Anda di halaman 1dari 20

TERAPI KELUARGA DAN TERAPI LINGKUNGAN

PADA KLIEN GANGGUAN JIWA

OLEH

KELOMPOK 2

1. Fitri Perdana Anggraini


2. Fika Kurniawati
3. Desi Ratna Sari
4. Miranti
5. Nafelya Nadia Putri
6. Tifa Yuliami
7. Hanifa Rahmawati
8. Trisia Wulandari
9. Anisa
10. Dini Alfit
11. Rifa Hidayati

DOSEN PENGAMPU:

NS. Yola Yolanda, M.Kep

PRODI S1 KEPERAWATAN

STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan dan kesempatan sehingga makalah tentang “terapi keluarga dan terapi lingkungan
pada klien gangguan jiwa” ini dapat kami selesaikan. Makalah ini kami susun berdasarkan
beberapa sumber yang telah kami peroleh. Kami berusaha menyajikan makalah ini dengan
bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti. Selain kami memperoleh sumber dari
beberapa buku pilihan, kami juga memperoleh informasi tambahan dari internet Tentunya,
tidak ada gading yang tidak retak, makalah ini tentu masih banyak kekurangan.

Oleh karena itu, kritik dan saran selalu penulis harapkan agar menjadi pedoman di masa
yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Akhir
kata kami ucapkan terima kasih.

Padang, 27 september 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR : ............................................................................................. 1

DAFTAR ISI : ............................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN :

A. Latar Belakang : ............................................................................................. 3


B. Rumusan Masalah : ............................................................................................. 3
C. Tujuan : ............................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN :

A. TERAPI KELUARGA : ................................................................................. 4


B. TERAPI LINGKUNGAN : ................................................................................. 13

BAB III PENUTUP :

A. Kesimpulan : ............................................................................................. 11
B. Saran : ............................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA : ............................................................................................. 12

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multikausal, suatu
penyakit dengan berbagai penyebab yang sangat bervariasi. Karena gangguan jiwa selama ini
dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif, dan area sosiokultural.

Dalam konsep stres-adaptasi penyebab perilaku maladaptive dikonstruksikan sebagai


tahapan mulai adanya faktor predisposisi, faktor presipitasi dalam bentuk stressor pencetus,
kemampuan penilaian terhadap stressor, sumber koping yang dimilki, dan bagaimana
mekanisme koping yang dipilih oleh seorang individu. Dari sii kemudian baru menentukan
apakah perilaku individu tersebut adaptif atau maldaptif.

Banyak ahli dalam kesehatan jiwa memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap apa
yang dimaksud gangguan jiwadan bagaimana gangguan perilaku yang terjadi. Perbedaan
pandangan tersebut tertuang dalam bentuk model konseptual kesehatan jiwa. Pandangan
model psikoanalisa berbeda dengan pandangan model sosial, model perilaku, model
eksistensial, model medikal, beebeda pula dengan model stres-adaptasi. Masing-masing
model memiliki pendekatan unik alam terapi gangguan jiwa.

Suatu pendekatan penanganan klien ganggguan jiwa yang bervariasi yang bertujuan
mengubah perilaku klien gangguan jiwa dengan perilaku amladaptifnya menjadi perilaku
yang adaptif.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk terapi keluarga pada klien gangguan jiwa?
2. Bagaimana bentuk terapi lingkungan pada klien gangguan jiwa?

C. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui terapi keluarga dan
lingkungan pada klien gangguan jiwa.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. TERAPI KELUARGA
1. Defenisi

Terapi keluarga adalah model terapi yang bertujuan mengubah pola interaksi keluarga
sehingga bisa membenahi masalah-masalah dalam keluarga (Gurman, Kniskern, & pinsof,
1986).

Terapi keluarga merupakan pendekatan terapeutik yang melihat masalah individu


dalam konteks lingkungan khususnya keluarga dan meitik beratkan pada proses interpesonal.
Tetapi keluarga merupakan intervensi spesifik dengan tujuan membina komunikasi secara
terbuka dan interaksi keluarga secara sehat.

