Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH HOME CARE NURSING

“TERAPI KOMPLEMENTER”

Dosen Pengampu: Rus Andraini A.Kp M.Ph

Disusun oleh :

Bella Febrianti
Febriana Indah Sari
Intan Widyasari Paramitha
Nur Laelly Azizah
Riska Hidayati
Rusdiyati
Susi Indrieni

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR
D-III KEPERAWATAN BALIKPAPAN
TAHUN AJARAN 2018/2019

Page 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karuniannya
makalah ini dapat terselesaikan. Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak
mengalami kesulitan,terutama disebabkan oleh kurangnya pengetahuan yang
menunjang. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Makalah ini berasal dari berbagai sumber. Dari makalah ini insyaallah
yang lain akan mendapatkan pengetahuan yang lebih luas dan lebih mudah
mengingatnya. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan teman-teman. Amin. Salam.

Balikpapan, 10 Agustus 2019

Page 2
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 2

DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 3

BAB I ............................................................................................................................................................ 4

PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 4

A. Latar Belakang ................................................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 6
C. Tujuan ................................................................................................................................ 6
BAB II........................................................................................................................................................... 7

TINJAUAN TEORI ...................................................................................................................................... 7

A. Home Care nursing ............................................................................................................ 7


B. Sejarah Terapi Komplementer ........................................................................................... 7
C. Sejarah Terapi Komplementer di Jepang ........................................................................ 12
D. Latar Belakang Terapi Komplementer ............................................................................. 13
E. Dasar Teori Terapi Komplementer .................................................................................. 16
F. Jenis Terapi Komplementer ............................................................................................. 24
1. Herbal Medicine........................................................................................................... 24
2. Diet Nutrion and Lifestyle change .............................................................................. 27
ASUHAN KEPERAWATAN HOME CARE NURSING DENGAN TERAPI
KOMPLEMENTER PADA KASUS DIABETES MELLITUS .............................................. 30
BAB III ....................................................................................................................................................... 35

PENUTUP .................................................................................................................................................. 35

A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 36

Page 3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Implementasi praktik keperawatan yang dilakukan oleh perawat
sebenarnya tidak harus dilakukan di rumah sakit, klinik, ataupun di gedung
puskesmas tetapi dapat juga dilaksanakan dimasyarakat maupun dirumah pasien.
Pelayanan keperawatan yang dilkukan dirumah pasien disebut Home
Care. Pelayanan kesehatan di rumah merupakan program yang sudah ada dan
perlu dikembangkan, karena telah menjadi kebutuhan masyarakat, Salah satu
bentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dan memasyarakat serta menyentuh
kebutuhan masyarakat yakni melalui pelayanan keperawatan Kesehatan di rumah
atau Home Care.
Berbagai faktor yang mendorong perkembangannya sesuai dengan
kebutuhan masyarakat yaitu melalui pelayanan keperawatan kesehatan di rumah.
Berbagai faktor yang mendorong perkembangan pelayanan keperawatan
kesehatan dirumah atara lain : Kebutuhan masyarakat, perkembangan IPTEK
bidang kesehatan, tersedianya SDM kesehatan yang mampu memberi pelayanan
kesehatan di rumah
Pengobatan komplementer merupakan suatu fenomena yang muncul
saat ini diantara banyaknya fenomena - fenomena pengobatan non
konvensional yang lain, seperti pengobatan dengan ramuan atau terapi herbal,
akupunktur, dan bekam. Definisi CAM (Complementary and Alternative
Madacine) suatu bentuk penyembuhan yang bersumber pada berbagai system,
modalitas dan praktek kesehatan yang didukung oleh teori dan kepercayaan
(Hamijoyo, 2003).
Masyarakat luas saat ini mulai beralih dari pengobatan modern
(Medis) ke pengobatan komplementer, meskipun pemgobatan modern juga
sangat popular di perbincangkan di kalangan masyarakat, sebagai contoh
banyak masyarakat yang memilih mengobatkan keluarga mereka yang patah

Page 4
tulang ke pelayanan non medis (sangkal putung) dari pada mengobatkan
ke Rumah Sakit ahli tulang. Sakit adalah suatu alasan yang paling umum
untuk mencari pengobatan demi memperoleh kesembuhan. Hal ini
dibuktikan di salah satu Negara modern (Israel), dimana dalam subuah
penelitian tentang penggunaan klinik pengobatan komplementer untuk
pengobatan nyeri. Di negara tersebut ada 395% terlihat warga yang
mengunjungi klinik pengobatan komplementer, 69 pasien (46,6%) dengan
nyeri punggung, nyeri lutut 65 (43,9%), dan 28 (32,4%) lainnya nyeri tungkai
(Peleg, 2011) .
Menurut World Health Organization (WHO, 2003) dalam Lusiana
(2006), Negara - negara di Afrika, Asia, dan Amerika Latin menggunakan obat
herbal sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terima. Bahkan di
Afrika sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat herbal untuk
pengobatan primer (WHO, 2003). Bahkan (WHO) merekomendasikan
penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan
masyarakat, pencegahan, dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit
kronis, penyakit degenerative, dan kanker. WHO juga mendukung upaya -
upaya dalam peningkatan keamanan dan khasiat dari obat tradisional.
Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2005,
terdapat 75 – 80% dari seluruh penduduk dunia pernah menjalani pengobatan
non-konvensional. Beberapa rumah sakit di Indonesia, pengobatan
komplementer ini sudah mulai diterapkan sebagai terapi penunjang atau
sebagai terapi pengganti bagi pasien yang menolak pengobatan konvensional.
Terapi komplementer dapat dilakukan atas permintaan pasien sendiri ataupun
atas rujukan dokter. Diharapkan dengan penggabungan pengobatan
konvensional komplementer bisa didapatkan hasil terapi yang lebih baik.
Di Indonesia, Rumah Sakit Kanker “Dharmais “Jakarta merupakan salah satu
dari 12 rumah sakit yang telah ditunjuk oleh Departemen Kesehatan
untuk melaksanakan dan mengembangkan pengobatan komplementer ini dan
12 rumah sakit lainnya adalah Rumah Sakit Persahabatan Jakarta, Rumah
Sakit Dokter Soetomo Surabaya, Rumah Sakit Kandou Manado, RSUP

Page 5
Sanglah Denpasar, RSUP Dr. Wahidin Sudiro Husodo Makassar, RS TNI
AL Mintoharjo
Diantara banyaknya masyarakat yang memilih menggunakan
pengobatan komplementer saat ini, ada beberapa alasan yang menyebabkan
mereka takut untuk menggunakan pengobatan komplementer ialah
pengalaman berobat di kedokteran yang tidak kunjung sembuh, banyaknya
pengobatan modern yang gagal, pengobatan komplementer lebih murah
dibandingkan dengan pengobatan modern. Kepercayaan terhadap pengobatan
komplementer bahkan budaya juga dapat mempengaruhi anggapan tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Terapi Komplementer?
2. Bagaimana Latar Belakang Terapi Komplementer?
3. Bagaimana Dasar Teori Terapi Komplementer?
4. Apa itu terapi pengobatan herbal?
5. Apa itu terapi diet nutrition?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui dan memahami tentang Sejarah Terapi Komplementer.
2. Dapat mengetahui dan memahamitentang Latar Belakang Terapi
Komplementer.
3. Dapat mengetahui dan memahami tentang Dasar Teori Terapi
Komplementer.
4. Dapat mengetahui dan memahami tentang terapi pengobatan herbal.
5. Dapat mengetahui dan memahami tentang terapi diet.

