Anda di halaman 1dari 13

PENDEKATAN DALAM KONSELING KELUARGA

Di

Oleh

SAWIRAH : (19101411001)

GIA MUHARRAMI : ( 19101411011)

SAFIRA : (19101411005)

Dosen Pembimbing : TEUKU FADLI ,M..Pd

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JABAL GHAFUR / GLEE GAPUI

SIGLI 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah sertakarunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan.tugas dari ibu., Teuku Fadli,M.Pd
padamata kuliah Pendidikan psikologi dan konseling keluarga .Selain itu makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang pendekatan dalam konseling keluargabagi para pembaca dan
penulis. Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Seperti halnya pepatah “ tak
ada gading yang tak retak “, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan
yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah saya selanjutnya. Akhir kata, penyusun ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir. Serta berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Glee Gapui, 23 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................................... i

Daftar Isi........................................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pendekatan Dalam Konseling Keluarga........................................................................ 2
2.2 Permasalahan Dalam Keluarga................................................................................... 5
2.3 Proses Dan Tahapan Konseling Keluarga ................................................................... 6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keluarga adalah suatu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai suatu kesatuan
atau unit masyarakat yang terkecil, tetapi tidak selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan-
ikatan lain, mereka hidup bersama dalam satu rumah (tempat tinggal) biasanya dibawah asuhan seorang
kepala rumah tangga. Selain itu keluarga merupakan lingkungan masyarakat terkecil yang untuk pertama
kalinya kita dapat belajar bersosialisasi dengan dunia luar, serta Keluarga sebagai pondasi awal yang
berperan penting terhadap diri kita. Kehidupan keluarga yang harmonis memberikan efekpositif bagi
setiap anggotanya. Baik dalam psikologisnya maupun biologisnya.
Kadang keluarga merupakan penyebab awal dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh
masing-mansing anggotanya. Karena itu harus ada usaha-usaha untuk memperkuat kemampuan keluarga
atau anggota keluarga dalam menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam keluarga itu sendiri
maupun dari luar, maka kiranya diperlukan melakukan konseling keluarga. Konseling keluarga pada
dasarnya merupakan penerapan konseling pada situasi yang khusus, konseling tersebut diarahkan untuk
membantu seluruh anggota keluarga untuk diarahka nmenjadi lebih baik guna membentuk suatu keluarga
yang sakinah, mawadah dan warahmah.
Dalam melakukan konseling keluarga terdapat beberapa jenis dan pendekatan untuk memahami setiap
persoalan dan berusaha untuk mencoba memecahkannya. Diantaranya adalah konseling dengan
menggunakan pendekatan system keluarga dan psikodinamika keluarga. Oleh karena itu, dalam makalah
ini kami mencoba untuk membahas beberapa pendekatan yang berkaitan dengan konseling keluarga itu
sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Sebutkan Pendekatan Dalam Konseling Keluarga
2. Jelaskan Permasalahan Dalam Keluarga
3. Jelaskan Proses Dan Tahapan Konseling Keluarga

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pendekatan Dalam Konseling Keluarga


Penetapan pendekatan yang dilakukan terhadap setiap klien yang sedang memiliki permasalahan
dalam ruang lingkup konseling keluarga, pastinya harus disesuaikan dengan kondisi permasalahan klien
serta keefektivan keberhasilan dalam proses konseling. Latipun menyebutkan dalam bukunya psikologi
konseling, bahwa pendekatan konseling keluarga dibedakan mejadi tiga pendekatan, yakni:
1. Pendekatan Sistem Keluarga
Murray Bowen merupakan peletak dasar konseling keluarga pendekatan sistem. Menurutnya, anggota
keluarga itu bermasalah jika keluarga itu tidak berfungsi (disfunctining family). Keadaan ini terjadi
karena anggota keluarga tidak dapat membebaskan dirinya dari peran dan harapan yang mengatur
dalam hubungan mereka Menurut Bowen, dalam keluarga terdapat kekuatan yang dapat membuat
anggota keluarga bersama-sama dan kekuatan itu dapat pula membuat anggota keluarga melawan yang
mengarah pada individualitas. Sebagian anggota keluarga tidak dapat menghindari sistem keluarga
yang emosional yaitu yang mengarahkan anggota keluarganya mengalami kesulitan (gangguan).