2. Tujuan
a) Menurunkan konflik kecemasan keluarga
b) Meningkatkan kesadaran keluarga terhadap kebutuhan masing-masing anggota
keluarga
c) Meningkatkan kemampuan penanganan terhadap krisis
d) Mengembangkan hubungan peran yang sesuai
e) Membantu keluarga menghadapi tekanan dari dalam maupun dari luar anggota
keluarga
f) Meningkatkan kesehatan jiwa keluarga sesuai dengan tingkat perkembangan anggota
keluarga

4
3. Perkembangan

Penelitian mengenai terapi keluarga dimulai pada tahun 1950-an oleh seorang
Antropologis bernama Gregory Bateson yang meneliti tentang pola komunikasi pada
keluarga pasien skizofrenia di Palo Alto, California.

Pada pertengahan 1970-an, masyarakat prefesional mulai menganggap serius


perspektif dan terapi keluarga. Sejalan dengan itu, buku-buku dan artikle-artikle
bermunculan, begitu juga program pelatihan terapi keluarga (Gale dan Long, 1996).
Munculnya buku-buku semipopuler sejak tahun 1968 hingga tahun 1992 memberikan
pandangan dan proses yang melekat pada kehidupan perkawinan dan pasangan yang
senantiasa berubah.

Perkembangan diri fokus pada individu, psikodinamik berdasarkan psikoterapi ke


fokus pada keluarga sebagai unit dari terapi, dikemukakan oleh Jones sebagai “Sceentific
Revoketion”.

Penggunaan terapi keluarga ini yaitu untuk mengerti perilaku manusia khususnya
disfungsi manusia. Berikut ini adalah asumsi yang digunakan sebagai pedoman ntuk
menggunakan pendekatan-pendekatan dalam praktek perawatan kesehatan.

 Keluarga merupakan unit sosial dasar dalam fungsi manusia


 Keluarga adalah fenomenasosial yang multikultural dan multidimensi
 Keluarga mempengaruhi seluruhnya sistem sosial baik pola perkembangan maupun
kelangsungan perilaku sosial

Sebagai satu sistem sosial dasar keluarga mempunyai fungsi utama untuk mentransfer
nilai budaya dan tradisi melalui generasinya. Perkembangan dan peningkatan sistem keluarga
melalui organisasi yang kompleks berlangsung melalui tahap-tahap perkembangan. Individu
juga berkembang melalui tahap-tahap perkembangan dan perjalanan ini umumnya terjadi
dalam konteks keluarga.

Keluarga mengalami transisi dalam peristiwa perkembangan seperti melahirkan,


meninggal, dan menikah. Kejadian ini menimbulkan perubahan pada anggota dan komposisi
dari sistem keluarga. Keluarga memproses dan mengembangkan kekuatan dan sumber
internal. Diantara sumber-sumber tersebut adalah kemampuan intuk beradaptasi dan berubah
dalam respon terhadap kebutuhan internal dan eksternal.

5
Perubahan dalam struktur dan proses keluarga menunjukkan perubahan dalam seluruh
anggota keluarganya. Perubahan dalam perilaku dan fungsi individu sebagai anggota
keluarga berpengaruh terhadap sistem keluarga dan seluruh anggota keluarga lainnya.
Keluarga sebagai sistem adalah lebih dari sejumlah fungsi dari tiap-tiap individu dari
anggotanya. Perubahan dalam struktur dan fungsi keluarga dapat difasilitasi melalui terapi
keluarga.

4. Kerangka Teoritis

Terapi keluarga adalah model terapi yang bertujuan mengubah pola interaksi keluarga
sehingga bisa membenahi masalah-masalah dalam keluarga (Gurman, Kniskern, & Pinsof,
1986).

Terapi keluarga muncul dari observasi bahwa masalah-masalah yang ada pada terapi
individual mempunyai konsekuensi dan konteks sosial. Contohnya, klien yang menunjukkan
peningkatan selama menjadi terapi individual, bisa terganggu lagi setelah kembali pada
keluarganya.