Page 6
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Home Care nursing


Menurut Departemen Kesehatan (2002) menyebutkan bahwa home care
adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang
diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan
untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau
memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit.
B. Sejarah Terapi Komplementer
Sejarah Perkembangan Terapi komplementer memiliki banyak sejarah
tentang penyembuhan secara tradisional dari banyak kebudayaan. Perawatan ala
Cina dan Ayurweda kuno termasuk didalamnya akupuntur, herbal, meditasi, dan
pergerakan. Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisonal yang
digabungkan dalam pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan
terapi tradisonal kedalam pengobatan modern (Andrews et al., 1999).
Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan
holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang memengaruhi individu
secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu untuk mengintegrasikan
pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith et al., 2004).
Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer sebagai sebuah domain
luas dalam sumber daya pengobatan yang meliputi sistem kesehatan, modalitas,

Page 7
praktik dan ditandai dengan adanya teori dan keyakinan, dengan cara berbeda
dari sistem pelayanan kesehatan yang umum di masyarakat atau budaya yang ada
(Synder & Lindquis, 2002).
Terapi komplementer termasuk didalamnya seluruh praktik dan ide yang
didefinisikan oleh pengguna sebagai pencegahan atau pengobatan penyakit atau
promosi kesehatan dan kesejahteraan. Fokus terapi memandang manusia sebagai
makhluk yang holistik (bio, psiko, sosial, dan spiritual). Terapi komplementer
adalah terapi yang digunakan secara bersama-sama dengan terapi lain dan bukan
untuk menggantikan terapi medis. Terapi komplementer dapat digunakan sebagai
single therapy ketika digunakan untuk meningkatkan kesehatan (Sparber, 2005).
Alasan Pemilihan Komplementer Beberapa data menunjukkan bahwa
sekitar 42% orang Amerika memanfaatkan terapi komplementer. Hal ini tidak
mengherankan karena sekitar 39% dokter praktik menyediakan pelayanan terapi
komplementer. Alasan yang membuat orang untuk memanfaatkan terapi
komplementer sangat beragam, namun intinya adalah terapi modern pada
beberapa aspek dirasa banyak efek sampingnya.
Terapi komplementer dalam penanganan kanker, tidak hanya sekedar
menghilangkan kanker, namun mempertimbangkan hal lain yang
melatarbelakangi kanker tersebut. Karenanya dalam pendekatan pemecahan
masalah kesehatan, kedokteran timur cenderung lebih alamiah dan lebih aman
dari sisi efek samping yang tidak didapatkan pada pengobatan moderen (barat)
karena cenderung menggunakan bahan sintetik / kimia.
Kebanyakan masyarakat yang mencari terapi komplementer adalah
mereka yang menderita penyakit kronis. Penyakit kronis yang dimaksud adalah
umumnya menyebabkan nyeri yang mengganggu dan terutama lagi
pengobatannya membutuhkan waktu yang lama dan kadang pula menyebabkan
penderita menjadi frustasi dengan pengobatan konvensional yang ada.
Di samping harga obat yang umumnya mahal, kita ketahui pula bahwa
efek samping dari pengobatan OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid)
konvensional, mulai dari perdarahan saluran cerna bagian atas, gangguan ginjal
dan disfungsi trombosit. Karena itu dibutuhkan pengetahuan dan dasar ilmu yang

Page 8
cukup bagi seorang dokter mengenai terapi komplementer dan alternatif supaya
dapat mendampingi pasiennya dalam memilih terapi secara bijaksana.
Alasan yang paling umum orang menggunakan terapi komplementer
adalah untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan/wellness.Wellness
mencakup kesehatan optimum seseorang, baik secara fisik, emosional, mental
dan spiritual. Fokus terapi komplementer adalah kesejahteraan yang
berhubungan dengan tubuh, pikiran dan spirit. Terapi komplementer bertujuan
untuk mengurangi stres, meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,
menghindari efek samping, gejala-gejala dan mengontrol serta menyembuhkan
penyakit (Purnel, 2001).
Jenis Terapi Komplementer Ada banyak jenis metode dalam terapi
komplementer ini, seperti akupuntur, chiropractic, pijat refleksi, yoga, tanaman
obat/ herbal, homeopati, naturopati, terapi polaritas atau reiki, teknik-teknik
relaksasi, termasuk hipnoterapi, meditasi, visualisasi, dan sebagainya. Obat- obat
yang digunakan bersifat natural/ mengambil bahan dari alam, seperti jamu-
jamuan, rempah yang sudah dikenal (jahe, kunyit, temu lawak dan sebagainya),
sampai bahan yang dirahasiakan.
Pendekatan lain seperti menggunakan energi tertentu yang mampu
mempercepat proses penyembuhan, hingga menggunakan doa tertentu yang
diyakini secara spiritual memiliki kekuatan penyembuhan.

Berikut jenis pelayanan terapi komplementer :

1. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) : Hipnoterapi,


mediasi, penyembuhan spiritual, doa dan yoga.
2. Sistem pelayanan pengobatan alternative : akupuntur, akupresur, naturopati,
homeopati, aromaterapi dan ayurveda.
3. Cara penyembuhan manual : chiropractice, healing touch, tuina, shiatsu,
osteopati, pijat.
4. Pengobatan farmakologi dan biologi : jamu, herbal, dan gurah.
5. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan : diet makro nutrient, dan
mikro nutrient.

