Anda di halaman 1dari 25

KEPERAWATAN ANAK II

ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS

Dosen Pembimbing : Ns. Maryam Suaib, S.Kep., MM

NURUL FAUZHIYAH 01.2018.015

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KURNIA JAYA PERSADA
PALOPO
2020
PRAKATA

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’aalamin, segala puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa, karena rahmat dan karunia-Nya tugas makalah yang dibuat oleh penulis telah
terselesaikan dengan tepat waktu, dengan judul “Asuhan Keperawatan Meningitis”.
Penulis juga berterima kasih kepada segala pihak yang telah membantu untuk
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Kepada ibu dosen pembimbing Ns. Maryam
Suaib, S.Kep., MM, kepada orang tua yang selalu mendukung, dan rekan-rekan yang ikut
serta dalam penyelesaian makalah ini. Adapun disusunnya makalah ini adalah untuk
memenuhi nilai tugas mata kuliah Keperawatan Anak II.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan, masih
banyak hal-hal yang mungkin belum tercakup didalamnya. Maka dari itu, penulis meminta
agar para pembaca yang kelak akan membaca makalah ini memberikan saran dan kritikan
yang membangun untuk makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan yang
luas bagi para pembaca.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Palopo, 21 Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Prakata............................................................................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................... 1
C. Tujuan.......................................................................................................................................... 2

BAB I TINJAUAN PUSTAKA


A. Definisi Meningitis.................................................................................................................. 3
B. Etiologi Meningitis.................................................................................................................. 3
C. Patofisiologi Meningitis........................................................................................................ 4
D. Manifestasi Klinis.................................................................................................................... 6
E. Penatalaksanaan...................................................................................................................... 6
F. Komplikasi................................................................................................................................. 7

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian.................................................................................................................................. 9
B. Diagnosa Keperawatan.........................................................................................................
.........................................................................................................................................................
12
C. Intervensi Keperawatan.......................................................................................................
.........................................................................................................................................................
13
D. Implementasi dan Evaluasi.................................................................................................
.........................................................................................................................................................
17

BAB IV PENUTUP...........................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................................
19
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................................

ii
...............................................................................................................................................................................
20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Infeksi otak merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada jaringan otak.
Penyakit infeksi otak bermacam-macam seperti Meningitis, Meningoensefalitis, dan
Abses serebri. Peradangan pada meningen khususnya pada bagian araknoid dan
piamater (leptomeningens) disebut meningitis. Meningitis merupakan peradangan
pada meningen yaitu membrane yang melapisi otak dan medulla spinalis (Tarwoto,
2013).
Batticaca (2011) menjelaskan bahwa meningitis atau radang selaput otak
merupakan infeksi pada cairan serebrospinal (CSS) disertai radang pada pia dan
araknoid, ruang subaraknoid, jaringan superficial otak dan medulla sipinalis. Kuman-
kuman dapat masuk ke setiap bagian ruang subaraknoid dengan cepat sekali
menyebar ke bagian lain, sehingga leptomening medulla spinalis terkena. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa meningitis selalu merupakan suatu proses
serebrospinal.
Ada tiga bakteri penyebab meningitis, yaitu Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae tipe b, dan Niesseria meningitides. Dari ketiga bakteri itu,
Streptococcus pneumoniae (pneumokokus) adalah bakteri yang paling sering
menyerang bayi di bawah usia 2 tahun. Masa inkubasi kuman tersebut sangat pendek
yakni sekitar 24 jam. Bakteri pneumokokus adalah salah satu penyebab meningitis
terparah. Penelitian yang diungkapkan konsultan penyakit menular dari Leicester
Royal Infirmary, Inggris, Dr Martin Wiselka, menunjukkan bahwa 20-30 persen
pasien meninggal dunia akibat penyakit tersebut, hanya dalam waktu 48 jam. Angka
kematian terbanyak pada bayi dan orang lanjut usia. Pasien yang terlanjur koma
ketika dibawa ke rumah sakit, sulit untuk bisa bertahan hidup. Infeksi pneumokokus
lebih sering terjadi pada anak dibanding orang dewasa karena tubuh anak belum bisa
memproduksi antibodi yang dapat melawan bakteri tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan meningitis?
2. Apa etiologi dari meningitis?

