Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH BIMBINGAN KONSELING KELUARGA

APLIKASI TEORI TEORI KONSELING

Disusun Oleh:
Kelompok 1 Kelas C

1. Ratu Amanda Rabiatul A (2111080162)


2. Ratyh Ramadona Suryana (2111080163)
3. Sabrina Silviana Sari (2111080218)

BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN RADEN INTAN LAMPUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhaanahu wata’aala, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini. Salawat dan
salam dihaturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad Shalallahi ‘alaihi wa sallam atas
perjuangan beliau kita dapat menikmati pencerahan iman dan islam dalam mengarungi samudera
kehidupan ini. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “Aplikasi TeoriTeori
Konseling” dalam rangka memenuhi tugas  mata kuliah Bimbingan Konseling Keluarga.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.

Bandar lampung, September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................................4
B. TUJUAN.........................................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
A. PENDEKATAN TERPUSAT PADA KLIEN.................................................................................5
B. PENDEKATAN EKSISTENSIAL DALAM KONSELING KELUARGA.....................................5
C. KONSELING KELUARGA PENDEKATAN GESTALT..............................................................6
D. PENDEKATAN KONSELING KELUARGA MENURUT ALIRAN ADLER..............................7
E. PENDEKATAN TRANSACTIONAL ANALYSIS........................................................................7
BAB III........................................................................................................................................................9
PENUTUP...................................................................................................................................................9
A. KESIMPULAN...............................................................................................................................9
B. SARAN...........................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Teori konseling pada praktik konseling keluarga adalah suatu keharusan sebenarnya setiap
teori konseling ada praktek untuk konseling individual akan tetapi sering konselor mengalami
kesulitan dalam aplikasi tersebut dengan single teori karena perilaku manusia tidak bisa
dilihat hanya dari satu sisi saja jadi harus disorot dari segala arah karena itu menggunakan
multi teori adalah hal yang wajar dalam mempelajari atau mengamati perilaku manusia
terutama dalam praktek konseling.

Kehidupan masyarakat khususnyakeluarga, tidak akan pernah lepas dari adanya masalah
ataupun hambatan dalam menjalanikehidupan. Namun dari banyaknya masalah, pastiada jalan
keluar untuk penyelesaian.Ada banyak upaya yang dapat dilakukanuntuk menyelesaikan
permasalahan dalamkeluarga. Secara ilmiah upaya penyelesaianmasalah dalam keluarga dapat
dilakukan dengancara konseling keluarga
(family conseling).

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Pendekatan Terpusat pada Klien
2. Untuk mengetahui Pendekatan Eksistential
3. Untuk memahami Konseling Keluarga dan Pendekatan Gestalt
4. Untuk memahami Pendekatan Adlerian dalam Konseling Keluarga
5. Untuk mengetahui Pendekatan Transactional Analysis

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENDEKATAN TERPUSAT PADA KLIEN


Rogers (1961) menulis tentang implikasi konseling terpusat pada klien terhadap
kehidupan keluarga dalam bukunya dia menekankan bahwa hubungan dalam keluarga
dapat hidupkan atas suatu dasar yang wajar jujur asli sebagaimana bertentangan dengan
kehidupan yang berpura-pura atau penuh kepalsuan dalam kehidupan tersebut
membolehkan anggota keluarga untuk menyatakan pikiran dan perasaan secara terbuka
belajar berkomunikasi dua arah saling menerima dan menghormati dan membiarkan
orang lain berbeda pendapat pikiran dan perasaan.

Anggota keluarga sering berjuang untuk mempertanyak kepercayaan anggota lain yang
didasarkan pada rasa kejujura keterbukaan berespon dan kewajaran. Sebagian anggota
keluarga yang datang untuk konseling, pada mulanya bersikap defensil dan tidak
ditemukan pernyataan-pernyataan. Karena itu konseling keluarga dengan iklim terbuka,
bebas, dan jujur.

Kondisi-kondisi inti dari hubungan terapeutik yang dikemukakan dalam teori Rogers,
merupakan hal yang penting dalam konseling keluarga Suatu asumsi dasar dalam hal ini
adalah skap konelor amat menentukan terhadap keterbukaan anggota keluar dalam setiap
sesi. Konselor tidak melakukan pendekatan terhada anggota keluarga sebagai seorang
pakar yang akan menerangkan rencana treatmentnya. Akan tetapi, ia berusaha untuk
menggali sumber sumber yang ada di dalam keluarga itu, yaitu bahwa anggota keluarga
mempunyai potensi untuk berkembang.