Page 9
Konsep Keilmuan Pada dasarnya, terapi komplementer bertujuan untuk
memperbaiki fungsi dari sistemsistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan
pertahanan tubuh, agar tubuh dapat menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang
sakit, karena tubuh kita sebenarnya mempunyai kemampuan untuk
menyembuhkan dirinya sendiri, asalkan kita mau mendengarkannya dan
memberikan respon dengan asupan nutrisi yang baik dan lengkap serta
perawatan yang tepat.
Hasil penelitian terapi komplementer yang berhasil dibuktikan secara ilmiah
misalnya terapi sentuhan untuk meningkatkan relaksasi, menurunkan nyeri,
mengurangi kecemasan, mempercepat penyembuhan luka, dan memberi
kontribusi positif pada perubahan psikoimunologik (Hitchcock et al., 1999).
Terapi pijat (massage) pada bayi yang lahir kurang bulan dapat
meningkatkan berat badan, memperpendek hari rawatan, dan meningkatkan
respon. Sedangkan terapi pijat pada anak autis mengingkatkan perhatian dan
belajar. Terapi pijat juga dapat meningkatkan pola makan dan meningkatkan
citra tubuh serta menurunkan kecmasan pada anak susah makan ( Stanhop,
2004).
Terapi hiropraksi terbukti dapat menurunkan nyeri haid dan level plasma
prostaglandin selama haid (Fontaine, 2005) Hasil lainnya yang dilaporkan
misalnya penggunaan aromaterapi. Salah satu aromaterapi berupa penggunaan
minyak esensial berkhasiat untuk mengatasi bakteri dan jamur (Buckle, 2003).
Minyak lemon thyme mampu membunuh bakteri Streptokokus dan
stafilokokus serta tuberculosis (Smith et al., 2004).Tanaman lavender dapat
mengontrol minyak kulit.Sedangkan teh dapat memebersihkan jerawat dan
membatasi kekambuhan (Key, 2008).Dr. Carl menemukan bahwa penderita
kanker lebih cepat sembuh dan berkurang rasa nyerinya dengan meditasi dan
imagery (Smith et al., 2004).
Hasil riset juga menunjukkan hipnoterapi meningkatkan suplai oksigen
perubahan vaskular dan termal, mempengaruhi aktivitas gastrointestinal dan

Page 10
mengurangi kecemasan (Fontaine, 2005).Hasil-hasil tersebut menyatakan terapi
komplementer sebagai suatu paradigma baru (Smith et al., 2004).
Bentuk terapi yang digunakan dalam terapi komplemnter ini beragam
sehingga disebut juga dengan terapi holistik. Terminologi kesehatan holistik
mengacu pada integrasi secara menyeluruh dan mempengaruhi kesehatan,
prilaku postif, memiliki tujuan hidup, dan pengembangan spiritual (Hitchcock et
al., 1999).
Dasar Hukum Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan
RI Nomor 1109 Tahun 2007 tentang penyelenggaraan pengobatan
komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan. Menurut aturan itu,
pelayanan komplementer-alternatif dapat dilaksanakan secara sinergi,
terintegrasi, dan mandiri di fasilitas pelayanan kesehatan.Pengobatan itu harus
aman, bermanfaat, bermutu, dan dikaji institusi berwenang sesuai dengan
ketentuan berlaku.Selain itu, dalam Permenkes RI No 1186/Menkes/Per/XI/1996
diatur tentang pemanfaatan akupunktur di sarana pelayanan kesehatan.
Di dalam salah satu pasal dari Permenkes tersebut menyebutkan bahwa
pengobatan tradisional akupunktur dapat dilaksanakan dan diterapkan pada
sarana pelayanan kesehatan sebagai pengobatan alternatif di samping pelayanan
kesehatan pada umumnya. Di dalam pasal lain disebutkan bahwa pengobatan
tradisional akupunktur dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
keahlian/keterampilan di bidang akupunktur atau oleh tenaga lain yang telah
memperoleh pendidikan dan pelatihan akupunktur. Sementara pendidikan dan
pelatihan akupunktur dilakukan sesuai dengan ketentuan perundangan yang
berlaku.
Sementara itu, Keputusan Menkes RI No 1076/Menkes/SK/VII/2003
mengatur tentang penyelenggaraan Pengobatan Tradisional. Di dalam peraturan
tersebut diuraikan cara- cara mendapatkan izin praktek pengobatan tradisional
beserta syarat- syaratnya. Khusus untuk obat herbal, pemerintah mengeluarkan
Keputusan Menkes RI Nomor 121 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Medik
Herbal.

Page 11
Untuk terapi SPA (Solus Per Aqua) atau dalam bahasa Indonesia sering
diartikan sebagai terapi Sehat Pakai Air, diatur dalam Permenkes RI No. 1205/
Menkes/Per/X/2004 tentang pedoman persyaratan kesehatan pelayanan Sehat
Pakai Air (SPA). Catatan : Perawat dapat melakukan intervensi mandiri kepada
pasien dalam fungsinya secara holistik.
C. Sejarah Terapi Komplementer di Jepang
Jepang merupakan negara yang menarik untuk dikaji terkait
perkembangan terapi komplementer. Karena terapi pengobatan Barat modern di
Jepang berkembang sangat maju dan berdampingan dengan obat tradisional Asia
(Suzuki, Takaramachi, Kanazawa, & Ishikawa, 2004). Beberapa terapi
komplementer yang berkembang di Jepang merupakan hasil dari pertukaran
budaya dan pengetahuan dengan Cina dan Korea. Pengobatan Cina yang
diadopsi oleh Jepang terdiri dari lima keterampilan, yaitu pengobatan herbal,
akupuntur, moksibusi, tao-yin, dan pijat. Keterampilan ini kemudian
dikembangkan menjadi terapi yang memiliki nilai khas Jepang. (Kobayashi,
Uefuji, & Yasumo, 2010)
Kobayashi dkk (2010) membagi sejarah perkembangan akupuntur Jepang
menjadi enam periode. Pertama, periode Asuka sampai Nara (592-794) di mana
pengobatan Cina mulai dikenalkan ke Jepang. Bukti tertua tentang masuknya
akupuntur ke Jepang adalah beberapa buku pengobatan dari Wu (Cina) tahun
562. Buku akupuntur tersebut juga berisi tabel acupoints dan meridian.
Kemudian 701M didirikan lembaga hukum medis pertama di Jepang, yaitu
Ishitsu-rei. Beberapa peraturan menerangkan tentang pendidikan medis, jangka
waktu pelatihan, dan ujian untuk menjadi dokter akupuntur, akupunturis, atau
mahasiswa akupuntur. Selama periode ini, akupuntur menjadi otorisasi
pemerintah nasional.
Kedua, periode Heian (794-1192) sebagai periode pertukaran dengan
Dinasti Tang (Cina). Selama periode ini Jepang aktif melakukan pertukaran
pelajar dengan Cina, termasuk dalam bidang kedokteran. Kemudian pada 894M
Jepang menghentikan pertukaran dengan Cina dan secara bertahap para dokter
kembali ke pengobatan asli Jepang.

