Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MODEL DAN PENDEKATAN LAYANAN KONSELING DI KONSELING


PERNIKAHAN, PASANGAN, DAN KELUARGA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Prngantar Konseling

Dosen Pengampu :
Yudhi Purwa Nugraha M.Pd., Kons

Disusun oleh:

Nur Elinda (2003402021066)

Nurmaulida (2003402021082)

Muhammad Nur Huda (2003402021063)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM JEMBER
2021

1
Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


nikmat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul Model dan pendekatan layanan konseling di Konseling Pernikahan,
Pasangan, dan Keluarga ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pengantar
Konseling. Yang merupakan salah satu mata kuliah program studi Bimbingan dan
Konseling.
Terima kasih kepada Bapak Yudhi Purwa Nugraha M.Pd., Kons selaku dosen
pengampu mata kuliah Pengantar Konseling yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami.
Kami menyadari, makalah yang kami kerjakan ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karna itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi kita semua.
Aamiin.

Jember, 12 september 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar...................................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1. Latar Belakang Masalah.....................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3. Tujuan Pembahasan............................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................6
2.1. Pengertian konseling pasangan, pernikahan, dan keluarga...........................6
2.2. model dan pendekatan layanan konseling di konseling pasangan dan
pernikahan....................................................................................................................6
2.3. model dan pendekatan layanan konseling di konseling Keluarga..............8

BAB III............................................................................................................................14
PENUTUP.......................................................................................................................14
1.1. Kesimpulan......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Bimbingan dan konseling sebagai lemabaga bantuan tidak terbatas pada bantuan kepada
individu di sekolah. Ditinjau dari segi ragamnya, layanan bimbingan dan konseling
mencapai jangkauan pada “bimbingan social-pribadi”, yang di dalamnya memiliki
kepedulian terhadap “perkawinan”. Perkawinan merupakan suatu istilah yang hamper
setiap saat didengar atau dibaca dalam media-media. Namun jika kita dihadapkan pada
pertanyaan tentang apa makna sebuah perkawinan, kemungkinan kita akan berfikir
dahulu sebelum memperoleh formulasi jawaban yang memuaskan. Pada hal apa yang
dimaksud dengan istilah itu sudah ada dalam pikiran kita secara jelas. Oleh karena itu
bimbingan dan konseling mencoba berperan secara aktif dalam upaya membahas istilah
perkawinan itu dalam perspektif pemberian informasi kepada khalayak.

Bimbingan konseling perkawinan bisa dikatakan hampir sama atau bahkan sama dengan
konseling kelaurga. Layanan konseling dalam keluarga semakin dirasakan sebagai
kebutuhan yang mendesak oleh banyak kalangan, karena situasi bangsa, Negara, krisis-
ekonomi, politik, dan pendidikan serta era globalisasi yang kian tidak terbendung
kemajuannya. Hidup keluarga mengalami perubahan mendalam, bersama berubahnya
seluruh tatanan kehidupan dimasyarakat. Situasi seperti itu mendorong keluarga untuk
memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling keluarga bagi kesejahteraan dan
ketenangan keluarganya.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apa yang di maksud konseling pasangan, pernikahan, dan keluarga?
b. Apa model – model dan pendekatan layanan konseling di konseling
pasangan dan pernikahan?

4
c. Apa model – model dan pendekatan layanan konseling di konseling
keluarga?

1.3. Tujuan Pembahasan


a. Menjelaskan pengertian konseling pasangan, pernikahan, dan keluarga
b. Menjelaskan model – model dan pendekatan layanan konseling di
konseling pasangan dan pernikahan
c. Menjelaskan model – model dan pendekatan layanan konseling di
konseling keluarga

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 pengertian konseling pasangan, pernikahan, dan keluarga