2. Pendekatan Conjoint
Sedangkan menurut Satir, masalah yang dihadapi oleh anggota keluarga berhubungan dengan harga
diri (self-esteem) dan komunikasi. Menurutnya, keluarga adalah fungsi penting bagi keperluan
komunikasi dan kesehatan mental. Masalah terjadi jika self-esteem yang dibentuk oleh keluarga itu
sangat rendah dan komunikasi yang terjadi di keluarga itu juga tidak baik. Satir mengemukakan
pandangannya ini berangkat dari asumsi bahwa anggota keluarga menjadi bermasalah jika tidak
mampu melihat dan mendengarkan keseluruhan yang dikomunikasikan anggota keluarga yang lain

3. Pendekatan Struktural
Minuchin beranggapan bahwa masalah keluarga sering terjadi karena struktur keluarga dan pola
transaksi yang dibangun tidak tepat. Seringkali dalam membangun struktur dan transaksi ini batas-
batas antara subsistem dari keluarga itu tidak jelas. Mengubah struktur dalam keluarga berarti
menyusun kembali keutuhan dan menyembuhkan perpecahan antara anggota keluarga. Oleh karena
itu, jika dijumpai keluarga yang bermasalah perlu dirumuskan kembali struktur keluarga itu dengan
memperbaiki transaksi dan pola hubungan yang baru yang lebih sesuai.

2
4. Pendekatan Terpusat Pada Klien
Roger menekankan bahwa klien secara individual dalam keanggotaan kelompok akan mencapai
kepercayaan diri, dimana dia mengatakan bahwa anggota-anggota keluarga dapat mempercayai
dirinya. Hal ini bisa terjadi jika kondisi-kondisi ada yakni: kejujuran, keaslian, memahami, menjaga,
menerima, menghargai secara positif dan belajar aktif. Dalam konseling keluarga, fungsi konselor
adalah sebagai fasilitator, yaitu untuk memudahkan membuka dan mengarahkan jalur-jalur
komunikasi apabila ternyata dalam kehidupan keluarga tersebut pola-pola komunikasi telah
berantakan bahkan terputus sama sekali.
Seorang konselor amat menentukan terhadap keterbukaan anggota keluarga dalam setiap sesi.
Konselor tidak melakukan pendekatan terhadap anggota keluarga sebagai seorang pakar yang akan
menerangkan rencana treatmentnya. Akan tetapi ia berusaha untuk menggali sumber yang ada didalam
keluarga itu yaitu bahwa anggota keluarga mempunyai potensi untuk berkembang untuk digunakan
memecahkan masalah individu atau keluarga. Dan esensinya bahwa anggota keluarga adalah arsitek
bagi dirinya sendiri. Konselor memperhatikan rerpek (rasa hormat) yang tinggi bagi potensi keluarga
yang digunakan untuk menentukan dirinya sendiri. Dengan demikian, konseling keluarga adalah
proses menganyam dari semua anggota keluarga untul tumbuh menemukan dirinya sendiri.

5. Pendekatan Eksistensi Dalam Konseling Keluarga


Di dalam konseling eksistensial, aspek-aspek seperti membuat pilihan-pilihan, menerima tanggung
jawab secara bebas, penggunaan kreatif terhadap kecemasan, dan penelitian terhadap makna dan nilai,
adalah merupakan hal-hal yang mendasar dalam situasi terapetik dalam konseling keluarga. Dalam
prinsip eksistensialis yang digunakan pada konseling keluarga, menggunakan metode-metode kognitif,
behavioral dan berorientasi kepada perbuatan. Asumsi dasar dari keluarga adalah bahwa anggota
keluarga membentuk nasibnya melalui pilihan-pilihan yang dibuatnya sendiri. Kelabunya kehidupan
keluarga tidak lain adalah karena berkurangnya kemauan para anggota untuk mengalami, merasakan
pandangan dunia pribadi anggota keluarga yang lain. Aah yang kita kejar dalam konseling keluarga
ialah terjadinya anggota keluarga memutuskan untuk mengubah struktur kehidupan keluarga yang
sesuai denga visi mereka sendiri.

6. Konseling Keluarga Pendekatan Gestal


Teori gestal memberikan perhatian kepada apa yang dikatakan anggota keluarga, bagaimana mereka
mengatakannya, apa yang terjadi ketika mereka berkata itu, bagaimana ucapan-ucapannya jika
dihubungkan dengan perbuatannya, dan apakah mereka berusaha untuk menyelesaikan perbuatannya.

