Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

“ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS PADA ANAK”

OLEH : KELOMPOK 2

ZAHARA KURNIA RAMADHAN 201211721 FITRI PERDANA ANGGRAINI 201211723


ZARIS GUSTESA 201211722 REVI PERMATA SARI 181211452
YUSRI WINELDA 201211719 ZAMZAMI YATI RAHMA 201211720
HANIFA RAHMAWATI 201211725 SONIA NADILLA 201211715
RANI OCTALYA 201211728 SIPA PURNAMA SARI 201211726
YOLA YOLANDA ANDESPA 201211718
TRISIA ULANDARI 201211717
LOLA AMELIA ZULFA 201211727

DOSEN PENGAMPU :
Ns. HIDAYUTUL HASNI, M.Kep

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2022
KATAPENGANTAR

PujisyukurkamipanjatkankehadiratTuhanYangMahaEsa,atassegalalimpahan
rahmat dan karunia, dan hidayah-Nya, karena Penyusun dapat menyelesaikan Makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Meningitis pada Anak”. Makalah ini disusun
berdasarkan hasil pengumpulan data yang telah Penyusun lakukan dengan mencari
informasi di berbagai media. Dalam penyelesaian Makalah ini banyak kesulitan yang
Penyusun temui. Penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak – pihak
yangtelahmembantumenyusunmakalahinidariawalsampaiakhir. Penyusunberusaha
menyusun Makalah ini dengan sebaik mungkin dan apabila dalam penyusunan Makalah
ini ada kesalahan dan kekurangan, jadi Penyusun berharap saran dan kritiknya. Semoga
Makalah ini dapat bermanfaat.

Padang, 8 Juli2022

i
DAFTARISI

KATAPENGANTAR......................................................................................................i
DAFTARISI.................................................................................................................ii
BABI PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 LatarBelakang........................................................................................1
1.2 RumusanMasalah...................................................................................1
1.3 Tujuan.....................................................................................................1
BABII PEMBAHASAN...........................................................................................2
2.1 KonsepDasarPenyakit............................................................................2
2.1.1 Definisi.........................................................................................2
2.1.2 Etiologi.........................................................................................2
2.1.3 Patofisiologi.................................................................................3
2.1.4 Pathway........................................................................................4
2.1.5 ManifetasiKlinik..........................................................................5
2.1.6 Komplikasi...................................................................................6
2.1.7 PemeriksaanPenunjang................................................................7
2.1.8 MenatalaksanaanMedis................................................................7
2.1.9 Pencegahan...................................................................................8
2.2 AsuhanKeperawatan...............................................................................9
2.2.1 Pengkajian....................................................................................9
2.2.2 Diagnosa.....................................................................................11
2.2.3 Intervensi....................................................................................12
BABIIIPENUTUP.......................................................................................................16
3.1 Kesimpulan...........................................................................................16
3.2. Saran....................................................................................................16
DAFTARPUSTAKA...................................................................................................iii

