TERAPI KOMPLEMENTER
DALAM KEPERAWATAN PALIATIF
PALOPO
2020
PRAKATA
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Penulis juga berterima kasih kepada segala pihak yang telah membantu untuk
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Kepada ibu dosen pembimbing Ns. Bestfy
Anitasari, M.Kep., Sp. Mat, kepada orang tua yang selalu mendukung, dan rekan-rekan yang
ikut serta dalam penyelesaian makalah ini. Adapun disusunnya makalah ini adalah untuk
memenuhi nilai tugas mata pelajaran Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan, masih
banyak hal-hal yang mungkin belum tercakup didalamnya. Maka dari itu, penulis meminta
agar para pembaca yang kelak akan membaca makalah ini memberikan saran dan kritikan
yang membangun untuk makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan yang
luas bagi para pembaca.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Prakata............................................................................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................... 2
C. Tujuan........................................................................................................................................... 2
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................................
12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Terapi di keperawatan adalah konsep diri sebagai penyembuhan harus dipahami dan
dialami oleh setiap perawat untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam
arahan atau konseling pasien dalam penggunaan berbagai terapi. Terapi Komplementer
ini sudah dikenal secara luas serta telah digunakan sejak dulu dalam dunia kesehatan.
Namun, dalam beberapa survei yang telah dilakukan mengenai penggunaan terapi
komplementer, cakupan terapi komplementer sendiri masih agak terbatas.
Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan banyak negara.
Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting dalam pelayanan
kesehatan di Amerika Serikat dan negara lainnya (Snyder & Lindquis, 2002). Estimasi di
Amerika Serikat 627 juta orang adalah pengguna terapi alternatif dan 386 juta orang
yang mengunjungi praktik konvensional (Smith et al., 2004). Data lain menyebutkan
terjadi peningkatan jumlah pengguna terapi komplementer di Amerika dari 33% pada
tahun 1991 menjadi 42% di tahun 1997. Kemudian meurut Snyder & Lindquis (2002)
yaitu klien yang menggunakan terapi komplemeter memiliki beberapa alasan. Salah satu
alasannya adalah filosofi holistik pada terapi komplementer, yaitu adanya harmoni dalam
diri dan promosi kesehatan dalam terapi komplementer. Alasan lainnya karena klien
ingin terlibat untuk pengambilan keputusan dalam pengobatan dan peningkatan kualitas
hidup dibandingkan sebelumnya. Sejumlah 82% klien melaporkan adanya reaksi efek
samping dari pengobatan konvensional yang diterima menyebabkan memilih terapi
komplementer.
Kemudian perawatan paliatif merupakan bagian penting dalam perawatan pasien yang
terminal yang dapat dilakukan secara sederhana, seringkali prioritas utama adalah
kualitas hidup dan bukan kesembuhan dari penyakit pasien. Tujuan perawatan paliatif
adalah meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai prose normal,
tidak mempercepat atau menunda keamatian, menghilangkan nyeri dan keluhan lain
yang mengganggu, menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual, mengusahakan agar
penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya dan mengusahakan membantu mengatasi
1
duka cita pada keluarga. Reaksi emosional pada klien paliatif tersebut ada lima yaitu
denail, anger, bergaining, depression dan acceptance (Kubler-Ross,2003).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan terapi komplementer dalam keperawatan paliatif?
2. Apa tujuan terapi komplementer dalam keperawatan paliatif?
3. Apa peran perawat dalam asuhan keperawatan paliatif ?
4. Apa klasifikasi terapi komplementer dalam keperawatan paliatif?
5. Apa hubungan terapi komplementer dengan keperawatan paliatif?
C. TUJUAN
1. Mampu mengetahui dimaksud dengan terapi komplementer
2. Mampu mengetahui tujuan terapi komplementer dalam keperawatan paliatif
3. Mampu mengetahui peran perawat dalam asuhan keperawatan paliatif
4. Mampu mengetahui klasifikasi terapi komplementer dalam keperawatan paliatif
5. Mampu mengetahui hubungan terapi komplementer dengan keperawatan paliatif
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial dengan
cara mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien dapat
mengekspresikan perasaan-perasaannya.