Terapi keluarga didasari pada teori sistem (Van Bertalanffy, 1968) yang terdiri dari 3
prinsip, yaitu :

 Kausalitas sirkular, artinya peristiwa berhubungan dan saling bergantung bukan


ditentukan dalam sebab satu arah – efek perhubungan.
 Ekologi, mengatakan bahwa sistem hanya dapat dimengerti sebagai pola integrasi,
tidak sebagai kumpulan dari bagian komponen. Dalam sistem keluarga, perubahan
perilaku alah satu anggota akan mempengaruhi yang lain.
 Subjektivitas yang artinya tidak ada pandangan yang objektif terhadap satu masalah,
tiap anggota keluarga mempunyai persepsi sendiri dari masalah keluarga.

Tujuan umum terapi keluarga adalah meningkatkan komunikasi karena keluarga


bermasalah sering percaya pada pemahaman tentag arti penting dari komunikasi (Patterson,
1982). Terapi keluarga bisa dibutuhkan ketika :

Krisis keluarga yang mempengaruhi seluruh anggota keluarga. Ketidakharmonisan


sesksual atau perkawinan. Konflik keluarga dalam hal norma dan keturunan.

6
Beberapa teori yang mendasari terapi keluarga :

a) Psychodinamic Family Therapy

Safir mengatakan bahwa ada hubungan antara psikopatologi individual dengan dinamika
keluarga. Contoh seseorang yang mempunyai harga diri rendah akan menapilkan “false self”
yang ditampilkan pada saat yang sama dia juga takut kecewa dan sullit mempercayai orang
lain termasuk pasangan hidupnya. Hal ini menyebabkan kesulitan yang serius dalam
perkawinannya.

Tujuan dari terapi keluarga yang berorientasi psikodinamika yaitu untuk menolong
anggota keluarga mencapai suatu pengertian tentang dirinya dan caranya beraksi satu sama
lain di dalam keluarga.

b) Behavioural Family Therapy

Terapi perilaku dalam keluarga diawali dengan mempelajari pola perilaku


keluarganya untuk menentukan keadaan yang menimbulkan masalah perilaku itu.
Berdasarkan analisis ini, terapist membuat rencana untuk merubah keadaan tersebut denga
cara intervensi langsung dalam keluarga. Tujuannya adalah meningkatkan perilaku yang
positif yang diinginkan dan menghilangkan periilaku negatif. Hal ini dilakukan dengan
mengatur keluarga sehingga perilaku yang diinginkan diperkuat dengan memberi reward.

c) Group Therapy Approaches

Terapi kelompok dapat diterapkan didalam keluarga. Tujuannya adalah menolong


anggota keluarga mendapatkan insight melalui proses interaksi didalam kelompok. Peranan
terpist adalah sebagai fasilitator dan kadang-kadang menginterpretasikan apa yang terjadi
pada anggota kelompok.

Terapi keluarga menggunakan teori komunikasi, proses komunikasi terjadi didalam


keluarga dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Komunikasi dan kognisi

Terapi ini menaruh perhatian untuk menolong keluarga dan menjelaskan arti komunikasi
yang diantara mereka. Terapist menyuruh anggota keluarga meneliti apa yang dimaksud oleh
anggota kleuarga yang lain saat menyatakan sesuatu. Terapist juga memperhatikan punktuasi

7
dari proses komunikasi tang terjadi pada keluarga dengan tujuan memperjelas kesalah
pengertian, juga diperhatiakan nonverbal yang digunakan.

b. Komunikasi dan kekuatan

Haley mengatakan bahwa bila seseorang mengkomunikasikan pesan pada orang lain
berarti dia sedang membuat siasat untuk menentukan hubungan. Contoh: orangtua
bertanggung jawab terhadap anak-anak dan dia punya hak untuk membatasi perilaku anak,
jika anak sudah besar dia punya hak sendiri untuk mengambil keputusan. Cara ini sering
ditemukan pada terapi struktural dimana tujuan proses, tetapi untuk merubah posisi dari
batasan sub sistem yang berbeda dalam keluarga.

