Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

MENERAPKAN APLIKASI PRAKTIK HOME


CARE BERBASIS BUKTI

Dosen Pembimbing:

Disusun Oleh:
Kelompok 9

Andra Frastya
Muhammad Santosa
Selah
Aprianing
Asni Tandi

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
PROFESI NERS TAHAP
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
SAMARINDA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah tentang

penerapan aplikasi praktik home care sesuai pada waktunya dengan baik dan lancar.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok yang

diberikan oleh Dosen Pembimbing mata kuliah Home Care Nursing yaitu Bapak Rivan

Firdaus SST.,M.Kes

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dengan segala kerendahan hati,

saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan dari pembaca guna

meningkatkan pembuatan makalah pada tugas lain dan pada waktu mendatang.

Samarinda, 26 Agustus 2023,

Kelompok 9

DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................................
1 KATA PENGANTAR .........................................................................................................
2 DAFTAR ISI .......................................................................................................................
3 BAB 1
PENDAHULUAN .................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ..........................................................................................................
4
B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................................
5
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................................
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 6
A. Konsep Dasar Terapi komplemeter.......................................................................... 6
B. Klasifikasi Terapi Komplemeter.............................................................................. 6
C. Jenis – Jenis Terapi Komplementer.......................................................................... 7
1. Herbal Medicine……………............................................................................ 8
2. Diet, Nutrition and lifesylechange................................................................... 10
3. Mind Body Intervention…………………………………… .......................... 12
4. Manual Healing………….. ............................................................................. 14
5. Akupuntur dan akupresser................................................................................ 14
6. Hipnosis dan hipnoterapi………….................................................................. 15
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 29
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 29
B. Saran ..................................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 30
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah Pengobatan komplementer merupakan suatu fenomena yang muncul

saat ini diantara banyaknya fenomena-fenomena pengobatan non konvensional yang

lain, seperti pengobatan dengan ramuan atau terapi herbal, akupunktur, dan bekam.

Definisi CAM (Complementary and Alternative Madacine) suatu bentuk

penyembuhan yang bersumber pada berbagai system, modalitas dan praktek

kesehatan yang didukung oleh teori dan kepercayaan (Hamijoyo, 2003).

Masyarakat luas saat ini mulai beralih dari pengobatan modern (Medis) ke

pengobatan komplementer, meskipun pengobatan modern juga sangat popular di

perbincangkan di kalangan masyarakat, sebagai contoh banyak masyarakat yang

memilih mengobatkan keluarga mereka yang patah tulang ke pelayanan non medis

(sangkal putung) dari pada mengobatkan ke Rumah Sakit ahli tulang. Sakit adalah

suatu alasan yang paling umum untuk mencari pengobatan demi memperoleh

kesembuhan. Hal ini dibuktikan di salah satu Negara modern (Israel), dimana dalam

subuah penelitian tentang penggunaan klinik pengobatan komplementer untuk

pengobatan nyeri. Di negara tersebut ada 395% terlihat warga yang mengunjungi

klinik pengobatan komplementer, 69 pasien (46,6%) dengan nyeri punggung, nyeri

lutut 65 (43,9%), dan 28 (32,4%) lainnya nyeri tungkai (Peleg, 2011).

Menurut World Health Organization (WHO, 2003) dalam Lusiana (2006),

Negara-negara di Afrika, Asia, dan Amerika Latin menggunakan obat herbal


sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terima. Bahkan di Afrika

sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat herbal untuk pengobatan primer

(WHO, 2003). Bahkan (WHO) merekomendasikan penggunaan obat tradisional

termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan, dan

pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit degenerative, dan

kanker. WHO juga mendukung upayaupaya dalam peningkatan keamanan dan

khasiat dari obat tradisional. Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia pada

tahun 2005, terdapat 75 – 80% dari seluruh penduduk dunia pernah menjalani

pengobatan non-konvensional. Beberapa rumah sakit di Indonesia, pengobatan

komplementer ini sudah mulai diterapkan sebagai terapi penunjang atau sebagai

terapi pengganti bagi pasien yang menolak pengobatan konvensional. Terapi

komplementer dapat dilakukan atas permintaan pasien sendiri ataupun atas rujukan

dokter. Diharapkan dengan penggabungan pengobatan konvensional komplementer

bisa didapatkan hasil terapi yang lebih baik.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana terapi kompelementer dan Home Care Nursing Praktis?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Penulis ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami pengaplikasian praktik

Home Care Nursing berbasis bukti

2. Tujuan Khusus
Untuk memahami penerapan aplikasi home care berbasis bukti dalam

pengaplikasian terapi komplementer.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Profesi Keperawatan

Sebagai tambahan pengetahuan untuk dunia keperawatan, agar perawat

mengetahi pengaplikasian praktik Home Care Nursing berbasis bukti.