Konseling perkawinan (marriage counseling) disebut juga
sebagai konseling untuk pasangan suami istri (ketamuda, 2009). Konseling
di perkawinan secara umum adalah konsling yang diselenggarakan sebagai
metode pendidikan, metode penurunan ketegangan emosional, metode
membantu pasangan suami istri untuk memecahan masalah dan cara
menentukan pola pemecahan masalah yang lebih baik (Riadi, 2013).
Konseling keluarga ialah bantuan yang dimaksudkan untuk
mengubah hubungan – hubungan yang tidak harmonis didalam suatu
keluarga agar keluarga tersebut mencapai hubungan – hubungan yang lebih
harmonis.
Merujuk pada definisi – definisi konseling perkawinan dan
keluarga yang telah diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa
konseling perkawinan dan keluarga merupakan salah satu bentuk proses
bantuan professional yang diberikan kepada suami istri dan anggota
keluarga lainnya, baik secara sendiri-sendiri, berpasangan, atau secara
bersama-sama dengan cara meninjau sistem keluarga secara keseluruhan
dan mengembangkannya kearah wel adjusted person, sehingga keluarga
sebagai suatu sistem sosial kembali menjadi harmonis dan fungsional, dan
bebas dari gangguan patologis.

2.2 Model – Model Dan Pendekatan Layanan Konseling Di Konseling


Pasangan Dan Pernikahan
Model konseling perkawinan dan pasanagn ialah suatu rencana
atau pola yang dapat digunakan untuk menyusun kegiatan konseling,
mendisain materi materi layanan konseling, dan menjadi pedoman
pelayanan konseling perkawinan dan keluarga. Peterson (1991) menyatakan

6
bahwa upaya untuk membuat klasifikasi model teoretik konseling
perkawinan dan keluarga merupakan kegiatan yang sulit dan rumit, sama
sulit dan rumitnya apabila seseorang akan mengklasifikasikan model
pendekatan teoretik konseling individual. Meskipun begitu, banyak upaya
yang telah dilakukan oleh teoretisi konseling untuk mengklasifikasikan
model-model konseling perkawinan dan keluarga.
Salah satu metode untuk mengklasifikasikan model-model konseling
perkawinan dan keluarga adalah mengadakan survai dan mengelompokkan
persamaan "Counselor Styles". Metode ini digunakan oleh the Group for the
Advancement of Psychiatri (APGA). Dalam tahun 1970, APGA
mengklasifikasikan konselor dari "A" sampai "Z" berdasar pada orientasi
teoretis (Goldenberg, 2004).
Layanan Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan
oleh konselor kepada klien dengan cara humanis agar dapat klien dapat
menemukan potensi diri dan terlepas dari permasalahan yang dihadapinya, baik
permasalahan sekarang maupun yang akan datang.

Adapun materi yang disampaikan dalam Proses Layanan


Konseling Di Konseling Pasangan & Pernikahan:

a) Kebahagiaan dunia akhirat


Merupakan upaya membantu individu (istri/suami) mencapai
kebahagiaan kehidupan dunia dan akhirat. Dalam hal ini kebahagiaan
dunia harus dijadikan sebagai sarana mencapai kebahagiaan di akhirat.
b) Sakinah, mawaddah dan warahmah
Merupakan upaya pencapaian keadaan keluarga atau rumah
tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah, menuju keluarga yang
tentram, penuh kasih sayang. Sakinah yang berati tenang; diamnya
sesuatu setelah bergejolak, mawaddah berate cinta, dan rahmah berati
kasih sayang.
Dalam hal ini hubungan suami istri adalah hubungan cinta dan
kasih sayang. Dan suatu ikatan perkawinan pada dasarnya tidak dapat
dibatasi hanya dengan pelayanan yang bersifat material dan biologis

7
saja. Pemenuhan kebutuhan material, seperti makanan, pakaian, tempat
tinggal dan lain-lainnya hanya sebagai sarana unruk mencapai
kebutuhan yang lebih mulia dan tinggi. Yakni kebutuhan rohani, cinta,
kasih, sayang, dan barokah dari Allah. Dengan demikian, asumsinya
adalah bahwa pelayanan yang bersifat material akan diikuti dengan
hubungan batin, cinta, dan kaih sayang.
c) Komunikasi dan musyawarah
Ketentuan keluarga yang didasari rasa kasih sayang akan tercapai
manakala dalam keluarga itu senantiasa ada komunikasi dan
musyawarah. Dengan memperbanyak komunikasi segala isi hati dan
pikiran akan bisa dipahami oleh semua pihak, tidak ada yang
mengganjal dan tersembunyi.
d) Sabar dan tawakal
Setiap orang menginginkan kebahagiaan dengan apa yang
dilakukannya, termasuk menjalankan kehidupan berumah tangga.
Namun demikian, tidak selamanya segala usaha ikhtiar manusia itu
sesuai dengan apa yang diinginkan. Agar kebahagiaan sekecil apapun
dan dalam kondisi apapun tetap bisa dinikmati, maka seseorang harus
senantiasa bersabar dan bertawakal supaya mendapat kejernihan pikiran
dan tidak tergesa-gesa terburu nafsu dalam mengambil keputusan, maka
dengan demikian akan diperoleh keputusan akhir yang lebih baik.
e) Manfaat (Maslahat)
Dengan bersabar dan bertawakal terlebih dahulu, diharapkan
pintu pemecahan masalah rumah tangga maupun keputusan akhir yang
diambil oleh seseorang selalu dapat memberikan manfaat, baim untuk
dirinya sendiri, keluarga dan kehidupan kemanusiaan.