3
Yang lebih ditekankan lagi dalam pendekatan ini ialah keterlibatan konselor dalam keluarga. Karena
itu, yang terpenting bagi konselor adalah mendengarkan suara dan emosi mereka.
Konselor melakukan perjumpaan dalam konseling keluarga sebagai partisipan penuh, sebagai sahabat,
sebagai orang yang dipercaya dalam  perjumpaan antara sesama. Konselor membawa kepribadian,
reaksi dan pengalaman hidupnya kedalam perjumpaan konseling keluarga. Konselor akrab dengan
mereka dan berusaha memahami dan merasakan isi hati mereka. Konseling yang jujur, asli akan
terjadi jika individu-individu yang terlibat didalamnya giat berusaha untuk menempatkan diri
sebagaimana adanya dan memahami orang lain sebagaimana adanya pula.

7. Pendekatan Konseling Keluarga Menurut Aliran Adler


Adler beranggapan bahwa problem seseorang pada hakekatnya adalah bersifat sosial, karena itu diberi
kepentingan yang besar terhadap hubungan-hubungan antara manusia, yang terjadi sebagai dinamika
psikis dari individu-individu yang biasanya merupakan kasus dalam keluarga. Tujuan dasar dari
pendekatan ini adalah untuk mempermudah perbaikan hubungan anak-anak dan meningkatkan
hubungan di dalam keluarga.
Salah satu asumsi terpenting adalah bahwa konseling keluarga harus diikuti secara suka rela oleh
anggota keluarga. Anggota keluarga bagaimana memfokuskan isu-isu yang merebak dalam keluarga
dan bagaimana mencapai persetujuan-persetujuan baru atau membuat usaha kompromi dan serta aktif
berpartisipasi dalam mengambil keputusan yang baik. Adapun teknik-teknik yang digunakan
dalamteori ini yaitu: (inteview awal) konselor membantu mendiagnosis, (rolre playing) bermain peran,
(interpretasi) penafsiran.

8. Pendekatan Transaksional Analysis (TA) dalam Konseling Keluarga


Pendekatan ini berujuan dasar dari konseling keluarga (TA) ialah bekerja dengan struktur kontrak
yang dilakukan oleh setiap anggota keluarga terhadap konselor. Adapun tahapan-tahapan konselingnya
yaitu:
1) Tahap Awal, fokus konseling adalah pada dinamika keluarga sebagai suatu sistem. Konselor
menerangkan kepada anggota keluarga bagaimana suatu individu muncul dan mempengaruhi
anggota lain dalam suatu unit keluarga.
2) Tahap Kedua, terjadinya proses terapetik dengan setiap anggota keluarga. Di sini akan terlihat
dinamika individu dalam proses konseling. Jika masing-masing anggota keluarga telah memahami
dinamika hubungan antara mereka, maka fokus kita sekarang adalah terhadap keluarga sebagai
suatu unit.

4
3) Tahap Ketiga, tujuan kita disini adalah mengadakan reintegrasi terhadap keseluruhan keluarga.
Tujuan yang akan dicapai adalah berfungsinya anggota-anggota keluarga baik secara independen
maupun interdependen sehingga setiap anggota menjadi mampu berdiri sendiri dan dapat hidup
sehat dalam keluarga.

9. Pendekatan Eksperensial atau Humanistik


Para konselor keluarga eksperensial atau humanistik menggunakan ”immediacy” terapeutik dalam
menghadapi anggota-anggota keluarga untuk membantu memudahkan keluarga itu berkembang dan
memenuhi potensi-potensi individunya. Pada dasarnya, pendekatan ini tidak menekankan pada teoritis
dan latar belakang sejarah. Pendekatan ini lebih menekankan pada tindakan daripada wawasan dan
interpretasi.
Pendekatan ini memberikan pengalaman-pengalaman dalam meningkatkan perkembangan, yaitu
melalui interaksi antara konselor dan keluarga. Praktisi utama pendekatan eksperensial adalah Carl
Whitaker dan Walter Kempler. Dalam kerjanya, Whitaker menekankan perlunya memperhatikan
hambatan-hambatan intrapsikis dan hubungan antarpribadi dalam mengembankan dan mematangkan
keluarga. Pendekatan konseling keluarga sering melibatkan ko-konselor, pendekatanya dirancang
untuk menggunakan pengalaman-pengalaman nyata dan simbolis yang muncul pada saat proses
terapeutik. Dia mengakui, bahwa intervensinya sebagian besar dikendalikan oleh ketidaksadarannya.
Whitaker memperkenalkan ” konseling yang tidak masuk akal ” dirancang untuk mengejutkan,
membingungkan, dan akhirnya menggerakkan sistem keluarga yang terganggu.

