Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

MENINGITIS

Dosen Pengampu : Yunita,Ns,M.Kep

Disusun Oleh :

DEBY ANJELI UTAMA (713002S10003)


NOVIANI (713002S10006)

YAYASAN ABDI KALIMANTAN


STIKES BORNEO NUSANTARA
PRODI D III KEPERAWATAN
TA 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Meningitis”. Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang telah mendukung dan membantu kami dalam proses pembuatan makalah ini,
sehingga dapat selesai pada waktu yang telah ditentukan.
Penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi
kemajuan ilmu pada umumnya dan kemajuan bidang pada khusunya. Penulis menyadari
bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis meminta kritik dan
saran kepada pembaca untuk perbaikan pembuatan laporan

Banjarmasin, September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2

C. Tujuan ............................................................................................................................. 2

BAB II ........................................................................................................................................ 3

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3

A. Konsep Penyakit Meningitis ........................................................................................... 3

1. Pengertian Penyakit Meningitis .................................................................................. 3

2. Etiologi ........................................................................................................................ 3

3. Patofisiologi ................................................................................................................ 4

4. Faktor Risiko ............................................................................................................... 5

5. Penularan ..................................................................................................................... 5

6. Manifestasi klinis ........................................................................................................ 6

7. Dampak Masalah ......................................................................................................... 6

8. Penatalaksanaan .......................................................................................................... 7

BAB II ........................................................................................................................................ 8

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. T DENGAN DIAGNOSA MENINGITIS ............ 8

A. Pengkajian ....................................................................................................................... 8

B. Analisa Data .................................................................................................................. 13

C. Diagnosa Keperawatan ................................................................................................. 14

D. Intervensi Keperawatan ................................................................................................ 14

iii
E. Implementasi Keperawatan ........................................................................................... 21

F. Evaluasi ......................................................................................................................... 23

KEMOPROFILAKSIS ......................................................................................................... 24

BAB IV .................................................................................................................................... 25

PENUTUP................................................................................................................................ 25

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 26

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi otak merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada jaringan otak. Penyakit
infeksi otak bermacam-macam seperti Meningitis, Meningoensefalitis, dan Abses serebri.
Peradangan pada meningen khususnya pada bagian araknoid dan piamater
(leptomeningens) disebut meningitis. Meningitis merupakan peradangan pada meningen
yaitu membrane yang melapisi otak dan medulla spinalis (Tarwoto, 2013).
Batticaca (2011) menjelaskan bahwa meningitis atau radang selaput otak
merupakan infeksi pada cairan serebrospinal (CSS) disertai radang pada pia dan araknoid,
ruang subaraknoid, jaringan superficial otak dan medulla sipinalis. Kuman-kuman dapat
masuk ke setiap bagian ruang subaraknoid dengan cepat sekali menyebar ke bagian lain,
sehingga leptomening medulla spinalis terkena. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
meningitis selalu merupakan suatu proses serebrospinal.
World Health Organization (2009), menyebutkan Afrika terjadi sebanyak 78,416
kasus meningitis dengan jumlah kematian 4,053. Di Negara-negara berkembang seperti
Gambia diperkirakan 2% dari semua anak < 5 tahun meninggal karena kasus meningitis
(Simanullang, dkk, 2014). Di Indonesia meningitis merupakan penyebab kematian pada
semua umur dengan urutan ke 17 (0,8%) setelah malaria (Simanullang, 2014). Menurut
Riskesdas 2007 pneumonia dengan jumlah 15,5% merupkan penyakit penyebab kematian
kedua, sedangkan meningitis dengan jumlah 8,8% merupakan penyebab kematian ke
empat di Indonesia (Riskesdas, 2007). RSUP Dr. Kariadi Semarang ditemukan (35,3%)
pasien dengan penyakit meningitis TB dan ditemukan sejumlah (17,64%) pasien dengan
diagnosa meningitis (Masfiyah, dkk, 2013).

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep penyakit meningitis?
2. Bagaimana etiologinya?
3. Bagaimana patofisiologinya?
4. Apa saja faktor risikonya?
5. Bagaimana cara penularannya?
6. Bagaimana manifestasi klinisnya?
7. Apa saja dampak masalah yang terjadi?
8. Bagaimana penatalaksanaan?
9. Bagaimana Asuhan keperawatan klien dengan diagnosa meningitis?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep penyakit meningitis
2. Untuk mengetahui etiologinya
3. Untuk mengetahui patofisiologinya
4. Untuk mengetahui faktor risikonya
5. Untuk mengetahui cara penularannya
6. Untuk mengetahui manifestasi klinisnya
7. Untuk mengetahui dampak masalah yang terjadi
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan
9. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan klien dengan diagnosa meningitis