2.3 Model – Model Dan Pendekatan Layanan Konseling Di Konseling


Keluarga

Model konseling keluarga ialah suatu rencana atau pola yang


digunakan untuk menyusun kegiatan konseling, mendisain materi-materi

8
layanan konseling, dan menjadi pedoman pelayanan konseling perkawinan dan
keluarga. Terdapat banyak model konseling perkawinan dan keluarga yang
baik. Persoalannya adalah "baik" untuk siapa?" dan "baik untuk apa?". Model-
model konseling tersebut berasal dari teoretisi dan praktisi konseling yang
berbeda-beda latar belakang landasan teorinya. Oleh karena itu, tidak ada
jaminan bahwa salah satu model akan lebih baik dari model yang lainnya.
Efektivitas penggunaan satu model konseling perkawinan dan keluarga sangat
bergantung pada sikap kepribadian, tingkat pengetahuan, dan pengalaman
konselor dalam menerapkan suatu model konseling. Faktor penentu lainnya
adalah jenis klien, jenis masalah, dan tujuan diadakannya layanan
konselingperkawinan dan keluarga.

Adapun macam-macam Teori Pendekatan Layanan Konseling Di


Konseling Keluarga

1) Pendekatan Psikoanalisis 
Dalam psikoanalisis permasalahan yang dihadapi anggota
keluarga atau keluarga secara keseluruhan, senantiasa diasumsikan
karena ganguan patologis masa lalu. Misal seorang bapak masih selalu
ingat kepada ayahnya yang telah tiada, ia merasa seakan-akan
“ayahnya masih hidup bersamanya”. Akibatnya ia kemudian
memperlakukan anaknya sekarang, seperti ayahnya dulu
memperlakukannya. 
Contoh lain, bagaimana seorang ibu yang selalu bersikap kasar
dan mencaci maki anak perempuannya yang dianggap suka bersolek
dan “jual tampang” terhadap teman-teman prianya. Karena ibu ini
selalu menghubungkan situasi ini dengan fantasi rahasianya dimasa
lalu, yang tidak pernah bisa dilakukannya. Karena itulah kemudian
anak perempuannya sekarang, menjadi proyeksi sasaran kemarahannya
karena masa lalu yang tidak pernah dicapainya. 
Konselor hendaknya membimbing klien untuk menyadari “luka psikis”
dari alam bawah sadarnya dimasa yang lalu, serta menyadarkan tentang
perannya yang sekarang sebagi orang tua. Diharapkan akan terbukalah

9
kesadaran orang tua, untuk mencapai perubahan-perubahan bagi
dirinya dan demi situasi serta kebahagiaan keluarganya sekarang.  
2) Terapi Terpusat pada Klien 
Carl R.Roger dalam bukunya “On Becoming a person”
menyatakan bahwa hubungan dalam keluarga dapat dihidupkan atas
suatu dasar yang wajar, jujur, asli, tidak berpura-pura atau palsu. Oleh
karena itu anggota keluarga dibolehkan untuk menyatakan pikiran dan
perasaannya secara terbuka, belajar berkomunikasi dua arah, saling
menerima dan menghormati, serta membiarkan orang lain berbeda
pikiran dan perasaan. 
Dalam konseling fungsi konselor adalah sebagai fasilitator untuk
membuka jalur-jalur komunikasi yang tidak berjalan semestinya atau
bahkan mungkin terputus sama sekali. Konselor memperlihatkan rasa
hormat yang tinggi bagi potensi keluarga yang digunakan untuk
menentukan dirinya sendiri. Dengan demikian konseling keluarga
adalah proses menganyam segenap potensi yang ada pada keluarga,
untuk tumbuh dan berkembang serasi sesuai potensi masing-masing. 
3) Terapi Gestalt
Teori Gestalt memberikan perhatian kepada apa yang dilakukan
anggota keluarga, bagaimana mereka mengatakannya, apa yang terjadi
ketika mereka berkata, bagaimana ucapannya jika dihubungkan dengan
perbuatannya, dan apakah mereka berusaha menyelesaikan
perbuatannya. 
Yang lebih ditekankan lagi adalah peran pribadi dan kepribadian
bahkan pengalaman konselor kedalam perjumpaan konseling keluarga,
akrab dan berusaha memahami dan merasakan isi hati mereka.
Konselor harus bisa menjadi partisipan penuh, sebagai sahabat dan
sebagai orang yang dipercaya, masalah teknik bahkan cenderung tidak
menjadi penting dalam sesi-sesi konseling keluarga. 
4) Terapi Behavioral
Peran konselor Behavioral telah memperluas prinsip-prinsip teori
belajar sosial terhadap konseling keluarga. Prosedur belajar yang biasa