1
3. Bagaimana patofisiologi dari meningitis?
4. Apa manifestasi klinis dari meningitis?
5. Bagaimana penatalaksanaan meningitis?
6. Apa saja komplikasi dari meningitis?

C. TUJUAN
1. Mampu mengetahui definisi dari meningitis
2. Mampu mengetahui etiologi dari meningitis
3. Mampu mengetahui patofisiologi dari meningitis
4. Mampu mengetahui manifestasi klinis dari meningitis
5. Mampu mengetahui penatalaksanaan meningitis
6. Mampu mengetahui komplikasi dari meningitis

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI MENINGITIS
Meningitis adalah suatu reaksi keradangan yang mengenai sebagian atau
seluruh selaput otak (meningen) yang ditandai dengan adanya sel darah putih dalam
cairan serebrospinal. Meningitis pada anak-anak masih sering di jumpai,meskipun
sudah ada kemoterapeutik, yang secara in vitro mampu membunuh mikroorganisme
penyebab infeksi tersebut. WHO (2003), mendefinisikan anak-anak antara usia 0-14
tahun karena di usia inilah risiko cenderung menjadi lebih besar. Ini akibat infeksi
dengan Haemophilus influenzae maupun pneumococcus, karena anak-anak biasanya
tidak kebal terhadap bakteri.
Adapun menurut Widagdo (2011), Meningitis adalah infeksi akut yang
mengenai selaput mengineal yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme
dengan ditandai adanya gejala spesifik dari sistem saraf pusat yaitu gangguan
kesadaran, gejala rangsang meningkat, gejala peningkatan tekanan intrakranial, dan
gejala defisit neurologi.
Meningitis atau radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater) merupakan
kondisi serius yang menyebabkan lapisan disekitar otak dan sumsum tulang belakang
mengalami peradangan.

B. ETIOLOGI MENINGITIS
Penyebab tersering meningitis adalah microorganism seperti bakteri, virus,
parasit, dan jamur. Meningitis juga dapat disebabkan oleh penyebab lain, seperti pada
penyakit AIDS, DM, Cidera fisik atau obat-obatan tertentu yang dapat melemahkan
system imun.
1. Meningitis Virus
Meningitis Virus tidak melibatkan jaringan otak pada proses peradangannya.
Gejalanya ringan, sehingga diagnosanya luput dibuat. Ada juga kasus meningitis
virus disebabkan oleh enterovirus. Enterovirus ini merupakan penyebab utama
meningitis virus, sedangkan sebagian dari enterovirus mengakibatkan ensefalis.
Walaupun demikian, hanya sedikit saja kasus Enterovirus yang berkembang
menjadi meningitis. Infeksi virus lain yang menyebabkan meningitis, yaitu:

3
a. Virus Mumps
b. Virus Herpes
c. Virus yang menyebar melalui nyamuk dan serangga lainnya.
2. Meningitis Bakterialis
Salah satu penyebab utama meningitis pada anak adalah Neisseria
meningitidis yang dikenal sebagai meningokokus. Meningitis pada kelompok ini
sangat serius dan dapat mematikan. Kematian dapat terjadi hanya dalam beberapa
jam. Namun banyak juga pasien yang sembuh, tapi cacat permanen seperti
hilangnya pendengaran, kerusakan otak, dan ketidakmampuan belajar. Ada
beberapa jenis bakteri yang dapat menyebabkan meningitis, seperti:
a. Streptococcus pneumonie
b. Hemophilus influenza
c. Listeria monocetytogesnes
d. Straptococcus aureus
3. Meningitis Jamur
Jamur yang menginfeksi manusia terdiri dari dua kelompok yaitu, jamur
patogenik dan opportunistic. Jamur patogenik mengineksi manusia normal setelah
inhalasi dan inflantasi spora. Sedangkan jamur opportunistic tidak menginfeksi
orang dengan system imun yang normal, tetapi menyerang system imun yang
buruk.
4. Meningitis Parasit
Meningitis Parasit : parasit penyebab meningitis, seperti Angiotrongylus
cantonensis dan Baylisascaris procyonis, yang tidak disebarkan melalui kontak
langsung. Parasit ini umumnya terdapat pada hasil bumi, serta kotoran, makanan,
dan hewan seperti siput, ikan, unggas, memakan makanan yang berbahan dasar
hewan tersebut atau melakukan aktivitas seperti berenang berpotensi tertular
parasit penyebab meningitis.