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Penyakit Meningitis

1. Pengertian Penyakit Meningitis


Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapisan atau selaput yang disebut meningen.
Peradangan pada meningen khususnya pada bagian araknoid dan piamater
(leptomeningens) disebut meningitis. Peradangan pada bagian duramater disebut
pachymeninx (membran keras). Meningitis dapat disebabkan karena bakteri, virus, jamur
atau karena toksin. Namun demikian sebagian besar meningitis disebabkan bakteri.
Meningitis adalah peradangan pada meningen yaitu membrane yang melapisi otak dan
medulla spinalis (Tarwoto, 2013).
Batticaca (2008), mengatakan meningitis adalah inflamasi yang terjadi pada meningen
otak dan medulla spinalis, gangguan ini biasanya merupakan komplikasi bakteri (infeksi
sekunder) seperti pneumonia, endokarditis, atau osteomielitis.

2. Etiologi
Widagdo, dkk(2013), mengatakan meningitis dapat disebabkan oleh berbagai macam
organisme: Haemophilus influenza, Neisseria meningitis (Meningococus), Diplococus
pneumonia, Streptococcus group A, Pseudomonas, Staphylococcus aureus, Escherichia
coli, Klebsiella, Proteus. Paling sering klien memiliki kondisi predisposisi seperti: fraktur
tengkorak, infeksi, pembedahan otak atau spinal, dimana akan meningkatkan
terjadinyameningitis.
a. Meningitis bakteri
Organisme yang paling sering pada meningitis bakteri adalah: Haemophilus
influenza, Streptococcus pneumonia, Neisseria meningitides, dan Staphylococcus
aureus. Protein di dalam bakteri sebagai benda asing dan dapat menimbulkan respon
peradangan. Neutropil, monosit, limfosit dan yang lainnya merupakan sel-sel sebagai
respon peradangan. Eksudat terdiri dari bakteri fibrin dan leukosit yang dibentuk di
ruang subaraknoid. Penumpukan didalam cairan serebrospinal akan menyebabkan
cairan menjadi kental sehingga dapat mengganggu aliran serebrospinal di sekitar otak
dan medulla spinalis. Sebagian akan mengangggu absorbsi akibat granulasi arakhnoid
dan dapat menimbulkan hidrosefalus. Penambahan eksudat di dalam ruang
subaraknoid dapat menimbulkan peradangan lebih lanjut dan peningkatan tekanan

3
intrakranial. Eksudat akan mengendap di otak dan saraf-saraf kranial dan spinal. Sel-
sel meningeal akan menjadi edema, membran sel tidak dapat lebih panjang mengatur
aliran cairan yang menujuh atau keluar dari sel.
b. Meningitis virus
Tipe meningitis ini sering disebut sebagai aseptik meningitis. Meningitis ini
terjadi sebagai akibat dari berbagai macam penyakit virus yang meliputi measles,
mumps, herpes simplex dan herpes zoster. Pembentukan eksudat pada umumnya
terjadi diatas korteks serebral, substansi putih dan meningens. Kerentanan jaringan
otak terhadap berbagai macam virus tergantung pada tipe sel yang dipengaruhi. Virus
herpes simplex merubah metabolisme sel, yang mana secara cepat menyebabkan
perubahan produksi enzim atau neurotransmitter yang menyebabkan disfungsi dari sel
dan kemungkinan kelainan neurologi.
Nurarif dan Kusuma (2016), mengatakan penyebab meningitis ada 2 yaitu:
a. Pada orang dewasa, bakteri penyebab tersering adalah Dipiococus pneumonia dan
Neiseria meningitidis, stafilokokus, dan gram negative.
b. Pada anak-anak bakteri tersering adalah Hemophylus influenza, Neiseria
meningitidis dan diplococcus pneumonia.

3. Patofisiologi
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh tiga lapisan meningen yaitu pada bagian
paling luar adalah duramater, bagian tengah araknoid dan bagian dalam
piamater.Cairan serebrospinalis merupakan bagian dari otak yang berada dalam ruang
subaraknoid yang dihasilkan dalam fleksus choroid yang kemudian dialirkan melalui
system ventrikal.
Mikroorganisme dapat masuk ke dalam sistem saraf pusat melalui beberapa cara
misalnya hematogen (paling banyak), trauma kepala yang dapat tembus pada CSF dan
arena lingkungan. Invasi bakteri pada meningen mengakibatkan respon peradangan.
Netropil bergerak ke ruang subaraknoid untuk memfagosit bakteri menghasilkan
eksudat dalam ruang subaraknoid. Eksudat ini yang dapat menimbulkan bendungan
pada ruang subaraknoid yang pada akhirnya dapat menimbulkan hidrosepalus.
Eksudat yang terkumpul juga akan berpengaruh terhadap saraf-saraf kranial dan
perifer. Makin bertambahnya eksudat dapat meningkatkan tekanan intracranial
(Tarwoto, 2013).