b. Pada Fase Marah
Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan
perasaannya yang marah. Perawat perlu membantunya agar mengerti bahwa
masih me rupakan hal yang normal dalam merespon perasaan kehilangan
menjelang kamatian. Akan lebih baik bila kemarahan ditujukan kepada
perawat sebagai orang yang dapat dipercaya, memberikan ras aman dan akan
menerima kemarahan tersebut, serta meneruskan asuhan sehingga membantu
pasien dalam menumbuhkan rasa aman.
c. Pada Fase Menawar
Pada fase ini perawat perlu mendengarkan segala keluhannya dan
mendorong pasien untuk dapat berbicara karena akan mengurangi rasa
bersalah dan takut yang tidak masuk akal.
d. Pada Fase Depresi
Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan apa
yang dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi secara non
verbal yaitu duduk dengan tenang disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi
non verbal dari pasien sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien.
e. Pada Fase Penerimaan
Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang, damai. Kepada
keluarga dan teman-temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien telah
menerima keadaanya dan perlu dilibatkan seoptimal mungkin dalam program
pengobatan dan mampu untuk menolong dirinya sendiri sebatas
kemampuannya.
2. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Fisiologis
a. Kebersihan Diri
Kebersihan dilibatkan untuk mampu melakukan kerbersihan diri
sebatas kemampuannya dalam hal kebersihan kulit, rambut, mulut, badan dan
sebagainya.
b. Mengontrol Rasa Sakit
Beberapa obat untuk mengurangi rasa sakit digunakan pada klien
dengan sakit terminal, seperti morphin, heroin, dsbg. Pemberian obat ini
4
diberikan sesuai dengan tingkat toleransi nyeri yang dirasakan klien. Obat-
obatan lebih baik diberikan Intra Vena dibandingkan melalui Intra
Muskular/Subcutan, karena kondisi system sirkulasi sudah menurun.
c. Membebaskan Jalan Nafas
Untuk klien dengan kesadaran penuh, posisi fowler akan lebih baik dan
pengeluaran sekresi lendir perlu dilakukan untuk membebaskan jalan nafas,
sedangkan bagi klien yang tida sadar, posisi yang baik adalah posisi sim
dengan dipasang drainase dari mulut dan pemberian oksigen.
d. Bergerak
Apabila kondisinya memungkinkan, klien dapat dibantu untuk
bergerak, seperti: turun dari tempat tidur, ganti posisi tidur untuk mencegah
decubitus dan dilakukan secara periodik, jika diperlukan dapat digunakan alat
untuk menyokong tubuh klien, karena tonus otot sudah menurun.
e. Nutrisi
Klien seringkali anorexia, nausea karena adanya penurunan peristaltik.
Dapat diberikan annti ametik untuk mengurangi nausea dan merangsang nafsu
makan serta pemberian makanan tinggi kalori dan protein serta vitamin.
Karena terjadi tonus otot yang berkurang, terjadi dysphagia, perawat perlu
menguji reflek menelan klien sebelum diberikan makanan, kalau perlu
diberikan makanan cair atau Intra Vena/Invus.
f. Eliminasi
Karena adanya penurunan atau kehilangan tonus otot dapat terjadi
konstipasi, inkontinen urin dan feses. Obat laxant perlu diberikan untuk
mencegah konstipasi. Klien dengan inkontinensia dapat diberikan urinal,
pispot secara teratur atau dipasang duk yang diganjti setiap saat atau dilakukan
kateterisasi. Harus dijaga kebersihan pada daerah sekitar perineum, aApabila
terjadi lecet, harus diberikan salep.
g. Perubahan Sensori
Klien dengan dying, penglihatan menjadi kabur, klien biasanya
menolak/menghadapkan kepala kearah lampu/tempat terang. Klien masih
dapat mendengar, tetapi tidak dapat/mampu merespon, perawat dan keluarga
harus bicara dengan jelas dan tidak berbisik-bisik.
3. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Sosial
5
Klien dengan dying akan ditempatkan diruang isolasi, dan untuk memenuhi
kebutuhan kontak sosialnya, perawat dapat melakukan:
a. Menanyakan siapa-siapa saja yang ingin didatangkan untuk bertemu dengan
klien dan didiskusikan dengan keluarganya, misalnya: teman-teman dekat,
atau anggota keluarga lain.
b. Perasaan-perasaan klien sehubungan dengan sakitnya dan perlu diisolasi.
c. Menjaga penampilan klien pada saat-saat menerima kunjungan kunjungan
teman-teman terdekatnya, yaitu dengan memberikan klien untuk
membersihkan diri dan merapikan diri.
d. Meminta saudara/teman-temannya untuk sering mengunjungi dan mengajak
orang lain dan membawa buku-buku bacaan bagi klien apabila klien mampu
membacanya.
4. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Spiritual
a. Menanyakan kepada klien tentang harapan-harapan hidupnya dan rencana-
rencana klien selanjutnya menjelang kematian.
b. Menanyakan kepada klien untuk mendatangkan pemuka agama dalam hal
untuk memenuhi kebutuhan spiritual.
c. Membantu dan mendorong klien untuk melaksanakan kebutuhan spiritual
sebatas kemampuannya.
6
e. Infeksi kulit
2. Akupuntur
Akupuntur adalah terapi tradisional Cina kuno yang menggunakan jarum dan
ditusukkan ke titik-titik tertentu ke dalam tubuh. Awalnya, akupuntur bertujuan
untuk mengembalikan keseimbangan 'energi' di dalam tubuh. Akupuntur masih
banyak dilakukan dan menjadi salah satu terapi komplementer yang paling
terkenal dan populer. Beberapa kondisi medis yang banyak dipercaya dapat
ditangani dengan akupuntur, yaitu:
a. Sakit dan nyeri (terutama sakit punggung, lutut, leher, dan rahang)
b. Sakit kepala dan migrain
c. Penyakit setelah operasi atau saat menjalani kemoterapi
d. Kecanduan zat tertentu
e. Sindrom terowongan karpal (carpal tunnel syndrome)
f. Asma
g. Stroke
h. Radang sendi
i. Gangguan usus atau kandung kemih
3. Homoeopati
Homeopati adalah terapi komplementer yang didasarkan pada gagasan bahwa
suatu zat yang biasanya menyebabkan gejala-gejala tertentu dapat
menyembuhkan gejala tersebut jika diberikan dalam dosis yang sangat kecil.
Praktisi dari homoeopati mengklaim bahwa terapi komplementer ini dapat
digunakan untuk mengobati berbagai kondisi, termasuk:
7
a. Eksim
b. Kondisi depresi dan kecemasan
c. Gejala menopause
d. Alergi
e. Masalah pada usus, seperti penyakit Crohn dan irritable bowel syndrome
(IBS)
f. Radang sendi
g. Asma
h. Migrain dan sakit kepala
Sebagai terapi komplementer, dasar ilmiah untuk homeopati juga masih perlu
dikaji lebih lanjut. Sebelum mencoba terapi komplementer ini, disarankan untuk
berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
4. Pijat
Pijat adalah terapi komplementer dengan melibatkan manipulasi jaringan
lunak tubuh, biasanya dilakukan dengan tangan. Terapi ini utamanya digunakan
untuk merilekskan tubuh, walau juga dipercaya dapat membantu mengurangi rasa
sakit tertentu. Pijat sebagai terapi komplementer dipercaya untuk menangani
kondisi berikut ini:
a. Otot yang sakit
b. Sakit punggung
c. Fibromyalgia
5. Osteopati dan kiropraktik
Osteopati dan kiropraktik adalah terapi komplementer yang melibatkan
penggunaan tangan untuk bekerja dengan sendi dan otot. Kedua terapi ini
umumnya digunakan untuk menangani kondisi yang berkaitan dengan otot,
tulang, dan persendian. Walau begitu, beberapa orang juga mencoba terapi ini
untuk masalah medis lain. Osteopati dan kiropraktik sebagai terapi komplementer
umumnya dilakukan untuk menangani kondisi berikut ini:
a. Nyeri punggung bagian bawah karena aktivitas fisik
b. Osteoartritis karena aktivitas fisik
c. Nyeri leher jangka panjang yang tidak diketahui penyebabnya
8
Sebagai terapi komplementer, harus berkonsultasi dahulu dengan dokter
sebelum menjalani terapi osteopati maupun kiropraktik.