Thayer (1982) menemukan kemampuan anggota-anggota keluarga untuk mencapai


aktualisasi diri dan menemukan sumber atau potensi diri untuk digunakan memecahkan
masalah individual maupun masalah keluarga Mereka mampu untuk membentuk
pertumbuhan mereka sendiri baik secara individual maupun secara keluarga. Dan
esensinya adalah bahwa nggota keluarga adalah arsitek bagi dirinya sendiri

Konselor memperlihatkan respek (rasa hormat) yang tinggi bagi potensi keluarga yang
digunakan untuk menentukan dirinya sendiri Dengan dimikian konseling keluarga adalah
proses menganyam dan semua anggota keluarga untuk tumbuh dan menemukan diri.

B. PENDEKATAN EKSISTENSIAL DALAM KONSELING KELUARGA


Di dalam konsep eksistensial, aspek-aspek seperti membuat pilihan-pilihan, menerima
tanggung jawab secara bebas, penggunaan kreatif terhadap kecemasan, dan penelitian
terhadap makna dan nilai, adalah merupakan hal-hal yang mendasar dalam situasi
terapeutik dalam konseling keluarga. Pendekatan yang bersifat grounded atau apa yang
terjadi sebenarnya (yang ada, exist) dalam prinsip eksistensialis yang digunakan pada
konseling keluarga, menggunakan metode metode kognitif, behavioral, dan berorientasi
kepada perbuatan.

Asumsi dasar dari keluarga adalah bahwa anggota keluarga membentuk nasibnya melalui
pilihan-pilihan yang dibuatnya sendiri. Manusia hanyalah korban yang secara pasif

5
dibentuk oleh tenaga-tenaga dari luar, dan inilah rupanya kesimpulan atau pandangan
kebanyakan keluarga. Anggota-anggota keluarga yang tidak bahagia dalam kehidupannya
satu sama lain, sebenarnya mereka dapat melakukan suatu perubahan. Sesungguhnya
mereka dapat mengubah cara mereka untuk merelakan dirinya disayangi oleh orang lam
atau sebaliknya Bahkan anggota keluarga juga harus dapat mengubah struktur kehidupan
mereka.

Yang paling penting dalam fase awal konseling keluarga ialah mendorong semangat
anggota keluarga untuk berani mengemukakan dunia pribadinya Kelabunya kehidupan
keluarga tidak lain adalah karena berkurangnya kemauan para anggota untuk mengalami
merasakan pandangan dunia pribadi anggota keluarga yang lain. Yang satu merasa benar
sendiri, dan berusaha menyalahkan orang lain sehingga masalah yang ada dalam keluarga
itu dirasakan oleh anggota keluarga segabai masalah yang tak dimengertinya dan kadang-
kadang tak mempedulikannya. Akan tetapi menunjukkan suatu kemauan untuk melihat
dunia orang lain melalui kacamata orang itu sendiri adalah cara konseling yang
diingingkan dan arah ini yang perlu dicapai dengan situasi terapeutik dalam konseling
keluarga.

C. KONSELING KELUARGA PENDEKATAN GESTALT


Kempler (1982) mendefinisikan konseling keluarga dengan pendekatan Gestalt sebagai
suatu model difokuskan pada saat sekarang ini (present moment) dan pada pengalaman
keluarga yang dilakukannya di dalam sesi-sesi konseling

Teori Gestalt memberikan perhatian kepada apa yang dikatakan anggota keluarga,
bagaimana mereka mengatakannya, apa yang kejadian ketika mereka berkata itu
bagaimana ucapan-ucapannya jika dihubungkan dengan perbuatannya, dan apakah
mereka berusaha untuk menyelesaikan perbuatannya.

Tujuan Kempler adalah untuk menggunakan sesi-sesi konseling keluarga dijadikan ajang
untuk berpartisipasi oleh anggota keluarga secara aktif ketimbang mereka hanya sebagai
penonton dan komentator situasi keluarganya belaka. Mereka seharusnya peduli terhadap
apa dan bagaimana perilaku yang harus dilakukan terhadap situasi yang ada sekarang di
keluarga mereka.