4
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapis meningitis: dura mater, araknoid
dan piamater. CSF diproduksi di dalam fleksus koroid ventrikel yang mengalir
melalui ruang subaraknoid di dalam system ventrikel dan sekitar otak dan medulla
spinalis. CSF diabsorbsi melalui araknoid pada lapisan araknoid dari meningintis.
Organisme penyebab meningitis masuk melalui sel darah merah pada blood brain
barrier. Cara masuknya dapat terjadi akibat trauma penetrasi, prosedur pembedahan
atau pecahnya abses serebral. Meningitis juga dapat terjadi bila adanya hubungan
antara cairan serebrospinal dan dunia luar. Masuknya mikroorganisme menuju ke
susunan saraf pusat melalui ruang subarakhoid dapat menimbulkan respon peradangan
pada pia, araknoid, cairan serebrospinal dan ventrikel. Eksudat yang dihasilkan dapat
menyebar melalui saraf kranial dan spinal sehingga menimbulkan masalah neurologi.
Eksudat dapat menyumbat aliran normal cairan serebropinal dan menimbulkan
hidrosefalus (Widagdo, dkk, 2013).

4. Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya meningitis meningokokus
antara lain kontak erat dengan orang terinfeksi, pemukiman padat penduduk, paparan
asap rokok (aktif dan pasif), tingkat sosial ekonomi rendah, perubahan iklim, dan
riwayat infeksi saluran napas atas. Berdasarkan hasil penelitian ada hubungan antara
infeksi saluran pernapasan akut dan meningitis meningokokus baik di daerah beriklim
sedang dan beriklim tropis. Di sub-Sahara Afrika, penyebaran infeksi mungkin karena
peningkatan kondisi iklim khusus (kekeringan dan badai debu). Epidemi
meningokokus umumnya berhenti dengan turunnya hujan.Pelaku perjalanan dalam
jumlah besar (seperti perjalanan ke negara terjangkit) berperan penting dalam
penyebaran penyakit. Wabah di Mekkah pada tahun 1987 saat periode akhir ibadah
haji menyebabkan banyak jemaah haji terjangkit dibandingkan dengan penduduk
Saudi. Epidemi mungkin dapat dipicu strain meningokokus serogrup A yang
berpotensi menyebabkan kematian. Tidak seorangpun pembawa meningokokus
(carrier) dapat digunakan untuk memprediksi terjadinya epidemi.

5. Penularan
Bakteri ini hanya menginfeksi manusia, tidak ada reservoir pada hewan. Cara
penularan dari manusia ke manusia melalui droplet pernapasan atau sekresi
tenggorokan (saliva) dari pembawa (carrier), seperti merokok, kontak dekat dan
kontak berkepanjangan (berciuman, bersin, batuk atau tinggal di dekat dengan

5
pembawa). Sebesar 1-10% populasi membawa N. meningitidis di tenggorokan dan
tidak menimbulkan gejala. Pada situasi epidemi angka tersebut bisa mencapai 10-
25%. Penyakit ini sangat mudah menular pada saat berkumpul orang banyak /mass
gathering (ibadah haji, jambore, dll).

6. Manifestasi klinis
Tarwoto (2013) mengatakan manifestasi klinik pada meningitis bakteri diantaranya :
a. Demam, merupakan gejala awal
b. Nyeri kepala
c. Mual dan muntah
d. Kejang umum
e. Pada keadaan lebih lanjut dapat mengakibatkan penurunan kesadaran sampai
dengan koma.
Sedangkan menurut (Widago, dkk, 2013) manifestasi klinis klien meningitis
meliputi:
a. Sakit kepala
b. Mual muntah
c. Demam
d. Sakit dan nyeri secara umum
e. Perubahan tingkat kesadaran
f. Bingung
g. Perubahan pola nafas
h. Ataksia
i. Kaku kuduk
j. Ptechialrash
k. Kejang (fokal, umum)
l. Opistotonus
m. Nistagmus
n. Ptosis
o. Gangguan pendengaran
p. Tanda brundzinki’s dan kerniq’s positif
q. Fotophobia

7. Dampak Masalah
Tarwoto ( 2013), dampak maslah yang ditimbulkan pada pasien meningitis berupa:

6
a. Peningkatan tekanan intrakranial
b. Hyrosephalus
c. Infark serebral
d. Abses otak
e. Kejang
f. Pnemonia
g. Syok sepsis
h. Defisit intelektual