Page 12
Ketiga, periode Azuchimomoyama (1573-1600) ketika beberapa sekolah
pengobatan swasta (ryu-ha) mulai didirikan. Ryu-ha didirikan oleh penduduk
yang pernah belajar ke Cina dan mengembangkan keterampilan dan gaya
akupuntur baru di Jepang. Sehingga melalui ryu-ha inilah teori akupuntur asli
Jepang muncul. Ryu-ha yang terkenal adalah Isai Misono yang menemukan
teknik baru akupuntur, yaitu memasukkan jarum dengan menekan kepala
menggunakan palu. Metode diagnosis abdominal juga merupakan metode
diagnosis penting bagi akupunturis Jepang sampai sekarang.
Keempat, periode Edo (abad 17-19 M) yang dikenal dengan masa isolasi
nasional, tatanan sosial, dan kedamaian. Pemerintah saat itu memutuskan untuk
menutup Jepang dari kerjasama dengan hampir semua negara selama 200 tahun
lebih. Isolasi nasional ini membuat perkembangan budaya dan pengobatan yang
unik di Jepang. Beberapa ryu-ha menemukan teknik memegang jarum
akupuntur dengan satu tangan, sehingga memungkinkan untuk memberi
stimulasi halus dengan jarum tipis Jepang.
Kelima, periode Meiji (1868-1912) di mana Jepang mulai membuka diri
terhadap pengobatan Barat. Keenam, masa modern (1912-sekarang), yaitu
akupuntur mendapatkan tempatnya kembali dan terapi-terapi baru diciptakan.
Ujian standar nasional untuk mendapatkan lisensi sebagai akupunturis dilakukan
sejak 1993 M.

D. Latar Belakang Terapi Komplementer


Pengobatan komplementer merupakan suatu fenomena yang muncul
saat ini diantara banyaknya fenomena - fenomena pengobatan non
konvensional yang lain, seperti pengobatan dengan ramuan atau terapi herbal,
akupunktur, dan bekam. Definisi CAM (Complementary and Alternative
Madacine) suatu bentuk penyembuhan yang bersumber pada berbagai system,

Page 13
modalitas dan praktek kesehatan yang didukung oleh teori dan kepercayaan
(Hamijoyo, 2003).
Masyarakat luas saat ini mulai beralih dari pengobatan modern
(Medis) ke pengobatan komplementer, meskipun pemgobatan modern juga
sangat popular di perbincangkan di kalangan masyarakat, sebagai contoh
banyak masyarakat yang memilih mengobatkan keluarga mereka yang patah
tulang ke pelayanan non medis (sangkal putung) dari pada mengobatkan
ke Rumah Sakit ahli tulang. Sakit adalah suatu alasan yang paling umum
untuk mencari pengobatan demi memperoleh kesembuhan. Hal ini
dibuktikan di salah satu Negara modern (Israel), dimana dalam subuah
penelitian tentang penggunaan klinik pengobatan komplementer untuk
pengobatan nyeri. Di negara tersebut ada 395% terlihat warga yang
mengunjungi klinik pengobatan komplementer, 69 pasien (46,6%) dengan
nyeri punggung, nyeri lutut 65 (43,9%), dan 28 (32,4%) lainnya nyeri tungkai
(Peleg, 2011) .
Menurut World Health Organization (WHO, 2003) dalam Lusiana
(2006), Negara - negara di Afrika, Asia, dan Amerika Latin menggunakan obat
herbal sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terima. Bahkan di
Afrika sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat herbal untuk
pengobatan primer (WHO, 2003). Bahkan (WHO) merekomendasikan
penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan
masyarakat, pencegahan, dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit
kronis, penyakit degenerative, dan kanker. WHO juga mendukung upaya -
upaya dalam peningkatan keamanan dan khasiat dari obat tradisional.
Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2005,
terdapat 75 – 80% dari seluruh penduduk dunia pernah menjalani pengobatan
non-konvensional. Beberapa rumah sakit di Indonesia, pengobatan
komplementer ini sudah mulai diterapkan sebagai terapi penunjang atau
sebagai terapi pengganti bagi pasien yang menolak pengobatan konvensional.
Terapi komplementer dapat dilakukan atas permintaan pasien sendiri ataupun
atas rujukan dokter. Diharapkan dengan penggabungan pengobatan

Page 14
konvensional komplementer bisa didapatkan hasil terapi yang lebih baik.
Di Indonesia, Rumah Sakit Kanker “Dharmais “Jakarta merupakan salah satu
dari 12 rumah sakit yang telah ditunjuk oleh Departemen Kesehatan
untuk melaksanakan dan mengembangkan pengobatan komplementer ini dan
12 rumah sakit lainnya adalah Rumah Sakit Persahabatan Jakarta, Rumah
Sakit Dokter Soetomo Surabaya, Rumah Sakit Kandou Manado, RSUP
Sanglah Denpasar, RSUP Dr. Wahidin Sudiro Husodo Makassar, RS TNI
AL Mintoharjo
Jakarta, RSUD Dr. Pringadi Medan, RSUD Saiful Anwar Malang,
RS Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso Solo, RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta,
RSUP Dr. Suraji Tirtonegoro Klaten (Kemenkes, 2011) Daerah Sukoharjo
terdapat banyak pengobatan komplementer dan yang masuk sebagai sarana
pelayanan pengobatan swasta. Data yang tercatat di Dinas Kesehatan
Sukoharjo dalam satu tahun terahir ada 94 pengobatan komplementer dan
tradisional, diantara 12 kecamatan di Sukoharjo ada beberapa
kecamatan yang banyak terdapat pelayanan pengobatan tradisional dan
komplementer yaitu Kecamatan Grogol ada 15 pengobatan dan
Kecamatan Kartasura ada 10 pengobatan. Dari hasil wawancara pada 10
masyarakat 3 diantaranya mengatakan takut dengan pengobatan
komplementer, 5 orang memilih pengobatan komplementer dan 2 orang
lainnya melakukan pengobatan komplementer dan medis. Diantara
banyaknya masyarakat yang memilih menggunakan pengobatan
komplementer saat ini, ada beberapa alasan yang menyebabkan mereka
takut untuk menggunakan pengobatan komplementer ialah pengalaman
berobat di kedokteran yang tidak kunjung sembuh, banyaknya pengobatan
modern yang gagal, pengobatan komplementer lebih murah
dibandingkan dengan pengobatan modern. Kepercayaan terhadap pengobatan
komplementer bahkan budaya juga dapat mempengaruhi anggapan tersebut.

