Anda di halaman 1dari 14

1

MK: Terapi-Terapi Komplementer Dalam Keperawatan


Dosen Fasilitator : Ns. Hapsah, M. Kep

INTEGRATING COMPLEMENTARY THERAPIES


INTO EDUCATION & NURSING PRACTICE

Disusun Oleh :

Disusun Oleh:Kelompok 24

SISKA MISALI R012181029

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
2

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah dengan judul “Integrating Complementary
Therapies Into Education & Nursing Practice” dengan tepat waktu.
Makalah ini dibuat dengan melihat berbagai sumber referensi atau literatur yang ada.
Dalam menyusun makalah ini, penulis menemukan banyak sekali kendala. Namun atas bantuan
berbagai pihak, penulis akhirnya mampu menyelesaikan tugas ini. Untuk itu, penulis
mengucapkan banyak terima kasih.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.
Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi para pembaca.

Makassar, Agustus 2019

Penulis
3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………… 1

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….. 2

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………………………. 4
B. Tujuan Makalah…………………………………………………………………… 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kompetensi inti keperawatan………………………………………………………. 6


B. Ruang lingkup pendidikan berbasis terapi komplementer…………………………. 7
C. Penerapan terapi komplementer dalam pendidikan keperawatan……………….. 8
D. Penerapan terapi komplementer dalam praktik keperawatan…………………….10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………………….. 12
B. Penutup……………………………………………………………………………. 12

DAFTAR PUSTAKA
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam peningkatan kualitas perawatan pasien sangat diperlukan kurikulum
keperawatan yang terus berkembang serta mengimbangi lingkungan perawatan kesehatan
yang selalu berubah. Seorang perawat pendidik memiliki tantangan dalam
mempromosikan pendidikan keperawatan professional yang memperhatikan perubahan
social dan perawatan kesehatan (Hegarty, Walsh, Condon, & Sweeney, 2009). Perubahan
– perubahan yang terjadi yakni pada sector peningkatan globalisasi, kemajuan IPTEK,
kebijakan kesehatan dan ekonomi dan peningkatan kompleksitas perawatan kesehatan
(Hegarty et al., 2009). Dalam perawatan pasien secara holistic, saat ini sudah mulai dapat
mengintegrasikan terapi pelengkap dan alternative secara baik sebagai dampak
peningkatan kebutuhan di era globalisasi ini. Hal ini terutama karena penggunaan
proliferasi terapi komplementer dan alternative oleh public, masalah keamanan dengan
menggabungkan modalitas konvensional dan konvensi, kompetensi budaya dan
penekanan pada perawatan yang berpusat pada pasien serta semakin banyaknya bukti
dampak positif dari perawatan kesehatan integrative (Lindquist, Snyder, & Tracy, 2014)
Pengaruh – pengaruh ini telah mempengaruhi keperawatan dan sebagai akibatnya
pemeriksaan perizinan telah berevolusi untuk menekankan perawatan integrative dan
holistic, yang mencakup pengetahuan dasar terapi komplementer. The national council
licensure examination (NCLEX-RN), sebuah refleksi praktik keperawatan actual dan
indicator penting dari kualitas program keperawatan, memiliki pengetahuan yang
diharapkan dari terapi komplementer itu sendiri sejak tahun 2004 (Stratton et al., 2007).
The institute of medicine (IOM) melaporkan masa depan keperawatan menegaskan
bahwa perawat harus berlatih sepenuhnya dan harus mencapai tingkat pengetahuan yang
lebih tinggi untuk mempromosikan perawatan pasien yang berpusat pada kualitas.
Wacana awal pada tahun 1990-an tentang apakah terapi komplementer harus
diajarkan dalam keperawatan dan program perawatan kesehatan lainnya sekarang telah
digantikan dengan diskusi dan debat tentang apa yang harus dimasukan dan bagaimana
memperdalam integrasi terapi komplementer dalam paradigma perawatan pasien holistic
(Hegarty et al., 2009)
5

B. Tujuan
Melalui makalah singkat ini, diharapkan mahasiswa mampu :
1. Memahami definisi kompetensi inti keperawatan
2. Mengetahui penerapan terapi komplementer dalam pendidikan keperawatan
3. Mengetahui penerapan terapi komplementer dalam keperawatan
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kompetensi Inti Keperawatan