c. Komunikasi dan perasaan

Virginia Safir orang yang banyak memberi penekanan komunikasi dan perasaan.
Dikatakan abhwa pasangan perkawaninan yang mempunyai kebutuhan emosional diharapkan
ditentukan dalam perkawinan jika kita menemukan keluhan emosional setiap orang maka
komunikasi perasaan ini sangat penting, artinya tujuan dari terapi ini adalah memperbaiki bila
terdapat ketidakpuasan.

d) Structural family therapy

Dikembangkan oleh Salvador Minuchin. Struktur keluarga yang terdiri dari susunan yang
mengatur transaksi diantara anggota keluarga. Fleksibilitas dari fungsi keluarga dan
kemampuannya untuk berubah. “The Family Resonance” pada anggota keluarga dapat saling
terkait atau saling merenggang. Konteks kehidupan keluarga ini merupakan supra sistem
yang terdiri dari keluarga besar, tetangga lingkungan kerja, lingkungan sekolah dari anggota
keluarga supra sistem bisa merupakan sumber stres atau sumber support dari lingkungan.

a. Tingkatan perkembangan keluarga

Cara keluarga memperlakukan gejala-gejala yang terdapat pada anggota keluarga yang
sakit. Terapist memulai terapi dengan cara bergabung dengan keluarga dan berpartisipasi
dalam transaksi, sehingga terapist dapat mengobservasi aspek tertentu dari fungsi keluarga
tersebut. Kemudian tentukan seberapa jauh gejala dari pasien atau masalah keluarga berkaitan
dengan fungsi keluarga (struktur keluarga). Jika berkaitan maka intervensi merubah struktur
diperlukan.

8
5. Indikasi

Indikasi terapi keluarga menurut Walrond Skinner adalah gejala yang timbul
merupakan ekspresi disfungsi dari sistem keluarga. Gejala yang timbul lebih menyebabkan
beberapa perubahan dalam hubungan anggota keluarganya dapat merupakan masalah secara
individual, kesulitan berpisah.

Terapi keluarga yang berorientasi psikomaktika menyatakan bahwa terapi keluarga


akan berguna pada keluarga, keluarga dapat fungsi yang didasari oleh paranoid skizoid,
hubungan yang “part object” kurangnya “ego goundaries” dan terlalu banyak memakai
denial projeksi, “severely disorganized family” dan keadaan sosial ekonomi yang sangat
buruk.

6. Teknik
a) Terapi keluarga berstruktur

Terapi keluarga berstruktur adalah suatu kerangka teori teknik pendektan individu dalam
konteks sosialnya.tujuannya adalah mengubah organisasi keluarga.

Teori keluarga berstruktur mempergunakan proses balik antara lingkungan dan orang
yang terlibat perubahan-perubahan yang ditimbulkan oleh seseorang terhadap sekitarnya dan
cara-cara dimana umpan balik terhadap perubahan tadi mempengaruhi tindakan selanjutnya.
Terapi keluarga mempergunakan teknik-teknik dan mengubah konteks orang-orang terdekat
sedemikian rupa sehingga posisi mereka berubah dengan mengubah hubungan antara
seseorang dengan konteks yang akrab tempat dia berfungsi, kita mengubah pengalaman
subjektifnya.

b) Terapi keluarga individu / perorangan

Pada terapi perorangan dialkukan pengungkapan pikiran dan perasan tentang


kehidupannya sekarang, dan orang-orang didalamnya. Riwayat perkembangan konfliknya
dengan orang tua dan saudara-saudaranya.

Bila akan dirujuk ke dalam terapi keluarga maka terapist akan mengeksporasi interaksi
individu dalam konteks hidup yang berarti. Dalam wawancara keluarga terapist megamati

9
bagaimana hubungan individu dengan anggota keluarga lainnya dukungan yang diberikan
oleh keluarganya.

c) Karakteristik
a) Mempertahankan keseimbangan, fleksible dan adaptif perubahan
terhadap transisi dalam hidup
b) Problem emosi merupakan bagian dari fungsi tiap individu
c) Hubungan antar keluarga yang erat dan hindari menjauhi masalah
d) Perbedaan antar anggoat keluarga mendorong untuk meningkatkan
pertumbuhan dan kreativitas individu.

