Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

TERAPI KELUARGA PADA USIA PETENGAHAN


diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga

Dosen Pembimbing : Hj. Ns. Jajuk kusumawaty, S.kep., M.kep.

Disusun oleh :
Erna Daniaty
Fany Haifa Latifah
Gungun Ulvi Andeni
Intan Putri Nurlela
Lusy Rizki
Widia
Yuni Kurnia Putri

III B

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

(STIKes) MUHAMMADIYAH CIAMIS

TAHUN AKADEMIK 2018

Jalan K.H. Ahmad Dahlan NO. 20 TLP. 0265-773052


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada ibu
dosen pembimbing yang telah membimbing pengerjaan makalah ini.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Selain itu, kami juga memohon maaf jika dalam pengerjaan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Karena keterbasan pengetahuan maupun
pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Ciamis, 02 Mei 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Terapi Keluarga..............................................................3
2.2 Tujuan Terapi Keluarga....................................................................3
2.3 Bentuk-Bentuk Terapi Keluarga.......................................................4
2.4 Jenis-Jenis Terapi Keluarga..............................................................5
2.5 Proses dan Tahapan Keluarga.........................................................10
2.5 Implementasi Terapi Keluarga terhadap Usia Pertengahan...........13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................................................................18
3.2 Saran...............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Terapi keluarga adalah sesungguhya bagian dari cabang ilmu
konseling yang relatif baru. Dia muncul di sekitar tahun 1950-an, sebagai
suatu reaksi/koreksi atas psikoanalisa yang ditemukan oleh Sigmund
Freud. Psikoanalisa dianggap sebagai sesuatu yang ‘gagal’ oleh para
pionir terapi keluarga, sekalipun banyak dari mereka terlatih di bidang
psikoanalisa.Dalam psikoanalisa, klien harus dikonseling sendirian.
Kehadiran orang lain akan mengganggu proses penyembuhan.
Para pionir terapi keluarga melihat ini sebagai suatu kelemahan
(terutama juga karena pengaruh sistem berpikir, yang melihat individu
sebagai bagian dari suatu sistem yang namanya keluarga). Para pionir ini,
terutama Virginia Satir, mencoba menghadirkan anggota keluarga lain
dalam proses konseling, dengan keyakinan bahwa klien yang sedang
dikonseling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh anggota keluarga lain.
Jadi dalam terapi keluarga, yang hadir tidak hanya individu yang
dianggap bermasalah, tetapi juga anggota keluarga yang lain (yang
mungkin menganggap dirinya tidak punya masalah)
Sekalipun terapi keluarga diawali dengan kesamaan pola pandang tadi,
dalam perkembangannya muncul berbagai aliran dalam terapi keluarga.
Berikut ini contoh dari beberapa model yang ada seperti Family
Systems Therapy oleh Murray Bowen. Bowen percaya bahwa keluarga
mempunyai pengaruh sangat besar (lebih dari yang kita ketahui) terhadap
hidup kita. Setiap kali kita masuk dalam suatu hubungan, pola-pola lama
yang ada dalam keluarga kita mempengaruhi kita. Apalagi kalau kita
mempunyai unfinished business dalam hubungan di keluarga kita.
Oleh karena itu, salah satu alat terapi Bowen adalah peta keluarga
(genogram) 3 generasi. Structural Family Therapy oleh Salvador
Minuchin. Sesuai dengan namanya, model ini melihat kepada struktur

1
keluarga. Untuk mengubah masalah, struktur keluarga harus diperbaiki.
Model ini sangat populer di tahun 1970-an.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian terapi keluarga ?
2. Apa Tujuan terapi keluarga ?
3. Apa saja Bentuk-Bentuk terapi keluarga ?
4. Apa saja Jenis-Jenis terapi keluarga ?
5. Bagaimana Proses Dan Tahapan terapi keluarga ?
6. Bagaimana Implementasi Keluarga Terhadap Usia Pertengahan?