i
1.1 LatarBelakang BAB I
PENDAHULUAN

Meningitis merupakan peradangan yang terjadi pada selaput otak (araknodia dan
piamater) yang di sebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur.
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa nyeri ini dapat menjalar ke tengkuk
dan pinggang. Tengkuk menjadi kaku, yang disebabkan oleh mengejangnya otot-otot
ekstensor tengkuk. Bila hebat, akan terjadi opistotonus yaitu tengkuk kaku dengan
kepala tertengadah, punggung dalam sikap hiperekstensi, dan kesadaran menurun tanda
kernig serta brudzinsky positif(Arif Mansjoer, 2000).
Di negara – negara yang sedang berkembang, termasuk indonesia, penyakitinfeksi
ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama. Salah satunya
adalahinfeksiakut selaput otakyangdisebabkanolehbakteri danmenimbulkan purulen
pada cairan otak, sehingga dinamakan meningitis purulenta.
Di samping angka kematiannya yang masih tinggi, banyak penderita yang
menjadi cacat akibat keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan. Meningitis
purulenta merupakan keadaan gawat darurat. Terapi yang diberikan bertujuan
memberantas penyakit infeksi disertai perawatan intensif suportif, untuk membantu
pasien melalui masa krisis. Pemberian antibiotik yang cepat dan tepat, serta dengan
dosis yang sesuai, penting untuk menyelamatkan nyawadan mencegah terjadinya cacat.
Oleh karena itu, petugas kesehatan khususnya perawat, wajib mengetahui gejala –gejala
dan tanda – tanda meningitis purulenta serta penatalaksanaannya.
1.2 RumusanMasalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah bagaimana cara pemeberian asuhan
keperawatan Menignitis pada Anak?
1.3 TujuanPenulisan
Tujuan dari penuliasn maklah ini adalah agar mahasiswa / kita semua dapat
mengetahui secara lebih mendalam tentang penyakit Menngitis dan bagaimana
pemberian asuhan keperawatan Meningitis pada Anak.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 LaporanPendahuluan
2.1.1 Definisi

Menurut Satyanegara (2010), Menigitis bakterialis adalah suatu infeksi purulen


lapisan otak yang pada orang dewasa biasanya hanya terbatas didalam ruang
subaraknoid, namun pada bayi cenderung meluas sampai kerongga subdural sebagai
suatu efusi atau emplema subdural (leptomeningitis) atau bahkan ke dalam otak
(meningoensafalitis).
Meningitis merupakan radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak
dan medula spinalis) yang disebabkan oleh virus, bakteri atau jamur (Smeltzer dan
Bare,2002,hal 198).
2.1.2 Etiologi
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan
pasienmempunyaifaktorpresdisposisi,sepertifrakturtulangtengkorak,infeksi, operasi otak
atau sumsum tulang belakang, sepsis, kelainan yang berhubungan dengan penekanan
reaksi imunologi dan fugsi lumbal. Seperti disebutkan sebelumnya bahwa
menigitisdisebabkanolehvirusdanbakteri,makanmeningitisdapatdibagimenjadidua
golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu menigitis serosa
dan meningitis purunlenta.
Meningitis serosa adalah radang selaput otak arachnoid dan piameter yang
disertai adanya cairan otak yang jernih. Penyebab tersering adalah Mycobacterium
tuberculosa. Penyebab lainnya adalah virus Toksoplasma gondhii. Eksudat yang
biasanya terjadi pada meningitis bakteri, tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak
ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan tejadi pada seluruh korteks
serebri dan lapisan otak . Mekanisme atau respon jaringan otak terhadap virusbervariasi,
tergantung pada jenis sel yang terlibat (Sholeh S.Naga hal 200).
Meningitis purulenta adalah radang bernanah arachnoid dan piameter. Tubuh
akan berespons terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya
perandangan, yaitu dengan adanya neutrofil, monosit, dan limfosit. Cairan eksudat yang
terdiri dari bakteri fibrin, dan leukosit dan terbentuk di ruangan subarachnoid ini akan
terkumpuldidalamcairanotak,sehinggadapatmenyebabkanlapisanyangtadinyatipis