Yang lebih ditekankan lagi ialah keterlibatan konselor dalam keluarga Kempler bahkan
berangapan bahwa konseling keluarga eksperiensial sebenarnya adalah persoalan pribadi
sebagai manusia bagi konselor itu, dan masalah teknik cenderung tak menjadi yang
terpenting dalam sesi-sesi itu. Tidak ada alat atau skill, yang ada hanyalah hubungan
orang dengan orang, manusia dengan manusia. Karena itu yang penting bagi konselor
adalah mendengarkan suara dan mereka, Konselor melakukan perjuampaan dalam
konseling keluarga sebagai partisipan penuh, sebagai sahabat, sebagai orang yang
dipercaya dalam perjumpaan antara sesama, Karena itu kadang-kadang Kempler senang
dengan style directive dan confrontatifnya, sebab hubungan mereka akrab.

D. PENDEKATAN KONSELING KELUARGA MENURUT ALIRAN ADLER


Aliran adler mempunyai sejarah yang panjang dalam pekerjaannya dgn keluarga dan studi
tentang dinamika keluarga. Adler memperkenalkan kelompok-kelompok keluarga dalam
klinik bimbingan anak di Vienna. Pendekatan Adler adalah unik dalam memerikan
perhatian khusus terhadap hubungan-hubungan antara saudara kandung dan posisi

6
seseorang di dalam keluarga. Adler beranggapan bahwa problem seseorang pada
hakekatnya adalah bersifat sosial, karena itu diberi kepentingan yang besar terhadap
hubungan-hubungan antara manusia, yang terjadi sebagai dinamika psikis dari individu
individu, yang biasanya merupakan kasus dalam keluarga

1. Tujuan Konseling Keluarga Menurut Aliran Adler


Tujuan dasar dari pendekatan ini adalah untuk mempermudah perbaikan hubungan anak-
anak dan menigkatkan hubungan di dalam keluarga. Mengajarkan anggota keluarga
bagaimana menyesuaikan diri yang lebih baik terhadap anggota keluarga yang lainnya
dan bagaimana hidup bersama dalam keluarga sosial yang sederajat (sesama manusia)
sebagai bagian diri tujuan ini.

2. Tanggung Jawab Anggota Keluarga Dalam Pruses Kunseling


Salah satu asumsi terpenting adalah bahwa konseling keluarga harus diikuti secara
sukarela oleh anggota keluarga. Anggota keluarga diharapkan mengunjungi rentetan sesi-
sesi konseling dan terlibat secara sungguh-sungguh dalam penyelesaian tugas-tugas
rumah Orang tu diharapkan ikut dalam studi kelompok dimana hasilnya bisa
dimanfaatkan bagi penyelesaian masalah-masalah keluarga (hasil studi adalah informasi-
informasi berguna)

3. Teknik-Teknik Konseling Keluarga


a. Interview awal
Tujuan interview adalah membantu konselor mendiagnosis tujuan anak-anak,
mengevaluasi metode orang tua dalam mendidik anak, memahami iklim di keluarga, dan
dapat membuat rekomendas khusus bagi perubahan dalam situasi keluarga tersebut.

b. Role playing (Bermain Peran)


Bermain peran dan metode-metode lain yang berorientast kepada perbuatan yang tampak,
sering merupakan bagian dari sesi-sesi konseling keluarga. Perbuatan yang tampak adalah
hasil interaktif anggota di dalam keluarga.

c. Interpretasi (penafsiran)
Interpretasi merupakan bagian penting dalam konseling Adlerian yang dilanjutkan pada
sesi-sesi seterusnya. Tujuannya adalah untuk menimbulkan insight (pemahaman bagi
anggota keluarga, memberi pemahaman tentang apa yang telah dilakukannya). dan
mendorong mereka untuk menterjemahkan apa yang mereka pelajari dan diterapkan bagi
perilakunya sehari-hari. Seorang anggota keluarga memberikan tafsiran terhadap
perilakunya terhadap anggota lain, atas usul konselor.

