OLEH
KELOMPOK 2
DOSEN PENGAMPU:
PRODI S1 KEPERAWATAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan dan kesempatan sehingga makalah tentang “terapi keluarga dan terapi lingkungan
pada klien gangguan jiwa” ini dapat kami selesaikan. Makalah ini kami susun berdasarkan
beberapa sumber yang telah kami peroleh. Kami berusaha menyajikan makalah ini dengan
bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti. Selain kami memperoleh sumber dari
beberapa buku pilihan, kami juga memperoleh informasi tambahan dari internet Tentunya,
tidak ada gading yang tidak retak, makalah ini tentu masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kritik dan saran selalu penulis harapkan agar menjadi pedoman di masa
yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Akhir
kata kami ucapkan terima kasih.
Penulis
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN :
BAB II PEMBAHASAN :
A. Kesimpulan : ............................................................................................. 11
B. Saran : ............................................................................................. 11
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multikausal, suatu
penyakit dengan berbagai penyebab yang sangat bervariasi. Karena gangguan jiwa selama ini
dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif, dan area sosiokultural.
Banyak ahli dalam kesehatan jiwa memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap apa
yang dimaksud gangguan jiwadan bagaimana gangguan perilaku yang terjadi. Perbedaan
pandangan tersebut tertuang dalam bentuk model konseptual kesehatan jiwa. Pandangan
model psikoanalisa berbeda dengan pandangan model sosial, model perilaku, model
eksistensial, model medikal, beebeda pula dengan model stres-adaptasi. Masing-masing
model memiliki pendekatan unik alam terapi gangguan jiwa.
Suatu pendekatan penanganan klien ganggguan jiwa yang bervariasi yang bertujuan
mengubah perilaku klien gangguan jiwa dengan perilaku amladaptifnya menjadi perilaku
yang adaptif.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk terapi keluarga pada klien gangguan jiwa?
2. Bagaimana bentuk terapi lingkungan pada klien gangguan jiwa?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui terapi keluarga dan
lingkungan pada klien gangguan jiwa.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. TERAPI KELUARGA
1. Defenisi
Terapi keluarga adalah model terapi yang bertujuan mengubah pola interaksi keluarga
sehingga bisa membenahi masalah-masalah dalam keluarga (Gurman, Kniskern, & pinsof,
1986).
2. Tujuan
a) Menurunkan konflik kecemasan keluarga
b) Meningkatkan kesadaran keluarga terhadap kebutuhan masing-masing anggota
keluarga
c) Meningkatkan kemampuan penanganan terhadap krisis
d) Mengembangkan hubungan peran yang sesuai
e) Membantu keluarga menghadapi tekanan dari dalam maupun dari luar anggota
keluarga
f) Meningkatkan kesehatan jiwa keluarga sesuai dengan tingkat perkembangan anggota
keluarga
4
3. Perkembangan
Penelitian mengenai terapi keluarga dimulai pada tahun 1950-an oleh seorang
Antropologis bernama Gregory Bateson yang meneliti tentang pola komunikasi pada
keluarga pasien skizofrenia di Palo Alto, California.
Penggunaan terapi keluarga ini yaitu untuk mengerti perilaku manusia khususnya
disfungsi manusia. Berikut ini adalah asumsi yang digunakan sebagai pedoman ntuk
menggunakan pendekatan-pendekatan dalam praktek perawatan kesehatan.
Sebagai satu sistem sosial dasar keluarga mempunyai fungsi utama untuk mentransfer
nilai budaya dan tradisi melalui generasinya. Perkembangan dan peningkatan sistem keluarga
melalui organisasi yang kompleks berlangsung melalui tahap-tahap perkembangan. Individu
juga berkembang melalui tahap-tahap perkembangan dan perjalanan ini umumnya terjadi
dalam konteks keluarga.