1.3. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian terapi keluarga
2. Untuk Mengetahui Tujuan terapi keluarga
3. Untuk Mengetahui Bentuk-Bentuk terapi keluarga
4. Untuk Mengetahui Jenis-Jenis terapi keluarga
5. Untuk Mengetahui Proses Dan Tahapan terapi keluarga
6. Untuk Mengetahui Impelementasi Terapi Keluarga Terhadap Usia
pertengahan

2
3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Terapi Keluarga


Keluarga adalah suatu kelompok individu yang terkait oleh ikatan
perkawinan atau darah.secara khusus mencangkup seorang ayah, ibu dan
anak.sedangkan therapy (terapi) adalah suatu perlakuan atau pengobatan
yang ditunjukan pada penyembuhan suatu kondisi patologis.
Menurut Kartini Kartono dan Gulodalam kasus psikologi family
therapy (terapi keluarga) adalah :
“suatu bentuk terapi kelompok dimana masalah pokoknya
adalahhubunganantar pasen dengan anggota – anggota keluarganya. Oleh
sebab itu anggota keluarga dilibatkan dalam usaha penyembuhan.”
Terapi keluarga adalah model terapi yang bertujuanmerubah pola
interaksi keluarga sehingga dapat membenahi masalah – masalah dalam
keluarga. Terapi keluarga muncul dari observasi bahwa masalah – masalah
yang ada pada terapi individual mempunyai konsekuensi dan konteks
sosial.
Komunikasidalamkeluargamenjadilebihbaiksaatmasing-
masinganggotakeluargadapatmengemukakanketidaksukaandankeinginanny
akepadaanggotakeluarga yang lainkemudianmencarisolusibersama.
Keterbukaandalamkeluargasangatberperandalampengembangansosialdank
eterampilankopingpadaremaja (Horigan, Suarez-Morales, Robbins, Zarate,
Mayorga, Mitrani, &Szapocznik, 2005).

2.2. Tujuan Terapi Keluarga


Menurut Glick dan Kessler tujuan umum trapi keluarga adalah :
a. Mempasilitasi komunikasi pikiran dan perasaan anggota keluarga.
b. Mengganti gangguan, ketidak fleksibelan peran dan kondisi.
c. Memberi pelayanan sebagai model dan pendidikan peran tertentu yang
di tunjukan kepada anggota lainnya.Jadi tujuan terapi keluarga adalah

3
membantu konseli untuk mengubah struktur keluarga dengan cara
menyusun kembali kerukunan dan kesatuan. Sehingga dapat
menyelesaikan perpecahan yang terjadi dalam keluarga dan juga
mewadahi atau memfasilitasi komunikasi pikiran dan perasaan antara
anggota keluarga.

Tujuanumumterapikeluargaadalahmeningkatkankomunikasikarenakeluarg
ayangbermasalahseringkalipercayapadapemahamantentangartipentingdari
komunikasi (Triyanto et al ., 2014)

2.3. Bentuk-BentukTerapiKeluarga
Kecenderunganpelaksanaankonselingkeluargaadalahsebagaiberikut:
Memandangkliensebagaipribadidalamkontekssistemkeluarga.Klienm
erupakanbagiandari system keluarga, sehinggamasalah yang
dialamidanpemecahanyatidakdapatmengesampingkanperankeluarga.
Berfokuspadasaatini, yaituapa yang diatasidalam family therapy
adalahmasalah-masalah yang dihadapiklienpadakehidupansaatini,
buakankehidupan yang masalampaunya. Olehkarenaitu, masalah yang
diselesaikanbukanpertumbuhan personal yang bersifatjangkapanjang.
Dalamkaitanyadenganbentuknya, family therapy
dikembangkandalamberbagaibentuksebagaipengembangandarikonselingke
lompok. Bentukterapikeluargaterdiridari ayah, ibu,
dananaksebagaibentukkonvensionalnya.
Bentuk family therapy disesuaikandengankeperluanya,
namunbanyakahli yang menganjurkan agar
anggotakeluargadapatikutsertadalamkonseling.
Perubahanpadasistemkeluargadapatdenganmudahdiubahjikaseluruhanggot
akeluargaterlibatdalamkonseling.
Karenamerekatidakhanyaberbicaratentangkeluarganyatetapiterlibatdalamp
enyusunanrencana(Yunitasari, 2018)