2
menjadi tebal.Pengumpulan cairan iniakanmenyebabkan peningkatanintracranial. Hal
ini yang akan menyebabkan jaringan otak mengalami infark.
Pada dewasa, bakteri penyebab tersering adalah Diplococcus pneumonia dan
Neiseria meningitidis, stafilokokus dangram negatif. Pada anak bakteri tersering adalah
Hemophylus influenza, Neiseria meningitidis dan Diplococcus pneumonia(Satyanegara,
2010 hal 442).
2.1.3 Patofisiologi
Infeksi mikroorganisme terutama bakteri dari golongan kokus seperti
streptokokus, stapilokokus, meningokokus, pnemokokus dan dari golongan lain seperti
tersebut di atas menginfeksi, bronkus saluran cerna. Mikrooganisme mencapai otak
mengikuti aliran darah .
Di otak mikrooganisme berkembang biak membentuk koloni. Koloni
mikroorganisme menghasilkan toksin dan merusak meningen. Kumpulan toksin
mikrooranisme, jaringan yang rusak, cairan sel berkumpul menjadi satu membentuk
cairan kental yang di sebut pustula. Karena sifat cairannya tersebut penyakit ini popular
disebut meningitis purulenta.
Toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme melalui hematogen sampai ke
hipotalamus. Hipotalamus kemudian menaikan suhu sebagai tanda adanya bahaya.
Kenaikan suhu hipotalamnus akan diikuti dengan peningkatan mediator kimiawi akibat
peradangan seperti prostagnaldin, epinerfin, norepinefin. Kenaikan mediator tersebut
dapat merangsang peningkatan metabolisme sehingga dapat terjadi kenaikan suhu di
seluruhtubuh,rasasakitkepala,peningkatan respongastrointestinalyangmemunculkan rasa
mual dan muntah.
Volume pustula yang semakin menigkat dapat mengakibatkan peningkatan
desakan di dalam intrakranial. Desakan tersebut dapat menigkatkan rangsangan di
korteks serebri yangterdapat pusatpengaturan sistem gastroinetal sehingga merangsang
munculnya muntah dengan cepat, juga dapat terjadi gangguan pusat pernafasan.
Peningkatan tekanan intrakranial tesebut juga dapat mengganggu fungsi sensorik
maupun motorik serta fungsi memori yang terdapat pada serebrum sehingga penderita
mengalami penurunan respon kesadaran terhadap lingkungan (penurunan kesadaran).
Penurunankesadaraninidapatmenurunkanpengeluaransekresitrakeobronkialyang

3
berakibat pada penumpukan sekret di trakea dan bonkial. Kondsi ini berdampak pada
penumpukan sekret di trakea dan bronkus sehingga bronkus dan trakea menjadi sempit.
Penigkatantekanan intrakranial juga dapat berdampak pada munculnya fase
eksitasi yang terlalu cepat pada neuron sehingga memimbulkan kejang. Respon saraf
perifer juga tidak bisa berlangsung secara kondusif, secara klinis ini dapatmemunculkan
tanda kernig dan brudinsky. Kejang yang terjadi pada anak mengakibatkan penyempitan
jalan nafas (Sujono Riyadi Sukarmin, hal 145).

2.1.4 Pathway

Resikodefisit Volume
cairan

4
2.1.5 ManifestasiKlinik
Penyakit ini dimulai akut, subakut, atau kronis dengan gejala demam, mudah
kesal, marah marah, obstipasi, muntah muntah.
Dapat ditemukan tanda-tanda perangsangan meningen seperti kaku kuduk. Pada
pemeriksaan terdapat kaku kuduk dan tanda tanda perangsangan meningen lainnya.
Suhu badan naik turun, kadang suhu malah merendah. Nadi sangatlabil sering dijumpai
nadi yang lambat. Selain itu, terdapat hipertensi umum. Abdomen tampak mencekung.
Gangguansarafotak yangterjadi disebabkan tekanan eksudat padasaraf-sarafini.Yang
sering terkena nervus III dan VII. Terjadi afasia motoris atau sensoris, kejang fokal,
monoparesis, hemiparesis, gangguan sesibilitas. Tanda-tanda khas penyakit ini adalah
apatis, refleks, pupil yang lambat dan refleks-refleks tendo yang lemah.
BerikuttandadangelajapadaNeonatus,anakanakdan remaja
1. Neonatus:
a. Menolak makan. Hampir semua penyakit dapat menurunkannafsu makan
karenamerasa dirinya ingin muntah utamanya terdapat anak bayi dan anak
b. Refleksmenghisapkurang.Terjdinyapenurunanspasmesehinggamenyebabkan otot
lemah (penurunan refleks menghisap)
c. Muntah. Terjadi karena peningingkatan asam lambung dalam perut yang berujung
kontraksi perut
d. Diare.Munculkarenaasupanmakananyangterkontaminasidenganvirus dan
bakteri ataumokroorganisme lain
e. Lemas.Penurunanspasmeyangmenimbulkan penurunan aktivitas
2. AnakanakdanRemaja:
a. Demam tinggi. Virus, Bakteri atauMikroorganisme masuk ke dalam darah, darah
diedar kan keseluruh tubuhhingga terjadi infeksi
b. Sakit kepala. Perdangan pada meningitis dapat merangsang otak hingga terjadi sakit
kepala atau pusing
c. Muntah. Terjadikarena peningingkatanasam lambung dalam perut yang berujung
kontraksi perut
d. Perubahansensori. Terjadikarenaberkurangnyaasupanmakanansehinggasel sel
menurun berujung pada saraf sensoriyang lemah