2. Bagi Masyarakat

Diharapkan penulisan ini menjadi sumber pengetahuan bagi masyarakat

untuk mengetahui pengaplikasian praktik Home Care Nursing berbasis

bukti.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan penulisan ini menjadi bahan literatur dalam konsep

pencegahan dan tatalaksana pengaplikasian praktik Home Care Nursing

berbasis bukti dan dapat dijadikan sebagai pedoman untuk penugasan

selanjutnya dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas

asuhan keperawatan.
BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Terapi Komplementer

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terapi adalah usaha

untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit,

perawatan penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat

menyempurnakan. Pengobatan komplementer dilakukan dengan tujuan

melengkapi pengobatan medis konvensional dan bersifat rasional yang tidak

bertentangan dengan nilai dan hukum kesehatan di Indonesia. Standar

praktek pengobatan komplementer telah diatur dalam Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia

Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan

komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari

negara yang bersangkutan, sehingga untuk Indonesia jamu misalnya, bukan

termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional.

Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman

dahulu digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu negara.

Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam sistem

pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara umum tidak

menjadi bagian dari pengobatan konvensional (Fatimah,2017).


B. Klasifikasi Terapi Komplementer

Terapi komplementer mengadopsi dari kearifan budaya suatu bangsa

yang berarti terapi yang didapatkan melalui proses sosial yang bukan merupakan

sistem yang baku dalam pelayanan kesehatan namun cukup kuat untuk

menentukan kepercayaan terhadap penyakit dan penyembuhannya. Sehingga

dalam penerapanya dapat dimodifikasi oleh terapis sesuai dengan

kemampuannya, tetapi hasil akhirnya adalah tindakan tersebut berefek positif

bagi kesehatan pasien. Dalam hal ini kemampuan terapis secara kognitif, afektif

dan psikomotor sangat menentukan keberhasilan terapi. Ruang lingkup tindakan

komplementer yang berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik dan ditetapkan

oleh Menteri Kesehatan adalah:

1. Mind-body therapy : intervensi dengan teknik untuk memfasilitasi

kapasitas berpikir yang mempengaruhi gejala fisik dan fungsi berpikir

yang mempengaruhi fisik dan fungsi tubuh (imagery, yogo, terapi

musik, berdoa, journaling, biofeedback, humor, tai chi, dan

hypnoterapy).

2. Alternatif sistem pelayanan yaitu sistem pelayanan kesehatan yang

mengembangkan pendekatan pelayanan biomedis (cundarismo,

homeopathy, nautraphaty).

3. Terapi biologis yaitu natural dan praktik biologis dan hasil-hasilya

misalnya herbal, dan makanan.


4. Terapi manipulatif dan sistem tubuh (didasari oleh manupulasi dan

pergerakan tubuh misalnya kiropraksi, macam-macam pijat, rolfiing,

terapi cahaya dan warna, serta hidroterapi.

5. Terapi energi : terapi yang berfokus pada energi tubuh (biofields) atau

mendapatkan energi dari luat tubuh (terapetik sentuhan, pengobatan 3

sentuhan,reiki, external qi gong magnet) terapi ini kombinasi antar

energi dan bioelektromagnetik

C. Jenis – Jenis Terapi Komplementer

1. Herbal medicine

Herbal medicine merupakan cabang ilmu kedokteran yang

memanfaatkan herbal klasik yang telah teruji secara ilmiah, yang digunakan

dalam upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitative, dengan berpedoman

pada bukti klinis (evidence-based medicine).

Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh Negara di dunia.