4
2.4. Jenis-JenisTerapiKeluarga
a. Terapi Keluarga “Bowenian” atau Transgenerasional
Menurut pendekatan ini, keluarga dilihat sebagai sebuah unit yang
saling tergantung secara emosional, dengan pola-pola perilaku yang
terbentuk seiring perjalanan waktu dan sering kali diulangi kembali dari
generasi ke generasi. Keluarga menciptakan iklim emosional dan pola
perilaku yang akan diduplikat oleh anggota-anggotanya dalam hubungan-
hubungan di luar setting keluarga.
Tujuan utama tipe intervensi ini adalah: (a) mengurangi tingkat
kecemasan keluarga secara keseluruhan, sehingga memungkinkan
anggota-anggotanya untuk berfungsi secara independen dan mengubah
perilaku-perilaku bermasalahnya, (b) mengingkatkan tingkat diferensiasi
dasar masing-masing anggota dari kebersamaan emosional keluarga,
proses yang memungkinkan anggota-anggotanya untuk memberikan
respons terhadap berbagai situasi emosional secara lebih efektif. Refleksi
diri tentang keluarganya sendiri merupakan hal yang berguna bagi terapis
keluarga.(Viatrie, 2015)
Teknik-teknik yang digunakan dalam terapi tipe ini adalah:
1. Klien berbicara dengan terapis, bukan dengan sesama anggota
keluarga. Iniuntuk  menjaga agar reaktivitasemosionaltetaprendah.
2. Genograms merupakan peta yang merepresentasikan paling tidak tiga
generasi dalam keluarga.
3. Detriangulating yaitu tetap bersikap objektif dan tidak memihak.
b. Terapi Keluarga Komunikasi dan Satir
Ciri khas pendekatan ini adalah kenaikan self-esteem anggota
keluarga sebagai sarana untuk mengubah sistem interpersonal keluarga.
Pendekatan ini mengasumsikan keberadaan keterkaitan antara self-esteem
dan komunikasi, di mana kualitas yang satu mempengaruhi kualitas yang
lainnya.Tujuan dari pendekatan ini adalah meningkatkan kematangan
keluarga. Tugasterapisdalamterapiinisebagaiberikut:

5
a. Memfasilitasi penciptaan harapan dalam keluarga.
b. Memperkuatketerampilan coping padaanggotakeluargadan proses-
proses coping dalamkeluargaitu.
c. Memberdayakansetiapindividudalamkeluargaitu agar
dapatmenentukanpilihandanbertanggungjawabterhadappilihan yang
diambilnya.
d. Memperbaiki kesehatan masing-masing anggota keluarga dan kesehatan
dalam sistem keluarga itu.
Teknik-teknik yang digunakan dalam pendekatan ini adalah:
a. Kronologi fakta kehidupan keluarga, riwayat keluarga holistik.
b. Metaphor, yaitudiskusitentangsebuah ide denganmenggunakananalogi.
c. Drama. Para anggota keluarga memainkan adegan-adegan yang diambil
dari kehidupan mereka.
c. Terapi Keluarga Eksperiensial
Pendekatan ini menekankan pada pentingnya mengalami dan
mengekspresikan emosi here-and-now. Tipe terapi ini cenderung
menekankan pada promosi proses pertumbuhan alamiah dalam keluarga,
sambil sekaligus memberikan perhatian pada perebutan tipikal antara
otonomi dan interpersonal belonging yang terjadi dalam keluarga. Terapi
jenis ini membantu para anggota keluarga untuk meningkatkan rasa
memiliki keluarga, sambil meningkatkan kemampuan keluarga itu untuk
memberikan kebebasan sebagai individu kepada setiap anggotanya.
Terapi ini akan sukses jika dapat mencapai sejumlah tujuan yang
satu sama lain saling berkaitan. Teknik-teknik yang
digunakandalamterapiini, yaitu:
a.       Bergabung, yaitu klinisi menjalin hubungan dengan seluruh anggota
keluarga.
b.      Pekerjaan rumah. Para anggota keluarga tidak akan membicarakan
tentang terapi di sela-sela sesi.
c.       Penggunaan self. Klinisi berhubungan dengan dirinya sendiri dan
berbagi dengan keluarga itu.