d) Peran Perawat
a) Mendidik kembali dan mengorientasikan kembali seluruh anggota
keluarga
b) Memberikan dukungan kepada klien serta sistem yang mendukung klien
untuk mencapai tujuan dan usaha untuk berubah
c) Mengkoordinasi dan mengintegrsikan sumber pelayanan kesehatan
d) Memberi penyuluhan perawatan di rumah, psiko edukasi, dll
Aktifitas :
a) Komponen dikdaktik : memberikan informasi dan penkes tentang
gangguan jiwa, sistem kesehatan jiwa dan yankep
b) Komponen keterampilan : latihan komunikasi, asertif, menyelesaikan
konflik, mengatasi perilaku dan stres
c) Komponen emosi : memberikan kesempatan untuk emmvalidasi perasaan
dan bertukar pengalaman
d) Komponen proses keluarga fokus pada koping keluarga dan gejala sisa
terhadap keluarga
e) Komponen sosial : meningkatkan penggunaan dukungan jaringan
formal/informal untuk klien dan keluarga.

10
B. TERAPI LINGKUNGAN
1. Definisi

Terapi atau pengobatan merupakan cara proses penyembuhan suatu gangguan yang
disebabkan oleh sumber-sumber gangguan. Sumber–sumber yang bersifat terapeutik (dapat
memberikan penyembuhan) dapat berupa orang – orang lingkungan atau benda – benda dan
kegiatan-kegiatan yang membawa penyembuhan. Terapi lingkungan berasal dari bahasa
Prancis yang artinya perencanaan ilmiah dari lingkungan dengan tujuan yang bersifat
terapeutik atau kegiatan yang mendukung kesembuhan (Yosep, 2011).

Pengertian lainnya adalah tindakan dengan memanipulasi dan memodifikasi unsur


yang sudah ada pada lingkungan yang sangat berpengaruh positif pada fisik dan psikis
seseorang dan dapat mendukung proses penyembuhan pada pasien (Kusumawati &Hartono,
2011).

Terapi lingkungan adalah suatu tindakan penyembuhan pasien dengan gangguan jiwa
melalui manipulasi unsur yang ada di lingkungan dan berpengaruh terhadap penyembuhan
pasien ganguan jiwa (Yosep, 2011).

Terapi Lingkungan adalah tindakan penyembuhan pasien melalui manipulasi dan


modifikasi unsur-unsur yang ada pada lingkungan dan berpengaruh positif terhadap fisik dan
psikis individu serta mendukung proses penyembuhan (Kusumawati & Yudi, 2011).

2. Tujuan Terapi Lingkungan

Tujuan terapi lingkungan menurut Stuart ( 2007) adalah :

a. Meningkatkan pengalaman positif pasien khususnya yang mengalami


gangguan mental, dengan cara membantu individu dalam
mengembangkan harga diri
b. Meningkatkan kemampuan untuk berhubungan denagan orang lain
c. Menumbuhkan sikap percaya pada orang lain
d. Mempersiapkan diri kembali ke masyarakat,

Tujuan terapi lingkungan menurut Kusumawati &Hartono (2011) yaitu :


a. Membantu Individu untuk mengembangkan rasa harga diri.
b. Mengembangkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain

11
c. Membantu belajar mempercayai orang lain.
e. Mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat.

3. Karakteristik Terapi Lingkungan

Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka lingkungan harus bersifat terapeutik yaitu
mendorong terjadinya proses penyembuhan, lingkungan tersebut memiliki karakteristik
sebagai berikut, Yosep (2011):

a. Pasien merasa akrab dengan lingkungan yang diharapkannya


b. Pasien merasa senang / nyaman.dan tidak merawsa takut dengan lingkungannya
c. Kebutuhan-kebutuhan fisik pasien mudah dipenuh
d. Lingkungan rumah sakit/bangsal yang bersih
e. Lingkungan menciptakan rasa aman dari terjadinya luka akibat impuls-impuls pasien
f. Personal dari lingkungan rumah sakit/bangsal menghargai pasien sebagai individu
yang memiliki hak, kebutuhan dan pendapat serta menerima perilaku pasien sebagai
respon adanya stress.
g. Lingkungan yang dapat mengurangi pembatasan-pembatasan atau larangan dan
memberikan kesempatan kepada pasien untuk menentukan pilihannya dan
membentuk perilaku yang baru.