Menurut WHO, negara-negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin

menggunakan obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer yang

mereka terima. Bahkan di Afrika, sebanyak 80% dari populasi

menggunakan obat herbal untuk pengobatan primer (WHO, 2003)

Penggunaan obat herbal atau lazim disebut jamu yang semakin banyak

digunakan masyarakat, mendorong pengembangannya berdasarkan ilmu


pengetahuan dan teknologi. Lewat program saintifikasi tersebut, jamu

diyakini bisa disandingkan dengan pengobatan medik.

Kementerian Kesehatan mendorong pengembangan obat herbal.

Program saintifikasi jamu bukan ditujukan untuk menggeser peran obat

konvensional yang digunakan dunia kedokteran. "Ini hanya

penyeimbang dalam upaya melengkapi pelayanan kesehatan," kata Staf

Ahli Menteri Kesehatan Prof. DR. Dr. Agus Purwadianto.

Berikut merupakan kelebihan obat herbal :

a. Tidak ada efek samping

Obat herbal adalah produk alami yang ditemukan di alam dan

benar-benar bebas dari semua jenis efek samping. Orang Indonesia

telah berabad-abad meminum berbagai macam jamu tradisional

dan belumpernah tercatat ada kasus efek samping yang mematikan.

Namun Anda tetap perlu berhati- hati karena beberapa jenis jamu

tradisionaldiproduksi tidak secara higienis dan bahkan dicampur

zat-zat kimia sehingga berbahaya bagi tubuh. Dalam hal ini yang

berbahaya bukanjamunya, namun kontaminasi jamur dan zat

tambahannya.

b. Bebas toksin
Obat herbal bebas racun sehingga aman dikonsumsi siapa pun,

bahkan seringkali memberikan efek meluruhkan racundalam tubuh

(detoksifikasi).

c. Mudah diproduksi

Obat herbal adalah hasil pengolahan yang sederhana atas akar,

umbi, buah, bunga, kulit kayu dan bagian tanaman lainnya.

Kesederhanaan prosesnya membuat pengolahan obat herbal tidak

memerlukan teknologi canggih dan modal riset yang besar. Banyak

obat herbal yang diproduksi oleh usaha rumah tangga yang

dipasarkan dari pintu-pintu. Berkat internet, kini distribusi obat

herbal semakin mudah dan mendunia.

d. Menghilangkan akar penyebab penyakit

Obat herbal tidak hanya berkhasiat menyembuhkan gejala penyakit,

tetapi juga menghilangkannya hingga ke akar penyebabnya. Hal ini

karena efek obat herbal bersifat holistik (menyeluruh) sehingga

tidak hanya berfokus pada penghilangan penyakit tapi juga pada

peningkatan sistem kekebalan tubuh untuk melawan penyakit.

e. Bisa dibeli siapa saja dan di mana saja


Siapa pun boleh membeli obat herbal di mana pun. Anda tidak perlu

resep dokter atau pergi ke apotik untuk membelinya. Namun,

sebaiknya konsumen berkonsultasi dengan dokter bila

mengkonsumsi obat herbal bersamaan dengan obat farmasi karena

dikhawatirkan terjadi interaksi obat.

f. Murah

Dibandingkan dengan obat-obatan farmasi, obat herbal relatif lebih

murah. Hal ini karena obat herbal tidak perlu membayar biaya paten

atau dana riset yang besar. Di masa mendatang, harga obatobatan

herbal bahkan dapat jauh lebih murah bila skala produksinya lebih

efisien.

g. Multi-khasiat

Obat herbal dapat digunakan untuk pengobatan lebih dari satu

penyakit. Misalnya Habbatussauda (jintan hitam) bisa membantu

menghilangkan asam urat, diabetes, migren, kanker 5 sampai

hepatitis. Bawang putih tidak hanya bersifat antivirus namun juga

menurunkan kadar kolesterol dan menguatkan jantung. Banyak

sekali bahan alami lainnya yang multi-khasiat seperti itu.

berikut adalah kelemahan obat herbal


a. Efek samping langsung atau terakumulasi, hal ini terjadi karena obat

modern terdiri dari bahan kimia yang murni baik tunggal maupun

campuran. Bahan kimia bersifat tidak organis dan murni sehingga

bersifat tajam dan reaktif (mudah bereaksi), sedangkan tubuh kita

b. bersifat tajam dan reaktif (mudah bereaksi), sehingga bahan kimia

bukan merupakan bahan yang benar-benar cocok untuk tubuh.