8. Penatalaksanaan
Tarwoto ( 2013), mengatakan penatalakasanaan dibagi 2 yaitu:
1) Penatalaksanaan umum
a. Pasien diisolasi
b. Pasien diistirahatkan/ bedrest
c. Kontrol hipertermi dengan kompres
d. Kontrol kejang
e. Pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi
2) Pemberian antibiotik
a. Diberikan 10-14 hari atau setidaknya 7 hari bebas panas
b. Antibiotik yang umum diberikan: Ampisilin, Gentamisin, Kloromfenikol,
Sefalosporin.
c. Jika pasien terindikasi meningitis tuberkulosis diberikan obat-obatan TBC.
Pemeriksaan penunjang (Hudak dan Gallo, 2012)
1. Fungsi lumbal dan kultur CSS: jumlah leukosit (CBC) meningkat, kadar glukosa
darah menurun, protein meningkat, glukosa serum meningkat
2. Kultur darah, untuk menetapkan organisme penyebab
3. Kultur urin, untuk menetapkan organisme penyebab
4. Elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi: Na+ naik dan K + turun
5. MRI, CT-scan/ angiorafi

7
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. T DENGAN DIAGNOSA MENINGITIS

A. Pengkajian
1. Identitas
 Klien
Nama : Ny. T
Umur : 26 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Alamat : Bekasi
 Penanggung jawab
Nama : Tn. D
Umur 30
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Alamat : Bekasi
Hubungan dengan klien : Suami
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Suami klien mengatakan istrinya demam dan kejang, dan klien tidak sadarkan diri.
b. Kesehatan sekarang
Klien datang ke RS karena diberikan rujukan dari Puskesmas dengan keluhan
demam, kejang-kejang dan tidak sadarkan diri.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Suami klien mengatakan sebelumnya klien memang sering mengeluhkan sakit
kepala dan selalu membeli obat di warung untuk mengobatinya.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Suami klien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami hal yang sama.
3. Pengkajian Saat ini

8
a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien dan keluarga klien mengatakan belum mengetahui penyakit meningitis dan
penyebabnya untuk pemeliharaan kesehatan klien selalu memeriksakan diri ke
dokter atau mantri praktek di sekitar rumahnya.
b. Pola nutrisi
Sebelum sakit :
Suami klien mengatakan istrinya bisa makan 3-4 kali sehari, dengan nasi putih
dan lauk pauk dan biasanya minum air putih 3-5 gelas/hari.
Saat sakit :
Suami klien mengatakan istrinya susah makan dan tidak ada nafsu makan. Juga
sejak 3 hari yang lalu klien mengalami mual dan muntah.
c. Pola eliminasi
Sebelum sakit :
Suami klien mengatakan istrinya biasa BAB 1 kali sehari kadang-kadang 2 kali
sehari, biasanya klien BAB pada pagi hari konsisten padat-lembek, warna
kekuningan dengan bau khas feses. Sedangkan BAK 3-6 kali sehari dengan warna
kuning bau khas urin dan tidak ada kelainan.
Saat sakit :
Suami klien mengatakan istrinya selama sakit ini tidak BAB dan BAK.
d. Pola aktivitas dan latihan
Untuk melakukan aktivitas sehari-hari dengan alat bantu.
e. Oksigenasi : klien terlihat bernapas secara cepat dan dangkal tanpa bantuan alat
oksigenasi.
f. Pola tidur dan istirahat
Sebelum sakit :
Suami klien mengatakan istrinya biasa tidur malam selama 5 jam dan untuk tidur
siang kadang-kadang jika mendapat shift malam sekitar 2 jam.
Saat sakit :
Suami klien mengatakan istrinya susah untuk tidur baik itu siang maupun malam
hari karena sering merasakan nyeri kepala.
g. Pemeriksaan Fisik
TTV :
-Tekanan darah : 170/120 mmHg
-RR : 30x/menit

9
-HR : 50x/menit
-Suhu : 40oC
 Pemeriksaan Head to toe
-Kepala
Tampak simetris, rambut tidak mudah rontok, tidak ada lesi dan oedema.
-Mata
Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikhterik.
-Hidung
Tidak ada pernafasan cuping hidung
Pasien terpasang O2 binasal
-Mulut
Mukosa bibir tampak lembab
-Dada
Paru
I : simetris kiri dan kanan
P:
P:
A:
Jantung
I : Ictus tidak teraba
P : ictus teraba 1 jari medial midklavikula sinistra RIC IV.
P: bunyi jantung 1 RIC III kanan, kiri, bunyi jantung II RIC 4-5
midklavikula.
A: tidak ada mur-mur.
n) Ekstremitas
Ekstremitas atas :
pasien terpasang infuse sebelah kanan, tidak ada edema, CRT
kembali < 2 detik.
Ekstremitas bawah : tidak ada edema, CRT kembali < 2 detik
1. B1 (Breathing)
Kondisi klien :
- Pernapasan klien terlihat cepat
- Terdengar suara napas ronki