Keputusan mendiknas RI No. 045/U/2002 tentang kurikulum inti pendidikan tinggi
pada pasal 1 menyebutkan bahwa “Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas,
penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu
oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu”.
Kompetensi perawat adalah suatu set/seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh
seorang individu yang akan bekerja dalam bidang keperawatan sesuai dengan level yang
diatur dalam kerangka kualifikasi yang berlaku (Lindquist et al., 2014). Fukada (2018),
menjelaskan bahwa kompetensi inti keperawatan adalah "kemampuan untuk
mempraktikkan keperawatan yang memenuhi kebutuhan klien yang dirawat dengan
menggunakan pemikiran logis dan keterampilan keperawatan yang akurat". Struktur
kompetensi keperawatan terdiri dari empat kemampuan yang terkait erat dan digunakan
dalam semua jenis pengaturan praktik keperawatan, yaitu:
1. kemampuan untuk memahami kebutuhan,
2. kemampuan untuk menyediakan perawatan,
3. kemampuan untuk berkolaborasi dan
4. kemampuan untuk mendukung pengambilan keputusan.
Secara umum, daftar kompetensi inti terapi komplementer dalam keperawatan belum
dikembangkan. Tetapi, keselarasan antara keperawatan dengan perawatan kesehatan
holistic dan integrative memberikan bukti yang kuat untuk bergerak maju. Dalam
penerapan kompetensi inti, beberapa ahli menganjurkan untuk kurikulum terintegrasi
yang didasarkan pada perawatan holistic yang berpusat pada pasien, seperti (Lindquist et
al., 2014):
1. Kesadaran dan penilaian terapi dan praktik
2. Evaluasi evidence base yang mendasari terapi dan praktik
3. Pengembangan keterampilan dalam terapi dan praktik
4. Kesadaran diri dan self care
7

5. Kesadaran akan basic teori yang mendasari terapi dan praktik.


Kompetensi ini terbukti dalam ruang lingkup dan standar untuk praktik perawat. The
American Nurses Association (ANA), dalam bukunya Nursing: Scope and Standards of
Practice (ANA, 2010), menjabarkan parameter praktik dan tanggung jawab untuk semua
RN di Amerika Serikat. Standar praktik penilaian, diagnosis, identifikasi hasil,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi memungkinkan rencana perawatan individual
yang peka terhadap beragam praktik perawatan kesehatan untuk semua pasien. Standar
kinerja profesional untuk kualitas praktik, evaluasi praktik, pendidikan, kolegialitas,
kolaborasi, etika, penelitian, pemanfaatan sumber daya, dan kepemimpinan membuat
perawat terus-menerus meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang
sesuai dengan peran keperawatan.

B. Ruang Lingkup Pendidikan berbasis terapi komplementer


ANA (2010) memaparkan bahwa dalam lingkup dan standar praktik, perawat harus
memiliki pengetahuan dan peka terhadap berbagai praktik kesehatan sehingga asuhan
keperawatan holistik dapat disediakan. Dokumen tersebut tidak mengidentifikasi terapi
khusus yang perawat dapat atau tidak dapat dimasukkan ke dalam praktik keperawatan.
Bulechek (2008) dalam Lindquist et al. (2014), menjelaskan bahwa Klasifikasi
Intervensi Keperawatan memberikan daftar perawatan yang komprehensif yang dapat
dilakukan perawat. Daftar ini mencakup terapi komplementer yang berada dalam ranah
keperawatan dan diberikan pelatihan atau sertifikasi yang sesuai. Terapi komplementer
yang dimaksud adalah:
1. acupressure,
2. animal-assisted,
3. aromatherapy,
4. art therapy,
5. biofeedback,
6. massage,
7. music therapy,
8. self-hypnosis facilitation, and
9. therapeutic touch.
8

