Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
Disusun Oleh:
KELOMPOK 5
Rizal Reinaldi
2021-2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, kami bisa menyelesaikan makalah ini yang berjudul "Terapi Keluarga dan
Terapi Lingkungan" .
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Jiwa. Makalah ini menjelaskan mengenai konsep-konsep terapi keluarga dan terapi
lingkungan dalam mengatasi masalah resiko maupun gangguan jiwa.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Untuk itu, kami mohon kritik dan saran yang membangun agar kami menjadi
lebih baik lagi di masa mendatang.
Kelompok,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
A. Terapi Keluarga....................................................................................................... 2
B. Terapi Lingkungan .................................................................................................. 2
BAB IV PENUTUP....................................................................................................
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 11
B. Saran ...................................................................................................................... 11
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia tidak bisa dilepaskan dari lingkungan sehingga aspek lingkungan harus
mendapat perhatian khusus dalam kaitannya untuk menjaga dan memelihara kesehatan
manusia. Lingkungan dan situasi rumah sakit yang asing serta pengalaman perawatan
yang tidak menyenangkan akan memberi pengaruh yang besar terhadap kemampuan
adaptasi pasien dengan gangguan fisik dan gangguan mental. Ada kecenderungan
lingkungan rumah sakit menjadi stresor bagi pasien.
Menurut ICN, pada tahun 2020 nanti diseluruh dunia akan terjadi pergeseran
penyakit. Perubahan sosial ekonomi yang sangat cepat dan situasi sosial politik Indonesia
yang tidak menentu menyebabkan semakin tingginya angka pengangguran, kemiskinan,
dan kejahatan, situasi ini dapat meningkatkan angka kejadian krisis dan gangguan mental
dalam kehidupan manusia, pada saat ini terjadi peningkatan sekitar 20%.
Menurut Bloom, 60% faktor yang menentukan status kesehatan seseorang adalah
kondisi lingkungannya. Upaya terapi harus bersifat komprehensif, holistik, dan
multidisipliner. Klien dengan gangguan jiwa psikotik, mengalami penurunan daya nilai
realitas (reality testing ability). Klien tidak lagi mengenali tempat, waktu, dan orang-
orang di sekitarnya. Hal ini dapat mengakibatkan klien merasa asing dan menjadi
pencetus terjadinya ansietas pada klien. Untuk menanggulangi kendala ini, maka perlu
ada aktivitas yang member stimulus tersebut meliputi stimulus tentang realitas
lingkungan yaitu diri sendiri, orang lain, waktu, dan tempat.
Sebuah keluarga adalah sebuah sistem sosial yang alami, dimana seseorang
menyusun aturan, peran, struktur kekuasaan, bentuk komunikasi, cara mendiskusikan
pemecahan masalah sehingga dapat melaksanakan berbagai kegiatan dengan lebih
efektif. Dalam penjelasan yang lain dikatakan bahwa keluarga adalah suatu unit yang
berfungsi sesuai atau tidak sesuai menurut tingkat persepsi peran dan interaksi di antara
kinerja peran dari macam-macam anggota keluarga
Masalah gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan yang seringkali
memberikan dampak tidak hanya kepada keluarga tapi juga bagi masyarakat.
Permasalahan ini disebabkan oleh masalah social ekonomi, ketatnya persaingan hidup
dan masalah psikologis yang berasal dari keluarga. Keluarga merupakan sumber utama
konsep sehat sakit dan perilaku sehat dan berpengaruh besar terhadap kesehatan fisik
maupun mental anggotanya. Selain itu keluarga cenderung terlibat dalam pengambilan
keputusan dan proses terapi pada setiap tahap sehat dan sakit anggota keluarga dari
keadaan sejahtera hingga tahap diagnosis, terapi dan tahap pemulihan (Campbell, 2000).
Ungkapan lain juga dikemukakan oleh Friedmen (2010) bahwa kesehatan keluarga baik
fisik maupun mental saling ketergantungan dan saling mempengaruhi, kesehatan fisik
maupun kesehatan mental anggota keluarga dapat dipengaruhi oleh kesehatan yang ada
dalam anggota.
Kesehatan fisik dan mental tidak dapat dipisahkan karena saling mempengaruhi.