5
Perubahan dalam struktur dan proses keluarga menunjukkan perubahan dalam seluruh
anggota keluarganya. Perubahan dalam perilaku dan fungsi individu sebagai anggota
keluarga berpengaruh terhadap sistem keluarga dan seluruh anggota keluarga lainnya.
Keluarga sebagai sistem adalah lebih dari sejumlah fungsi dari tiap-tiap individu dari
anggotanya. Perubahan dalam struktur dan fungsi keluarga dapat difasilitasi melalui terapi
keluarga.
4. Kerangka Teoritis
Terapi keluarga adalah model terapi yang bertujuan mengubah pola interaksi keluarga
sehingga bisa membenahi masalah-masalah dalam keluarga (Gurman, Kniskern, & Pinsof,
1986).
Terapi keluarga muncul dari observasi bahwa masalah-masalah yang ada pada terapi
individual mempunyai konsekuensi dan konteks sosial. Contohnya, klien yang menunjukkan
peningkatan selama menjadi terapi individual, bisa terganggu lagi setelah kembali pada
keluarganya.
Terapi keluarga didasari pada teori sistem (Van Bertalanffy, 1968) yang terdiri dari 3
prinsip, yaitu :
6
Beberapa teori yang mendasari terapi keluarga :
Safir mengatakan bahwa ada hubungan antara psikopatologi individual dengan dinamika
keluarga. Contoh seseorang yang mempunyai harga diri rendah akan menapilkan “false self”
yang ditampilkan pada saat yang sama dia juga takut kecewa dan sullit mempercayai orang
lain termasuk pasangan hidupnya. Hal ini menyebabkan kesulitan yang serius dalam
perkawinannya.
Tujuan dari terapi keluarga yang berorientasi psikodinamika yaitu untuk menolong
anggota keluarga mencapai suatu pengertian tentang dirinya dan caranya beraksi satu sama
lain di dalam keluarga.
Terapi ini menaruh perhatian untuk menolong keluarga dan menjelaskan arti komunikasi
yang diantara mereka. Terapist menyuruh anggota keluarga meneliti apa yang dimaksud oleh
anggota kleuarga yang lain saat menyatakan sesuatu. Terapist juga memperhatikan punktuasi
7
dari proses komunikasi tang terjadi pada keluarga dengan tujuan memperjelas kesalah
pengertian, juga diperhatiakan nonverbal yang digunakan.
Haley mengatakan bahwa bila seseorang mengkomunikasikan pesan pada orang lain
berarti dia sedang membuat siasat untuk menentukan hubungan. Contoh: orangtua
bertanggung jawab terhadap anak-anak dan dia punya hak untuk membatasi perilaku anak,
jika anak sudah besar dia punya hak sendiri untuk mengambil keputusan. Cara ini sering
ditemukan pada terapi struktural dimana tujuan proses, tetapi untuk merubah posisi dari
batasan sub sistem yang berbeda dalam keluarga.
Virginia Safir orang yang banyak memberi penekanan komunikasi dan perasaan.
Dikatakan abhwa pasangan perkawaninan yang mempunyai kebutuhan emosional diharapkan
ditentukan dalam perkawinan jika kita menemukan keluhan emosional setiap orang maka
komunikasi perasaan ini sangat penting, artinya tujuan dari terapi ini adalah memperbaiki bila
terdapat ketidakpuasan.
Dikembangkan oleh Salvador Minuchin. Struktur keluarga yang terdiri dari susunan yang
mengatur transaksi diantara anggota keluarga. Fleksibilitas dari fungsi keluarga dan
kemampuannya untuk berubah. “The Family Resonance” pada anggota keluarga dapat saling
terkait atau saling merenggang. Konteks kehidupan keluarga ini merupakan supra sistem
yang terdiri dari keluarga besar, tetangga lingkungan kerja, lingkungan sekolah dari anggota
keluarga supra sistem bisa merupakan sumber stres atau sumber support dari lingkungan.