Penggunaanbahan kimia untuk tubuh terpaksa dilakukan dengan

berbagai batasan dan dalam tingkat masih dapat diterima atau

ditoleransi olehtubuh.

c. Sering kurang efektif untuk penyakit tertentu, hal ini dapat kita lihat

banyak penyakit belum ditemukan obatnya, sehingga obat yang

digunakan lebih banyak bersifat simptomatis dan digunakan terus

menerus sesuai gejalanya. Beberapa penyakit bahkan belum diketahui

sebabnya. Pasien sering harus berulang-ulang ke klinik dan tidak

mengalami banyak kemajuan atau bahkan memburuk keadaannya\

2. Diet nutrion and lifestyle change

Cabang ilmu gizi yang mengatur pemberian makan pada

kelompok/perorangan dalam keadaan sehat/ sakit dengan memperhatikan

syarat gizi dan sosial ekonomi. Diet adalah makanan dan minuman yang

dikonsumsi orang secara teratur setiap hari. jumlah dan jenis makanan

yang dibutuhkan dalam situasi tertentu, seperti menurunkan atau

menaikkan berat badan dan penyakit tertentu untuk mengurangi penyakit


serta kesembuhan seperti pasien : Diabetes, Gagal ginjal, Jantung, dan

Hipertensi. Diet yang 6 dilakukan sangat tergantung pada usia, berat

badan, kondisi kesehatan dan banyaknya kegiatan yang dilakukan dalam

sehat

a. Fungsi makanan bagi orang sakit adalah:

1) Salah satu bentuk terapi diet

2) Penunjang pengobatan

3) Tindakan medis

b. Tujuan terapi diet

1) Memperoleh status gizi yang baik

2) Memperbaiki defisiensi gizi

3) Mengistirahatkan organ tubuh

4) Menyesuaikan asupan/intake dengan kemampuan tubuh

5) Mengubah berat badan bila diperlukan

3. Mind body intervention

Menurut Simon Rego, PsyD, direktur divisi psikologi dari Albert

Einstein College of Medicine di New York Amerika Serikat, kebiasaan

berpikir negatif bisa membuat suasana hati (mood) jadi kurang nyaman.

Selain itu, pikiran negatif juga bisa memengaruhi tindakan yang mengarah
pada hal yang kurang baik untuk kesehatan, seperti tidur, makan, dan

minum alkohol berlebihan. Karena itu, pikiran negatif dapat mengarahkan

seseorang pada kondisi depresi atau gangguan kejiwaan yang biasanya

ditandai dengan perasaan tertekan atau kesedihan (everydayhealth.com, 6

Agustus 2012). Ikiran positif dapat diraih menggunakan berbagai tehnik

yang dibuat untuk meningkatkan kapasitas kesehatan fisik maupun jiwa

serta pikiran guna mempengaruhi fungsi dan gejala tubuh.

a. Terapi Dansa

Sarana memperdalam dan memperkuat terapi karena merupakan

ekspresilangsung dari pikiran dan tubuh.

b. Terapi Pernafasan Menggunakan segala jenis pola pernafasan

untukmerelaxasi, memperkuat atau membuka jalur emosional.

c. Imajinasi Terbimbing Tehnik terapiutik untuk mengobati kondisi

patologisdengan berkonsentrasi pada imajinasi atau serangkaian gambar.

d. Meditasi

Praktik yang ditujukan pada diri untuk merelaxasi tubuh dan

menenangkanpikiran menggunakan ritme pernafasan yang berfokus.

e. Terapi Musik

Menggunakan music untuk menunjukkan kebutuhan fisik, psikologis,

kogniti dan sosial individu yang menderita cacat dan peny.


f. Usaha Pemulihan (doa)

Berbagai tehnik yang menggunakan dalam banyak budaya yang

menggabungkan pelayanan, kesabaran, cinta atau empati dengan target

doa.

g. Psikoterapi

Pengobatan kelainan mental dan emosional dengan tehnik psikologi.

h. Yoga

Tehnik yang befokus pada susunan otot, postur, mekanisme pernafasan

dan kesadaran tubuh.

