaran ke kiri untuk melemahkan. Pemijatan dilakukan
pada masing-masing bagian tubuh (kiri dan kanan) kecuali
pada titik yang terletak dibagian tengah.
e. Terminasi
1) Beritahu responden bahwa tindakan sudah selesai dilakukan,
rapikan klien kembali ke posisi yang nyaman
2) Evaluasi perasaan klien
3) Berikan reinforcement positif kepada pasien dan berikan air
putih 1 gelas
4) Kaji kembali tekanan darah klien
5) Rapikan alat dan cuci tangan

19
f. Hasil
1) Evaluasi hasil kegiatan dan respon klien setelah tindakan
2) Lakukan kontrak untuk terapi selanjutnya
3) Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
g. Dokumentasi
1) Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal, dan jam pelaksana
2) Catat hasil tindakan (respon subjektif dan objektif)
3) Dokumentasi tindakan dalam bentuk SOP

3. Terapi relaksasi
Teknik relaksasi otot progresif adalah memusatkan perhatian pada
suatu aktivitas otot, dengan mengidentifikasikan otot yang tegang
kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi
untuk mendapatkan perasaan relaks (Purwanto,2016).
Respon relaksasi merupakan bagian dari penurunan umum
kognitif, fisiologis, dan stimulasi perilaku. Relaksasi dapat merangsang
munculnya zat kimia yang mirip dengan beta blocker di saraf tepi yang
dapat menutup simpul-simpul saraf simpatis yang berguna untuk
mengurangi ketegangan dan menurunkan tekanan darah (Hartono,
2017).
Terapi ini dapat menjadi salah satu terapi non farmakologi bagi
masyarakat untuk menurunkan dan mengontrol tekanan darah pada
penderita hipertensi esensial. Salah satu manfaat dari terapi ini adalah
berkurangnya sakit kepala dan kelelahan fisik serta tidak mengalami
kesulitan dan gangguan pada saat tidur. Istirahat yang cukup, membuat
penderita hipertensi tidak mudah mengalami kelelahan fisik. Secara
fisik, relaksasi akan menimbulkan rasa nyaman atau relaks.
Penelitian yang dilakukan oleh Baune, et al., (2015) menyebutkan
bahwa semua dimensi dari kualitas hidup yang terdiri dari psikologis,
fisik, sosial dan lingkungan secara statistik memiliki hubungan yang
sangat signifikan dengan hipertensi. Dalam keadaan relaks, tubuh
melalui otak akan memproduksi endorphrin yang berfungsi sebagai
analgesik alami tubuh dan dapat meredakan rasa nyeri (keluhan-
keluhan fisik). Begitupun dengan kondisi psikologis, dengan melakukan
guide imagery dan hypnosis akan terjadi pelepasan emosi-emosi negatif
seperti rasa marah, cemas, dan lain yang merupakan implikasi dari
meningkatnya kualitas hidup dari sisi psikologis.
Penderita hipertensi menyatakan bahwa dengan melakukan
pelatihan relaksasi secara teratur dapat membuat gangguan fisik yang
berkaitan dengan hipertensi menjadi berkurang. Beberapa keluhan fisik

20
yang reda akibat melakukan relaksasi adalah sakit di leher, sakit kepala,
sulit tidur, badan yang kaku dan pegal-pegal.
Secara psikologis, pelatihan relaksasi membuat penderita
hipertensi merasa relaks yang selanjutnya perasaan relaks tersebut
mengurangi rasa ketidaknyamanan dan membuat mereka menjadi
tenang, perasaan cemas serta khawatir pun menjadi berkurang.
Penderita hipertensi merasa lebih dapat mengendalikan emosinya jika
menghadapi hal-hal yang tidak menyenangkan dan dapat memancing
reaksi emosinya. Perubahan mood yang sangat fluktuatif dan perasaan
tidak bahagia yang biasanya menyertai perjalanan penyakit hipertensi
semakin berkurang. Perubahan emosi negatif ke emosi positif ternyata
menimbulkan dampak yang signifikan terhadap kehidupan sosial
penderita hipertensi.
Hubungan dengan orang lain menjadi lebih baik dan aktivitas
sosial pun mulai dijalankan karena berkurangnya rasa nyeri yang
selama ini dirasakan. Nyeri di kepala dapat menimbulkan gangguan
hidup penderita karena adanya disabilitas yang signifikan dengan
kehilangan waktu untuk bekerja dan berinteraksi sosial. Nyeri di kepala
juga dapat menurunkan kualitas hidup penderita sehingga dapat
menimbulkan kerugian besar di bidang ekonomi akibat banyaknya hari
kerja yang terbuang dan besarnya biaya pengobatan yang harus
dikeluarkan. Dukungan dari lingkungan juga diperoleh oleh penderita
hipertensi yang mengikuti pelatihan, berupa dukungan emosional dan
dukungan informasi. Perasaan takut untuk berjalan atau berpergian
mulai berkurang dan kemauan untuk bekerja serta melakukan aktivitas
sehari-hari dalam rangka memenuhi kebutuhan juga semakin kuat.
Varvogli dan Darviri (2015), yang melakukan analisis tentang
dampak relaksasi terhadap penurunan tekanan darah menyimpulkan
bahwa relaksasi selain dapat mengurangi dan mempengaruhi persepsi
terhadap rasa sakit, juga mampu mengurangi kecemasan serta
menciptakan perasaan nyaman pada penderita hipertensi. Selain itu,
relaksasi dapat meningkatkan aktivitas saraf parasimpatetik,
meningkatkan konsentrasi dan pengetahuan seseorang tentang sesuatu
yang terjadi dibalik ketegangan otot yang dialami oleh penderita
hipertensi. Lebih jauh lagi relaksasi dapat meningkatkan kemampuan
individu dalam mengendalikan perasaannya dan meningkatkan
kemampuan dalam melakukan aktivitas fisik dan membantu penderita
dalam berinteraksi di dalam lingkungannya. Semua perubahan yang
terjadi baik dari aspek fisik, psikologis dan sosial tersebut merupakan
dimensi dari kualitas hidup
Langkah-langkah terapi relaksasi :