Meskipun basis pengetahuan untuk banyak terapi komplementer dapat menjadi


bagian dari program pendidikan, kecakapan kinerja seringkali tidak tercapai selama
pendidikan keperawatan sarjana atau bahkan pascasarjana. Oleh karena itu, meskipun
perawat dapat melakukan terapi ini, mereka harus melakukannya hanya dengan pelatihan
dan sertifikasi yang sesuai.
Interpretasi dari ruang lingkup keperawatan praktik dapat bervariasi berdasarkan
Negara yang berbeda, perawat harus menyadari posisi Negara mereka sendiri mengenai
terapi komplementer, harus didokumentasikan, mematuhi peraturan lisensi dan
credentialing. Dalam satu penelitian yang dilakukan oleh Avino (2011), tiga terapi besar
teratas di mana pelatihan tambahan diinginkan oleh fakultas yaitu nutrisi, jamu, dan pijat.
Meskipun terapi komplementer sangat penting dimasukkan dalam dunia pendidikan,
tetapi banyak juga kendala yang dihadapi seperti pengembangan fakultas membutuhkan
waktu dan sumber daya, akses ke tulisan-tulisan ilmiah, referensi dan sumber penelitian,
waktu yang ditetapkan, konsultasi, kolaborasi, pendidikan berkelanjutan, dan dukungan.
Idealnya, lokakarya atau konferensi kerja pendidikan berkelanjutan harus disusun
menggunakan pendekatan kolaboratif yang mewakili berbagai perspektif praktisi terapi
komplementer dan alternatif. Mendorong dan mendukung penelitian fakultas di bidang
terapi komplementer adalah mekanisme lain menghasilkan tim fakultas yang berkualitas
(Lindquist et al., 2014).

C. Penerapan Terapi Komplementer dalam Pendidikan Keperawatan

Integrasi terapi komplementer dalam pendidikan keperawatan membutuhkan sedikit


atau tidak ada pergeseran dalam paradigm filosofis karena masalah seperti kesehatan,
pencegahan dan kesehatan holistic telah lama menjadi inti praktik keperawatan (Lee et
al., 2007). Ada banyak bukti yang menunjukan bahwa program pendidikan keperawatan,
meskipun tidak konsisten, sudah memperhatikan basis pengetahuan yang dibutuhkan dan
untuk memahami peran terapi komplementer dalam perawatan kesehatan. Sebagai
contoh, beberapa penelitian telah mengkonfirmasi bahwa fakultas keperawatan dan siswa
percaya bahwa terapi komplementer harus diintegrasikan ke dalam kurikulum
keperawatan dan bahwa perawat harus siap menyarankan pasien mengenai praktik terbaik
dalam integrasi perawatan kesehatan (Al-rukban et al., 2012). Hasil penelitian lain juga
9

menemukan bahwa sebagian besar siswa setuju bahwa terapi konvensional dan CAM
dapat diintegrasikan untuk mencapai hasil perawatan kesehatan yang lebih baik (Ahmed
et al., 2017)

Pelatihan khusus yang diperlukan untuk berlatih secara aman dan efektif tentang
terapi komplementer biasanya tidak ditemukan dalam program pendidikan perawat
umum. Terapi komplementer dapat didapat melalui suatu kursus yang bersertifikasi. The
nurses board of western Australia memperingatkan bahwa kursus harus memiliki kualitas
yang memadai, terakreditasi dan kualifikasi yang sesuai.

Adapun perkembangan terapi komplementer yang sudah terintegrasi dalam


pendidikan :
1. Asosiasi perawat terdaftar dari Alberta menerbitkan standar terapi
alternative/komplementer dalam membuat keputusan tentang pemberian keperawatan
dan produk kesehatan alami sebagai tambahan dalam praktik keperawatan mereka.
2. Beberapa peneliti mengambil sampel sekolah keperawatan di seluruh Amerika
Serikat untuk menentukan sejauh mana sekolah mengintegrasikan modalitas
komplementer dan alternatif ke dalam kurikulum mereka (Dutta et al., 2003; Fenton,
M., & Morris, 2003; dan Richardson , 2003). Untuk ketiga penelitian, persentase
besar sudah termasuk terapi komplementer dalam kurikulum (49% -85%) dan hampir
semua program berencana untuk menggabungkan terapi komplementer tambahan di
masa depan.
3. Penelitian lain melaporkan bahwa lebih dari 10 universitas di Inggris menawarkan
program gelar penuh waktu kepada mahasiswa dalam terapi komplementer dan
alternatif, seperti osteopati, obat kiropraktik, obat-obatan herbal, akupunktur, dan
homeopati. Selain itu di Korea, salah satu perguruan tinggi ilmu keperawatan
sekarang memiliki program 1 tahun yang mengarah ke sertifikat dalam terapi
komplementer dan alternatif untuk perawat klinis dan peneliti dalam bidang
akupuntur (Sok, Erlen, & Kim, 2004).
4. Hon et al. (2006), melaporkan bahwa badan pengawas keperawatan di Hong Kong
sekarang mensyaratkan bahwa kurikulum pengasuhan mengandung 20 jam yang
ditujukan untuk pengobatan tradisional Cina (TCM).
10