10
2. B2 (Blood)
Kondisi klien :
- Nadi klien teraba lemah dan mengalami bradikardi
- Wajah klien terlihat kebiruan
3. B3 (Brain)
a. Tingkat kesadaran
Kondisi klien :
- Terlihat mengalami penurunan kesadaran
- Suami klien mengatakan bahwa klien sering mengalami nyeri kepala
hebat.
b. Fungsi serebri
Kondisi klien : Klien mengalami perubahan status mental.
c. Pemeriksaan saraf cranial
Saraf I-XII Tidak ada kelainan (normal).
d. Sistem motorik
Kondisi klien : Klien pingsan sebelum dibawa ke rumah sakit.
e. Pemeriksaan refleks
Kondisi klien : Refleks babinski pada tendon
f. Gerakan involunter
- Keluarga klien mengatakan bahwa klien mengalami kejang sebelum
pingsan.
g. Sistem sensorik
Kondisi klien :
- Pernapasan klien terlihat cepat dan tidak teratur
- Keluarga klien mengatakan bahwa klien sejak 3 hari lalu mengalami
mual dan muntah
- Klien mengalami penurunan kesadaran
- Klien mengalami bradikardi
h. B4 (Bladder)
Kondisi klien : Keluarga klien mengatakan bahwa beberapa hari ini jarang
melihat klien ke kamar mandi untuk BAK.
i. B5 (Bowel)
Kondisi klien : Selama di rawat klien belum pernah BAB.
j. B6 (Bone)

11
-Pada lutut klien terlihat bengkak dan kemerahan.

Data Tambahan
-Kulit klien terlihat kemerahan dan panas.
-Klien terlihat mengeluarkan keringat.
k. Data penunjang
-Laboratorium
Hemoglobin : 12,1 g/dl (12-16)
Lekosit : 13. 680/mm (5.000-10.000)
Trombosit : 284.000/mm (150.000- 400.000)
Glukosa sewaktu : 96 mg/dl (< 200)
Ureum darah : 26 mg/dl (10,0- 50,0)
Kreatinin darah : 0,5 mg/dl (0,6 – 1,1)
Natrium : 127 mmol/L (136-145)
Kalium : 3,5 mmol/L (3,5-5,1)
Klorida serum : 97 mmol/L
pH : 7,47 mmHg
pCO2 : 31 mmHg
pO2 : 199 mmHg
Na+ : 128 mmol/L
K+ : 3,0 mmol/L
Ca+ + : 0,55 mmol/L
l. Program dan rencana pengobatan
Dexametason 4x
Draprazol 400grm 2x
Ceftriaxson 2grm 2x
Pct 75gram 3x

12
B. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
1. DS: Hambatan aliran Risiko perubahan
-Suami klien mengatakan darah ke otak perfusi jaringan otak
bahwa klien sering mengalami
nyeri kepala.
- Suami klien mengatakan klien
pingsan dan tidak sadarkan diri.
- Suami klien mengatakan sejak
3 hari lalu mengalami mual dan
muntah

DO:
-Klien mengalami hipertensi
170/120mmHg
-Suhu tubuh klien 40oC
-RR 30x/menit
-HR 50x/menit
-Klien terlihat mengalami
penurunan kesadaran
-Refleks babinski pada tendon
-Klien mengalami kejang
2. DS:- Akumulasi sekret, Ketidakefektifan
DO: penurunan bersihan jalan napas
-Saat auskultasi terdengar suara kemampuan batuk,
napas ronki dan perubahan
-RR 30x/menit dan terlihat tingkat kesadaran.
pernapasan yang cepat
-Wajah klien terlihat sianosis
3. DS: Iritasi selaput dan Nyeri kepala
-Suami klien mengatakan jaringan
bahwa klien susah tidur
-Suami klien mengatakan
bahwa klien sering mengalami

13
nyeri kepala hebat

DO:
-Klien terlihat pingsan dan
tidak sadarkan diri
-Klien tidak nafsu makan

C. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko perubahan perfusi jaringan otak b.d hambatan aliran darah ke otak
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d akumulasi sekret, penurunan kemampuan
batuk, dan perubahan tingkat kesadaran
3. Nyeri kepala b.d iritasi selaput dan jaringan