21
a. Duduk atau berbaring di ruangan yang nyaman serta jauh dari
kebisingan
b. Kencangkan otot-otot kaki selama lima detik
c. Lalu lemaskan otot-otot tersebut selama 5 detik
d. Rentangkan jari-jari kaki Anda agar tidak kram.
e. Kembali kencangkan dan lemaskan otot-otot betis dengan durasi
waktu yang sama.
f. Selanjutnya, kencangkan dan lemaskan otot-otot pinggul dan
bokong.
g. Lalu, lakukan juga metode yang sama pada otot-otot perut dan dada.
h. Setelah itu, kencangkan otot-otot bahu lalu lemaskan.
i. Lalu bisa mengencangkan otot-otot wajah dengan cara mengerutkan
wajah sambil memejamkan mata selama 5 detik.
j. Lalu lemaskan otot-otot wajah selama 5 detik.
k. Terakhir, lemaskan otot-otot tangan dengan mengepal tangan selama
5 detik dan melepaskan kepalan perlahan-lahan selama 5 detik.

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil literature review ini diketahui bahwa
terdapat 3 jenis terapi komplementer seperti Akupuntur, Akupresur dan
Relaksasi. Dari 5 jurnal yang telah dianalisis, menunjukkan bahwa
menerapkan 3 terapi komplementer tersebut terdapat hasil yang signifikan
dalam menurunkan tekanan darah sistolik maupun diastolik pada penderita
hipertensi. Salah satu hambatannya adalah terdapat pasien yang lebih bisa
menerima atau memilih menggunakan terapi akupresur dan relaksasi
dibandingkan dengan menggunakan terapi akupuntur. Hal ini dikarenakan
terdapat beberapa pasien yang takut dengan penggunaan jarum saat
tindakan sehingga terapi akupresure yang hanya dengan penekanan jarilah
yang menjadi pilihannya

B. Saran
Mahasiswa dan pembaca bisa menerapkan terapi komplementer
untuk tindakan keperawatan menangani penyakit hipertensi.

23
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin, Yulianus Sudarman, Moh Syakib (2020). Penurunan Tekanan Darah
Penderita Hipertensi Setelah diberikan Terapi Akupresur. Jurnal
Kesehatan Manarang. Vol.6, No.1, Juli 2020, pp.57-61. ISSN 2528-5602
(Online), ISSN 2443-3861 (Print).
Aspiani (2015). Hipertensi Penyakit Paling Banyak Diidap Masyarakat,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Dinkes Sleman (2018). Profil Kesehatan Sleman, Dinas Kesehatan Sleman,
Yogyakarta.
Miko, Eka Putri., Nurfitriani (2020). Terapi Hipertensi di Rumah dengan Terapi
Komplementer. Jurnal Abdimas Kesehatan (JAK). Vol.2, No.1, Januari
2020. Doi : 10.36565/jak.v2i1.94. p-ISSN: 2655-9266. e-ISSN: 2655-9218
Murdiyanti (2019). Konsep Akupresur, Profil Kesehatan JawaTengah
,Yogyakarta.
Nuraini B (2015). Risk Factors Of Hypertension, diakses tanggal 22 JANUARI
2021(http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/60
2)
Rifki, Sakinah N (2020). Pengaruh Aplikasi Akupuntur pada Pasien Hipertensi di
Puskesmas Sentani Kabupaten Jayapura. Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah. Vol.5, No.2.
Sulton Wariin, Andi Eka Pranata (2018). Pengaruh Penekanan Titik Akupresur
Taixi (Ki3), Sanyianjiao (Sp6) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Lansia dengan Hipertensi di PSTW Jember. Jurnal Kesehatan dr.Soebandi
Vol.6, No. 2, hal 01-08. ISSN : 2302-7932. e-ISSN: 2527-7529.
Yuninda Asyroful., Ario Imandiri, Myrna Adianti (2020). Therapy For
Hypertension With Acupuncture And Herbal Cucumber (Cucumis
Sativus). Journal of Vocational Health Studies 04 (2020). p-ISSN : 2580-
7161 ; e-ISSN : 2580-717x. DOI : 10.20473/jvhs.V4I1.2020. 41-49

Anda mungkin juga menyukai