Meningitis juga dapat di picu oleh kondisi yang diderita pasien, seperti cedera
kepala, kanker, dan lupus, penggunaan obat-obatan tertentu atau pernah menjalani
tindakan medis seperti operasi otak juga dapat memicu meningitis.

C. PATOFISIOLOGI MENINGITIS

4
Faktor-faktor predisposisi mencakup: ISNA, otitis media,
mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur
bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis

Invasi kuman ke jaringan serebral via vena nasofaring posterior,


telinga bagian tengah dan saluran mastoid.

Reaksi peradangan jaringan serebral

Eksudat meningen Gangguan metabolism serebral Hipoperfusi

Thrombus daerah korteks & aliran darah serebral

Kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi, kerusakan endotel, dan nekrosis pembuluh darah

Infeksi/septicemia jaringan otak

Iritasi meningen

Sakit kepala & demam Perubahan fisiologis intrakranial

Hipertermia Nyeri akut Edema serebral & peningkatan TIK Peningkatan permeabilitas darah ke otak

Penekanan Adhesi Perubahan tingkat kesadaran, Perubahan Perubahan Bradikardi


area fokal menyebabkan perubahan perilaku, disorientasi, gastrointestinal sistem
kartikal kelumpuhan fotofobia, peningkatan sekresi ADH pernapasan: Perubahan
saraf cheyne-stokes perfusi
Mual &
Regiditas muntah jaringan
nukal, tanda Koma Defisit otak
kerniq & volume
Ketidakefektifan Ketidakefektifan Resiko
Brudzinki cairan
Kematian pola nafas bersihan jalan gangguan
positif nafas perfusi
perefier
Kejang
Prosedur invasif Kelemahan fisik Peningkatan permeabilitas
Resiko injury Takut Cemas lumbal fungsi kapiler & retensi cairan
Gangguan ADL
Resiko kelebihan volume cairan

5
D. MANIFESTASI KLINIS
Tarwoto (2013) mengatakanmanifestasi klinik pada meningitis bakteri
diantaranya:
1. Demam, merupakan gejala awal
2. Nyeri kepala
3. Mual dan muntah
4. Kejang umum
5. Pada keadaan lebih lanjut dapat mengakibatkan penurunan kesadaran sampai
dengan koma.
Sedangkan menurut (Widago, dkk, 2013) manifestasi klinis klien meningitis
meliputi:
1. Sakit kepala
2. Mual muntah
3. Demam
4. Sakit dan nyeri secara umum
5. Perubahan tingkat kesadaran
6. Bingung
7. Perubahan pola nafas
8. Ataksia
9. Kaku kuduk
10. Ptechialrash
11. Kejang (fokal, umum)
12. Opistotonus
13. Nistagmus
14. Ptosis
15. Gangguan pendengaran
16. Tanda brundzinki’s dan kerniq’s positif
17. Fotobia

E. PENATALAKSANAAN
Tarwoto ( 2013), mengatakan penatalakasanaan dibagi 2 yaitu:
1. Penatalaksanaan umum
a. Pasien diisolasi
b. Pasien diistirahatkan/bedrest

6
c. Kontrol hipertermi dengan kompres
d. Kontrol kejang
e. Pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi
2. Pemberian antibiotik
a. Diberikan 10-14 hari atau setidaknya 7 hari bebas panas
b. Antibiotik yang umum diberikan: Ampisilin, Gentamisin, Kloromfenikol,
Sefalosporin.
c. Jika pasien terindikasi meningitis tuberkolusis diberikan obat-obatan TBC
3. Pemeriksaan penujang (Hudak dan Gallo, 2012)
a. Fungsi lumbal dan kultur CSS: jumlah leukosit (CBC) meningkat, kadar
glukosa darah mrenurun, protein meningkat, glukosa serum meningkat
b. Kultur darah, untuk menetapkan organisme penyebab
c. Kultur urim, untuk menetapkan organisme penyebab
d. Elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi: Na+ naik dan K + turun
e. MRI, CT-scan/angiorafi