Page 15
E. Dasar Teori Terapi Komplementer
1. Definisi
Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan
komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari
negara yang bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu misalnya, bukan
termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan
tradisional.nPengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang
sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun – temurun
pada suatu negara.
Tapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai
pengobatan komplementer. Terapi komplementer adalah cara
Penanggulangan Penyakit yang dilakukan sebagai pendukung kepada
Pengobatan Medis Konvensional atau sebagai Pengobatan Pilihan lain diluar
Pengobatan Medis yang Konvensional. Berdasarkan data yang bersumber
dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2005, terdapat 75 – 80% dari seluruh
penduduk dunia pernah menjalani pengobatan non-konvensional. Di
Indonesia sendiri, kepopuleran pengobatan non-konvensional, termasuk
pengobatan komplementer ini, bisa diperkirakan dari mulai menjamurnya
iklan – iklan terapi non – konvensional di berbagai media.
2. Tujuan
a. Sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis.
b. Untuk memperbaiki fungsi dari system system tubuh, terutama system
kekebalan dan pertahanan tubuh.
c. Lebih berserah diri dan ikhlas menerima keadaan.
3. Fokus Terapi Komplementer
a. Pasien dengan penyakit jantung.
b. Pasien dengan autis dan hiperaktif
c. Pasien kanker
4. Peran Perawat Dalam Terapi Komplementer

Page 16
a. Perawat adalah sebagai pelaku dari terapi komplementer selain dokter
dan praktisi terapi.
b. Perawat dapat melakukan intervensi mandiri kepada pasien dalam
fungsinya secara holistik dengan memberikan advocate dalam hal
keamanan, kenyamanan dan secara ekonomi kepada pasien.

5. Macam macam terapi komplementer


a. System medis Alternatif
1) Akupuntur
Suatu metode tradisional Cina yang menghasilkan analgesia atau
perubahan fungsi system tubuh dengan cara memasukan jarum tipis
sepanjang rangkaian garis atau jalur yang disebut meredian.
Manipulasi jarum langsung pada meridian energi akan mempengaruhi
organ internal dalam dengan pengalihan qi
2) Ayurveda
System pengobatan tradisional Hindu yang memkombinasikan
obat herbal, obat pencahar dan minyak gosok
3) Pengobatan Homeopatic
System mengobatan medis yang didasari pada teori bahwa
penyakit tertentu dapat diobati dengan memberikan dosis kecil
substansi yang ada pada individu sehat akan menghasilkan gejala
seperti penyakit.
4) Pengobatan Naturopatik
System pengobatan didasari pada makanan alami, cahaya,
kehangatan, pijatan air segar, olah raga teratur dan menghindari
pengobatan, mengenali kemampuan mnyembuhkan tubuh alami.
5) Pengobatan Tradisional Cina
Kumpulan tehnik dan metode sistematik termasuk akupuntur,
pengobatan herbal, pijatan, akupreser, moxibustion (menggunakan
panas dari herbal yang dibakar), qigong (menyeimbangkan aliran
energi melalui gerakan tubuh).

Page 17
b. Terapi Biologis
Menggunakan substansi alam seperti herbal, makanan dan vitamin
1) Zona
Progam diet yang memerlukan makanan berprotein, karbohidrat
dan lemak dengan perbandingan 30:40:30. Digunakan untuk
menyeimbangkan insulin dan hormone lain untuk kesehatan yang
optimal.
2) Diet Mikrobioti
Diutamakan diet vegetarian.
3) Pengobatan Ortomolekuler
Meningkatkan nutrisi seperti vitamin c dan bertakoren.
c. Menipulasi Dan Metode Didasari Tubuh
Didasari pada manipulasi dari atau penggerakan dari satu atau lebih
bagian tubuh.
1) Akupresur
Tehnik terapetik mempergunakan tekanan digital dalam cara
tertentu pada titik yang dibuat pada tubuh untuk mengurangi rasa
nyeri menghasilkan analgesic atau mengatur fungsi tubuh.
2) Pengobatan Kiropratik
System terapi yang melibatkan manipulasi kolumna spinalis dan
memasukan fisiotherapy dan terapi cliet.
3) Metode Feldenkrais
Terapi alternatif yang didasarkan pada citra tubuh yang baik
melalui perbaikan pergerakan tubuh.
4) Tai chi
Terapi alternatif yang menghubungkan pernafasan, pergerakan
dan meditasi untuk membersihkan, memperkuat dan sirkulasi energi
dan darah kehidupan yang penting.

Page 18
5) Terapi Pijat
Manipulasi jaringan ikat melalui pukulan, gosokan atau meremas
untuk meningkatkan sirkulasi, memperbaiki sifat otot dan relaxsi.
6) Sentuhan Ringan
Sentuhan pada klien dengan cara yang tepat dan halus untuk
membuat hubungan menunjukkan penerimaan dan memberikan
penghargaan.
d. Intervensi tubuh dan pikiran
Menggunakan berbagai tehnik yang di buat untuk meningkatkan
kapasitas pikiran untuk mempengaruhi tubuh.
1) Terapi Seni
Menggunakan seni untuk mendamaikan konflik emosional,
meningkatkan kewaspadaan diri dan mengungkapkan masalah yang
tidak di katakan dan didasari klien penyakit mereka.
2) Umpan balik biologis
Suatu proses yang memberikan individu dengan informasi visual
dan suara tentang fungsi fisiologis otonomi tubuh
e. Intervensi tubuh-pikiran
Menggunakan berbagai tehnik yng dibuat untuk meningkatkan
kapasitas pikiran guna mempengaruhi fungsi dan gejala tubuh.
1) Terapi Dansa
Sarana memperdalam dan memperkuat terapi karena merupakan
ekspresi langsung dari pikiran dan tubuh.
2) Terapi Pernafasan
Menggunakan segala jenis pola pernafasan untuk merelaxasi,
memperkuat atau membuka jalur emosional.
3) Imajinasi Terbimbin
Tehnik terapiutik untuk mengobati kondisi patologis dengan
berkonsentrasi pada imajinasi atau serangkaian gambar.
4) Meditasi

Page 19
Praktik yang ditujukan pada diri untuk merelaxasi tubuh dan
menenangkan pikiran menggunakan ritme pernafasan yang berfokus.
5) Terapi Musik
Menggunakan music untuk menunjukkan kebutuhan fisik,
psikologis, kogniti dan sosial individu yang menderita cacat dan peny.
6) Usaha Pemulihan (doa)
Berbagai tehnik yang menggunakan dalam banyak budaya yang
menggabungkan pelayanan, kesabaran, cinta atau empati dengan target
doa.
7) Psikoterapi
Pengobatan kelainan mental dan emosional dengan tehnik
psikologi
8) Yoga
Tehnik yang befokus pada susunan otot, postur, mekanisme
pernafasan dan kesadaran tubuh.
f. Terapi Energi
Melibatkan penggunaan medan energy
1) Terapi Reiki
Terapi yang berasal dari praktik budha kuno di mana praktisi
menempatkan tangannya pada atau diatas bagian tubuh dan
memindahkan keharmonisan dan keseimbangan untuk mengobati
gangguan kesehatan.
2) Sentuhan terapiutik
Pengobatan melibatkan pedoman keseimbangan energi atau
praktisi dalam suatu cara yang disengaja tidak semua pasien.
6. Efek samping terapi komplementer
Pada terapi akupuntur dapat terjadi komplikasi seperti infeksi karena
sterilesasi jarum yang tidak adekuat atau jarum yang ditinggalkan dalam
tempat untuk waktu yang lama, jarum yang patah, perasaan mengantuk pasca
pengobatan. Kontraindikasi pengobatan pada individu yang memiliki