4. Manual healing

Merupakan suatu gerakan pasif yang dilakukan dengan tiba – tiba

(hentakan) dengan amplitudo kecil dan dilakukan dengan kecepatan yang

sedemikian rupa sehingga pasien tidak bisa mencegah / menghentikan

gerakan yang terjadi. Manual terapi ini sangat efektif dan aman

untukmenangani kekakuan/ keterbatasan gerak atau nyeri persendian karena

gangguan fungsi mekanik sendi.

Manual therapy berasal dari kata manus (tangan) dan therapy (pengobatan)

sehingga secara umum dapat didefinisikan sebagai terapi yang terutama

mempergunakan tangan. Manual therapy berfokus pada struktur dan sistem

dalam tubuh seperti tulang, persendian, jaringan lunak, peredaran darah,


limfe dan saraf. Tujuan utama dari manual therapy adalah untuk

memfasilitasi proses penyembuhan alami tubuh.

a. Efek fisiologi

Efek fisiologis manual therapy antara lain memperlancar peredaran

darah, mencetuskan hormon endhorphin dan merilekskan otot. Secara

keseluruhan proses tersebut kemudian dapat :

1) Membantu mengurangi pembengkakan pada fase kronis.

2) Mengurangi persepsi nyeri melalui mekanisme penghambatan

rangsang nyeri (gate control).

3) Meningkatkan relaksasi otot sehingga mengurangi nyeri.

4) Meningkatkan jangkauan gerak, kekuatan, koordinasi,

keseimbangan dan fungsi otot.

5) Mengurangi atau menghilangkan ketegangan saraf dan

mengurangi rasa sakit

b. Indikasi manual terapi

1) Cedera : sprain, strain, dislokasi dan jenis trauma lain.

Manual therapy biasanya dikombinasikan dengan metode lain

sepertiimobilisasi, obat dan jenis fisioterapi yang lain.

2) Nyeri punggung dan nyeri leher merupakan kedua kasus nyeri

yang paling sering dijumpai dan dapat diatasi dengan manual


therapy. Nyeri leher yang sering terjadi adalah pada bagian

dasar dan samping leher. Nyeri leher ini dapat menimbulkan

nyeri kepala. Jenis nyeri leher yang paling sering dijumpai

adalah whiplash akibat gerakan yang mendadak.

3) Arthritis yang merupakan kelompok peradangan sendi yang

dapat berupa osteoarthritis, rhematoid arthritis maupun

ankylosing spondylitis.

4) Nyeri bahu dalam bentuk bahu beku (frozen shoulder)

merupakan gangguan bahu yang umumnya dapat diperbaiki

dengan manual therapy. Jenis lain nyeri bahu adalah cedera

rotator cuff (otot yang menghubungkan tendo dengan tulang

humerus) serta shoulder impingement syndrome yang terjadi

akibat penekanan tendon rotator cuff tendon dan bursa

subacromial.

5) Tendinitis (radang pada tendon) yang pada umumnya

diakibatkan oleh penggunaan yang berlebihan.

6) Bursitis (radang pada bursa yang merupakan kantong berisi

cairan yang berfungsi untuk melicinkan gerakan antar

jaringan). Bursa yang mengalami peradangan umumnya

berada pada area bahu, siku, pinggang dan lutut.


7) Nyeri kepala yang meliputi tension headache (perasaan kepala

terasa penuh dan seperti diikat), migraines (nyeri berdenyut

yang sering disertai dengan mual) dan cluster headache (yang

merupakan nyeri kepala yang tajam yang dirasakan pada satu sisi

8) Carpal tunnel syndrome yang merupakan penekanan saraf

pergelangan tangan yang mengakibatkan nyeri pada area

tersebut

9) Fibromyalgia yang merupakan gangguan otot dan tulang yang

sering disertai dengan nyeri, kelemahan, dan gangguan tidur.

10) Complex regional pain syndrome yang merupakan rasa nyeri

yang timbul setelah terjadi cedera pada lengan atau tungkai.

Rasa nyeri sering dideskripsikan sebagai rasa seperti terbakar

11) Myofascial pain syndrome (MPS) yang merupakan kondisi

kronis yang terjadi pada satu serabut otot atau lebih yang

dapat diakibatkan oleh benturan maupun penggunaan yang

berlebihan

12) Gangguan persendian temporomandibular yang

menghubungkan rahang dengan tengkorak kepala. Gangguan ini

dapat timbul karena benturan maupun infeksi.