Nightingale (dalam Yosep, 2011) terapi lingkungan harus memilki karakteristik :

a. Memudahkan perhatian terhadap apa yang terjadi pada individu dan kelompok selama
24 jam.
b. Adanya proses pertukaran informasi.
c. Pasien merasakan keakraban dengan lingkungan.

4. Peran Perawat Dalam Terapi Lingkungan

Peran perawat dalam menyelenggarakan terapi lingkungan adalah sebagai berikut, Yosep
(2011) :

a. Pencipta lingkungan yang aman dan nyaman


1) perawat menciptakan dan mempertahankan iklim/suana yang akrab, menyenangkan,
saling menghargai di antara sesama perawat, petugas kesehatan, dan pasien.

12
2) Perawat yang menciptakan suasana yang aman dari benda-benda atau keadaan-
keadaan yang menimbulkan terjadinya kecelakaan/luka terhadap pasien atau perawat.
3) Menciptakan suasana yang nyaman, yaitu mengatur tatanan ruangan dimana
memungkinkan pasien betah, serta pasien dapat menjalankan tugas sehari – hari
sesuai dengan kebutuhannya.
4) Pasien diminta berpartisipasi melakukan kegiatan bagi dirinya sendiri dan orang lain
seperti yang biasa dilakukan di rumahnya. Misalnya membereskan kamar.

b. Penyelenggaraan proses sosialisasi


1) Membantu pasien belajar berinteraksi dengan orang lain, mempercayai orang lain
sehingga meningkatkan harga diri dan berguna bagi orang lain
2) Mendorong pasien untuk berkomunikasi tentang ide-ide, perasaan dan perilakunya
secara terbuka sesuai dengan aturan di dalam kegiatan-kegiatan tertentu
3) Melalui sosialisasi pasien belajar tentang kegiatan-kegiatan atau kemampuan yang
baru, dan dapat dilakukannya sesuai dengan kemampuan dan minatnya pada waktu
yang luang.

c. Sebagai teknis perawatan

Fungsi perawat adalah memberikan/memenuhi kebutuhan dari pasien, memberikan obat-


obatan yang telah ditetapkan, mengamati efek obat dan perilaku-perilaku yang menonjol /
menyimpang serta mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul dalam terapi tersebut.

d. Sebagai leader atau pengelola

Perawat harus mampu mengelola sehingga tercipta lingkungan terapeutik yang


mendukung penyembuhan dan memberikan dampak baik secara fisik maupun secara
psikologis kepada pasien

5. Konsep Dan Prinsip Terapi Lingkungan

Gundeson (dalam Yosep, 2011) mengatakan ada 5 variabel yaitu keamanan, dukungan,
validitas, struktur dan keterlibatan. Kemudian gunderson menambahka 2 variabel yaitu
komunikasi terbuka dan lingkungan fisik.

13
a. Keamanan

Keamanan meliputi lingkungan yang aman, makanan, tempat tinggal dan pelayanan
yang aman yang meliputi kunnci pintu,ruang isolasi dan pengikatan serta pelayanan yang di
beikan tidak menyakiti pasien.

b. Dukungan

Meliputi keterlibatan pasien,intervensi yang adekuat, memberi semangat, perhatian,


penghargaan, pendidikan, pengarahan dan teknik-teknik lain yang dapat meningkatkan harga
diri dan martabat pasien.

c. Validasi

Pelayanan yang diberikan tetap memperhatikan individualistic dan menghargai,


toleransi dan martabat pasien. Perawat memberi waktu pasien sendii,bicara empat mata dan
memperhatikan tanda dan gejala dengan komunikasi terbuka (Le-Cuyer,1992)

d. Struktur

Meliputi jadwal,peraturan,proses orientasi pasien baru, hubungan kerja staf-staf dan


staf-pasien,apat-rapat rutin dan apat kasus pasien.

e. Keterlibatan

Pasien dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, kegiatan, proses pengobatan.