F. KOMPLIKASI
1. Hidrosefalus obstruktif
Hidrosefalus adalah penumpukan cairan pada rongga otak atau ventrikel.
Sedangkan meningitis adalah penyakit yang menyerang beberapa saluran dari
otak, termasuk saluran serebrospinal. jika saluran tersebut terganggu dan terjadi
penyumbatan, hal ini akan menjadi penyebab hidrosefalus pada seseorang.
Kondisi pada penderita, hidrosefalus dan meningitis memiliki keterkaitan yang
sama. menyerang bagian vital dari tubuh manusia. rasa sakit dibagian kepala
membuat gejala yang ditumbulkan sama. Selain itu, hidrisefalus adalah salah satu
komplikasi meningitis tuberculosis (TBM) yang sering terjadi pada 85% anak-
anak.
2. Septikemia
Septicemia adalah penyakit yang berbahaya dan mematikan yang disebabkan
oleh bakteri Neisseria meningitidis. Ketika seseorang mengidap penyakit
meningococcal septicemia, bakteri masuk kedalam aliran darah dan berkembang
biak, merusak dinding pembuluh darah dan menyebabkan pendarahan sampai
kulit dan organ.

7
3. Serebral Palsy
Selebral palsy atau lumpuh otak adalah penyakit yang menyebabkan gangguan
pada gerakan atau koordinasi tubuh. Orang yang menderita meningitis, lapisan
disekitar otak dan sumsum tulang belakang mengalami peradangan. Hal ini bisa
menyebabkan saraf terganggu dan menyebabkan lumpuh otak.
4. Gangguan Mental
Setiap orang yang menderita meninges akan mengalami peradangan dan
kerusakan system saraf sehingga mempengaruhi emosi, pola pikir dan perilaku
penderitanya.
5. Herniasi Otak
Herniasi otak adalah kondisi ketika jaringan otak dan cairan otak bergeser dari
posisi normalnya, kondisi ini di picu oleh pembengkakan otak.
6. Subdural Hematona
Subdural hematoma atau pendarahan subdural adalah kondisi dimana darah
menumpuk antara lapisan acarachoidal dan lapisan meningeal.

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas pasien terdiri dari: nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, suku/ bangsa, pendidikan, perkerjaan dan alamat.
b. Indentitas penanggung jawab terdiri dari: nama, hubungan dengan klien,
pendidikan, prkerjaan dan alamat.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Biasanya pasien datang dengan keluhan utamanya demam, sakit
kepala, mual dan muntah, kejang, sesak nafas, penurunan tingkat kesadaran.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian RKS yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan
mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik pasien secara
PQRST.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami pasien yang memungkinkan
adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernah
kah pasien mengalami infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, anemia sel
sabit dan hemoglobinopatis lain, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala.
Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan kepada pasien terutama jika ada
keluhan batuk produktif dan pernah mengalami pengobatan obat anti
tuberkulosa yang sangat berguna untuk mengidentifikasi meningitis
tuberkulosa.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada riwayat kesehatan keluarga, biasanya apakah ada di dalam
keluarga yang pernah mengalami penyakit keturunan yang dapat memacu
terjadinya meningitis.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum

9
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien meningitis biasanya
bersekitar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa
b. Tanda- Tanda Vital
1) TD : Biasanya tekanan darah orang penyakit meningitis normal atau
meningkat dan berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK (N=
90-140 mmHg).
2) Nadi : Biasanya nadi menurun dari biasanya (N = 60-100x/i).
3) Respirasi : Biasanya pernafasan orang dengan meningitis ini akan lebih
meningkat dari pernafasan normal (N = 16-20x/i).
4) Suhu : Biasanya pasien meningitis didapatkan peningkatan suhu tubuh
lebih dari normal antara 38-41°C (N = 36,5°C – 37,4°C).
c. Pemeriksaan Head To Toe
1) Kepala
Biasanya pasien dengan meningitis mengalami nyeri kepala.
2) Mata
Nerfus II, III, IV, VI :Kadang reaksi pupil pada pasien meningitis yang
tidak disertai penurunan kesadaran biasanya tanpa kelainan.
Nerfus V : Refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.
3) Hidung
Nerfus I : Biasanya pada klien meningitis tidak ada kelainan pada fungsi
penciuman
4) Telinga
Nerfus VIII : Kadang ditemukan pada pasien meningitis adanya tuli
konduktif dan tuli persepsi.
5) Mulut
Nerfus VII : Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris
Nerfus XII : Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi. Indra pengecapan normal.
6) Leher
Inspeksi : Biasanya terlihat distensi vena jugularis.
Palpasi : Biasanya teraba distensi vena jugularis.
Nerfus IX dan X : Biasanya pada pasien meningitis kemampuan menelan
kurang baik
Nerfus XI : Biasanya pada pasien meningitis terjadinya kaku kuduk