Page 20
kelainan perdarahan trombositopeni, infeksi kulit atau yang memiliki
ketakutan terhadap jarum.
Kontaminasi dengan herbal atau bahan kimia lain termasuk pestisida
dan logam berat juga terjadi, tidak semua perusahaan menjalankan
pengawasan kualitas yang ketat dan garis pedoman pabrik yang menentukan
standar untuk kadar pestisida yang dapat diterima, bahan pelarut sisa tingkat
bacterial dan logam berat untuk alasan ini pembelian obat herbal hanya dari
pabrik yang mempunyai reputasi. Label pada produk herbal harus
mengandung nama ilmiah tanaman nama dan alat pabrik yang sebenarnya,
tanggal kemasan dan tanggal kadaluarsa.

7. Teknik Terapi Komplementer


Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah
ditetapkan oleh Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam
pelayanan konvensional, yaitu sebagai berikut :
a. Akupuntur
Akupunktur medik yang dilakukan oleh dokter umum berdasarkan
kompetensinya. Metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat
bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi kesehatan tertentu dan juga
sebagai analgesi (pereda nyeri). Cara kerjanya adalah dengan
mengaktivasi berbagai molekul signal yang berperan sebagai komunikasi
antar sel. Salah satu pelepasan molekul tersebut adalah pelepasan
endorphin yang banyak berperan pada sistem tubuh.
b. Terapi hiperbarik
Terapi heperbarik yaitu suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan
ke dalam sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara 2 – 3 kali lebih
besar daripada tekanan udara atmosfer normal (1 atmosfer), lalu diberi
pernapasan oksigen murni (100%). Selama terapi, pasien boleh membaca,
minum, atau makan untuk menghindari trauma pada telinga akibat
tingginya tekanan udara

Page 21
c. Terapi herbal medik
1) Terapi herbal medic yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan
alam, baik berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan
penelitian maupun berupa fitofarmaka.Herbal terstandar yaitu herbal
yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau hewan coba, baik
terhadap keamanan maupun efektivitasnya.
2) Terapi dengan menggunakan herbal ini akan diatur lebih lanjut oleh
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Dari 3 jenis teknik
pengobatan komplementer yang ada, daya efektivitasnya untuk
mengatasi berbagai jenis gangguan penyakit tidak bisa dibandingkan
satu dengan lainnya karena masing – masing mempunyai teknik serta
fungsinya sendiri – sendiri. Terapi hiperbarik misalnya, umumnya
digunakan untuk pasien – pasien dengan gangren supaya tidak perlu
dilakukan pengamputasian bagian tubuh.
3) Terapi herbal, berfungsi dalam meningkatkan daya tahan tubuh.
Sementara, terapi akupunktur berfungsi memperbaiki keadaan umum,
meningkatkan sistem imun tubuh, mengatasi konstipasi atau diare,
meningkatkan nafsu makan serta menghilangkan atau mengurangi
efek samping yang timbul akibat dari pengobatan kanker itu sendiri,
seperti mual dan muntah, fatigue (kelelahan) dan neuropati.

8. Persyaratan Dalam Terapi Komplementer


Sumber daya manusia harus tenaga dokter dan atau dokter gigi yang
sudah memiliki kompetensi. Bahan yang digunakan harus yang sudah
terstandar dan dalam bentuk sediaan farmasi. Rumah sakit yang dapat
melakukan pelayanan penelitian harus telah mendapat izin dari Departemen
Kesehatan Republik Indonesia dan akan dilakukan pemantauan terus –
menerus
9. Dasar Hukum Terapi Komplementer

Page 22
a. Peraturan Menteri kesehatan RI nomor 1109 tahun 2007 tentang
penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif pelayanan
kesehatan.
b. Permenkes RI no 1186 / Menkes / per / XI / 1996 tentang pemanfaatan
akupuntur di sarana pelayanan kesehatan.
c. Keputusan Menteri Kesehatan RI no 1076 / Menkes / SK / VII / 2003
tentang penyelenggaraan pengobatan tradisional.
d. Keputusan Menteri Kesehatan RI no 121 tahun 2008 tentang standar
pelayanan Medik Herbal.
10. Penerapan dalam praktik keperawatan
Keperawatan holistic menghormati serta mengobati jiwa, tubuh dan
pikiran klien, perawatan menggunakan Intervensi Keperawatan holistic
seperti terapi relaxasi, terapi music, sentuhan ringan dan usaha pemulihan
(doa). Intervensi seperti ini mempengaruhi Individu secara keseluruhan (jiwa,
tubuh, pikiran) dan merupakan pelengkap yang bersifat efektif ekonomis,
non, invasive serta non farmakologis untuk pelayanan medis terapi tersebut
di susun dalam 2 tipe:
a. Terapi yang dapat diakses keperawatan.
Di mana seorang perawat dapat mulai mempelajari dan
mempergunakanya dalam pelayanan klien.
b. Terapi latihan spesifik
Di mana seorang perawat tidak dapat melakukan tanpa pelatihan
tambahan dan atau sertifikat.
11. Terapi yang dapat diakses Keperawatan
a. Relaksasi
Tujuan : agar individu mampu memonitor dirinya secara terus menerus
terhadap indicator ketegangan serta untuk membiarkan, melepaskan
dengan sadar ketegangan yang terdapat di bebagai tubuh.
Macam relaxsasi:
1) Relaksasi progresif

Page 23
Mengajarkan individu bagaimana beristirahat dengan efektif dan
mengurangi ketegangan pada tubuh.
2) Relaksasi pasif
Mengajarkan individu untuk merelaksasikan sekelompok otot
secara pasif. Cara terapi relaksasi :
a) Meditasi dan pernafasan berirama
b) Relaksasi dan progesif
c) Relaksasi dengan gerakan sensoris
d) Relaksasi dengan music

F. Jenis Terapi Komplementer


1. Herbal Medicine
a. Pengertian pengobatan herbal
Herbal medicine merupakan cabang ilmu kedokteran yang
memanfaatkan herbal klasik yang telah teruji secara ilmiah, yang
digunakan dalam upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitative, dengan
berpedoman pada bukti klinis (evidence-based medicine).
Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh Negara di
dunia. Menurut WHO, negara-negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin
menggunakan obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer yang
mereka terima. Bahkan di Afrika, sebanyak 80% dari populasi
menggunakan obat herbal untuk pengobatan primer (WHO, 2003).