6. Yoga
Yoga mungkin salah satu terapi komplementer yang terkenal. Yoga adalah
terapi yang didasarkan pada filosofi India kuno. Gerakan yoga dirancang sebagai
‘jalan’ untuk menuju pencerahan spiritual, dan kini populer sebagai bentuk
latihan dan manajemen stres. Banyak pakar telah sepakat, bahwa melakukan yoga
dengan teratur mampu memberikan banyak manfaat kesehatan. Manfaat tersebut,
termasuk peningkatan kebugaran tubuh dan pengendalian tekanan darah. Yoga
juga menjadi cara untuk menangkal stres. Orang yang rutin melakukan yoga
merasakan adanya penurunan tingkat, dan meningkatnya perasaan bahagia.
Khasiat yoga tersebut dipercaya karena berkonsentrasi pada postur dan
pengaturan napas.
9
Pelayanan kesehatan komplementer alternatif merupakan pelayanan yang
menggabungkan pelayanan konvensional dengan kesehatan tradisional dan atau hanya
sebagai alternatif menggunakan pelayanan kesehatan tradisional, terintegrasi dalam
pelayanan kesehatan formal. Keberhasilan masuknya obat tradisional ke dalam sistem
pelayanan kesehatan formal hanya dapat dicapai apabila terdapat kemajuan yang
besar dari para klinisi untuk menerima dan menggunakan obat tradisional (Hasanah &
Widowati, 2016).
Beberapa fakta yang kita jumpai pada masyarakat akhir-akhir ini adalah
kecenderungan kembali ke alam dan terapi alternatif. Dengan banyaknya pilihan
tanaman obat yang ditawarkan, mahalnya biaya pengobatan keperawatan paliatif
secara konvensional, ketidakberhasilan dan banyaknya penyulit sampingan dalam
pengobatan konvensional, serta adanya kasus paliatif yang dapat disembuhkan dengan
tanaman obat mendorong makin banyak masyarakat yang memilih pengobatan
alternatif antara lain dengan tanaman obat dan terapi komplementer sebagai cara
untuk pengobatan (Hasanah & Widowati, 2016).
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Terapi komplementer merupakan terapi holistis atau terapi nonbiomedis. Hasil
penelitian tentang psikoneuroimunologi mengungkapkan bahwa proses interaktif pada
manusia dengan tubuh, pikiran, dan interaksi sosial mempengaruhi kesejahteraan
seseorang dapat dipengaruhi oleh terapi komplementer secara garis besar di dasarkan
sebagai kategori terapi pikiran penghubung tubuh (mind – body terapies) sementara
terapi biomedis lebih banyak mempengaruhi seluruh tubuh dan berfokus pada dampak
terapi terhadap respon tubuh dan psikis terutama pada pasien paliatif yang bertujuan
untuk meningkatkan quality of life.
Tujuan dari perawatan palliative adalah untuk mengurangi penderitaan pasien,
memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan support
kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum
meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual, tidak stres menghadapi
penyakit yang dideritanya.
B. SARAN
Dengan adanya makalah yang kami buat ini tentang terapi komlementer dalam
keperawatan paliatif diharapkan pembaca atau teman-teman sejawat dapat
memperoleh manfaat dari makalah yang dibuat. Jika ada pengembangan yang
bermanfaat mohon untuk dilayangkan pada penulis makalah ini karena masukan dari
pembaca atau bapak/ibu dosen sangat mendukung demi kesempurnaan makalah yang
dibuat.
11
DAFTAR PUSTAKA
Putra, Arif. 2019. Inilah Terapi Komplementer dan Jenis-jenisnya yang Perlu Diketahui.
SehatQ. Di akses pada tanggal 01 Desember 2020, di ambil dari
https://www.sehatq.com/artikel/terapi-komplementer-dan-jenis-jenisnya-dalam-
penanganan-penyakit
Tidak diketahui. Apa itu Terapi Komplementer: Gambaran Umum dan Manfaat. Docdoc. Di
akses pada tanggal 01 Desember 2020, di ambil dari
https://www.docdoc.com/id/info/specialty/pengobatan-alternatif
12