10
7) Dada
a) Paru
I : Kadang pada pasien dengan meningitis terdapat perubahan pola
nafas
Pa : Biasanya pada pasien meningitis premitus kiri dan kanan sama
P : Biasanya pada pasien meningitis tidak teraba
A : Biasanya pada pasien meningitis bunyi tambahan seperti ronkhi
pada klien dengan meningitis tuberkulosa.
b) Jantung
I : Biasanya pada pasien meningitis ictus tidak teraba
Pa : Biasanya pada pasien meningitis ictus teraba 1 jari medial
midklavikula sinistra RIC IV.
P : Biasanyabunyi jantung 1 RIC III kanan, kiri, bunyi jantung II RIC
4-5 midklavikula.
A : Biasanya jantung murni, tidak ada mur-mur.
8) Ekstremitas
Biasnya pada pasien meningitis adanya bengkak dan nyeri pada sendi-
sendi (khusunya lutut dan pergelangan kaki). Klien sering mengalami
penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik secara umum sehingga
menggangu ADL.
9) Rasangan Meningeal
a) Kaku kuduk
Adanya upaya untuk fleksi kepala mengalami kesulitan karena adanya
spasme otot-otot .Fleksi menyebabkan nyeri berat.
b) Tanda kernig positif
Ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadaan fleksi kearah
abdomen, kaki tidak dapat diekstensikan sempurna.
c) Tanda Brudzinski
Tanda ini didapatkan jika leher pasien difleksikan, terjadi fleksi lutut
dan pingul: jika dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada
salah satu sisi, gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstermitas yang
berlawanan.
d. Pola Kehidupan Sehari-hari
1) Aktivitas/istirahat

11
Biasanya pasien mengeluh mengalami peningkatan suhu tubuh
2) Eliminasi
Pasien biasanya didapatkan berkurangnya volume pengeluaran urine, hal
ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah jantung
ke ginjal.
3) Makanan/cairan
Pasien menyatakan tidak mempunyai nafsu makan, selalu mual dan
muntah disebabkan peningkatan asam lambung. Pemenuhan nutrisi pada
pasien meningitis menurun karena anoreksia dan adanya kejang.
4) Hygiene
Pasien menyatakan tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri
karena penurunan kekuatan otot.
e. Data Penujang menurut Hudak dan Gallo (2012):
1) Fungsi lumbal dan kultur CSS: jumlah leukosit (CBC) meningkat, kadar
glukosa darah mrenurun, protein meningkat, glukosa serum meningkat
2) Kultur darah, untuk menetapkan organisme penyebab
3) Kultur urin, untuk menetapkan organisme penyebab
4) Elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi: Na+ naik dan K + turun
5) MRI, CT-Scan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d disfungsi neuromuskuler
2. Pola nafas tidak efektif b/d disfungsi neuromuskuler
3. Defisit volume cairan b/d kehilangan cairan secara aktif, kurangnya intake cairan