Pasien diajarkan untuk bernegosiasi dan menyusun rencana.

f. Komunikasi terbuka

Tim kesehatan dan pasien saling memahami bahwa kejujuran, keterbukaan dan juga
selektif dalam memberikan informasi sehingga kerahasiaan dan privacy pasien tetap terjaga.

g. Lingkungan fisik

Lingkungan fisik harus mampu memberikan proses pemulihan, psikoterapi,


peningkatan harga dan nilai diri pasien, dan juga bisa meningkatkan interaksi pasien dengan
oang lain.

1) Lingkungan fisik meliputi :


a) Lingkungan Fisik Tetap

14
Mencakup struktur dari bentuk bangunan baik eksternal maupun internal. Bagian
eksternal meliputi struktur luar rumah sakit, yaitu lokasi dan letak gedung sesuai dengan
program pelayanan kesehatan jiwa, salah satunya kesehatan jiwa masyarakat. Berada di
tengah-tengah pemukiman penduduk atau masyarakat sekitarnya serta tidak diberi pagar
tinggi. Hal ini secara psikologis diharapkan dapat membantu memelihara hubungan
terapeutik pasien dengan masyarakat. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk tetap
mengakui keberadaan pasien serta menghindari kesan terisolasi. Bagian internal gedung
meliputi penataan struktur sesuai keadaan rumah tinggal yang dilengkapi ruang tamu, ruang
tidur, kamar mandi tertutup, WC, dan ryang makan. Masing-masing ruangan tersebut diberi
nama dengan tujuan untuk memberikan stimulasi pada pasien khususnya yang mengalami
gangguan.Setiap ruangan harus dilengkapi dengan jadwal kegiatan harian, jadwal terapi
aktivitas kelompok, jadwal kunjungan keluarga, dan jadwal kegiatan khusus misalnya rapat
ruangan.

b) Lingkungan Fisik Semi Tetap

Fasilitas-fasilitas berupa alat kerumahtanggaan meliputi lemari, kursi, meja, peralatan


dapur, peralatan makan, mandi, dsb. Semua perlengkapan diatur sedemikian rupa sehingga
memungkinkan pasien bebas berhubungan satu dengan yang lainnya serta menjaga privasi
pasien.

c) Lingkungan Fisik Tidak Tetap

Lebih ditekankan pada jarak hubungan interpersonal individu serta sangat dipengaruhi
oleh social budaya.

d) Lingkungan Psikososial.

Lingkungan yang kondusif yaitu fleksibel dan dinamis yang memungkinkan pasien
berhubungan dengan orang lain dan dapat mengambil keputusan serta toleransi terhadap
tekanan eksternal. Beberapa prinsip yang perlu diyakini petugas kesehatan dalam berinteraksi
dengan pasien:

(1) Tingkah laku dikomunikasikan dengan jelas untuk mempertahankan, mengubah


tingkah laku pasien.

(2) Penerimaan dan pemeliharaan tingkah laku pasien tergantung dari tingkah laku
partisipasi petugas kesehatan dan keterlibatan pasien dalam kegiatan belajar.

15
(3) Perubahan tingkah laku pasien tergantung pada perasaan pasien sebagai anggota
kelompok dan pasien dapat mengikuti atau mengisi kegiatan.

(4) Kegiatan sehari – hari mendorong pasien berinteraksi antar pasien.


Mempertahankan kontak dengan lingkungan misalnya adanya kalender harian dan adanya
papan nama dan tanda pengenal bagi petugas kesehatan.