6
d. Terapi Keluarga Milan
Terapi keluarga Milan melihat bahwa manusia terlibat dalam
interaksi-interaksi resiprokal yang mengakibatkan evolusi berkelanjutan
dalam keluarga. Konsekuensinya, masalah yang tampak dianggap
merupakan fungsi keluarga dan bukan sebagai gejala-gejala patologis yang
melekat pada individu tertentu. Biasanya klinisi membantu keluarga
menemukan aturan permainan keluarga itu dan memberdayakan mereka
untuk mengubah aturan itu untuk memperbaiki hasilnya. Terapis berupaya
untuk tetap bersikap netral dan memfasilitasi prosesnya dan bukan
menjadi ikut terorganisasi ke dalam sistem keluarga itu. Teknik-teknik
yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Circular questioning,
yaitumemungkinkanakseskepersepsi/reaksianggota-anggotakeluarga.
b. Prescriptions, yaitu instruksi-instruksi paradoksal untuk menangani
gejala.
c. Hipotesis, terapismengusung ide-ide terdidikdalamsesi.
e. Terapi Keluarga Konstruktivis atau Naratif
Fokus dari pendekatan ini adalah perkembangan makna atau cerita
tentang kehidupan orang dan peran yang dimainkan orang dalam
kehidupannya. Cerita-cerita ini menjadi fokus intervensi. Pengubahan
proses-proses evaluasi dan pemaknaan yang dilakukan oleh seluruh
anggota sistem itu, dan sistem itu sendiri, guna memperbaiki fungsi unit
keluarga itu secara keseluruhan dan mengurangi kepedihan dan
penderitaan. Teknik-teknik yang digunakan dalam pendekatan ini adalah:
a. Dekonstruksi, yaitu mengurangi riwayat permasalahan.
b. Rekonstruksi/re-authoring, yaitu proses pengembangan kisah keluarga
yang baru.
c. Tim yang melakukan refleksi. Sekelompok professional pengamat
mendiskusikan tentang keluarga itu.

7
f. TerapiKeluargaBerfokus-Solusi
Asumsi : Perubahan merupakan sesuatu yang tak terhindarkan
Fokus    : Bidang-bidang yang dapat diubah, fokus pada hal-hal yang
mungkin, berusaha mengambil kekuatan dan kompetensi yang sudah ada
dalam keluarga itu dan memanfaatkannya serta memfasilitasi.
Teknik yang digunakan :
- Pertanyaanmukjizat
:seberapaberbedakahkeluargainijikaterjadimukjizat.
- Mengukur :anggotakeluargadiminta member penilaian numeric
mengenaikeadaankeluarga.
- Dekonstruksi : menciptakan keraguan dalam kerangka acuan keluarga.
g. Terapi Keluarga Strategik
·         Fokus : Perubahan perilaku bukan perubahan pemahaman/ insight
·         Lebih berkonsentrasi pada teknik daripada teori
·         Tujuan utama : dihasilkannya solusi dan intervensi
 Lima tahap dasar terapi keluarga diantaranya :
- Tahap sosial : klinisi berbicara terhadap tiap orang dalam
keluarga dan memperlakukannya seperti tamu.
- Tahap masalah : klinisi melontarkan pertanyaan spesifik seputar
masalah yang dihadapi keluarga tsb
- Tahap interaksi : klinisi mengumpulkan seluruh anggota keluarga
untuk mendiskusikan masalah mereka sambil mengobservasi
proses interseksional
- Tahap penetapan tujuan:  Klinisi mendefinisikan secara
operasional tujuan-tujuan yang diinginkan keluarga
- Tahap penetapan tugas: klinisi memberikan instruksi yang
diselesaikan di sela-sela sesi dan didiskusikan dengan anggota
keluarga.
·    Teknik yang digunakan : perintah, perintah paradoksal, menetapkan
gejala.

8
h. Terapi Keluarga Struktural
- Menekanan pentingnya proses daripada isi dan melihat struktur
keluarga sebagai struktur yang terdiri atas sejumlah transaksi
komunikasi keluarga
- Fokus utama: subsistem dan batas-batas yang ada dalam keluarga
tersebut. Batas tersebut dapat bersifat kaku, jelas,kabur.
- Tujuan utama : mengatasi berbagai masalah dengan mengubah struktur
system yang mendasari
- Sesi terapi bersifat aktif, penekanan pada proses daripada insight
·       3 tahap intervensi:
- Terapi berusaha bergabung dan di akomodasi oleh system keluarga.
Terapi seharus menyesuaikan dengan system komunikasi dan persepsi
keluarga
- Pembentukan diagnosis structural dimulai dengan bergabung dengan
keluarga dilanjutkan dengan adanya keterlibatan terapis.
Membutuhkan observasi dan reformulasi hipotesis yang terus menerus
- Ketika terapi terapeutik bergerak maju, terapis berusaha menggunakan
intervensi yang akan menghasilkan restrukturisasi system keluarga
·         Teknik :
- Mintesis/ imitasi : mengadopsigayakomunikasikeluarga
- Mengaktualisasi pola transaksional keluarga : keluarga memainkan
adegan interaksi
- Menandai batas-batas : menguatkan batas-batas yang kabur dan
melonggarkan yang kaku
i. Terapi Behavioral danKognitif-Behavioral
 Asumsi :perilaku sebagai sesuatu yang dipelajari, menekankan
pentingnya konsekuensi perilaku dalam pemeliharaan dan kemunculan
ulang
 Fokus : fungsi perilaku dan kognisi
 Goal :mengidentifikasi pola perilaku, pikiran, anteseden,
konsekuensi sehingga klinisi dapat membantu anggota keluarga