12
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

N Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


o

1 Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d NOC : NIC :


disfungsi neuromuskuler.  Respiratory status :
Ventilation Airway suction
Definisi: Ketidakmampuan untuk  Respiratory status :  Pastikan kebutuhan oral / tracheal
membersihkan sekresi atau obstruksi dari Airway patency suctioning
saluran pernafasan untuk mempertahankan  Aspiration Control  Auskultasi suara nafas sebelum dan
kebersihan jalan nafas. sesudah suctioning.
Kriteria Hasil :  Informasikan pada klien dan keluarga
Batasan Karakteristik :  Mendemonstrasikan tentang suctioning
- Dispneu, Penurunan suara nafas batuk efektif dan suara nafas yang  Minta klien nafas dalam sebelum suction
- Orthopneu bersih, tidak ada sianosis dan dilakukan.
- Cyanosis dyspneu (mampu mengeluarkan  Berikan O2 dengan menggunakan nasal
- Kelainan suara nafas (rales, sputum, mampu bernafas dengan untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
wheezing) mudah, tidak ada pursed lips)  Gunakan alat yang steril sitiap melakukan
- Kesulitan berbicara  Menunjukkan jalan nafas yang tindakan
- Batuk, tidak efekotif atau tidak ada paten (klien tidak merasa tercekik,  Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas
- Mata melebar irama nafas, frekuensi pernafasan dalam setelah kateter dikeluarkan dari
- Produksi sputum dalam rentang normal, tidak ada nasotrakeal
- Gelisah suara nafas abnormal)  Monitor status oksigen pasien
- Perubahan frekuensi dan irama nafas  Mampu mengidentifikasikan dan  Ajarkan keluarga bagaimana cara
mencegah factor yang dapat melakukan suksion
Faktor-faktor yang berhubungan: menghambat jalan nafas  Hentikan suksion dan berikan oksigen
- Lingkungan : merokok, menghirup apabila pasien menunjukkan bradikardi,
asap rokok, perokok pasif-POK, peningkatan saturasi O2, dll.
infeksi
- Fisiologis : disfungsi neuromuskular,
Airway Management
hiperplasia dinding bronkus, alergi
 Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift

13
jalan nafas, asma. atau jaw thrust bila perlu
- Obstruksi jalan nafas : spasme jalan  Posisikan pasien untuk memaksimalkan
nafas, sekresi tertahan, banyaknya ventilasi
mukus, adanya jalan nafas buatan,  Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
sekresi bronkus, adanya eksudat di jalan nafas buatan
alveolus, adanya benda asing di jalan  Pasang mayo bila perlu
nafas.  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
 Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
 Lakukan suction pada mayo
 Berikan bronkodilator bila perlu
 Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
Lembab
 Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
 Monitor respirasi dan status O2
2 Pola nafas tidak efektif b/d disfungsi NOC : NIC :
neuromuskuler  Respiratory status : Ventilation
 Respiratory status : Airway Airway Management
Definisi: Pertukaran udara inspirasi patency  Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift
dan/atau ekspirasi tidak adekuat  Vital sign Status atau jaw thrust bila perlu
 Posisikan pasien untuk memaksimalkan
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil : ventilasi
- Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi  Mendemonstrasikan batuk efektif  Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
- Penurunan pertukaran udara per menit dan suara nafas yang bersih, tidak jalan nafas buatan
- Menggunakan otot pernafasan ada sianosis dan dyspneu (mampu  Pasang mayo bila perlu
tambahan mengeluarkan sputum, mampu  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Nasal flaring bernafas dengan mudah, tidak ada  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Dyspnea pursed lips)  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
- Orthopnea  Menunjukkan jalan nafas yang tambahan
- Perubahan penyimpangan dada paten (klien tidak merasa tercekik,  Lakukan suction pada mayo

14
- Nafas pendek irama nafas, frekuensi pernafasan  Kolaborasikan pemberian bronkodilator bila
- Assumption of 3-point position dalam rentang normal, tidak ada perlu
- Pernafasan pursed-lip suara nafas abnormal)  Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
- Tahap ekspirasi berlangsung sangat  Tanda Tanda vital dalam rentang Lembab
lama normal (tekanan darah, nadi,  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
- Peningkatan diameter anterior-posterior pernafasan) keseimbangan.
- Pernafasan rata-rata/minimal  Monitor respirasi dan status O2
 Bayi : < 25 atau >
60 Oxygen Therapy
 Usia 1-4 : < 20 atau  Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
> 30  Pertahankan jalan nafas yang paten
 Usia 5-14 : < 14  Atur peralatan oksigenasi
atau > 25  Monitor aliran oksigen
 Usia > 14 : < 11  Pertahankan posisi pasien
atau > 24  Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi
- Kedalaman pernafasan  Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
 Dewasa volume oksigenasi
tidalnya 500 ml saat istirahat
 Bayi volume Vital sign Monitoring
tidalnya 6-8 ml/Kg  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
- Timing rasio  Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Penurunan kapasitas vital  Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,
atau berdiri
Faktor yang berhubungan :  Auskultasi TD pada kedua lengan dan
- Hiperventilasi bandingkan
- Deformitas tulang  Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,
- Kelainan bentuk dinding dada dan setelah aktivitas
- Penurunan energi/kelelahan  Monitor kualitas dari nadi
- Perusakan/pelemahan muskulo-  Monitor frekuensi dan irama pernapasan
skeletal  Monitor suara paru
- Obesitas  Monitor pola pernapasan abnormal
- Posisi tubuh  Monitor suhu, warna, dan kelembaban