Cara keluarga memperlakukan gejala-gejala yang terdapat pada anggota keluarga yang
sakit. Terapist memulai terapi dengan cara bergabung dengan keluarga dan berpartisipasi
dalam transaksi, sehingga terapist dapat mengobservasi aspek tertentu dari fungsi keluarga
tersebut. Kemudian tentukan seberapa jauh gejala dari pasien atau masalah keluarga berkaitan
dengan fungsi keluarga (struktur keluarga). Jika berkaitan maka intervensi merubah struktur
diperlukan.
8
5. Indikasi
Indikasi terapi keluarga menurut Walrond Skinner adalah gejala yang timbul
merupakan ekspresi disfungsi dari sistem keluarga. Gejala yang timbul lebih menyebabkan
beberapa perubahan dalam hubungan anggota keluarganya dapat merupakan masalah secara
individual, kesulitan berpisah.
6. Teknik
a) Terapi keluarga berstruktur
Terapi keluarga berstruktur adalah suatu kerangka teori teknik pendektan individu dalam
konteks sosialnya.tujuannya adalah mengubah organisasi keluarga.
Teori keluarga berstruktur mempergunakan proses balik antara lingkungan dan orang
yang terlibat perubahan-perubahan yang ditimbulkan oleh seseorang terhadap sekitarnya dan
cara-cara dimana umpan balik terhadap perubahan tadi mempengaruhi tindakan selanjutnya.
Terapi keluarga mempergunakan teknik-teknik dan mengubah konteks orang-orang terdekat
sedemikian rupa sehingga posisi mereka berubah dengan mengubah hubungan antara
seseorang dengan konteks yang akrab tempat dia berfungsi, kita mengubah pengalaman
subjektifnya.
Bila akan dirujuk ke dalam terapi keluarga maka terapist akan mengeksporasi interaksi
individu dalam konteks hidup yang berarti. Dalam wawancara keluarga terapist megamati
9
bagaimana hubungan individu dengan anggota keluarga lainnya dukungan yang diberikan
oleh keluarganya.
c) Karakteristik
a) Mempertahankan keseimbangan, fleksible dan adaptif perubahan
terhadap transisi dalam hidup
b) Problem emosi merupakan bagian dari fungsi tiap individu
c) Hubungan antar keluarga yang erat dan hindari menjauhi masalah
d) Perbedaan antar anggoat keluarga mendorong untuk meningkatkan
pertumbuhan dan kreativitas individu.
d) Peran Perawat
a) Mendidik kembali dan mengorientasikan kembali seluruh anggota
keluarga
b) Memberikan dukungan kepada klien serta sistem yang mendukung klien
untuk mencapai tujuan dan usaha untuk berubah
c) Mengkoordinasi dan mengintegrsikan sumber pelayanan kesehatan
d) Memberi penyuluhan perawatan di rumah, psiko edukasi, dll
Aktifitas :
a) Komponen dikdaktik : memberikan informasi dan penkes tentang
gangguan jiwa, sistem kesehatan jiwa dan yankep
b) Komponen keterampilan : latihan komunikasi, asertif, menyelesaikan
konflik, mengatasi perilaku dan stres
c) Komponen emosi : memberikan kesempatan untuk emmvalidasi perasaan
dan bertukar pengalaman
d) Komponen proses keluarga fokus pada koping keluarga dan gejala sisa
terhadap keluarga
e) Komponen sosial : meningkatkan penggunaan dukungan jaringan
formal/informal untuk klien dan keluarga.
10
B. TERAPI LINGKUNGAN
1. Definisi
Terapi atau pengobatan merupakan cara proses penyembuhan suatu gangguan yang
disebabkan oleh sumber-sumber gangguan. Sumber–sumber yang bersifat terapeutik (dapat
memberikan penyembuhan) dapat berupa orang – orang lingkungan atau benda – benda dan
kegiatan-kegiatan yang membawa penyembuhan. Terapi lingkungan berasal dari bahasa
Prancis yang artinya perencanaan ilmiah dari lingkungan dengan tujuan yang bersifat
terapeutik atau kegiatan yang mendukung kesembuhan (Yosep, 2011).