6. Jenis-Jenis Kegiatan Terapi Lingkungan

Jenis terapi lingkungan menurut Yosep ( 2011) adalah sebagai berikut :

a. Terapi rekreasi

Yaitu terapi yang menggunakan kegiatan pada waktu luang, dengan tujuan pasien
dapat melakukan kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan serta mengembangkan
kemampuan hubungan sosial. Contohnya: berenang, main kartu, dan karambol.

b. Terapi kreasi seni

Perawat dalam terapi ini dapat sebagai leader atau bekerja sama denagn orang lain
yang ahli dalam bidangnya karena harus sesuai dengan bakat dan minat, serta memberikan
kesempatan pada pasien untuk menyalurkan/ mengekspresikan perasaannya. Contohnya:

1) Menari (dance therapy)

Suatu terapi yang menggunakan ekspresi non verbal dengan menggunakan gerakan
tubuh dimana mengkomunikasikan tentang perasaan – perasaan dan kebutuhan – kebutuhan.

2) Terapi musik

Terapi ini dilakukan melalui musik. Dengan musik memberikan kesempatan pada
pasien untuk mengespresikan perasaan – perasaanya seperti marah, sedih, kesepian.
Pelaksanaan terapi ini dapat dilakukan bersama (berkelompok) atau individual. Pasien yang
sedang sedih biasanya memilih musik yang sentimentil, sedangkan pasien yang gembira
memilih lagu yang gembira dan menuntut banyak gerak.

3) Terapi dengan menggambar dan melukis

16
Memberikan kesempatan pasien untuk mengekspresikan tentang apa yang terjadi
dengan dirinya. Dengan menggambar akan menurunkan ketegangan dan memusatkan pikiran
pada kegiatan.

4) Literatur (biblio therapy)

Terapi dengan membaca seperti novel, majalah dan buku-buku lain. Dimana pasien
diharapkan untuk mendiskusikan pendapatnya setelah membaca. Tujuannya adalah untuk
mengembangkan wawasan diri dan bagaimana mengekspresikan perasaan / pikiran dan
perilaku yang sesuai dengan norma - norma yang ada.

c. Pet therapy

Terapi ini bertujuan untuk menstimulasi respon pasien yang tidak mampu
mengadakan hubungan interaksi dengan orang-orang dan pasien biasanya merasa kesepian,
menyendiri, dan menggunakan objek binatang untuk bermain.

7. Terapi Lingkungan Sesuai Dengan Tingkatan Usia

Terapi lingkungan sesuai dengan tingkat usianya menurut Kusumawati & Hartono (2011)
yaitu :

a. Anak-Anak

Berfokus pada peningkatan perilaku yang bermakna, rasa percaya pada orang lain dan
berinteraksi dengan teman sebaya . anak-anak diajarkan terapi perilaku yaitu diajarkan bahwa
semua perilaku punya konsekuensinya. Bila perilaku baik akan menerima hadiah tetapi bila
tidak akan menerima hukuman.

b. Remaja

Pada masa ini masalah yang dihadapi bukan saja masalah perilaku tetapi juga masalah
pendidikan. Untuk itu mereka dilatih untuk belajar mengembangkan otonomi, kemampuan
beradaptasi dengan tekanan teman sebaya, bertanggung jawab dan memilih keterampilan
sekolah.

17
c. Dewasa

Masalah yang dihadapi bisa percobaan bunuh diri, penurunan kognitif dan sensorik,
fisik dan masalah kesehatan. Lingkungan harus mampu membuat pasien menerima
keadaannya, beadaptasi dan memecahkan masalahnya.

d. Pasien skizofrenia

Lingkungan yang dibutuhkan adalah yang memberi keamanan, terstruktur, memberi


dukungan, sosialisasi dengan orang-orang yang mengerti dia.

Penyebab terjadinya gangguan jiwa Yosep, (2011) yaitu :

a. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orang tua yang
tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tangguang jawab secara personal,
ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.

b. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi terjadinyan harga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian
tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktifitas yang menurun.

Tanda dan gejala gangguan jiwa, fitria (2009) yaitu :

 Mengkritik diri sendiri


 Perasaan tidak mampu
 Pandangan hidup yang pesimistis
 Tidak menerima pujian
 Penurunan produktivitas
 Penolakan terhadap kemampuan diri
 Kurang memperhatikan perawatan diri
 Berpakain tidak rapi
 Selera makan berkurang,
 Tidak berani menatap lawan bicara
 Lebih banyak menunduk
 Bicara lambat dengan nada suara melemah

18
19

Anda mungkin juga menyukai