5. Untuk di Indonesia, sudah banyak pendidikan tinggi yang memasukkan terapi


komplementer dalam kurikulum pendidikan kesehatan.

D. Penerapan Terapi Komplementer dalam Keperawatan


Terapi komplementer semakin banyak ditawarkan di seluruh rangkaian perawatan
kesehatan. Perawat sangat penting untuk memaksimalkan penggunaan terapi
komplementer dan integratif yang mendukung perawatan holistik.
Gerakan menuju holisme dalam keperawatan mengakui sifat intervensi yang humanistik,
peduli, penyembuhan dan sering menggunakan banyak modalitas untuk mendukung
pikiran-tubuh-roh dalam perjalanan penyembuhannya (Clark, 2012).
Adapun beberapa contoh penerapan terapi komplementer didalam maupun di luar
negeri :
1. Sebuah penelitian baru menemukan bahwa perawat Brasil, lebih dari dokter, tertarik
pada terapi komplementer dan integratif (Thiago & Tesser, 2011). Terapi
komplementer yang diterapkan adalah teknik akpuntur, doa syafaat, mas-sage, yoga,
relaksasi, mediasi dan menari.
2. Rumah Sakit Abbott Northwestern, bekerja sama dengan Minneapolis Heart Institute,
mengidentifikasi bagi pasien dengan gangguan kardiovaskular, dan untuk mendukung
ini mereka membentuk kerangka keperawatan holistik untuk latihan. Prevalensi
penggunaan publik terapi komplementer / alternatif yang diidentifikasi dalam
literatur, memotivasi Abbott Northwestern Hospital untuk memulai program inovatif,
yang disebut "Healing the Hearts" dan yang termasuk intervensi terapeutik seperti
musik dan pijat (Sendelbach, Carole, Lapensky, & Kshettry, 2003).
3. Pada rumah sakit Veteran di AS.Terapi komplementer semakin menjadi bagian dari
perawatan yang diberikan kepada veteran militer. Hasil survei menunjukan 89%
fasilitas Administrasi Veteran (VA) menawarkan terapi komplementer dibandingkan
dengan 84% pada tahun 2002. Lima terapi paling umum yang disediakan adalah
meditasi (72% dari hospi-tals), manajemen stres / terapi relaksasi (66% dari rumah
sakit), relaksasi otot progresif (53% rumah sakit), dan biofeedback di 50% rumah
sakit (Departemen Urusan Veteran AS, 2011).
11

4. Indonesia telah memiliki 73 Rumah Sakit Pemerintah yang menyediakan layanan


kesehatan tradisional sebagai alternative komplementer (dari target renstra 2014
sebanyak 70 rumah sakit) dan sudah melaksanakan pelayanan kesehatan tradisional
pada 573 puskesmas pada pertengahan tahun 2013 dari target renstra pada tahun 2014
sebanyak 502 puskesmas.
5. Berdasarkan Permenkes RI Nomor : 1109/Menkes/Per/2007 adalah :
1. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) : Hipnoterapi,
mediasi, penyembuhan spiritual (doa), yoga
2. System pelayanan pengobatan alternative : akupuntur, akupresur, aromaterapi,
ayurweda
3. Cara penyembuhan manual : healing touch, osteopati, pijat, urut
4. Pengobatan farmakologi dan biologi : jamu, herbal, gurah
5. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan : diet makro nutrient, mikro
nutrient
6. Cara lain dalam diagnose dan pengobatan : terapi ozon, hiperbarik
12

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Terapi komplementer semakin banyak ditawarkan di seluruh rangkaian perawatan

kesehatan. Oleh karena itu pentingnya perawat memaksimalkan penggunaan terapi

komplementer dan integratif yang mendukung perawatan holistik.