9
mempelajari pola perilaku baru yang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan
 Tugas klinisi :
- Mengajari keluarga mengases tindakan, pola piker dan
konsekuensi yang membuat perilaku mereka bertahan atau di
ulangi.
- Mengganti perilaku tidak efektif dengan perilaku adaptif antara
lain dengan mengajarkan keterampilan komunikasi, mengatasi
masalah, strategi resolusi konflik, menjalin kontrak, negosiasi,
penguatan perilaku sehat, mengurangi perilaku maladaptive.
·         Teknik :
- Restrukturisasi kognitif : meningkatkan validitas persepsi dan
pemrosesan data
- Menjalin kontrak, latihan komunikasi
j. Terapi Keluarga Psikodinamik dan Relasi Objek
 Fokus : latar belakang intrapsikis dari masing-masing anggota,
hubungan di masa lalu, ingatan serta konflik di awal kehidupan
 Tujuan : membuat pola-pola tak sadar yang berlaku dalam keluarga
menjadi pola-pola yang disadari.
 Menggunakan aliansi teraputik, menelaah pertahanan dan resistensi
keluarga, membantu anggota keluarga menginternalisasi objek yang
adaptif .
 Teknik :
- Empati :memahami berbagai pengalaman dari perspektif keluarga
tersebut
- Interpretasi :mengklarifikasi aspek yang tidak disadari
- Netralitas analitik :terapis mempertahankan sikap mental yang
analitik

2.5. Proses dan Tahapan keluarga

10
Pada mulanya seorang Konseli datang ke konselor untuk
mengkonsolidasikan masalahnya. Biasanya datang pertama kali ini lebih
bersifat “identifikasi pasien”. Tetapi untuk tahap penanganan (treatment)
diperlukan kehadiran anggota keluarga yang lain.
Menurut Satir, tidak mungkin mendengarkan peran, status, nilai,
dan norma keluarga atau kelompok jika tidak ada kehadiran anggota
keluarga yang lain. Jadi dalam pandangan ini, anggota keluarga yang lain
harus datang ke konselor (Brammer dan Shortromm, 1982).
Tahapan family therapy secara garis besar proses dalam konseling
keluarga adalah:
1) Pengembangan Rapport
Merupakan suasana hubungan konseling yang akrab, jujur, saling percaya,
sehingga menimbulkan keterbukaan dari konseli. Upaya pengembangan
rapport ini ditentukan oleh aspek-aspek diri konselor yakni kontak mata;
perilaku nonverbal (perilaku attending, bersahabat atau akrab, hangat,
luwes, ramah, jujur atau asli, penuh perhatian); dan bahas lisan atau verbal
yang baik.
2) Pengembangan apresiasi emosional
Dimana munculnya kemampuan untuk menghargai perasaan masing-
masing anggota keluarga, dan keinginan mereka agar masalah yang
mereka hadapi dapat terselesaikan semakin besar. Muncul dinamika
interaksi dari semua individu yang terlibat dalam konseling.
3) Pengembangan alternatif modus perilaku.
Dalam tahap ini, baik konseli maupun anggota keluarga mengembangkan
dan melatihkan perilaku-perilaku baru yang disepakati berdasarkan hasil
diskusi dalam konseling. Pada tahap ini muncul home assignment, yaitu
mempraktikan perilaku baru selama masa 1 minggu (misalnya) di rumah,
kemudian akan dilaporkan pada sesi berikutnya untuk dibahas, dievaluasi,
dan dilakukan tindakan selanjutnya.
4) Fase membina hubungan konseling