D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC Rasional
. Keperawatan
1. Risiko Setelah dilakukan Edema serebral -Untuk
perubahan tindakan keperawatan 1. Monitor adanya mengetahui
perfusi jaringan 2x24 jam diharapkan kebingungan perubahan pikiran
otak b.d tingkat risiko perubahan pikiran, dan keluhan yang
peradangan dan ketidakefektifan perfusi keluhan pusing, dirasakan klien
edema pada otak jaringan otak berkurang pingsan -Untuk
dan selaput otak dengan Perfusi jaringan 2. Monitor TTV mengetahui TTV
serebral 3. Monitor TIK dan klien
Kriteria Hasil: CPP -Untuk menjaga
1. Tidak ada deviasi 4. Monitor status kenyamanan klien
dari kisaran normal pernafasan: -Agar klien tidak
tekanan intrakranial frekuensi, irama merasa sendiri
2. Tidak ada nyeri kedalaman dan dapat
kepala pernafasan PaO2, meningkatkan
3. Tekanan darah PCO2, pH, komunikasi
dalam rentang bikarbonat -Untuk mencegah
normal 5. Catat perubahan agar tidak terjadi
4. Tidak ada muntah pasien dalam kejang

14
5. Memonitor tingkat merespon terhadap
kesadaran stimulus
6. Berikan anti kejang,
sesuai kebutuhan
7. Hindari fleksi leher
8. Latihan ROM pasif

Monitor tekanan
intrakranial (TIK)
1. Monitor tekanan
darah ke otak
2. Monitor pasien TIK
dan reaksi
perawatan serta
neurologis serta
rangsangan
lingkungan
3. Pertahankan
sterilisasi sistem
pemantauan
4. Periksa pasien ada
tidak adanya gejala
kaku kuduk
5. Berikan antibiotic
6. Letakkan kepala
dan posisi pasien
dalam posisi netral,
hindari fleksi
pinggang yang
berlebihan
7. Sesuaikan kepala
tempat tidur untuk
mengoptimalkan
perfusi serebral

15
8. Dorong
keluarga/orang yang
penting untuk bicara
pada pasien
9. Beritahu dokter
untuk peningkatan
TIK yang tidak
bereaksi sesuai
peraturan perawat

2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Airway Management -Agar mengurangi


bersihan jalan tindakan keperawatan 1. Buka jalan napas, sekret yang
napas b.d 2x24 jam diharapkan gunakan teknik chin berlebihan yang
akumulasi mampu lift atau jaw thrust berada pada jalan
sekret, mempertahankan bila perlu. napas
penurunan kebersihan jalan nafas 2. Posisikan pasien -Agar klien
kemampuan Kriteria Hasil : untuk merasa nyaman
batuk, dan -Mendemonstrasikan memaksimalkan dan bernapas
perubahan batuk efektif dan suara ventilasi dengan baik
tingkat napas yang bersih, tidak 3. Identifikasi pasien -Untuk
kesadaran ada sianosis dan perlunya mengetahui status
dipsnea (mampu pemasangan alat pernapasan klien
mengeluarkan sputum, jalan napas buatan. dan kecukupan
bernapas dengan 4. Lakukan fisioterapi oksigen
mudah, tidak ada dada jika perlu. -Untuk
pursed lips) 5. Keluarkan sekret mengetahui irama
-Menunjukkan jalan dengan batuk atau dan pernapasan
napas yang paten (klien suction. pada klien
tidak merasa tercekik, 6. Auskultasi suara -Agar dapat
irama napas, frekuensi napas, catat adanya memonitor suara
pernapasan dalam suara tambahan. napas tambahan
rentang normal, tidak 7. Lakukan suction -Untuk
ada suara napas pada mayo mengetahui dan
abnormal) 8. Berikan mengukur tingkat

16
-Mampu bronkodilator bila keefektifan batuk
mengidentifikasi dan perlu efektif klien
mencegah faktor yang 9. Berikan pelembab
dapat menghambat udara kasa basa
jalan napas NaCl lembab
10. Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
11. Monitor respirasi
dan status O2.

-Airway Suction
1. Pastikan kebutuhan
oral/tracheal
suctioning
2. Auskultasi suara
napas sebelum dan
sesudah suctioning
3. Informasikan pada
klien dan keluarga
tentang suctioning
4. Minta klien napas
dalam sebelum
suctioning
dilakukan
5. Berikan O2 dengan
menggunakan nasal
untuk memfasilitasi
suction nasotrakeal
6. Gunakan alat yang
steril setiap
melakukan tindakan
7. Anjurkan pasien