B. Saran
1. Sebagai pelayan kesehatan kepada masyarakat dalam memberikan pelayanan yang

profesional harus mengacu pada aturan yang telah ditetapkan dan kompetensi yang

dimiliki.

2. Terapi komplomenter dalam pelaksanaannya harus tetap dimonitoring dan dievaluasi

dasar praktik yang berbasis bukti untuk meningkatkan pelayanan kesehatan.


13

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, S. M., Al-Mansour, M. A., Mohamed, E. Y., Medani, K. A., Abdalla, S. M., &
Mahmoud, W. S. (2017). Medical Students’ Opinion Toward the Application of
Complementary and Alternative Medicine in Healthcare. Saudi J Med Med Sci, 5(1), 20–25.
Al-rukban, M. O., Albedah, A. M. N., Khalil, M. K. M., El-olemy, A. T., Abdelmoneim, A.,
Khalil, H., … Alrasheid, S. (2012). Status of complementary and alternative medicine in the
curricula of health colleges in Saudi Arabia. Complementary Therapies in Medicine, 20(5),
334–339. https://doi.org/10.1016/j.ctim.2012.05.006
American Nurses Association. (2010). Nursing: Scope and Standards of Practice.
Avino, K. (2011). Knowledge , Attitudes , and Practices of Nursing Faculty and Students Related
to Complementary and Alternative Medicine, 280–288.
https://doi.org/10.1097/HNP.0b013e318232c5aa
Clark, C. S. (2012). Beyond holism: Incorporating an integral approach to support -caring-
healing-sustainable nursing practices. Holistic Nursing Practice.
Dutta, A., Bwayo, S., Xue, Z., Akiyode, O., Ayuk-Egbe, P., & Clarke-Tasker, V. (2003).
Complementary and alternative medicine instruction in nursing curricula. Journal of
National Black Nurses Association. Journal of National Black Nurses Association, 14, 30–
33.
Fenton, M., & Morris, D. (2003). The integration of holistic nursing practices and
complementary and alternative modalities into curricula of schools of nursing. Alternative
Therapies, 9, 62–67.
Fukada, M. (2018). Nursing Competency : Definition , Structure and Development, 1–7.
Hegarty, J., Walsh, E., Condon, C., & Sweeney, J. (2009). The Undergraduate Education of
Nurses : Looking to the Future (Vol. 6).
Hon, K., Twinn, S., Leung, T., Thompson, D., Wong, Y., & Fok, T. (2006). Chinese nurs-ing
students’ attitudes toward traditional Chinese medicine. Journal of Nursing Education.
Journal of Nursing Education, 45, 182−185.
Lee, M. Y., Benn, R., Wimsatt, L., Cornman, J., Hedgecock, J., Gerik, S., … Finklestein, C.
(2007). Integrating Complementary and Alternative Medicine Instruction into Health
Professions Education : Organizational and Instructional Strategies. Academic Medicine,
82(10), 939–945.
Lindquist, R., Snyder, M. S., & Tracy, M. F. (2014). Complementary & Alternative Therapies in
Nursing (seventh). United States of America: McNaughton & Gunn.
Richardson, S. (2003). Complementary health and healing in nursing education. Journal of
Holistic Nursing, 21, 20–35.
14

Sendelbach, S., Carole, L., Lapensky, J., & Kshettry, V. (2003). Developing an integrative
therapies program in a tertiary care cardiovascular hospital. Critical Care Nursing Clinic of
North America. Critical Care Nursing Clinic of North America, 15, 363–372.
Sok, S., Erlen, J., & Kim, K. (2004). Complementary and alternative therapies in nurs-ing
curricula: A new direction for nurse educators. Journal of Nursing Education. J Nurs Educ,
43(9), 401–405.
Stratton, T. D., Benn, R. K., Lie, D. A., Zeller, J. M., & Nedrow, A. R. (2007). Evaluating CAM
education in health professions programs. Academic Medicine, 82(10), 956–961.
https://doi.org/10.1097/ACM.0b013e31814a5152
Thiago, & Tesser. (2011). Family health strategy doctors and nurses’ per-ceptions of
complementary therapies. Rev Saude Publica. Rev Saude Publica, 45(2), 1–8.

Anda mungkin juga menyukai