Page 24
Penggunaan obat herbal atau lazim disebut jamu yang semakin
banyak digunakan masyarakat, mendorong pengembangannya
berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Lewat program saintifikasi
tersebut, jamu diyakini bisa disandingkan dengan pengobatan medik.
Kementerian Kesehatan mendorong pengembangan obat herbal.
Program saintifikasi jamu bukan ditujukan untuk menggeser peran obat
konvensional yang digunakan dunia kedokteran. "Ini hanya penyeimbang
dalam upaya melengkapi pelayanan kesehatan," kata Staf Ahli Menteri
Kesehatan Prof. DR. Dr. Agus Purwadianto.
b. Kelebihan dan Kelemahan obat herbal
1) Kelebihan
a) Tidak ada efek samping
Obat herbal adalah produk alami yang ditemukan di alam dan
benar-benar bebas dari semua jenis efek samping. Orang
Indonesia telah berabad-abad meminum berbagai macam jamu
tradisional dan belum pernah tercatat ada kasus efek samping yang
mematikan. Namun Anda tetap perlu berhati-hati karena beberapa
jenis jamu tradisional diproduksi tidak secara higienis dan bahkan
dicampur zat-zat kimia sehingga berbahaya bagi tubuh. Dalam hal
ini yang berbahaya bukan jamunya, namun kontaminasi jamur dan
zat tambahannya.
b) Bebas toksin
Obat herbal bebas racun sehingga aman dikonsumsi siapa
pun, bahkan seringkali memberikan efek meluruhkan racundalam
tubuh (detoksifikasi).
c) Mudah diproduksi
Obat herbal adalah hasil pengolahan yang sederhana atas
akar, umbi, buah, bunga, kulit kayu dan bagian tanaman lainnya.
Kesederhanaan prosesnya membuat pengolahan obat herbal tidak
memerlukan teknologi canggih dan modal riset yang besar.
Banyak obat herbal yang diproduksi oleh usaha rumah tangga

Page 25
yang dipasarkan dari pintu ke pintu. Berkat internet, kini distribusi
obat herbal semakin mudah dan mendunia.
d) Menghilangkan akar penyebab penyakit
Obat herbal tidak hanya berkhasiat menyembuhkan gejala
penyakit, tetapi juga menghilangkannya hingga ke
akar penyebabnya. Hal ini karena efek obat herbal bersifat holistik
(menyeluruh) sehingga tidak hanya berfokus pada
penghilangan penyakit tapi juga pada peningkatan sistem
kekebalan tubuh untuk melawan penyakit.
e) Bisa dibeli siapa saja dan di mana saja
Siapa pun boleh membeli obat herbal di mana pun. Anda
tidak perlu resep dokter atau pergi ke apotik untuk membelinya.
Namun, sebaiknya konsumen berkonsultasi dengan dokter bila
mengkonsumsi obat herbal bersamaan dengan obat farmasi karena
dikhawatirkan terjadi interaksi obat.
f) Murah
Dibandingkan dengan obat-obatan farmasi, obat herbal relatif
lebih murah. Hal ini karena obat herbal tidak perlu membayar
biaya paten atau dana riset yang besar. Di masa mendatang, harga
obat-obatan herbal bahkan dapat jauh lebih murah bila skala
produksinya lebih efisien.
g) Multi-khasiat
Obat herbal dapat digunakan untuk pengobatan lebih dari satu
penyakit. Misalnya Habbatussauda (jintan hitam) bisa membantu
menghilangkan asam urat, diabetes, migren, kanker sampai
hepatitis. Bawang putih tidak hanya bersifat antivirus namun juga
menurunkan kadar kolesterol dan menguatkan jantung. Banyak
sekali bahan alami lainnya yang multi-khasiat seperti itu.
2) Kelemahan:
Sering kurang efektif untuk penyakit tertentu, hal ini dapat
kita lihat banyak penyakit belum ditemukan obatnya, sehingga

Page 26
obat yang digunakan lebih banyak bersifat simptomatis dan
digunakan terus menerus sesuai gejalanya. Beberapa penyakit
bahkan belum diketahui sebabnya. Pasien sering harus berulang-
ulang ke klinik dan tidak mengalami banyak kemajuan atau
bahkan memburuk keadaannya.

2. Diet Nutrion and Lifestyle change


a. Pengertian
Cabang ilmu gizi yang mengatur pemberian makan pada
kelompok/perorangan dalam keadaan sehat/ sakit dengan
memperhatikan syarat gizi dan sosial ekonomi.
b. Terapi Diet
Bagian dari dietetika yang khusus memperhatikan penggunaan
makan untuk tujuan penyembuhan.
Diet adalah makanan dan minuman yang dikonsumsi orang secara
teratur setiap hari. jumlah dan jenis makanan yang dibutuhkan dalam
situasi tertentu, seperti menurunkan atau menaikkan berat badan dan
penyakit tertentu untuk mengurangi penyakit serta kesembuhan seperti
pasien : Diabetes, Gagal ginjal, Jantung, dan Hipertensi. Diet yang
dilakukan sangat tergantung pada usia, berat badan, kondisi kesehatan
dan banyaknya kegiatan yang dilakukan dalam sehari
c. Fungsi Makanan Dalam Perawatan Orang Sakit
1) Salah satu bentuk terapi diet
2) Penunjang pengobatan
3) Tindakan medis
d. Tujuan Terapi Diet
1) Memperoleh status gizi yang baik
2) Memperbaiki defisiensi gizi
3) Mengistirahatkan organ tubuh
4) Menyesuaikan asupan/intake dengan kemampuan tubuh
5) Mengubah berat badan bila diperlukan

Page 27
Page 28
Page 29
ASUHAN KEPERAWATAN HOME CARE NURSING DENGAN TERAPI
KOMPLEMENTER PADA KASUS DIABETES MELLITUS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
a. Nama Pasien : Tn P
b. Umur : 66 Tahun
c. Pekerjaan : Pensiunan PNS
d. Pendidikan : SMA
e. Suku : Jawa
f. Alamat : Jl. A. Yani
2. Riwayat Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini : Keluarga dengan anak dewasa
b. Tugas perkembangan keluarga
 Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anaknya.
 Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarga.
 Berperan sebagai suami-istri, kakek – nenek.
c. Tugas dapat dijalankan
3. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi : Baik
b. Peran dalam keluarga : Tidak ada masalah
c. Pengambilan keputusan : Tidak ada masalah
d. Nilai/norma keluarga : Tidak ada konflik
4. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif : Berfungsi
b. Fungsi Sosial : Berfungsi
c. Fungsi Ekonomi : Baik
d. Fungsi Keperawatan Kesehatan
 Pengetahuan tentang masalah kesehatan : Kurang Baik
 Pencegahan Penyakit : Kurang Baik