E. PENDEKATAN TRANSACTIONAL ANALYSIS


Erskine (1982) menyatakan bahwa prosedur-prosedur TA dapat diadaptasikan kepada
berbagai masalah dalam keluarga TA menyediakan unsur-unsur terapeutik bagi
menghadapi masalah kognitif, afektif dan secara perilaku nyata (behavioral) Sebagian
klien lebih baik memiliki informasi kognitit dulu sebelum berusaha perubahan perilaku
nyata. Klien yang lain membutuhkan untuk menyatakan perasaan-perasaannya yang
selama ini disimpan sebelum membuka diri untuk perubahan kognisi dan perilaku. Yang
lain ingin melihat perubahan khusus pada perilakunya sebelum feeling dan kognisinya
bekerja Konselor transactional anaysts mempunyai metode dalam terapi keluarga untuk
mengungkap ketiga dimensi pengalaman manusia (parent, adult, and child) terhadap

7
Tujuan dasar dari konseling keluarga TA jalah bekerja dengan struktur kontrak yang
dilakukan oleh setiap anggota keluarga terhadap konselor. Secara umum kontrak-kontrak
ini mempunyai tujuan suatu struktur keluarga yang independen dan fungsional Model
kontraktual menempatkan tanggung jawab klien bagi menentukan tujuan seseorang dan
bekerja mencapai tujuan.

1. Tahapan-Tahapan Konseling
McClendon (1977) menerangkan tiga tahap dalam konseling keluarga menurut
pendekatan transactional analysis

a. Tahapan awal
Fokus konseling adalah pada dinamika keluarga sebagai su Sistem Konselor mendorong
anggota-anggota keluarga untuk berbicara tentang apa sebabnya ia datang ke konselor
dan apakah yang ingin cari Teknik yang digunakan konselor mengembangkan kesadaran
bagaimana keluarga berfungsi sebaga adalah yang dapat sistem, tentang masalah yang
dihadapi keluarga, dan tentan kemungkinan perubahan.

b. Tahapan kedua.
Terjadinya proses terapeutik dengan setiap anggota keluarga. Di sini terlihat dinamika
individual dalam proses konseling Konselor mulai nisiatif untuk menyeleksi anggota
keluarga yang mempunai kekuatan yang amat besar dalam keluarga. Misalnya fokus kita
pada ibu, anak. atau ayah, maka hendaknya konselor mengamati terjadinya dinamika
intrapsikis. Hal ini termasuk bagaimana perintah orang tua terjadi di keluarga yang
didengar ibu bagaimana keputusan-keputusan orang tua, dan bagaimana riwayat keluarga
itu. Jika sesi itu berjalan secara terbuka (terutama pembicaraan ibu dan ayah) maka hal ini
akan memberi nilai yang berharga bagi anak-anak mereka yang hadir dalam konseling itu
demikian juga bagi ibu, karena mereka sadar bahwa perintah-perintah orang tua dilakukan
secara turun temurun adalah demikian keadaannya.

c. Tahapan Ketiga
Tujuan kita di sini adalah mengadakan reintegrasi terhadap keseluruhan keluarga. Setelah
bekerja dengan keluarga sebagai suatu sistem untuk mencerahkan hakekat transaksi
antara anggota keluarga, maka konselor sekarang menuju kepada aspek-aspek seperti
keributan keributan, perintah-perintah, keputusan-keputusan, dan sejarah hidup (life
script) dari individu-individu anggota keluarga.

8
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adalah suatu keharusan sebenarnya setiap teori konseling ada praktek untuk
konseling individual akan tetapi sering konselor mengalami kesulitan dalam aplikasi tersebut
dengan single teori karena perilaku manusia tidak bisa dilihat hanya dari satu sisi saja jadi
harus disorot dari segala arah karena itu menggunakan multi teori adalah hal yang wajar
dalam mempelajari atau mengamati perilaku manusia terutama dalam praktek konseling.
Dalam aplikasi teori konseling Rogers menekankan bahwa klien secara individual dalam
keanggotaan kelompok akan mencapai kepercayaan diri dan dapat mempercayai dirinya.
Yang paling penting dalam fase awal konseling keluarga adalah untuk mendorong semangat
anggota keluarga untuk berani mengemukakan dunia pribadinya.

B. SARAN
Dengan demikian sebagai konselor ketika melakukan konseling keluarga, sebaiknya
mengusahakan agar anggota keluarga menemukan makna yang baik baginya dalam
hubungan interpersonal. Konselor mengungkapkan makna dari problem keluarga yang
sedang terjadi. Konselor memberikan kesempatan kepada anggota keluarga berdiskusi satu
sama lain tentang problem mereka, kemudian dibantu menemukan makna yang terkandung
di dalamnya. Makna tersebut memberikan dorongan semangat hidup klien kea rah positif.

9
DAFTAR PUSTAKA

WILLS, PROF. D. H. SOFYAN S. 2008. KONSELING KELUARGA (FAMILY


COUNSELING). BANDUNG, ALPABETA

10

Anda mungkin juga menyukai