15
- Kelelahan otot pernafasan kulit
- Hipoventilasi sindrom  Monitor sianosis perifer
- Nyeri  Monitor adanya cushing triad (tekanan
- Kecemasan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan
- Disfungsi Neuromuskuler sistolik)
- Kerusakan persepsi/kognitif  Identifikasi penyebab dari perubahan vital
- Perlukaan pada jaringan syaraf sign
tulang belakang
- Imaturitas Neurologis
3 Defisit volume cairan b/d kehilangan NOC: NIC :
cairan secara aktif, kurangnya intake  Fluid balance Fluid management
cairan  Hydration  Timbang popok/pembalut jika diperlukan
 Nutritional Status : Food and Fluid  Pertahankan catatan intake dan output
Definisi : Penurunan cairan intravaskuler, Intake yang akurat
interstisial, dan/atau intrasellular. Ini  Monitor status hidrasi ( kelembaban
mengarah ke dehidrasi, kehilangan cairan Kriteria Hasil : membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
dengan pengeluaran sodium  Mempertahankan urine output darah ortostatik ), jika diperlukan
sesuai dengan usia dan BB, BJ  Monitor vital sign
Batasan Karakteristik : urine normal, HT normal  Monitor masukan makanan / cairan dan
- Kelemahan  Tekanan darah, nadi, suhu tubuh hitung intake kalori harian
- Haus dalam batas normal  Lakukan terapi IV
- Penurunan turgor kulit/lidah  Tidak ada tanda tanda dehidrasi,
 Monitor status nutrisi
- Membran mukosa/kulit kering Elastisitas turgor kulit baik,
 Berikan cairan
- Peningkatan denyut nadi, penurunan membran mukosa lembab, tidak
tekanan darah, penurunan ada rasa haus yang berlebihan  Berikan cairan IV pada suhu ruangan
volume/tekanan nadi  Dorong masukan oral
- Pengisian vena menurun  Berikan penggantian nesogatrik sesuai
- Perubahan status mental output
- Konsentrasi urine meningkat  Dorong keluarga untuk membantu pasien
- Temperatur tubuh meningkat makan
- Hematokrit meninggi  Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )
- Kehilangan berat badan seketika  Kolaborasi dokter jika tanda cairan

16
(kecuali pada third spacing) berlebih muncul meburuk
 Atur kemungkinan tranfusi
Faktor-faktor yang berhubungan:  Persiapan untuk tranfusi
- Kehilangan volume cairan secara aktif
- Kegagalan mekanisme pengaturan