Kesehatan mental, keluarga, merupakan sebuah interaksi yang menunjukkan keadaan
dimana terjadi proses internal atau dinamika, seperti hubungan interpersonal keluarga
yang berfokus pada sub sistem keluarga dan hubungan antar keluarga (Friedmen, 1998
dalam Keliat, 2011).
1) Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menganalisa konsep dan teori terapi keluarga dan lingkungan.
2) Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menggunakan konsep keluarga dan terapi lingkungan
b. Mahasiswa mampu memahami jenis terapi keluarga dan terapi lingkungan yang
dapat digunakan
c. Mahasiswa menggunakan terapi tersebut melibatkan keluarga dan lingkungan
dalam mengatasi masalah klien dengan resiko dan gangguan jiwa.
BAB II
KONSEP TEORI
A. Terapi Keluarga
1. Pengertian
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga
dimana setiap anggota keluarga memiliki peran dan fungsi sebagai terapis. Terapi ini
bertujuan agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya dalam merawat klien
dengan gangguan jiwa. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang
mengalami disfungsi; yaitu keluarga yang tidak mampu melaksanakan fungsi-fungsi
yang dituntut oleh anggotanya. Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang
dirasakan diidentifikasi selanjutnya setiap anggota keluarga mengidentifikasi
penyebab masalah tersebut dan kontribusi setiap anggota keluarga terhadap
munculnya masalah untuk kemudian mencari solusi untuk mempertahankan keutuhan
keluarga dan meningkatkan atau mengembalikan fungsi keluarga seperti yang
seharusnya.
2. Ciri Sistem Keluarga Fungsional
Ciri sistem keluarga yang fungsional antara lain sebagai berikut (Gladding, 2002):
a. Mempertahankan keseimbangan, fleksibilitas, dan adaptif terhadap perubahan
tahap transisi yang terjadi dalam hidup
b. Masing-masing anggota keluarga menyadari bahwa masalah emosi merupakan
bagian dari fungsi setiap individu
c. Setiap anggota keluarga mampu mempertahankan kontak emosi pada setiap
generasi.
d. Menjalin hubungan erat antaranggota keluarga dan menghindari menjauhi
masalah.
e. Menggunakan perbedaan antaranggota keluarga yang ada sebagai motivasi untuk
meningkatkan pertumbuhan dan kreativitas individu.
f. Antara orang dan anak terbentuk hubungan yang terbuka dan bersahabat
3. Ciri Disfungsi Keluarga
Ciri Disfungsional Keluarga Ciri keluarga yang disfungsional adalah sebagai berikut
(Gladding, 2002).
a. Tidak memiliki satu atau lebih fungsi keluarga di atas.
b. Ketidakseimbangan pola asuh seperti ibu yang terlalu melindungi atau sebaliknya.
c. Orang tua super atau pasif.
d. Pasangan yang tidak harmonis.
4. Proses Terapi Keluarga
Proses terapi keluarga terdiri dari tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase 2
(kerja), fase 3 (terminasi). Di fase pertama perawat dan klien mengembangkan
hubungan saling percaya, isu-isu keluarga diidentifikasi, dan tujuan terapi ditetapkan
bersama. Kegiatan di fase kedua atau fase kerja adalah keluarga dengan dibantu oleh
perawat sebagai terapis berusaha mengubah pola interaksi antar anggota keluarga,
meningkatkan kompetensi masing-masing anggota keluarga, dan mengeksplorasi
batasan-batasan dalam keluarga serta peraturan-peraturan yang selama ini ada. Terapi
keluarga diakhiri di fase terminasi di mana keluarga mampu memecahkan masalah
yang dialami dengan mengatasi berbagai isu yang timbul. Keluarga juga diharapkan
dapat mempertahankan perawatan yang berkesinambungan
5. Aplikasi Terapi Keluarga
a. Pengkajian
Dilakukan pengkajian keluarga secara menyeluruh terutama pola
komunikasi dalam keluarga, hubungan interpersonal antaranggota keluarga,
sistem pendukung yang tersedia, mekanisme koping keluarga, dan persepsi
keluarga terhadap masalah.
b. Diagnosis
Diagnosis yang umum dan sering adalah konflik (gangguan hubungan
interpersonal anak dan keluarga) berhubungan dengan koping keluarga tidak
efektif.
c. Tujuan Jangka Panjang
Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai adalah mengacu pada problem
atau masalah yaitu konflik menurun atau dapat diatasi dan hubungan interpersonal
anak dan keluarga dapat ditingkatkan.
d. Tujuan Jangka Pendek
Tujuan jangka pendek yang ingin dicapai mengacu pada etiologi, yaitu
koping keluarga efektif.
e. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan yang direncanakan dapat berupa hal sebagai
berikut.