2.2 Permasalahan Dalam Keluarga


Permasalah dalam keluarga sangatlah beragam. Setiap keluarga pasti pernah mengalami saat-saat
krisis yang menyebabkan munculnya permasalahan dalam keluarga. Ketidak mampuan orangtua dalam
menyikapi permasalahan ini akan berakibat dan memunculkan masalah dalam diri anak. Hasnida telah
membuat hipotesis bahwa anak yang mengalami gangguan perilaku berat adalah hasil ketidak rukunan
satu pihak dengan pihak lain dalam keluarga. Ketidak rukunan ini dapat berupa bentuk pertentangan,
permusuhan dan ketidak harmonisan orangtua dalam keluarga. Anak akan mempelajari dinamika
keluarganya secara terus-menerus sehingga menimbulkan perilaku negative pada dirinya sendiri.
Beberapa orangtua mengalami banyak kesulitan dalam menciptakan suasana yang harmonis dalam
keluarga. Hal ini kemungkinan dapat disebabkan adanya ketidak siapan dalam membina rumah tangga
diawal pernikahan, ketidak mampuan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi, kesalahan dalam mendidik
anak dan lain sebagainya.Kesulitan inilah yang mendorong terjadinya ketidak-seimbangan dalam

5
keluarga yang akhirnya menimbulkan banyak masalah. Penyebab masalah keluarga dalam “Tri-ad yang
kaku” antara lain:
a) Detouring atau saling melimpahkan kesalahan. Misalnya orangtua bertengkar dan saling menyalahkan,
karena anaknya tidak naik kelas.
b) Anak dan orangtua berkualisi/bersatu untuk melawan orangtua yang lain.
c) Anak berkualisi dengan anggota keluarga yang mengalami konflik secara tertutup terhadap anggota
keluarga lain. Istilah ini dikenal sebagai Triangulasi (orang ketiga). Misalnya seorang anak membela
dan membantu ibunya untuk melawan sang ayah.

2.2 Proses dan Tahapan Konseling Keluarga


Proses konseling keluarga berbeda dengan konseling individual karena ditentukan oleh berbagai
faktor seperti jumlah kliennya (anggota keluarga) lebih dari seorang. Relasi antar anggota keluarga amat
beragam dan bersifat emosional, dan konselor harus melibatkan diri (partisipan penuh) dalam dinamika
konseling keluarga. Berdasarkan kenyataan, ada lima jenis relasi atau hubungan dalam konseling keluarga
yaitu:

1. Relasi seorang konselor dengan klien


2. Relasi satu klien dengan klien lainnya
3. Relasi konselor dengan sebagaimana kelompoks
4. Relasi konselor dengan keseluruhan anggota keluarga danRelasi antar sebagaimana kelompok 
dengan sebagaimana kelompok anggota lain, misalnya ibu memihak anak laki-laki dan ayah
memihak anak perempuan.

Secara umum proses konseling berjalan menurut tahapan berikut:

1. Pengembangan Rapport
Hubungan konseling pada tahap awal seharusnya  diupayakan pengembangan rapport yang merupakan
suasana hubungan konseling yang akrab, jujur, saling percaya, sehingga menimbulkan keterbukaan
diri klien. Upaya-upaya tersebut ditentukan oleh aspek-aspek diri konselor yakni: kontak mata,
perilaku non verbal (perilaku attending, bersahabat/akrab, hangat, luwes, keramahan, senyum,
menerima, jujur/asli, penuh perhatian), bahasa lisan, atau verbal (sapaan sesuai dengan teknik-teknik
konseling), seperti ramah menyapa, senyum dan bahasa lisan yang halus.

2. Pengembangan Apresiasi Emosional

6
Jika semua anggota keluarga yang sedang mengikuti anggota keluarga semua terlibat, maka akan
terjadi interaksi yang dinamik diantara mereka, serta memiliki keinginan yang kuat untuk
memecahkan masalah meraka dan merek mampu saling menghargai perasaan masing-masing. Ada
dua teknik konseling keluarga yang efektif yaitu sculpting dan role playing kedua teknik ini
memberikan peluang bagi pernyataan-pernyataan emosi tertekan, dan penghargaan terhadap luapan
emosi masing-masing anggota keluarga.