17
untuk istirahat dan
napas dalam setelah
kateter dikeluarkan
dari nasotrakeal
8. Monitor status
oksigen pasien
9. Anjurkan keluarga
bagaimana cara
melakukan suction
10. Hentikan suction
dan berikan oksigen
bila pasien
menunjukkan
bradikardi,
peningkatan O2, dll.
3. Nyeri kepala b.d Setelah dilakukan -Pain Management -Pengukuran TTV
iritasi selaput tindakan keperawatan 1. Observasi TTV merupakan aspek
dan jaringan 2x24 jam diharapkan 2. Lakukan pengkajian yang sangat
nyeri berkurang sampai nyeri secara penting untuk
dengan hilang. komprehensif mengetahui
Kriteria Hasil: (lokasi, keadaan klien dan
-Nyeri terkontrol karakteristik, durasi, menentukan
-Klien merasa nyaman frekuensi, kualitas, intervensi apa
dan faktor yang akan
presipitasi). dilakukan
3. Observasi reaksi selanjutnya.
non verbal dari Perubahan TTV
ketidaknyamanan. dapat
4. Gunakan teknik menunjukkan
komunikasi perubahan pada
terapeutik untuk kondisi kesehatan
mengetahui klien.
pengalaman nyeri -Agar dapat
klien. memberikan

18
5. Kaji kultur/budaya tindakan
yang mempengaruhi keperawatan yang
respon nyeri. tepat sesuai
6. Bantu klien dan dengan
keluarga untuk manajemen nyeri
mencari dan yang dirasakan
menemukan klien dan
dukungan. menentukan
7. Kontrol lingkungan tindakan
yang dapat keperawatan yang
mempengaruhi sesuai dengan
nyeri (suhu keluhan yang
ruangan, klien sampaikan.
pencahayaan, dan -untuk
kebisingan) mengurangi nyeri
8. Tingkatkan istirahat yang dirasakan
9. Kolaborasi dengan oleh klien dan
dokter jika ada melibatkan dokter
keluhan dan dan tim kesehatan
tindakan nyeri tidak lainnya dalam
berhasil. pemberian obat-
-Analgesic obatan
Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik
kualitas, dan derajat
nyeri sebagai
pemberian obat.
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis dan frekuensi.
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgetik yang
diperlukan atau

19
kombinasi dari
analgetik ketika
pemberian lebih
dari satu.
5. Tentukan pilihan
analgesik
tergantung tipe dan
beratnya nyeri.
6. Tentukan analgetik
pilihan rute
pemberian dan dosis
optimal.
7. Pilih rute pemberian
secara IV-IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur.
8. Ajarkan pasien dan
keluarga dalam
mengukur suhu
untuk mencegah
dan mengenali
secara dini
hipertermi
Health Education
1. Jelaskan pada klien
tentang sebab-sebab
timbulnya nyeri
2. Berikan informasi
mengenai nyeri dan
berapa lama nyeri
dirasakan dan
antisipasi
ketidaknyamanan
akibat prosedur

20
E. Implementasi Keperawatan
Tanggal DX Tindakan Respon
24/09/2021 1 1. Memonitor adanya kebingungan S: klien mengatakan badan
perubahan pikiran, keluhan pusing, terasa lemas dan masih
pingsan pusing.
2. Memonitor TTV O: klien tampak lesuh dan
3. Memonitor TIK dan CPP lemas, wajah klien sianosis
4. Memonitor status pernafasan: frekuensi, TTV:
irama kedalaman pernafasan PaO2, -TD 170/120mmHg
PCO2, pH, bikarbonat -Suhu tubuh klien 40oC
5. Mencatat perubahan pasien dalam -RR 30x/menit
merespon terhadap stimulus -HR 50x/menit
6. Memberikan anti kejang, sesuai -pH: 7,47 mmHg
kebutuhan -pCO2: 31 mmHg
7. Menghindari fleksi leher -pO2: 199 mmHg
8. Melatih ROM pasif
24/09/2021 2 1. Membuka jalan napas, menggunakan S: -Klien mengatakan
teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu. nyaman dengan posisi yang
2. Memposisikan pasien untuk diberikan
memaksimalkan ventilasi -Klien mengatakan merasa
3. Mengidentifikasi pasien perlunya sedikit lega dengan
pemasangan alat jalan napas buatan. terpasangnya alat bantu napas
4. Melakukan fisioterapi dada jika perlu. O: -Terdapat bunyi tambahan
5. Mengeluarkan sekret dengan batuk atau (ronki)
suction. -Memberikan nebulizer
6. Mengauskultasi suara napas, catat -pO2: 199 mmHg
adanya suara tambahan. -RR 30x/menit
7. Melakukan suction pada mayo
8. Memberikan bronkodilator bila perlu
9. Memberikan pelembab udara kasa basa
NaCl lembab
10. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.

21
11. Memonitor respirasi dan status O2.
24/09/2021 3 1. Meobservasi TTV S: -Klien mengatakan masih
2. Melakukan pengkajian nyeri secara merasakan nyeri kepala
komprehensif (lokasi, karakteristik, -Klien mengatakan merasa
durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor tenang dengan keadaan yang
presipitasi). hening
3. Mengobservasi reaksi non verbal dari O: -Dexametason 4x
ketidaknyamanan. -Draprazol 400grm 2x
4. Menggunakan teknik komunikasi -Ceftriaxson 2grm 2x
terapeutik untuk mengetahui -Pct 75gram 3x
pengalaman nyeri klien. -NaCl 0,9%
5. Mengkaji kultur/budaya yang
mempengaruhi respon nyeri.
6. Membantu klien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan.
7. Mengontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri (suhu ruangan,
pencahayaan, dan kebisingan)
8. Meningkatkan istirahat
9. Berkolaborasi dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil.