1) Memanipulasi lingkungan.
2) Sistem pendukung.
3) Pendekatan umum untuk semua anggota keluarga.
4) Pendekatan individu, meliputi:
a) teknik aberasi yaitu menurunkan stres dengan ekspresi perasaan,
b) penggunaan penguatan,
c) penggunaan teknik klarifikasi, dan lain-lain
6. Manfaat Terapi Keluarga
a. Pasien
1) Mempercepat proses penyembuhan pasien yang berdampak positif bagi
dinamika keluarga.
2) Memperbaiki hubungan interpersonal.
3) Menurunkan angka kekambuhan.
b. Keluarga
1) Memperbaiki fungsi dan struktur keluarga.
2) Keluarga mampu meningkatkan pengertian terhadap pasien sehingga lebih
dapat menerima, lebih bertoleransi, dan lebih menghargai pasien sebagai
manusia
3) Keluarga dapat meningkatkan kemampuan dalam membantu pasien dalam
proses rehabilitasi.
7. Family Psycho Education (FPE)
Family Psychoeducation therapy adalah salah satu elemen program perawatan
kesehatan jiwa keluarga dengan cara pemberian informasi dan edukasi melalui
komunikasi yang terapeutik. Program psikoedukasi merupakan pendekatan yang
bersifat edukasi dan pragmatik (Stuart & Laraia, 2005). Carson (2000) mengatakan
bahwa, psikoedukasi merupakan alat terapi keluarga yang makin popular sebagai
suatu strategi untuk menurunkan faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan
perkembangan gejala-gejala perilaku.
Jadi pada prinsipnya psikoedukasi dapat membantu anggota keluarga dalam
meningkatkan pengetahuan tentang penyakit melalui pemberian informasi dan
edukasi yang dapat mendukung pengobatan dan rehabilitasi pasien dan meningkatkan
dukungan bagi anggota keluarga itu sendiri.
Psikoedukasi keluarga merupakan sebuah metode yang berdasarkan pada
penemuan klinik untuk pelatihan keluarga yang bekerjasama dengan tenaga
keperawatan jiwa profesional sebagai bagian dari keseluruhan intervensi klinik untuk
anggota keluarga yang mengalami gangguan.
Terapi ini menunjukkan adanya peningkatan outcomes pada klien dengan
schizofrenia dan gangguan jiwa berat lainnya ( Levine, 2002). Target dari terapi
family psychoeducation adalah mengurangi tanda dan gejala yang dapat mengancam
kesejahteraan keluarga pada keluarga yang gagal menjalankan fungsinya.
B. Terapi Lingkungan
1. Pengertian
Lingkungan telah didefinisikan dengan berbagai pandangan, lingkungan
merujuk pada keadaan fisik, psikologis, dan social diluar batas system, atau
masyarakat dimana system itu berada (Murray Z., 1985).
Terapi lingkungan (Milieu Therapy) berasal dari bahasa Perancis yang berarti
perencanaan ilmiah dari lingkungan untuk tujuan yang bersifat terapeutik atau
mendukung kesembuhan. Pengertian lainnya adalah tindakan penyembuhan pasien
melalui manipulasi dan modifikasi unsur-unsur yang ada pada lingkungan dan
berpengaruh positif terhadap fisik dan psikis individu serta mendukung proses
penyembuhan.
Terapi lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan kita, yang
diciptakan untuk pengobatan termasuk fisik dan sosial. Suatu manipulasi ilmiah pada
lingkungan yang bertujuan untuk menghasilkan perubahan pada perilaku pasien dan
untuk mngembangkan keterampilan emosional dan sosial. (Stuart Sundeen, 1991).
Dalam pelaksanaannya harus melibatkan team work yang terdiri dari berbagai
ahli di bidangnya masing-masing dengan tujuan mengoptimalkan proses
penyembuhan pasien. Tim tersebut terdiri dari dokter ahli jiwa, psikolog, perawat
jiwa, ahli sanitasi lingkungan, sosial worker, dan petugas kesehatan lainnya. Dimana
dalam pelaksanaannya berupa planning duduk bersama berdasarkan disiplin ilmunya
masing-masing untuk mencapai tujuan dari terapi lingkungan.