3. Pengembangan Alternatif  Modus Perilaku


Pada pengembangan alternatif  ini yaitu mempraktikan temuan baru dari semua anggota keluarga,
yang bisa dijadikan alternatif perilaku yang baru di keluarga. Aplikasi perilaku tersebut dilakukan
melalui praktek di rumah. Mungkin konselor memberi suatu daftar perilaku baru yang akan
dipraktikan selama satu minggu, kemudian melaporkannya pada sesi konseling keluarga berikutnya.
Tugas ini juga sering disebut home assignment (pekerjaan rumah).

4. Fase Membina Hubungan Konseling


Fase ini amat penting di dalam proses konseling, dan keberhasilan tujuan konseling secara efektif
ditentukan oleh keberhasilan konselor dalam membina hubungan konseling yang dilakukan dari tahap
awal dan tahap berikutnya. Secara berurutan, proses hubungan konseling dapat dijabarkan sebagai
berikut:
a. konseli memasuki ruang konseling, kemudian konselor mempersiapkan klien supaya siap
dibimbing.
b. tahap klarifikasi, klien mengungkapkan alasan kedatangannya, sebelum klien mengungkapkan
harapan-harapannya,
c. tahap struktur,  konselor mengdakan kotrak, waktu yang akan digunakan, biaya dan kerahasiaan.
d. tahap meningkatkan relasi atau hubungan konseling, hal ini dilakukan untuk memudahkan bagi
pembinaan bantuan kepada klien.
e. Memperlancar Tindakan Positif

Fase ini terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut:

1) Eksplorasi, mengeksplorasi dan menelusuri masalah, menetapkan tujuan konseling, menetapkan


strategis, mengupulkan fakta, mengungkapkan perasaan-perasaan klien yang lebih dalam,
mengajarkan keterampilan baru konsolidasi, menjelajah alternatif, mengungkap perasaan-
perasaan dan melatih skill yang baru.

7
2) Perencanaan bagi klien, dengan tujuan memecahkan masalah, mengurangi perasaan-perasaan
yang menyedihkan/menyakitkan, mengkosolidasi skill baru atau perilaku baru untuk mencapai
aktivitas diri klien.
3) Sebagai penutup, yaitu mengevaluasi hasil konseling, menutup hubungan konseling

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Keluarga merupakan bagian terkecil dari susunan masyarakat yang akan menjadi dasar dalam
mewujudkan suatu negara (Emil Salim 1983). Begitu besarnya tugas keluarga didalam perkembangan
seorang anak, sehingga lingkungan keluarga harus dibina dan dijaga sedemikian rupa agar permasalahan-
permasalahan yang muncul dalam keluarga tidak mengakibatkan terhambatnya segala aktivitas para
anggota keluarga lainnya.

Didalam keluarga yang terdiri dari beberapa anggota didalamnya tidak akan terlepas dari
permasalahan-permasalahan yang terjadi baik dari luar lingkungan keluarga ataupun dalam lingkungan
keluarga itu sendiri. Bimbingan konseling keluarga merupakan salah satu upaya membantu keluarga
dalam menangani permasalahan-permasalahannya.

Didalam keluarga yang terdiri dari beberapa anggota didalamnya tidak akan terlepas dari
permasalahan-permasalahan yang terjadi baik dari luar lingkungan keluarga ataupun dalam lingkungan
keluarga itu sendiri. Bimbingan konseling keluarga merupakan salah satu upaya membantu keluarga
dalam menangani permasalahan-permasalahannya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Gladding, Samuel T.,Konseling Profesi yang Menyeluruh Edisi ke 6. (Jakarta : PT Indeks),2012.


Kertamuda, Fatchiah E. , Konseling Pernikahan untuk Keluarga Indonesia, (Jakarta : Salemba Humanika), 2009.
Mahmudah, Bimbingan dan konseling keluarga, ( Semarang : cv. Krya Abadi), 2015.
McLeod, John, PengantarKonseling :TeoridanStudiKasus, (Jakarta : Kharisma Putra Grafika), 2006.
http://iranovitabki.blogspot.co.id/2015/05/teknik-teknik-konseling-keluarga-dalam_41.html. tgl 18-04-17 pukul.
14.50.
http://nihmakalah.blogspot.co.id/2013/12/teori-dan-pendekatan-bk-family-system.html.tgl 18-04-17,pkl.14.20

10

Anda mungkin juga menyukai