11
Adanya acceptance, unconditional positive regard, understanding, genuine,
empathy. Memperlancar tidakan positif. Terdiri dari eksplorasi,
perencanaan atau mengembangkan perencanaan bagi konseli sesuai
dengan tujuan untuk memecahkan masalah, kemudian penutup untuk
mengevaluasi hasil konseling sampai menutup hubungan konseling.
Menurut Conjoint Family Therapy, proses konseling yang dapat ditempuh
adalah:
a. Intake interview, building working alliance
Bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika perkembangan konseli
dan anggota keluarga lainnya (untuk mengungkapkan kesuksesan
dan kegagalannya, kekuatan dan kelemahannya, pola hubungan
interpersonal, tingkah laku penyesuaian, dan area masalahnya).
b. Case conceptualization and Treatment Planning
Mengenal masalah atau memperjelas masalah, kemudian fokus
pada rencana intervensi apa yang akan dilakukan untuk
penanganan masalah.
c. Implementation
Menerapkan intervensi yang disertai dengan tugas-tugas yang
dilakukan bersama antara konseli dan keluarga, contohnya: free
drawing art task (menggambar bebas yang mewakili keberadaan
mereka baik secara kognitif, emosi, dan peran yang mereka
mainkan), homework.
d. Evaluation termination
Melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatan konseling yang
telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan
tujuan konseling.
e. Feedback
Yaitu memberikan dan menganalisis umpan balik untuk
memperbaiki dan meingkatkan proses konseling.

12
2.6. Implementasi Terapi Keluarga Terhadap Usia
Perkembangan
1. sikap dan dukungan keluarga terhadap pelaksanaan diet hipertensi.
Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan
pendekatan explanatory. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
statistik pengetahuan (hipertensi diet, hipertensi asupan makanan) dan
sikap terhadap (hipertensi diet, diet hipertensi diet) dan dukungan
keluarga meliputi (dukungan harapan, dukungan nyata, dukungan
informasi, dukungan emosional) pengaruh yang signifikan terhadap
pelaksanaan dari diet hipertensi, Pengaruh variabel pengetahuan lebih
besar pada pelaksanaan diet hipertensi.
Karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan,
dan pekerjaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan
umur terbanyak 37-43 tahun. Jenis kelamin lebih banyak perempuan.
Karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, dan
pekerjaan. Hal ini memberikan makna bahwa responden yang
mendapat dukungan keluarga dengan baik mempunyai peluang 6 kali
pelaksanaan diet hipertensi dengan baik.

2. Pengaruh Terapi Psikoedukasi Keluarga Terhadap Harga Diri


Penderita TBC di Wilayah Kerja Puskesmas Undaan Kabupaten Kudus
Tahun 2015.
Ada beberapa terapi yang dapat digunakan untuk menaikkan harga
diri, diantaranya terapi kognitif, grafoterapi, terapi aktifitas kelompok,
penerapan konseling realita, logoterapi dan psikoedukasi. Disini,
peneliti tertarik untuk menggunakan Psikoedukasi keluarga untuk
menaikkan harga diri.Psikoedukasi keluarga adalah terapi yang
digunakan untuk memberikan informasi pada keluarga untuk
meningkatkan ketrampilan dalam merawat anggota keluarga yang
mengalami psikososial sehingga diharapkan keluarga akan mempunyai

13
koping positif terhadap kecemasan dan beban yang dialaminya
(Goldenberg & Goldengerg,2004).
Dalam memberikan dukungan dan perannya terhadap salah satu
anggota keluarga yang menderita suatu penyakit, dukungan dari
seluruh anggota keluarga sangat penting dalam proses penyembuhan
dan pemulihan penderita, terutama dukungan sosial keluarga baik
secara emosional, penghargaan, instrumental dan informasional. Selain
itu keluarga juga bisa berfungsi untuk meningkatkan harga diri pasien
TB sehingga terwujud peningkatan harga diri pasien TB dan terapi
yang diberikan dapat berjalan dengan baik. Apabila keluarga mampu
melakukan hal tersebut maka harga diri penderita dapat meningkat.
(Rahayu, 2011)
Dalam penelitian yang dilaksanakan bulan juni, peneliti
menyarankan pada keluarga untuk dapat mengantisipasi apabila ada
beban, keluarga dapat sharing dengan peneliti atau tetangga. Dari
penelitian tersebut yang telah saya lakukan, didapatkan hasil penderita
tbc sudah mempunyai dukungan dari keluarga untuk meningkatkan
harga dirinya di buktikan dengan, keluarga sudah mau membagi beban
atau sharing dengan orang lain, keluarga sudah mampu mengatasi
beban dan masalah didalam keluarganya dengan baik.

3. HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN


KEMANDIRIAN ACTIVITY OF DAILY LIVING PASCASTROKE
Berdasarkan analisis risiko, dukungan keluarga berisiko
menyebabkan kemandirian aktivitas kehidupan sehari-hari atau ADL
pascastroke (Karunia, 2015). Maka dari itu, pemulihan pascastroke
ditujukan semata-mata untuk mengembalikan kemandian, namun juga
memulihkan aspek-aspek sosial. Rehabilitasi dilaksanakan mada saat
awal seseorang terkena stroke sampai jangka panjang. Pada saat
dirumah, keluarga berperan dalam pengembalian kemandirian
misalnya dengan perawatan secara praktis di rumah serta latihan guna

14
membiasakan hidup secara mandiri. Hasil wawancara, dukungan
keluarga yang paling banyak diterima adalah sikap sabar yang
diberikan oleh anggota keluarga dalam menghadapi responden, selalu
menghargai apa yang dilakukan responden, selalu memotivasi agar
tetap berlatih, selalu memberikan informasi yang bermanfaat bagi
kesehatan, dan selalu mengantar dan menjemput responden.
Responden yang memiliki dukungan keluarga yang kurang
dikarenakan hidup terpisah dengan anggota keluarga yang lain atau
hidup sendiri, suami/istri salah satunya meninggal, dan hidup dengan
keluarga, namun sudah tidak dipedulikan dan anggota keluarga sibuk
bekerja.
Kalimat pujian ini menjadi salah satu sumber kekuatan dan
motivasi untuk tetap berlatih dan rutin melakukannya. Pada masa
latihan, keluarga dan pelatih harus bekerjasama untuk menciptakan
suasana latihan yang santai namun terarah. Kalimat pujian dan
penyemangat diberikan apabila orang pascastroke tersebut telah
berhasil menyelesaikan latihan. Adanya kalimat pujian yang diucapkan
anggota keluarga maupun pelatih akan memberi semangat berlatih
dikarenakan keinginan yang besar untuk segera pulih muncul.
Bentuk dukungan keluarga lainnya yang dapat meningkatkan
kemandirian adalah dengan menyediakan benda-benda yang
dibutuhkan orang pascastroke. Benda ini dibutuhkan oleh orang
pascastroke untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Beberapa benda
yang dibutuhkan ini dapat dimodifikasi sesuai dengan kondisi orang
pascastroke. benda-benda tersebut adalah sapu tangan untuk mengelap
air liur, perlengkapan makan dan minum, perlengkapan untuk
perawatan diri dan kebersihan tubuh, serta alat bantu jalan.

4. PERANAN INTERAKSI ANGGOTA KELUARGA DALAM


UPAYA MEMPERTAHANKAN HARMONISASI KEHIDUPAN

15
KELUARGA DI DESA KUMULUK KECAMATAN TIOM
KABUPATEN LANNY JAYA
Untuk itu, peran interaksi anggota keluarga sebagai upaya
mempertahankan keharmonisan kehidupan keluarga paling tidak
mencerminkan hal-hal sebagai berikut:
a. melakukan interaksi/tindakan sesuai dengan tradisi yang berlaku
dalam keluarga.
b. melakukan interaksi/tindakan yang efektif dan mana yang boleh
dan mana yang tidak boleh
c. melakukan interaksi/tindakan sebaiknya didasarkan pada orientasi
nilai.
d. interaksi/tindakan yang berorientasi tujuan rasional, artinya
interaksi tersebut memiliki aturan yang jelas dan efesien untuk
mencapai harmonisasi kehidupan keluarga.
Secara konseptual dan fakta di lapangan, peneliti dapat kemukakan
upaya-upaya strategis yang dapat dilakukan untuk mempertahankan
harmonisasi kehidupan berkeluarga di Desa Kumuluk pada khususnya
dan umumnya keluarga yang ada di Papua atau Indonesia, antara lain.
a. Kerja Sama (Cooperation) yaitu suatu bentuk interaksi, di mana
tujuan anggota keluarga satu terkait erat dengan anggota keluarga
yang lainnya sehingga seseorang dapat mencapai tujuan apabila
diantara anggota keluarga bekerja sama dan mempunyai tujuan
yang sama, serta kepentingan yang sama. Upaya kerja sama yang
dapat dilakukan pada keluarga yang bermasalah adalah dalam
bentuk ibadah keluarga, ucapan syuhur keluarga, dan kegiatan-
kegiatan lain yang melibatkan semua anggota keluarga.
b. Persaingan (Competition) yaitu suatu bentuk interaksi sosial, di
mana sesorang individu/anggota keluarga dapat mencapai tujuan
yang membanggakan keluarga, maka anggota keluarga lain ikut
terpengaruh dan berusaha untung menyaingi, baik dibidang
ekonomi, kedudukan, budaya, dan bidang lainnya.