5. Akupuntur dan akupresser


Kata akupuntur berasal dari bahasa Yunani, yaitu acus yang berarti

jarumdan punctura yang berarti menusuk. Di dalam bahasa Inggris menjadi

to puncture, sedangkan kata asal dalam bahasa Cina adalah cenciu. Kata

tersebut kemudian diadaptasikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi

akupuntur atau tusuk jarum.Akupuntur adalah teknik pengobatan yang

digunakan dalam pengobatan

tradisional cina. Jarum-jarum yang sangat tajam digunakan untuk

menstimulasi titik-titik tertentu pada tubuh. Titik- titik ini terdapat pada

jalur-jalur energi yang disebut "meridian". Pengobatanakupuntur dirancang

untuk memperbaiki alirandan keseimbangan energi sepanjang

meridianmeridian ini.

6. Hipnosis dan Hipnoterapy

Hipnoterapi atau terapi hipnosis kini banyak dimanfaatkan sebagai

metode pengobatan. Hipnoterapi bekerja dengan cara memasuki alam

bawah sadar seseorang, lalu memberikan sugesti tertentu untuk membantu

proses penyembuhan. Terdapat banyak anggapan tentang kegunaan

hipnoterapi, tetapi di dunia medis, hipnoterapi dapat dijadikan sebagai

terapi alternatif atau tambahan untuk mengatasi keluhan atau masalah

kesehatan tertentu. Hipnoterapi bisa membantu Anda untuk lebih rileks,

mengurangi stres dan kecemasan, sertamembantu meredakan nyeri.

a. Manfaat hipnoterapi
Hipnoterapi dapat membantu mengubah sikap, persepsi, dan

perilaku terhadap sesuatu. Metode ini kerap dipakai untuk

mengatasikondisi, seperti:

1) Masalah seksual

2) Insomnia 3) Serangan panik

4) Obesitas

5) Kecanduan merokok

6) Kehamilan dan melahirkan (hypnobirthing)

7) Fobia atau ketakutan

8) Gangguan tidur

9) Depresi

10) Asma

b. Cara kerja hipnoterapi

Hipnoterapi dianggap menjadi bagian dari psikoterapi karena

seorang hipnoterapis akan mengeksplorasi pikiran, perasaan, atau

ingatan menyakitkan yang Anda alami tetapi tersembunyi di dalam

alam bawah sadar. Anda yang menjalani sesi hipnoterapi akan dibuat

rileks dan fokus sehingga terdorong untuk menceritakan


ketakutan, rasa sakit, atau trauma yang dialami termasuk kapan

pertama kali hal tersebut muncul. Hipnoterapis kemudian akan

memberikan sugesti tertentu kepada Anda yang tujuannya adalah

untuk merubah perilaku, kebiasaan, hingga persepsi tertentu ketika

menghadapi permasalahan yang mengganggu Anda kala itu.

.
BAB III KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

Masalah Pengobatan komplementer merupakan suatu fenomena yang muncul

saat ini diantara banyaknya fenomena-fenomena pengobatan non

konvensional yang lain, seperti pengobatan dengan ramuan atau terapi herbal,

akupunktur.

Masyarakat luas saat ini mulai beralih dari pengobatan modern (Medis) ke

pengobatan komplementer, meskipun pemgobatan modern juga sangat

popular di perbincangkan di kalangan masyarakat, sebagai contoh banyak

masyarakat yang memilih mengobatkan keluarga mereka yang patah tulang ke

pelayanan non medis (sangkal putung) dari pada mengobatkan ke Rumah

Sakit ahli tulang. Sakit adalah suatu alasan yang paling umum untuk mencari

pengobatan demi memperoleh kesembuhan

B. SARAN

Sebagai tenaga kesehatan khususnya perawat kita perlu memahami mengenai

terapi kompelementer untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Rufaida, Z., Lestari, S. W. P., & Sari, D. P. (2018). Terapi komplementer. E-Book
Penerbit STIKes Majapahit, 1-32.
Kurniati, N. (2023). Aplikasi Terapi Komplementer Di Kebidanan, 19.
Widyatuti, W. (2008). Terapi komplementer dalam keperawatan. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 12(1), 53-57.

Anda mungkin juga menyukai