Terapi lingkungan adalah suatu tindakan penyembuhan pasien dengan gangguan jiwa
melalui manipulasi unsur yang ada di lingkungan dan berpengaruh terhadap penyembuhan
pasien ganguan jiwa (Yosep, 2011).
11
c. Membantu belajar mempercayai orang lain.
e. Mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat.
Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka lingkungan harus bersifat terapeutik yaitu
mendorong terjadinya proses penyembuhan, lingkungan tersebut memiliki karakteristik
sebagai berikut, Yosep (2011):
a. Memudahkan perhatian terhadap apa yang terjadi pada individu dan kelompok selama
24 jam.
b. Adanya proses pertukaran informasi.
c. Pasien merasakan keakraban dengan lingkungan.
Peran perawat dalam menyelenggarakan terapi lingkungan adalah sebagai berikut, Yosep
(2011) :
12
2) Perawat yang menciptakan suasana yang aman dari benda-benda atau keadaan-
keadaan yang menimbulkan terjadinya kecelakaan/luka terhadap pasien atau perawat.
3) Menciptakan suasana yang nyaman, yaitu mengatur tatanan ruangan dimana
memungkinkan pasien betah, serta pasien dapat menjalankan tugas sehari – hari
sesuai dengan kebutuhannya.
4) Pasien diminta berpartisipasi melakukan kegiatan bagi dirinya sendiri dan orang lain
seperti yang biasa dilakukan di rumahnya. Misalnya membereskan kamar.
Gundeson (dalam Yosep, 2011) mengatakan ada 5 variabel yaitu keamanan, dukungan,
validitas, struktur dan keterlibatan. Kemudian gunderson menambahka 2 variabel yaitu
komunikasi terbuka dan lingkungan fisik.
13
a. Keamanan
Keamanan meliputi lingkungan yang aman, makanan, tempat tinggal dan pelayanan
yang aman yang meliputi kunnci pintu,ruang isolasi dan pengikatan serta pelayanan yang di
beikan tidak menyakiti pasien.
b. Dukungan
c. Validasi
d. Struktur
e. Keterlibatan
f. Komunikasi terbuka
Tim kesehatan dan pasien saling memahami bahwa kejujuran, keterbukaan dan juga
selektif dalam memberikan informasi sehingga kerahasiaan dan privacy pasien tetap terjaga.
g. Lingkungan fisik
14
Mencakup struktur dari bentuk bangunan baik eksternal maupun internal. Bagian
eksternal meliputi struktur luar rumah sakit, yaitu lokasi dan letak gedung sesuai dengan
program pelayanan kesehatan jiwa, salah satunya kesehatan jiwa masyarakat. Berada di
tengah-tengah pemukiman penduduk atau masyarakat sekitarnya serta tidak diberi pagar
tinggi. Hal ini secara psikologis diharapkan dapat membantu memelihara hubungan
terapeutik pasien dengan masyarakat. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk tetap
mengakui keberadaan pasien serta menghindari kesan terisolasi. Bagian internal gedung
meliputi penataan struktur sesuai keadaan rumah tinggal yang dilengkapi ruang tamu, ruang
tidur, kamar mandi tertutup, WC, dan ryang makan. Masing-masing ruangan tersebut diberi
nama dengan tujuan untuk memberikan stimulasi pada pasien khususnya yang mengalami
gangguan.Setiap ruangan harus dilengkapi dengan jadwal kegiatan harian, jadwal terapi
aktivitas kelompok, jadwal kunjungan keluarga, dan jadwal kegiatan khusus misalnya rapat
ruangan.
Lebih ditekankan pada jarak hubungan interpersonal individu serta sangat dipengaruhi
oleh social budaya.
d) Lingkungan Psikososial.