5
e. Kejang.Penurunankekuatanototdansarafberpengaruhbesarpadatingkat kekuatan
spasme
f. Delirium.Keadanmentalyangabnormalberdasarkanhalusinasiatauilusi,dapat terjadi
dapat keadaan demam tinggi
g. Halusinasi. Merupakan status delirium subakut gejala yang dominan yaitu halusinasi
pendengaran (MediaAesculapius, Kapita Selekta Kedokteran jilid 2 hal 11).
2.1.6 Komplikasi
Komplikasiyangdapatmunculpadaanakdenganmeningitis antaralain:
1. Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini muncul
karena adanya desakan pada intrakranial yang meningkat sehingga memungkinkan
lolosnya cairan dari lapisan otak ke daerah subdural.
2. Peradangan pada daerah ventirkuler otak (ventrikulitis). Abses pada meningen
dapatsampaikejaringankraniallainbaikmelaluiperembetanlangsungmaupun
hematogentermasukkeventrikuler.
3. Hidrosepalus. Peradangan pada meningen dapat merangsang kenaikan produksi
Liquor Cerebro Spinal (LCS). Cairan LCS pada meningitis lebih kental sehingga
memungkinkanterjadinyasumbatanpadasaluranLCSyangmenujumedullaspinalis.
Cairantersebutakhirnyabanyaktertahandiintrakranial.
4. Absesotak.Absesotakterjadiapabilainfeksisudahmenyebarkeotakkarena
meningitistidakmendapatpengobatandanpenatalaksanaanyangtepat.
5. Epilepsi.Kondisiinibisaterjasikarenaperubahankeseimbangancairandari
membranselneuronkemudiandifusidariionkaliummaupunionnatriummelalui
membran.
6. Retardasimental.Retrdasimentalkemungkinanterjadikarenameningitisyang
sudahmenyebarkesererumsehinggamengganggugyrusotakanaksebagaitempat
menyimpan memori.
7. Seragan meningitis berulang. Kondisi ini terjadi karena pengobatan yang tidak
tuntas atau mikroorganisme yang sudah resisten terhadap antibiotik yang digunakan
untuk pengobatan.(Sujono Riyadi Sukarmin, hal 147)