16
c. Persesuaian (Accomodation) yaitu suatu usaha proses, di mana
anggota keluarga atau individu saling mengadakan penyesuaian
diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan yag terjadi di dalam
keluarga atau kelompok dalam upayanya untuk mencapai
kestabilan dan harmonisasi.

17
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Keluarga adalah suatu kelompok individu yang terkait oleh ikatan
perkawinan atau darah.secara khusus mencangkup seorang ayah, ibu dan
anak.sedangkan therapy (terapi) adalah suatu perlakuan atau pengobatan
yang ditunjukan pada penyembuhan suatu kondisi patologis.
Tujuan Terapi Keluarga :
 Mempasilitasi komunikasi pikiran dan perasaan anggota keluarga.
 Mengganti gangguan, ketidak fleksibelan peran dan kondisi.
 Memberi pelayanan sebagai model dan pendidikan peran tertentu
yang di tunjukan kepada anggota lainnya
Jenis-JenisTerapiKeluarga:
 Terapi Keluarga “Bowenian” atau Transgenerasional
 Terapi Keluarga Komunikasi dan Satir
 Terapi Keluarga Eksperiensial
 Terapi Keluarga Milan
 Terapi Keluarga Konstruktivis atau Naratif
 TerapiKeluargaBerfokus-Solusi
 TerapiKeluargaStrategik
 Terapi Behavioral danKognitif-Behavioral
 TerapiKeluargaPsikodinamikdanRelasiObjek
Proses dan Tahapan Family Therapy :
1) Pengembangan Rapport
2) Pengembangan apresiasi emosional
3) Pengembangan alternatif modus perilaku.
4) Fase membina hubungan konseling

18
3.2. SARAN
Untuk menjaga agar sebuah keluarga tetap utuh dibutuhkan sikap
saling menghormati dan menghargai antara satu dan dengan yang lain,
menjaga komunikasi antar anggota keluarga, saling mendukung antar
anggota keluarga dalam hal-hal yang positif.

19
20
DAFTAR PUSTAKA

Bagaskara, D. H. (2013). Pengaruh terapi keluarga model sirkumpleks untuk


menurunkan frekuensi pengkonsumsian zat adiktif dalam lem. Journal
Unnes, 2(1), 48–55.
Devi, D. F. (2016). Mengatasi masalah komunikasi dalam keluarga melalui
strategic family therapy. Jurnal Intervensi Psikologi, 8(2), 234–249.
Rahman, G., & et al . (2019). hubungan komunikasi keluarga dengan angka
kekambuhan remaja pengguna napza. Jurnal Husada Mahakam, 4(8), 465–
473.
Susanto, T. (2010). Pengaruh terapi keperawatan keluarga terhadap tingkat
kemadirian keluarga dengan permasalahan kesehatan reproduksi pada remaja
di kelurahan ratujaya kecamatan pancoran mas kota depok. Jurnal
Keperawatan, 1(2), 190–198.
Triyanto, E., & et al . (2014). Pengaruh Dukungan Keluarga dalam Meningkatkan
Perilaku Adaptif Remaja Pubertas. Jurnal Keperawatan, 2(1), 1–9.
Viatrie, diantini ida. (2015). terapi keluarga kontemporer. Jurnal Fk Unand,
10(5), 1–7.
Yunitasari, P. (2018). pengaruh dukungan keluarga terhadap kekambuhan
pecandu narkoba rehabilitasi di rsj grhasia yogyakarta. Jurnal Medika
Respati, 13(4), 24–31.
DOKUMENTASI

Cover – kata pengantar : Fany Haifa Latifah


Bab 1 : lusy rizki apriliani
Bab 2 : erna daniati
Yuni kurnia putri
Bab 3 : widia
Referensi : intan putri nurlela
edit : gungun ulvi andeni

Anda mungkin juga menyukai