F. Evaluasi
Tanggal D EVALUASI TTD
X
25/09/202 1 S: klien mengatakan lemas dan pusing yang dirasakannya sudah
1 berkurang.
O: klien tampak lebih segar dari sebelumnya
TTV:
-TD 120/80mmHg
-Suhu tubuh klien 38oC
-RR 20x/menit
-HR 60x/menit

22
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dipertahankan
25/09/202 2 S: -Klien mengatakan nyaman dengan posisi yang diberikan
1 -Klien mengatakan merasa lega dengan terpasangnya alat bantu
napas
O: -Sudah tidak ada ronki
-pO2: 100 mmHg
-RR 20x/menit
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dipertahankan
25/09/202 3 S: -Klien mengatakan nyeri kepalanya sudah tidak separah seperti
1 sebelumnya dan jarang timbul
-Klien mengatakan merasa tenang dengan keadaan yang hening
O: Klien tampak tidak mengeluh nyeri
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dipertahankan

23
KEMOPROFILAKSIS

Penularan dari orang ke orang dapat dicegah dengan pemberian kemoprofilaksis.


Tujuan utama dari kemoprofilaksis adalah mencegah munculnya kasus sekunder dengan
eradikasi penderita karier nasofaring akibat N. meningitidis yang asimptomatis.
Kemoprofilaksis harus segera diberikan idealnya dalam 24 jam setelah kasus diketahui.
Kemoprofilaksis yang diberikan lebih dari 14 hari setelah onset pada kasus indeks seringkali
tidak bermanfaat.
Pada situasi yang berkembang menjadi endemis, pemberian kemoprofilaksis harus
dibatasi untuk kontak erat. Kontak erat adalah semua orang yang memiliki riwayat kontak
fisik erat (berinteraksi erat, merawat atau bercakap-cakap dengan radius 1 meter) dengan
kasus indeks selama 14 hari, diantaranya:
a. Anggota keluarga serumah, yaitu orang yang tinggal serumah dengan kasus;
b. Kontak yang berbagi tempat tidur, seperti asrama, pondok pesantren, rumah tahanan, dan
lain-lain;
c. Kontak di sekolah, seperti murid dan guru dalam satu ruang kelas dengan kasus atau
tempat penitipan anak;
d. Kontak dengan kasus melalui sekresi oral seperti ciuman, berbagi makanan dan minuman,
resusitasi mulut ke mulut;
e. Tenaga kesehatan yang merawat jalan napas atau terpapar sekresi pernapasan kasus,
tindakan intubasi endotrakeal;
f. Khusus bagi pelaku perjalanan, pemberian kemoprofilaksis harus dipertimbangkan bagi
setiap penumpang yang kontak langsung melalui droplet dari kasus indeks atau bagi siapa
saja yang duduk di dekat kasus indeks pada perjalanan dengan waktu tempuh yang lama
(lebih dari 8 jam).
Kemoprofilaksis Ciprofloksasin (dosis oral tunggal), Ceftriaksone (dosis IM tunggal) dan
rifampisin efektif untuk mengurangi infeksi meningokokus di nasofaring hingga 90-95%.
Kultur orofaringeal atau nasofaring tidak perlu dilakukan untuk menentukan pemberian
kemoprofilaksis.

24
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Meningitis dapat disebabkan karena bakteri, virus, jamur atau karena toksin. Namun
demikian sebagian besar meningitis disebabkan bakteri. Meningitis adalah peradangan
pada meningen yaitu membrane yang melapisi otak dan medulla spinalis (Tarwoto,
2013).
Bakteri ini hanya menginfeksi manusia, tidak ada reservoir pada hewan. Cara
penularan dari manusia ke manusia melalui droplet pernapasan atau sekresi tenggorokan
(saliva) dari pembawa (carrier), seperti merokok, kontak dekat dan kontak
berkepanjangan (berciuman, bersin, batuk atau tinggal di dekat dengan pembawa).
Sebesar 1-10% populasi membawa N. meningitidis di tenggorokan dan tidak
menimbulkan gejala.

25
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI, 2019. Panduan Deteksi dan Respon Penyakit Meningitis Meningokukus.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI 2019
https://id.scribd.com/doc/309911378/ASKEP-Meningitis
http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI_AMBAR_TIAGANA_PDF.pdf

26

Anda mungkin juga menyukai