2.1.7 PemeriksaanPenunjang
1. Pemeriksaandarah

6
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah dan hitung jenis leukosit, laju endap
darah (LED), kadar glukosa puasa, kadar ureum, elektrolit. Pada meningitis serosa
didapatkan peningkatan leukosit saja. Di samping itu pada meningitis tuberkulosis
didapatkan juga peningkatan LED.
a. LEDNormal 15-20 /jam
b. Hemoglobinnormal10-16gr/dL
c. Leukositnormal9000-12000/mm3
2. Pemeriksaanradiologi
a. Foto dada. Memungkinkanuntuk mengetahui seberapa besar penyakittersebut
menjalar keseluruh tubuh
b. Foto kepala, bila mungkin CT scan. suatu prosedur yang digunakan untuk
mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak.(Media
Aesculapius, Kapita Selekta Kedokteran jilid 2 hal 438 )
2.1.8 PenatalaksanaanMedis
Penatalaksaandaripenyakitinidapatdilakukansebagaiberikut:
1. Umum
a. Mula-mula cairan diberikan secara infus dalam jumlah yang cukup (15-20 tpm) dan
tidak berlebihan
b. Bilapasienmerasagelisah,diberisedative,sepertifenobarbitalatau penenang
c. Nyerikepalapenderita dapatdiatasidengan analgetika
d. Panasdapatditurunkandengankompreses,parasetamol, atauasamsalisilat
e. Kejang-kejangdapatdiatasidenganmemberikan :
1) Diazepamdengandosis0,5mg/kgintravena
2) Fenobarbitaldengandosis5-6mg/kgBBperharisecaraoral
3) Divenilhidantoindengandosis5-9mg/kgBBperharisecaraoral
f. Sumberinfeksiyangmenimbulkan meningitispurulentadapatdiberantas denganobar
obatan atau operasi
g. Kenaikantekananintrakranialdapatdiatasi dengan
1) Manitol dengan dosis 1-1,5 mg/kg berat badan secara intravena, dalam waktu 30-60
menit dan dapat diulangi 2 kali dengan jarak 4 jam
2) Kartikosteroid,biasanyadipakaideksametasonsecaraintravenadengandosis pertama 5
mg, lalu diulangi dengan 4 mg setiap 6 jam. Namun, kortikosteroid ini masih

7
menimbulkan pertentangan (ada yang setuju untuk memakainya, namun ada juga yang
mengatakan tidak ada gunanya)
3) Mengaturpernafasansebaikmungkindenganmembersihkanjalan nafas
4) Bilaadahidrosefalusobstrukti,dapatdilakukan operasi
5) Efusi subdural pada anak dikeluarkan 25-30 cc setiap hari selama 2-3 minggu,
bilagagal dilakukan operasi
2. Antibiotik
Berikutbeberapaantibiotik yangbisadiberikankepadapenderita:
Organisme Antibiotik Dosis
Pneumokokatau meningokok Ampisilin 200 – 300 mg/kgBB/hari
Haemophylus influenza  Ampisilin 200–300mg/kgBB/hari
 Kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari
(kloramfenikol diberikan
30menitsetelahampisilin)
Enterobacteriaceae Sefotaksim 200 – 300 mg/kgBB/hari
Staphuylococcusaerusyang Sefotaksimatau seftriakson 200 – 300 mg/kgBB/hari
resistenterhadappenicillin
(MediaAesculapius,KapitaSelektaKedokteranjilid2hal438)
2.1.9 Pencegahan
Meningitis yang disebabkan oleh meningokokus dan Hemofilus influenza tipe B
bisa menular pada anak dan orang dewasa yang berhubungan erat dengan penderita,
yaitu yang tinggal dan makan dalam 1 gedung yang sama. Oleh karena itu, perlu
dilakukan upaya pencegahan, antara lain :
1. Penderitadiisolasi,
2. Pemberianvaksinasi,dan
3. Pemberianobat-obatan
(Sholeh S. Naga, hal 204)

2.2 Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
1. Identifikasipasien
Padapengkajianidentitasyangperluditekankanadalahumur,karenaMeningitis
palingseringmenyeranganak-anakdenganusia<15 tahun.
2. Keluhanutama
AlasanpalingmenonjolpadapasienMeningitisketikadatingkeRSadalah penurunan
kesadaran, kejang dan anak lemah.