10
digunakan untuk mengubah perilaku, diaplikasikan untuk mengubah
perilaku bermasalah dalam suatu keluarga. Anggota keluarga belajar
bagaimana memberikan kepada anggota lain pengenalan dan
persetujuan perilaku-perilaku yang diinginkan dan bukan perilaku yang
menyimpang. Karena itu proses perubahan dan kemungkinan-
kemungkinan perilaku adalah prinsip dasar konseling behavioral dalam
keluarga. 
Keluarga dengan bimbingan konselor memprogramkan kembali
kontingensi reinforcement (penguatan kembali) yang ada dalam
keluarga. Kontingensi dapat diartikan sebagai kemungkinan-
kemungkinan perilaku yang terjadi, karena kemungkinan berarti
perilaku tersebut juga belum pasti terjadi. Konselor membantu
keluarga untuk menemukan kondisi-kondisi dimana reinforcement
social seperti memberi perhatian dan persetujuan kontingensi-
kontingensi perilaku yang diinginkan dan adaptif. 
Strategi ini dirancang untuk memutuskan pola-pola perilaku yang
tidak diinginkan, dan menghasilkan perubahan perilaku yang positif.
Strategi perilaku yang dirancang untuk menghasilkan perubahan
perilaku yang positif dalam keluarga ialah contingency contracting. JP
Chapling (2006:110) menjelaskan pengertian kontrak atau perjanjian
kontingensi (contingency contracting): dalam terapi tingkah laku
berupa satu kontrak atau ganjaran berdasarkan tanggapan-tanggapan
koopratif dimana pasien memahami bahwa dia harus melakukan
sesuatu agar dapat diperkuat mentalnya, atau ia mendapatkan ganjaran. 
5) Logotherapy Frankl 
Kehidupan keluarga menentukan titik tolak perkembangan anak.
Jika kehidupan keluarga berantakan, sering menimbulkan frustasi bagi
anak-anaknya. Akan nampak penyimpangan perilaku anak seperti
mabuk-mabukan, merokok, bahkan menghisap ganja dan lain
sebagainya. 
Orang tua merupakan orang yang paling utama menjadi pedoman
bagi anak-anaknya. Jika orang tua tidak memiliki nilai-nilai hidup yang