Page 30
 Perawatan Penyakit : Kurang Baik
 Pemanfaatan Layanan Kesehatan : Cukup Baik
5. Pola Koping Keluarga
a. Efektif / Tidak efektif : Efektif
b. Stressor yang dihadapi keluarga :
Khawatir kondisi kesehatan Tn. P karena perubahan pola makan
(Pengaturan diit dan nutrisi), keluarga saat ini sedang ingin mencoba
terapi herbal untuk pasien namun bingung untuk memulainya. Tn. P
dinyatakan Positif menderita DM 3 bulan yang lalu.
Daftar Anggota Keluarga
NO Nama Umur Gender Hubungan dg Pendidikan Pekerjaan
(inisial) (L/P) KK
1 Tn. P 66 th L ayah SMA Pensiunan
PNS
2 Ny. S 69 th P ibu SR/SD IRT
3 Sdr. MS 42 th L anak SMA Swasta
4 Sdr.I 34 th P menantu SMA IRT
5 An. I 13 th P cucu SD SD
6. An. A 6 th P cucu Belum -
sekolah

Tipe Keluarga : Keluarga Besar


6. Pola Aktifitas sehari – hari
a. Pola Makan : Kurang
b. Pola Minum : Baik
c. Istirahat : Baik
d. Pola BAK : Kurang
e. Pola BAB : Baik
f. Pola Kebersihan Diri : Baik
g. Olah Raga : Kurang
h. Tingkat Kemandirian : Kurang

Page 31
7. Perilaku Tidak Sehat
a. Merokok : Tidak
b. Minum Kopi : Tidak
c. Mengkonsumsi garam berlebih : Tidak
d. Mengkonsumsi gula berlebih : Tidak
e. Minum berakohol /obat : Tidak
f. Dan zat adiktif : Tidak
Sarana kesehatan yang digunakan : Rumah Sakit & Puskesmas
8. Spiritual
Pasien taat beribadah dan tidak ada distress spiritual
9. Psikososial
Keadaan emosi baik, tidak ada konflik dengan keluarga, tidak ada penurunan
harga diri dan tidk ada gangguan interaksi sosial.
10. Faktor Resiko Masalah Kesehatan :
a. Tidak pernah / jarang periksa kesehatan : Tidak (Rajin Kontrol)
b. Sosial ekonomi kurang : Tidak
c. Rumah / lingkungan tidak sehat : Sehat
d. Hubungan keluarga tidak harmonis : Harmonis
e. Obesitas : Tidak
f. Status gizi kurang : Tidak
11. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Sakit Sedang,
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Status mental : Bingung , Cemas
d. Tanda – Tanda Vital :
 TD: 130/80 mmHg
 RR:20×/menit
 Nadi: 80×/menit
 Suhu: 36,5°C

Page 32
e. Kenyaman /Nyeri : :
Lokasi ; tumit kaki, Tipe ; seperti ditusuk-tusuk, Durasi ; ±10 menit,
Intensitas ; Sewaktu-waktu.
12. Sistem pernafasan
Bentuk dada simteris, Irama nafas teratur, Frekuensi 24 x /mnt, Tidak ada
pernafasan cuping hidung dan tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan.
13. Sistem kardiovaskuler
Tidak ada aritmia, nyeri dada, ditensi vena jugularis dan jantung berdebar.
Akral hangat.
14. Sistem pencernaan dan nutrisi
 BB dan TB: 160 cm / 46 kg, BB klien turun 4 kg sejak 30 hari yang lalu.
Indeks masa tubuh: 19,8. Keluarga pasien mengatakan pasien makan
sudah sesuai dengan menu diit yang dianjurkan petugas gizi di Rumah
Sakit namun tidak ada nafsu makan dan saat ini ingin menambah nutrisi
dengan meminum obat herbal berupa susu.
 Pemeriksaan abdomen : Tidak ascites dan peristaltik usus baik , tidak ada
nyeri tekan dan nyeri lepas.
15. Sistem Persyarafan
Memori pasien panjang, bahasa dan kognisi baik. Dapat berorientasi
terhadap orang, tempat dan waktu. Pasien mengeluh sering merasa pusing
jalan seperti melayang.
16. Sistem Perkemihan
Pasien mampu berkemih secara spontan, tidak ada gangguan dalam
berkemih. Pasien berkemih 6 x /hari.
17. Sistem Muskuloskeletal & Integumen
Pergerakan sendi pasien baik, tidak ada kelainan tulang belakang,
ekstermitas. Turgor kulit baik tidak ada ikterik/sianosis dan hiperpigmentasi.
Terdapat luka di bagian jempol kaki sebelah kiri dengan luas ±2 cm ,
kedalaman 1 cm, ulkus grade I, tampak jaringan nekrotik berwarna putih.
18. Pemeriksaan laboratorium
 Gula darah sewaktu : 312 mg/dl

Page 33
 Gula darah 2 JPP : 264 mg/dl
 Gula darah puasa : 152 mg/ dl
 Glukosa urine 2 JPP : ++++
 Colesterol : 200mg/dl

B. ANALISA DATA
DATA MASALAH KEPERAWATAN
DS :
Khawatir kondisi kesehatan Tn. P
karena perubahan pola makan
(Pengaturan diit dan nutrisi), keluarga
saat ini sedang ingin mencoba terapi
herbal untuk pasien namun bingung
untuk memulainya. Tn. P dinyatakan
Positif menderita DM 3 bulan yang
lalu.

Page 34
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pelayanan keperawatan yang dilkukan dirumah pasien disebut Home Care.
Pelayanan kesehatan di rumah merupakan program yang sudah ada dan perlu
dikembangkan, karena telah menjadi kebutuhan masyarakat, Salah satu bentuk
pelayanan kesehatan yang sesuai dan memasyarakat serta menyentuh kebutuhan
masyarakat yakni melalui pelayanan keperawatan Kesehatan di rumah atau Home
Care.
Pengobatan komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang
bukan berasal dari negara yang bersangkutan.Jadi untuk Indonesia, jamu misalnya,
bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan
tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah
dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu
negara.

Page 35
DAFTAR PUSTAKA

Kobayashi, A., Uefuji, M., & Yasumo, W. (2010). History and progress of Japanese
acupuncture. eCAM Journal, 7(3), 359-365.
Semara,Putra,A.2012. Sejarah Home Care
(https://semaraputraadjoezt.wordpress.com/2012/07/12/sejarah-home-care-jilid-i/)
(diakses tanggal 10 Agustus 2019)
Suzuki, N., Takaramachi, Kanazawa, Ishikawa. (2004). Complementary and alternative
medicine: a Japanese perspective.eCAM Journal, 1(2), 113-118
Umairoh,Azzahro.2013.Univ Jend Soedirman Purwokerto
(https://umairohazzahro.wordpress.com/tag/perkembangan-terapi-komplementer/)
(diakses tanggal 10 Agustus 2019)

Page 36

Anda mungkin juga menyukai