17
D. IMPLEMENTASI & EVALUASI
No
Diagnosa Keperawatan Impelentasi Evaluasi
.
1. Ketidakefektifan  Melakukan posisi S = Klien mengatakan
bersihan jalan napas semifowler untuk nyaman dengan posisinya,
b/d disfungsi memaksimalkan ventilasi dan tidak sesak lagi
neuromuskuler. dan menghindari sesak napas
 Melakukan monitoring status O = Klien kooperatif,
respirasi dan oksigen bunyi ronchi berkurang
 Melakukan suction mulut saat setelah dilakukan
 Melakukan monitoring suction
adanya sesak napas
 Melakukan monitoring A = Masalah teratasi
saturasi oksigen (SpO2) sebagian
 Melakukan kolaborasi
dengan dokter untuk P = Lanjutkan intervensi
memilih dengan cara yang
tepat, ukuran dan tipe
trakeostomi
2. Pola nafas tidak efektif  Melakukan posisi S = Klien mengatakan
b/d disfungsi semifowler untuk nyaman dengan posisinya,
neuromuskuler memaksimalkan ventilasi dan tidak sesak lagi
dan menghindari sesak napas
 Mengeluarkan secret dengan O = Klien kooperatif,
batuk atau suction bunyi ronchi berkurang
 Mengauskultasi suara nafas, saat setelah dilakukan
catat adanya suara tambahan suction
 Memberikan bronkodilator
 Mengatur intake untuk cairan A = Masalah teratasi
mengoptimalkan sebagian
keseimbangan
 Memonitor respirasi & status P = Lanjutkan intervensi
O2
 Membersihkan mulut,
hidung dan secret trakea
 Mempertahankan jalan nafas
yang paten
 Mengobservasi adanya
tanda-tanda hipoventilasi
 Memonitor adanya
kecemasan pasien terhadap
oksigenasi
 Memonitor vital sign
 Menginformasikan pada
pasien dan keluarga tentang
teknik relaksasi untuk
memperbaiki pola nafas
 Mengajarkan bagaimana

18
batuk efektif
 Memonitor pola nafas
3. Defisit volume cairan  Mempertahankan catatan S = Klien mengatakan
b/d kehilangan cairan intake dan output yang makan & minumnya
secara aktif, kurangnya adekuat sudah banyak, bibirnya
intake cairan  Memonitor status dehidrasi tidak pecah-pecah lagi
(kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat, O = Klien kooperatif,
tekanan darah normal) jika klien tampak
diperlukan menghabiskan aqua 600
 Memonitor vital sign cc 2 setengah botol dalam
 Memonitor masukkan 1 hari, bibir klien tampak
makanan/cairan intra vena lembab
 Berkolaborasi pemberian
cairan intravena A = Masalah teratasi
 Memonitor status nutrisi sebagian
 Mendorong masukkan oral
P = Lanjutkan intervensi
 Mendorong keluarga untuk
membantu pasien makan

19
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Meningitis adalah suatu reaksi keradangan yang mengenai sebagian atau
seluruh selaput otak (meningen) yang ditandai dengan adanya sel darah putih dalam
cairan serebrospinal.
Penyebab tersering meningitis adalah microorganism seperti bakteri, virus,
parasit dan jamur. Meningitis juga dapat disebabkan oleh penyebab lain, seperti pada
penyakit AIDS, DM, Cedera fisik atau obat-obatan tertentu yang dapat melemahkan
sistem imun.
Pada anak,manifestasi klinis yang adalah timbul sakit secara tiba-tiba, adanya
deman, sakit kepala, panas dingin, muntah, dan kejang-kejang. Anak menjadi cepat
rewel dan agitasi serta dapat berkembang menjadi fotobia, delirium, halusinasi,
tingkah laku yang agresif atau mengantuk, supir, dan koma. Gejala dan gangguan
pada pernapasan atau gastrointestinal seperti sesak nafas, muntah, dan diare.

20
DAFTAR PUSTAKA

Tiagana, Ambar. 2017. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MENINGITIS


DI RUANG SARAF RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG. Poltekkes Kemenkes Padang. Di
akses pada tanggal 20 Januari 2021, diambil dari
http://r2kn.litbang.kemkes.go.id:8080/handle/123456789/73410

Amira dkk. 2019. Asuhan Keperawatan Meningitis Pada Anak. Stikes Medika Nurul Islam.
Di akses pada tanggal 20 Januari 2021, diambil dari
https://www.academia.edu/40692061/ASUHAN_KEPERAWATAN_MENINGITIS_P
ADA_ANAK

Herdman, T. Heather. 2018. Nanda-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-
2020 Edisi 11. Jakarta: EGC

Bulecheck, Gloria .M dkk. 2016. Edisi Keenam Nursing Intervension Classification (NIC)
Edisi Bahasa Indonesia. Singapura: Elsevier

Moorhead, Sue dkk. 2013. Edisi Kelima Nursing Outcome Classification (NOC) Edisi
Bahasa Indonesia. Singapura: Elsevier

21

Anda mungkin juga menyukai