11
bermakna, maka keluarga seolah-olah merupakan pergolakan mencari
materi belaka. Anak-anak yang sejak kecil dibiasakan dengan
kemewahan, maka saat dewasanya nanti menganggap materilah makna
terpenting. Didalam konseling keluarga, konselor sebaiknya
mengusahakan, agar anggota keluarga menemukan makna yang baik
bagi keluarga dalam hubungan inter personal (antar pribadi) diantara
semua anggota keluarga. Konselor mengungkapkan makna dari
problem keluarga yang sedang terjadi. Mereka harus menemukan
makna yang benar-benar bisa menjamin kebahagiaan keluarga.
Misalnya makna agama, dengan menjalankan syariat agama, orang
akan menjadi tentram, mencegah godaan hawa nafsu seperti amarah,
benci, sombong dan sebagainya. 
Konselor memberikan kesempatan kepada keluarga untuk
berdiskusi tentang problem mereka, kemudian dibantu menemukan
makna yang terkandung didalamnya. Makna tersebut diharapkan dapat
memberikan dorongan semangat hidup klien kearah yang positif. 
6) Rational Emotional Therapy (RET)
Tujuan RET dalam konseling keluarga pada hakikatnya sama
dengan yang berlaku dalam konseling individu atau konseling
kelompok. Dalam RET anggota keluarga bertanggung jawab terhadap
perbuatannya sendiri dan berusaha mengubah reaksinya terhadap
situasi keluarga. 
Anggota keluarga dalam RET hanya memiliki sedikit saja
kekuatan untuk mengubah secara langsung orang lain. Mereka sendiri
yang harus mengontrol pikiran dan perasaannya secara individual.
Setiap individu dalam keluarga berada dalam keadaan mengawasi
perubahan perilakunya sendiri, yang secara tidak langsung akan
mengubah situasi kehidupan keluarga secara keseluruhan. 
Albert Ellis (dalam Sofyan S. Willis, 2009:126-127)
mengemukakan teknik-teknik yang bersifat Kognitif, Emotif dan
Behavioral yang tepat dalam keluarga. 

12
a. Teknik Kognitif
Dalam teknik kognitif suatu gangguan perilaku yang terjadi bukanlah
karena kehadiran individu dalam situasi keluarga, melainkan karena
persepsi dan interpretasinya terhadap situasi keluarga. Misal seorang
anak menganggap orang tuanya tidak sepantasnya miskin, dalam
pikirannya adalah karena orang tuanya tidak mau bekerja keras. Ide
anak seperti ini menyebabkan ia terganggu emosinya dengan
berperilaku misalnya malas sekolah, merokok dan sebagainya.  
b. Teknik Emotif
Teknik ini di desain untuk menunjukan kepada anggota keluarga
bahwa perasaan-perasaan mereka adalah hasil dari pemikiran mereka.
Teknik Evokatif dan Dramatic adalah cara yang biasa dilakukan untuk
merubah filsafat dan keyakinan seseorang. Mautsby (dalam Willis,
2009:127) teknik ini digunakan untuk memadamkan atau
menghentikan kebiasaan-kebiasaan yang tak diinginkan dan
menggantikannya dengan kebiasaan baru yang diinginkan. Klien
disuruh mengkhayalkan perasaan-perasaan yang jelek (misalnya
kengerian, kemarahan, keputusasaan) kemudian digantikan dengan
perasaan tenang, sabar, dan optimis. 
c. Teknik Behavioral
Teknik ini adalah bagian dasar dari RET dalam konseling keluarga.
Anggota keluarga diberi tugas-tugas pekerjaan rumah yang harus
dikerjakan pada situasi nyata dalam keluarga, dan bukan hanya di
khayalkan. Untuk menghindarkan keadaan yang tidak menyenangkan,
maka orang tua mengusahakan untuk mengubah situasi dan cara-cara
yang tidak sesuai dalam keluarga. 
Penggunaan kontrak dengan konselor perlu untuk menjamin agar
pekerjaan rumah dikerjakan oleh keluarga tersebut.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada dasarya Konseling perkawinan disebut juga sebagai konseling


untuk pasangan (suami istri). Konseling di pasangan atau perkawinan secara
umum adalah konsling yang diselenggarakan sebagai metode pendidikan,
metode penurunan ketegangan emosional, metode membantu pasangan suami
istri untuk memecahan masalah dan cara menentukan pola pemecahan masalah
yang lebih baik. Dan Merujuk pada definisi – definisi konseling perkawinan
dan keluarga yang telah diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa
konseling perkawinan dan keluarga merupakan salah satu bentuk proses
bantuan professional yang diberikan kepada suami istri dan anggota keluarga
lainnya, baik secara sendiri-sendiri, berpasangan, atau secara bersama-sama
dengan cara meninjau sistem keluarga secara keseluruhan dan
mengembangkannya kearah wel adjusted person, sehingga keluarga sebagai
suatu sistem sosial kembali menjadi harmonis dan fungsional, dan bebas dari
gangguan patologis.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/451087885/Makalah-Konseling-Perkawinan-
dan-Keluarga-pdf

http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/16604/2/11220091_bab-i_iv-atau-
v_daftar-pustaka.pdf

https://www.materikonseling.com/2020/12/model-pendekatan-dalam-
bimbingan-dan-konseling-keluarga.html

15

Anda mungkin juga menyukai