4. Bentuk Lingkungan
a. Lingkungan Fisik
1) Aspek terapi lingkungan meliputi semua gambaran yang konkrit yang
merupakan bagian eksternal kehidupan rumah sakit. Setting-nya meliputi :
a) Bentuk dan struktur bangunan.
b) Pola interaksi antara masyarakat dengan rumah sakit.
2) Tiga aspek yang mempengaruhi terwujudnya lingkungan fisik terapeutik:
a) Lingkungan fisik yang tetap.
Mencakup struktur dari bentuk bangunan baik eksternal maupun
internal. Bagian eksternal meliputi struktur luar rumah sakit, yaitu lokasi
dan letak gedung sesuai dengan program pelayanan kesehatan jiwa, salah
satunya kesehatan jiwa masyarakat. Berada di tengah-tengah pemukiman
penduduk atau masyarakat sekitarnya serta tidak diberi pagar tinggi. Hal
ini secara psikologis diharapkan dapat membantu memelihara hubungan
terapeutik pasien dengan masyarakat. Memberikan kesempatan pada
keluarga untuk tetap mengakui keberadaan pasien serta menghindari kesan
terisolasi.
Bagian internal gedung meliputi penataan struktur sesuai keadaan
rumah tinggal yang dilengkapi ruang tamu, ruang tidur, kamar mandi
tertutup, WC, dan ruang makan. Masingmasing ruangan tersebut diberi
nama dengan tujuan untuk memberikan stimulasi pada pasien khususnya
yang mengalami gangguan mental, merangsang memori dan mencegah
disorientasi ruangan.
Setiap ruangan harus dilengkapi dengan jadwal kegiatan harian, jadwal
terapi aktivitas kelompok, jadwal kunjungan keluarga, dan jadwal kegiatan
khusus misalnya rapat ruangan.
b) Lingkungan fisik semi tetap.
Fasilitas-fasilitas berupa alat kerumahtanggaan meliputi lemari, kursi,
meja, peralatan dapur, peralatan makan, mandi, dsb. Semua perlengkapan
diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan pasien bebas
berhubungan satu dengan yang lainnya serta menjaga privasi pasien.
c) Lingkungan fisik tidak tetap.
Lebih ditekankan pada jarak hubungan interpersonal individu serta
sangat dipengaruhi oleh sosial budaya.
b. Lingkungan Psikososial
Lingkungan yang kondusif yaitu fleksibel dan dinamis yang memungkinkan
pasien berhubungan dengan orang lain dan dapat mengambil keputusan serta
toleransi terhadap tekanan eksternal. Beberapa prinsip yang perlu diyakini petugas
kesehatan dalam berinteraksi dengan pasien:
1) Tingkah laku dikomunikasikan dengan jelas untuk mempertahankan,
mengubah tingkah laku pasien.
2) Penerimaan dan pemeliharaan tingkah laku pasien tergantung dari tingkah
laku partisipasi petugas kesehatan dan keterlibatan pasien dalam kegiatan
belajar.
3) Perubahan tingkah laku pasien tergantung pada perasaan pasien sebagai
anggota kelompok dan pasien dapat mengikuti atau mengisi kegiatan.
4) Kegiatan sehari-hari mendorong interaksi antara pasien.
5) Mempertahankan kontak dengan lingkungan misalnya adanya kalender harian
dan adanya papan nama dan tanda pengenal bagi petugas kesehatan.
PENERAPAN TERAPI
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yang menimbulkan harga diri rendah antara lain:
1) Riwayat trauma seperti adanya penganiayaan seksual dan pengalaman
psikologis yang tidak menyenangkan, menyaksikan peristiwa yang
mengancam kehidupan, menjadi pelaku, korban maupun saksi dari perilaku
kekerasan.
2) Ketegangan peran: Ketegangan peran dapat disebabkan karena
a) Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan seperti transisi dari masa kanak-kanak ke remaja.
b) Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c) Transisi peran sehat-sakit: merupakan akibat pergeseran dari kondisi sehat
kesakit. Transisi ini dapat dicetuskan antara lain karena
kehilangansebahagian anggota tuhuh, perubahan ukuran, bentuk,
penampilan atau fungsi tubuh.Atau perubahan fisik yang berhubungan
dengan tumbuh kembang normal, prosedur medis dan keperawatan.