8
3. Riwayatpenyakit sekarang
Didapatkan ada-ada keluhan panas mendadak yang disertai menggil dan saat
demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 s/d ke-7 dan
anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk, pilek, nyeri telan, mual
muntah,anoreksia,diare/konstipasi,sakitkepala,nyeriototdanpersendian,nyeriulu
hatidanpendarahanpadakulit,gusidll.
4. Riwayatpenyakitdahulu/yangpernah dialami
Penyakitapapunyangpernahdiderita,padaMeningitisanakbarumengalami
seranganulanganMeningitisdengantipevirusdanbakteriyang berbeda.
5. Riwayatimunisasi
Apabilaanakmempunyaikekebalanyangbaik,makakemungkinanakan
timbulnyakomplikasi dapatdihindarkan.
6. Riwayatgizi
Status gizi anak yang terkena Meningitis dapat bervariasi karena semua anak
dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko bila terdapat factor
predisposisinya. Anak yang menderita Meningitis sering mengalami keluhan mual
muntah,dannafsumakan.Bilainiberlanjutdantidakdisertaidenganpemenuhan
nutrisiyangcukupmakaakanmengalami.
7. Kondisi lingkungan
Menigitisseringdideritaolehorang-orangyangtinggaldidaerahpadat
pendudukdanlingkunganyangkurangbersihhinggamenyebabkanmunculnyavirus dan
bakteri.
8. Pola kebiasaan
a. Nutrisi& Metabolisme :Nafsumakan menurun
b. Eliminasi :PadaMeningitisgradeIII-IVdapatterjadihematuna
c. IstirahatTidur :Anakdapat mengalamikurangtidurakibatnyeri otot/
persendian
d. KebersihanLingkungan :b/dupayakeluarga untukmenjadikebersihan
terutamasarangnyamuk
e. PerilakuKeluarga :b/dtanggapan/responkeluargabilaadaanggota
yangsakitataubagaimanauntukmenjadikesehatan.
9. PemeriksaanFisik
BerdasarkanGradeMeningitiskeadaanfisikanakadalahsebagaiberikut:
a. GradeI : Kesadarankomposmentis,keadaanumumlemah,adanya
perdarahanspontanTD&Nlemah
b. GradeII : Kesadarankomposmentis,keadaanumumlemah,nadi
lemah,kecil&tidakteratursertaTD menurun
c. GradeIII : Kesadaranapatis,somnolen,lemah,Nlemah, kecildan
tidakbisateratursertaTD menurun
d. GradeIV : Kesadarankoma,Ntidakteraba,TDtidakdapatdiukur,rr

9
tidakteratur,aknaldingin,berkeringat&kulittampak biru.

10. Kepala&Leher

10
Mukatampakkemerahankarenademam,konjungtivaanemis&epitaksispada
grII,III&IVMukosamulut kering, eksmosis&nyeritelan.
11. Dada
Bentuksimetris,kadangterdapatsesaknapas.Padapxpotothoraxterdapat
cairanyangtertimbunpadapanukanan(efusipleura).Ronkhibiasanyaterdapatpada
gradeIII &IV.
12. Abdomen
Biasanyamengalaminyeritekan,hepatomegali &asitas.
13. SistemIntegumen
Adanyaptekiapadakulit,turgormnurun,munculkeringatdingin&lembab,
kukusianomis,CRT>3dtik.
14. Ekstermitas
Akral dingin,nyeriotot&persendian.
2.2.2 DiagnosaKeperawatan
1. Hipertemib/dpeningkatansetpoint
2. IntoleransiAktivitasb/dKelemahanototumum sekunder
3. Bersihan jalan nafas tidak efektifb/dkejang

2.2.3 IntervensiPerawatan
Diagnosa SLKI SIKI
Hipertermi Termoregulasi Intervensi utama:
Kriteria Hasil: Manajemen Hipertermi
Observasi:
Kekuatan nadi meningkat * Identifikasi penyebab hipertermi
Output urine meningkat * Monitor suhu tubuh
Saturasi oksigen meningkat * Monitor kadar elektrolit
PaO2 meningkat Terapuetik:
* Sediakan lingkungan yang dingin
* Longgarkan/lepaskan pakaian
Edukasi
* Anjurkan tirah baring
11
Kolaborasi
*Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena,jika perlu
Intoleransi aktifitas Toleransi Aktifitas Intervensi:
Kriteria Hasil: Manajemen energi
Observasi:
Frekuensi nadi meningkat * Identifikasi gangguan bagian tubuh yang
Keluhan lelah menurun mengakibatkan kelelahan
Dispnea saat aktifitas menurun * Monitor pola dan jam tidur
Terapeutik
* Sediakan lingkungan yang nyaman dan
rendah stimulus
* Lakukan latihan rentang gerak pasif
Edukasi
* Anjurkan tirah baring
* Anjurkan melakukan aktifitas secara
bertahap
Kolaborasi
* Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan.

Bersihan jalan nafas tidak efektif Bersihan jalan nafas Intervensi:


Kriteria Hasil: Manajemen jalan napas
Observasi:
Batuk efektif meningkat *Monitor pola nafas
Produksi sputum menurun * Monitor bunyi nafas tambahan
Dispnea menurun * Monitor sputum (jumlah,warna,aroma)
Terpeutik
* Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan
head-tilt dan chin-lift
* posisikan semi fowler/ fowler
Edukasi
* Anjurkan teknik batuk efektif

12
* Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,jika
perlu
Kolaborasi
* Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekpektoran,mukolitik, jika perlu

13
14
15
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Etiologi :
Bakteri, virus, faktor prediposisi, faktor maternal, faktor imunologi, anak dengan
kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem
persarafan. Klasifikasi Meningitis :Meningitis bacterial/purulenta /septik, Meningitis
virus, Meningitis jamur
Trias klasik gejala meningitis adalah demam, sakit kepala, dan kaku kuduk.
Namun pada anak dibawah usia dua tahun, kaku kuduk atau tanda iritasi meningen lain
mungkin tidak ditemui. Komplikasi :Hidrosefalus obstruktif,
Meningococcalsepticemia(mengingocemia),Sindromewater-
friderichen(septiksyok,DIC,perdarahan adrenal bilateral), SIADH ( Syndrome
Inappropriate Antidiuretic hormone ), Efusi subdural, Kejang, Edema dan herniasi
serebral, Cerebral palsy, Gangguan mental, Gangguan belajar, Attention deficit disorder
Melihat kenyataan Meningitis menyerang anak –anaksecara mendadak, penulis
berharap pembaca lebih sadar dan hati-hati serta peduli tentang bagaimana cepatnya
penyakit meningitis menyerang anak – anak di atas dua tahun.
3.2 Saran
3.2.1 Tenagakesehatan
Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang
meningitis dan problem solving yang efektifdan juga sebaiknya kita memberikan
informasi atau health education mengenai meningitis kepada para orang tua anak yang
paling utama.
3.2.2 Masyarakat
Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya
meningitis dan meningkatkan pola hidup yang sehat.

16
DAFTARPUSTAKA

A.Mansjoer,dkk.KapitaSelekta,Kedokteran.Jakarta:MediaAesculapius.2002. Edisi
Ke2.
Amin,HudaNurarif.2013.AsuhanKeperawatanBerdasarkanDiagnosaMedisdan
Nanda.Edisi 2 Jakarta:Media action.
Doenges,E.M.2000.Rencanaasuhankeperawatan.Edisi3Jakarta:EGC Drs.
Syaifuddin, B. Ac.2010.Anatomi Fisiologi.Jakarta: EGC
https://www.academia.edu/11401072/Meningitis
Lynda, Juall Carpenito.2000.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta: EGC
Media,Aesculapius.2000.KapitaSelektaKedokteran.Edisike3jilidke2:Jakarta.
Nursalam.2005.Asuhan keperawatan bayi & anak.Jakarta:Salemba medika.
Sabri,M.Alisuf.1993.PengantarPsikologiUmumdanPerkembangan.Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya.
Soegeng,Soegijanto.2000.IlmuPenyakitAnak.Jakarta:SalembaMedika
Soetjiningsih.1995.Tumbuh Kembang Anak.Jakarta: EGC
Sujono,RiyadiSukarmin.2009.AsuhanKeperawatanPadaAnak.Yogyakarta:Edisi Pertama
Suriadi,dkk.2006.AsuhanKeperawatanPadaAnakSakit.Jakarta:SagungSeto

iii

Anda mungkin juga menyukai