Lingkungan yang kondusif yaitu fleksibel dan dinamis yang memungkinkan pasien
berhubungan dengan orang lain dan dapat mengambil keputusan serta toleransi terhadap
tekanan eksternal. Beberapa prinsip yang perlu diyakini petugas kesehatan dalam berinteraksi
dengan pasien:
(2) Penerimaan dan pemeliharaan tingkah laku pasien tergantung dari tingkah laku
partisipasi petugas kesehatan dan keterlibatan pasien dalam kegiatan belajar.
15
(3) Perubahan tingkah laku pasien tergantung pada perasaan pasien sebagai anggota
kelompok dan pasien dapat mengikuti atau mengisi kegiatan.
a. Terapi rekreasi
Yaitu terapi yang menggunakan kegiatan pada waktu luang, dengan tujuan pasien
dapat melakukan kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan serta mengembangkan
kemampuan hubungan sosial. Contohnya: berenang, main kartu, dan karambol.
Perawat dalam terapi ini dapat sebagai leader atau bekerja sama denagn orang lain
yang ahli dalam bidangnya karena harus sesuai dengan bakat dan minat, serta memberikan
kesempatan pada pasien untuk menyalurkan/ mengekspresikan perasaannya. Contohnya:
Suatu terapi yang menggunakan ekspresi non verbal dengan menggunakan gerakan
tubuh dimana mengkomunikasikan tentang perasaan – perasaan dan kebutuhan – kebutuhan.
2) Terapi musik
Terapi ini dilakukan melalui musik. Dengan musik memberikan kesempatan pada
pasien untuk mengespresikan perasaan – perasaanya seperti marah, sedih, kesepian.
Pelaksanaan terapi ini dapat dilakukan bersama (berkelompok) atau individual. Pasien yang
sedang sedih biasanya memilih musik yang sentimentil, sedangkan pasien yang gembira
memilih lagu yang gembira dan menuntut banyak gerak.
16
Memberikan kesempatan pasien untuk mengekspresikan tentang apa yang terjadi
dengan dirinya. Dengan menggambar akan menurunkan ketegangan dan memusatkan pikiran
pada kegiatan.
Terapi dengan membaca seperti novel, majalah dan buku-buku lain. Dimana pasien
diharapkan untuk mendiskusikan pendapatnya setelah membaca. Tujuannya adalah untuk
mengembangkan wawasan diri dan bagaimana mengekspresikan perasaan / pikiran dan
perilaku yang sesuai dengan norma - norma yang ada.
c. Pet therapy
Terapi ini bertujuan untuk menstimulasi respon pasien yang tidak mampu
mengadakan hubungan interaksi dengan orang-orang dan pasien biasanya merasa kesepian,
menyendiri, dan menggunakan objek binatang untuk bermain.
Terapi lingkungan sesuai dengan tingkat usianya menurut Kusumawati & Hartono (2011)
yaitu :
a. Anak-Anak
Berfokus pada peningkatan perilaku yang bermakna, rasa percaya pada orang lain dan
berinteraksi dengan teman sebaya . anak-anak diajarkan terapi perilaku yaitu diajarkan bahwa
semua perilaku punya konsekuensinya. Bila perilaku baik akan menerima hadiah tetapi bila
tidak akan menerima hukuman.
b. Remaja
Pada masa ini masalah yang dihadapi bukan saja masalah perilaku tetapi juga masalah
pendidikan. Untuk itu mereka dilatih untuk belajar mengembangkan otonomi, kemampuan
beradaptasi dengan tekanan teman sebaya, bertanggung jawab dan memilih keterampilan
sekolah.
17
c. Dewasa
Masalah yang dihadapi bisa percobaan bunuh diri, penurunan kognitif dan sensorik,
fisik dan masalah kesehatan. Lingkungan harus mampu membuat pasien menerima
keadaannya, beadaptasi dan memecahkan masalahnya.
d. Pasien skizofrenia
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orang tua yang
tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tangguang jawab secara personal,
ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinyan harga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian
tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktifitas yang menurun.
18
19