B. PROSES KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH
1. Pengkajian Harga Diri Rendah
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada pasiendan
keluarga(pelaku rawat). Tanda dan gejala harga diri rendah dapat ditemukan melalui
wawancara dengan pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana penilaian Anda tentang diri sendiri?
b. Coba ceritakan apakah penilaian Anda terhadap diri sendiri mempengaruhi
hubungan Anda dengan orang lain?
c. Apa yang menjadi harapan Anda?
d. Apa saja harapan yang telah Anda capai?
e. Apa saja harapan yang belum berhasil Anda capai?
f. Apa upaya yang Anda lakukan untuk mencapai harapan yang belum terpenuhi?
2. Tanda dan Gejala
Ungkapan negatif tentang diri sendiri merupakan salah satu tanda dan gejala
harga diri rendah. Selain itu tanda dan gejala harga diri rendah didapatkan dari data
subyektif dan obyektif, seperti tertera dibawah ini
Data Subjektif:Pasienmengungkapkan tentang:
a. Hal negatif diri sendiri atau orang lain
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Penolakan terhadap kemampuan diri
e. Mengevaluasi diri tidak mampu mengatasi situasi
Data Objektif:
a. Penurunan produktivitas
b. Tidak berani menatap lawan bicara
c. Lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi
d. Bicara lambat dengan nada suara lemah
e. Bimbang, perilaku yang non asertif
f. Mengekspresikan tidak berdaya dan tidak berguna
Menurut CMHN (2006), tanda dan gejala harga diri yang rendah adalah:
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Penurunan produktifitas
e. Penolakan terhadap kemampuan diri
f. Kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapih, selera makan
kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara
lambat dengan nada suara lemah.
5. Pohon masalah
Berdasarkan hasil pengkajian dapat dibuat pohon masalah sebagai berikut:
Gambar 5.2
6. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan gambar 5.2 diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut: gangguan
Konsep Diri: Harga diri rendahmerupakan core problem (masalah utama). Apabila
harga diri rendah pasien tidak diintervensi akan mengakibatkan isolasi sosial.
Penyebab harga diri rendah pasien dikarenakan pasien memiliki mekanisme koping
yang inefektif dan dapat pula dikarenakan mekanisme koping keluarga yang inefektif.
Tindakan Keperawatan:
2) Tindakan Keperawatan:
a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat klien
b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya harga diri
rendah dan mengambil keputusan merawat klien
c) Melatih keluarga cara merawat harga diri rendah
d) Membimbing keluarga merawat harga diri rendah
e) Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang
mendukung meningkatkan harga diri klien
f) Mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan
segera ke fasilitas pelayanan kesehatan
g) Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan diharapkan mampu memberikan
perawatan atau terapi spesialis sebagi seorang perawat spesialis jiwa pada klien yang
mangalami ansietas ataupun pada keluarga yang mengalami ansietas karena kondisi atau
masalah fisik pada anggota keluarganya. Pemberian terapi spesialis pada klien ataupun
anggota keluarga memberikan dampak yang sangat besar bagi kesembuhan klien
terhadap penyakit fisiknya. Terapi yang diberikan adalah Psikoedukasi keluarga salah
satu elemen program perawatan kesehatan jiwa keluarga dengan cara pemberian
informasi, edukasi melalui komunikasi yang terapeutik.
Terapi lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada di lingkungan kita, yang
diciptakan untuk pengobatan termasuk fisik dan sosial. Suatu manipulasi ilmiah pada
lingkungan yang bertujuan untuk menghasilkan perubahan pada perilaku pasien dan
untuk mengembangkan keterampilan emosional dan sosial. Komponen yang harus
diperhatikan dalam terapi lingkungan adalah fisik, intelektual, sosial, emosional dan
spiritual.
B. Saran
Sebagai seorang perawat harus dapat menilai diri tentang kesadaran diri, kekuatan dan
kemampuan dalam hal pengetahuan dan kebudayaan. Karena itu sangat penting membantu untuk
bertoleransi terhadap perilaku-perilaku yang ditujukan oleh pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Nihati, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika