Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

BIMBINGAN KONSEING KELUARGA


“KONSELING PRA-NIKAH”

Dosen Pengampu:
Drs. Taufik, M.Pd., Kons.

Disusun oleh : Kelompok 8

1. PUTRI ANANDA (20006100)


2. PINGKI PUSPITA KIRANA (22006229)
3. QOTRIN MINATI NAILI (22006230)

DEPARTEMEN BIMBINGAN DAN

KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
KATA PENGANTAR

Dengan Menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi Maha
Penyayang.kami mengucapkan rasa syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang
Konseling Pra-Nikah. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bimbingan Konseling Keluarga, selain itu juga dibuatnya makalah ini agar dapat
menambah pengetahuan wawasan dan pengetahuan serta tidak lupa kami ucapkan
terimakasih kepada Bapak Drs. Taufik, M.Pd., Kons. selaku Dosen pengampu mata
kuliah Bimbingan Konseing Keluarga yang telah memotivasi kami supaya
terselesaikannya tugas makalah ini.

Terlepas dari itu semua, kami menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata cara bahasanya. Oleh karena itu
kami terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari
pembaca sehingga kami bisa melakukan melakukan perbaikan makalah yang baik dan
benar akhir kata kami meminta semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat
menambah pengetahuan pembaca.

Padang, 24 Oktober
2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................................4
A. Latar Belakang............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan Makalah.........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................................6
A. Pengertian Konseling Pranikah...................................................................................................6
B. Sejarah Konseling Pranikah........................................................................................................7
C. Tujuan Konseling Pranikah.........................................................................................................8
D. Pentingnya Konseling Pranikah bagi Pasangan yang Akan Menikah..........................................9
E. Syarat- Syarat menikah Menurut Undang-Undang Perkawinan...............................................12
BAB III PENUTUP..............................................................................................................................15
A. KESIMPULAN............................................................................................................................15
B. SARAN......................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pernikahan merupakan hal yang diinginkan oleh setiap individu, sebab setiap
individu membutuhkan nafkah batin, ketenangan, keharmonisan dan kesakinahan dalam
menjalani ataupun dalam membangun sebuah keluarga.

Membangun sebuah keluarga yang baru bukanlah suatu pekerjaan yang mudah.
Ketika dua orang membuat komitmen untuk menikah atau membangun sebuah keluarga,
maka mereka harus siap melakukan penyesuaian baru dengan pasangannya. Bukan
penyesuaian dalam bidang tertentu saja, namun penyesuaian yang mencakup seluruh aspek
kehidupan. Sebelum menikah, setiap pasangan itu perlu mengerti apa makna sebuah
pernikahan dan bagaimana dapat membina sebuah pernikahan yang berhasil. Untuk itulah
diperlukan konseling pranikah, agar individu mempersiapkan dan mengembangkan seluruh
potensi dan kekuatan yang dimilikinya dalam memasuki jenjang pernikahan, menyesuaikan
diri dengan lingkungan keluarga dan masyarakat, serta mengatasi hambatan dan kesulitan
menghadapi jenjang pernikahan.

Di dalam pernikahan haruslah dibarengi dengan rasa cinta dan komitmen serta
mempersiapkan pribadi masing-masing pasangan untuk mencapai pernikahan yang
harmonis sesuai yang diinginkan dan diharapkan oleh setiap pasangan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Konseling Pranikah ?


2. Bagaimana Sejarah Konseling Pranikah ?
3. Apa Tujuan Konseling konseling Pranikah ?
4. Bagaimana Pentingnya konseling pranikah bagi pasangan yang akan menikah?
5. Apa Persyaratan Menikah menurut Undang-undang PerkawinanApa Persiapan-
persiapan untuk berkeluarga?

C. Tujuan Penulisan Makalah

1) Untuk memenuhi tugas individu dalam mata kuliah Bimbingan Konseling Keluarga

2) Untuk menggetahui tentang Pengertian Konseling Pranikah

3) Untuk mengetahui Sejarah Konseling Pranikah

4) Untuk mengetahui apa Tujuan Konseling konseling Pranikah

5) Untuk membuka pemahaman dan pengetahuan mengenai Pentingnya


konseling pranikah bagi pasangan yang akan menikah

6) Untuk mengetahui apa Persyaratan Menikah menurut Undang-undang


PerkawinanApa Persiapan-persiapan untuk berkeluarga
BAB II
PEMBAHASAN
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Konseling Pranikah


Secara bahasa, konseling adalah proses pemberian bantuan kepada individu
(klien) yang sedang mengalami masalah dalam hidupnya melalui wawancara “tatap
muka” dengan para ahli di bidang konseling (konselor) untuk memecahkan masalah
yang dihadapi klien.

Konseling pranikah adalah upaya konselor profesional untuk membantu calon


suami dan istri agar dapaat mengembangkan dan menyelesaikan masalah yang
dihadapinya melalui komunikasi yang saling menghormati, toleransi dan pengertian
untuk mencapai dinamika keluarga, perkembangan, kemandirian dan kebahagiaan
seluruh anggota keluarga.

Konseling pranikah memegang peranan penting dalam menciptakan keluarga


sejahtera dan bahagia. Oleh karena itu, konseling pranikah harus mencapai tujuan yang
ingin dicapai oleh konseling pranikah. Konseling pranikah dimaksud dirancang dalam
suatu sistem dimana komponen-komponen aspek konseling diidentifikasikan secara
jelas dan diatur dalam satu tatanan yang meningkatkan efektifitas dan efisiensi
pelayanan.Konseling pranikah dianggap penting karena banyak orang yang merasa
salah dalam menentukan pilihan atau banyak kesulitan menyesuaikan diri dengan
mempertimbangkan banyak spek kehidupan pernikahan.

Konseling pranikah adalah proses bantuan yang diberi oleh para ahli di bidang
konseling, yaitu konselor bagi pasangan calon suami istri yang membutuhkan bantuan
atas masalah yang dihadapinya. Konseling pranikah ini biasanya dilakukan oleh kedua
belah pihak pasangan, yang sedang tergonjang-ganjing oleh masalah yang sedang
dihadapinya. Dalam artian, klien disini tidak dapat menyelesaikan masalahnya sendiri,
sehingga ia membutuhkan bantuan seorang konselor untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya, dengan tujuan agar keduanya dapat menjalani kehidupan manusia di
muka bumi ini dengan harmonis.

B. Sejarah Konseling Pranikah


Pernikahan merupakan awal terbentuknya keluarga, karena di dalamnya akan
ada ayah, ibu dan anak, sehingga proses awal pembentukannya yang berawal dari
pasangan suami istri perlu memperoleh konseling agar pernikahan yang akan
dilaksanakannya memperoleh kebahagiaan. Keluarga merupakan sistem sosial yang
alamiah, berfungsi membentuk aturan-aturan, komuniaksi, dan negosiasi di antara para
anggotanya. Ketiga fungsi keluarga ini mempunyai sejumlah impliaksi terhadap
perkembangan dan keberadaan para anggotanya. Keluarga melakukan suatu pola
interaksi yang diulang-ulang melalui partisipasi seluruh anggotanya. Strategi-strategi
konseling keluarga terutama membantu terpeliharanya hubungan-hubungan keluarga,
juga dituntut untuk memodofikasi pola-pola transaksi dalam memenuhi kebutuhan
anggota keluarga yang mengalami perubahan.

Dalam hal ini Nurihsan (2009: 99) lebih jauh menyebutkan bahwa konseling
keluarga tidak menghilangkan signifikansi proses intrapsikis yang sifatnya individual,
tetapi menempatkan perilaku individu dalam pandangan yang lebih luas. Perilaku
individu itu dipandang sebagai suatu yang terjadi dalam sistem sosial keluarga. Dengan
demikian, ada perubahan paradigma dari cara- cara tradisional dalam memahami
perilaku manusia ke dalam epistimologi cybernetic. Paradigma ini menekankan
mekanisme umpan balik beroperasi dan mengahsilkan stabilitas serta perubahan.
Kausalitas sirkyler terjadi dalam keluarga. Konselor keluarga lebih memfokuskan
pemahaman proses keluarga daripada mencari penjelasanpenjelasa yang sifatnya linier.

Dalam hal ini akan dipaparkan salah satu pendekatan dalam konseling yang
akan diimmplementasikan dalam praktek konseling pra nikah, yaitu pendekatan
humanistik. Berbeda dengan pendekatan lain, yang pada umumnya berorientasi pada
pentingnya diagnosis dan intrepretasi yang mendalam terhadap individu yang
bermasalah, Carl Rogers memperkenalkan suatu pendekatan dalam konseling pada diri
klien. Selama wawancara konseling berlangsung, klien diberi kesempatan dan
kebebasan untuk mengekspresikan diri dan emosinya serta dipercayakan utnuk
memikul sebagian besar tanggung jawab bagi pemecahan masalahnya. Pendekatan ini
mulai diperkenalkan pada tahun 1951 (Meyer dan Meyer, 1975) dalam M. A. Subandi (
2003: 39).

Dalam hal ini Rogers sangat yakin, bahwa pengalaman individual yang
sesungguhnya hanya dapat diketahui secara lengkap oleh individu itu sendiri, bahwa
seseorang akan merupakan sumber informasi yang terbaik mengenai dirinya sendiri.
pelaku pernikahan atau calon pengantinlah yang sangat mengetahui masalah yang
dihadapi, kekhawatiran yang muncul menjelang pernbikahan, sehingga dengan
pendekatan ini diharapkan calon pengentin dapat mempersiapkan pernikahannya dalam
rangka menuju kebahagiaan.

Pendekatan Humanistik ini oleh Carl Rogers disebut sebagai “ Person


Centered” berorientasi monistik. Artinya ia memandang manusia sebagai makhluk
yang dilahirkan dengan pembawaan dasar yang baik, memiliki kecenderungan yang
bertujuan positif, konstruktif, rasional, sosial, berkeinginan untuk maju, realistik,
memiliki kapasitas untuk menilai diri dan mampu membawa dirinya untuk bertingkah
laku sehat dan seimbang, cenderung berusaha untuk mengaktualisasikan diri,
memperoleh sesuatu dan mempertahankannya. Setiap manusia memiliki harga dan
martabat dirinya, sehingga dengan didukung oleh pembawaan dasarnya maka setiap
manusia akan siap dan mampu untuk mengatasi masalahnya ( Patterson, 1986: 45).

C. Tujuan Konseling Pranikah


Tujuan dari konseling pranikah adalah untuk meningkatkan hubungan pranikah
sehingga dapat berkembang menjadi pernikahan yang stabil dan memuaskan.
Konseling pranikah akan memberikan pemahaman kepada pasangan tentang potensi
masalah yang mungkin timbul setelah pernikahan, serta informasi dan sumber daya
untuk mencegah atau mengelolanya secara efektif, yang pada akhirnya mengurangi
ketidakbahagiaan dan perceraian dalam pernikahan.

Menurut faqih (2001:86) tujuan bimbingan perkawinan yaitu sebagai berikut:

1) Membantu individu untuk memecahkan permasalahan yang akan timbul dan mengatasi
problem-problem yang berkaitan dengan perkawinan, antara lain:
a. Memahami hakikat pernikahan dalam islam
b. Tujuan pernikahan menurut islam
c. Memahami persyaratan-persyaratan dalam islam
d. Kesiapan dirinya untuk menjalankan pernikahan dalam islam
2) Membantu individu memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan pernikahan,
antara lain:
a) Membantu individu (konseli) memahami permasalahan yang sedang dihadapi
b) Membantu individu (konseli) memahami kondisi dirinya dan keluarga serta
lingkungan masyarakat.
c) Membantu individu dalam menetapkan pilihan upaya penyelesaian atau
pemecahan masalah yang sedang dihadapi sesuai dengan ajaran agama islam
3) Membantu individu memelihara situasi dan kondisi pernikahan agar tetap baik, antara
lain:
a) Memelihara situasi dan kondisi pernikahan dan kehdiupan dalam berumah
tangga yang awalnya telah memiliki permasalahan atau problem dan telah
teratasi agar tidak timbul lagi menjadi permasalahan.
b) Mengembangkan situasi dan kondisi pernikahan agar menjadi rumah tangga
yang sakinah, mawaddah, warahmah.

D. Pentingnya Konseling Pranikah bagi Pasangan yang Akan Menikah


Satu hal yang sebaiknya dilakukan oleh pasangan sebelum menikah adalah
mengikuti konseling pranikah. Konseling pranikah adalah pemberian bimbingan oleh
seorang konselor atau penasihat mengenai pernikahan sebagai bekal bagi calon
pengantin. Konseling pernikahan dapat membantu memastikan bahwa Anda dan
pasangan memiliki hubungan yang kuat, mampu menciptakan pernikahan yang damai
dan sejahtera, hingga mengidentifikasi potensi masalah yang mungkin terjadi dalam
rumah tangga nantinya.

Dalam konseling pranikah, Anda dan pasangan akan didorong untuk


mendiskusikan topik yang berhubungan dengan pernikahan, sepertI:

 Komunikasi

 Keuangan

 Keyakinan dan nilai

 Peran dalam pernikahan

 Hubungan keluarga

 Pengambilan keputusan

 Pengendalian amarah

 Waktu yang dihabiskan bersama

 Kasih sayang dan seks

 Keinginan memiliki anak.

Anda dan pasangan mungkin tidak akan selalu sepaham mengenai berbagai hal di
atas. Anda mungkin akan setuju terhadap beberapa hal, tapi pasangan Anda tidak
menyetujuinya. Begitu juga sebaliknya.

Dengan membahas perbedaan dan harapan sebelum menikah, konselor akan


membantu Anda dan pasangan untuk lebih saling memahami, mengatasi tantangan, dan
mendukung satu sama lain dalam pernikahan nantinya.

Adapun manfaat dari konseling pranikah adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan komunikasi yang efektif


Mengikuti konseling pranikah bisa meningkatkan komunikasi yang lebih efektif
antara Anda dan pasangan. Anda pun akan mengetahui apa keinginannya, begitu juga
dengan pasangan Anda. Dengan menciptakan komunikasi yang baik, fondasi pernikahan
akan semakin kuat.

2. Lebih baik dalam menyelesaikan masalah

Dalam konseling ini, Anda dan pasangan dapat menemukan potensi masalah
yang akan dihadapi kelak dalam pernikahan. Sehingga, kalian bisa belajar
menyelesaikannya dengan lebih baik mulai dari saat ini.

3. Meningkatkan kualitas hubungan

Konseling pranikah membuat Anda dan pasangan saling memahami satu sama
lain sehingga bisa meningkatkan kualitas hubungan. Hubungan yang kuat dan sehat bisa
mewujudkan pernikahan yang bahagia.

4. Memahami dan menerima perbedaan

Konseling pranikah membantu Anda dan pasangan mengembangkan


keterampilan untuk berkompromi dan bekerja sama secara efektif dalam pernikahan
nantinya. Hal ini akan mendorong kalian untuk lebih memahami dan menerima
perbedaan satu sama lain.

5. Bisa menyesuaikan diri dengan lebih baik

Melalui konseling pranikah, Anda juga bisa menyesuaikan diri dengan lebih baik
dalam kehidupan pernikahan. 

Jika sebelumnya Anda pribadi yang cuek, maka dalam pernikahan Anda bisa
lebih perhatian. Baik Anda dan pasangan akan saling memahami kondisi, kelebihan,
dan kekurangan yang ada.Setiap pasangan yang hendak menikah tentu bisa
mendapatkan konseling pranikah. Anda dapat menghubungi pihak Kantor Urusan
Agama (KUA) untuk memperoleh informasi mengenai bimbingan konseling pranikah
atau mencari konselor sendiri. 
Anda dan pasangan harus nyaman berdiskusi bersama konselor untuk
mendapatkan hasil yang baik. Berusahalah untuk terbuka satu sama lain sehingga
pernikahan yang akan Anda jalani menjadi langgeng dan bahagia. Akan tetapi, tidak
semua pasangan ingin mengikuti konseling tersebut. Hal ini mungkin disebabkan oleh
permasalahan biaya, waktu, atau kekhawatiran akan timbulnya masalah.  Selama ini,
perspektif yang berkembang mengenai ikut konseling berarti memiliki hubungan yang
bermasalah. Padahal justru hal ini bisa membantu menguatkan hubungan Anda dan
pasangan.

E. Syarat- Syarat menikah Menurut Undang-Undang Perkawinan


Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara laki-laki dan perempuan yang
membentuk rumah tangga dengan tujuan untuk menjadi keluarga Sakinah, mawaddah,
warahmah, dan menjadi keluarga yang Bahagia menurut Ketuhanan Yang Maha Esa
(UU No. 1 tahun 1974). Untuk itu perkawinan harus dilakukan dengan memenuhi
aturan sahnya perkawinan sesuai aturan hukum yang ditetapkan. Di Indonesia
ketentuan aturan hukum tentang perkawinan diatur dalam UU No. 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan. Syarat sahnya perkawinan menurut UU No. 1 Tahun 1974 adalah
seperti yang diatur dalam pasal 6 yaitu:

1. Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai.

2. Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 tahun


harus mendapat ijin kedua orangtuanya.

3. Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan
pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun.

4. Seorang yang masih terikat tali perkawinan dengan orang lain tidak dapat kawin
lagi kecuali memenuhi Pasal 3 ayat 2 dan pasal 4.

5. Apabila suami dan istri yang telah cerai kawin lagi satu dengan yang lain dan
bercerai lagi untuk kedua kalinya apabila hukum agamanya menghendaki.
6. Bagi seorang wanita yang putus perkawinannya berlaku jangka waktu tunggu.

Menurut undang-undang Republik Indinesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang


perkawinan dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Dasar Perkawinan
Sudah kita ketahui bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara pria dan
wanita untuk membangun rumah tangga yang Bahagia menurut Tuhan Yang Maha
Esa. Perkawinan juga adalah sah apabila dilakukan menurut kepercayaan agamanya
masing-masing. Menurut Pasal 3 nomor 1 dikatakan bahwa pada asasnya seorang
pria hanya boleh memiliki seorang istri, begitupun sebaliknya, seorang istri hanya
boleh memiliki seorang suami. Namun pengadilan dapat memberi izin nikah
kembali kepada seorang laki-laki apabila dikehendaki oleh pihak yang bersangkutan
dan apabila
1. istri tidak dapat memnjalankan kewajibannya sebagai isteri.
2. istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan.
3. istri tidak dapat melahirkan keturunan.
b. Syarat- Syarat Perkawinan
Pernikahan dapat di lakukan apabila mempunyai persetujuan dari kedua calon
mempelai, namun apabila calon mempelai belum mencapai cukup umur jadi harus
mendapat izin dari orangtua. Perkawinan hanya diizinkan bila piha pria mencapai
umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 (enam
belas) tahun. Perkawinan dilarang antara dua orang yang:
a. berhubungan darah dalan garis keturunan lurus ke bawah atau ke atas.
b. berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara
saudara, antara seorang dengan seorang saudara orang tua dan antara
seorang dengan saudara neneknya.
c. berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dan ibu/bapak tiri.
d. berhubungan susuan, anak susuan, saudara dan bibi/paman susuan.
e. berhubungan saudara dengan isteri atau sebagai bibi atau kemenakan dari
isteri, dalam hal seorang suami beristeri lebih dari seorang.
f. yang mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau praturan lain yang berlaku
dilarang kawin.
Dalam perkawinan juga Apabila suami dan istri yang telah cerai kawin lagi satu
dengan yang lain dan bercerai lagi untuk kedua kalinya, maka diantara mereka tidak
boleh dilangsungkan perkawinan lagi, sepanjang hukum, namun hal itu kembali
kepada kepercayaannya masing-masing lagi.
BAB III
PENUTUP
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pernikahan merupakan pertalian yang teguh dan kuat dalam hidup dan
kehidupan manusia, bukan saja antara suami istri dan keturunannya, melainkan antara
dua keluarga. Baiknya pergaulan antara suami dan istri, kasih mengasihi akan
berpindah kepada semua keluarga kedua belah pihak, sehingga mereka menjadi integral
dalam segala urusan sesamanya dalam menjalankan kebaikan dan mencegah segala
kejahatan. Selain itu, dengan pernikahan seseorang akan terpelihara dari godaan hawa
nafsunya.

Dalam realitasnya ada pasangan calon pengantin yang mengalami sindrom atau
kekhawatiran tentang apa yang akan terjadi dalam pernikahannya, sehingga mereka
perlu memperoleh bimbingan terhadap hal-hal yang akan terjadi dalam pernikahan,
agar kekhawatiran yang terjadi dalam pernikahannya dapat diminimalisir. Dalam hal
ini terdapat juga orang yang merasa bimbang untuk memasuki ke gerbang pernikahan

B. SARAN

Didalam pembuatan makalah ini tentunya penulis memiliki banyak kekeliruan


yang mungkin tidak disadari oleh penulis. Maka dari itu, diharapkan kepada seluruh
pembaca, jika menemukan kekeliruan dalam makalah yang kami buat ini, maka penulis
berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun, supaya
penulis tidak lagi melakukan kesalahan yang sama. Dan demi mewujudkan karya-karya
ilmiah yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Juntika Nurihsan. (2009). Bimbingan & Konseling. Bandung: Refika Aditama.

Ainur Rahim, Faqih. 2001. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Jogjakarta: UII Perss.

Mubasyaroh. (2016). Konseling Pra nikah dalam mewujudkan Keluarga Bahagia (studi
Pendekatan humanistik Carl R. Rogers). STAIN Kudus, 7(2).

Patterson. 1986. Theories of Counseling and Psychotherapy. 4th ed. New York: Harper and
Row Publisher

Rogers, C. R. 1961. Client-Centered Therapy. Implication. and Theory. Boston: Houghton


Mifflin Companya.

Soemiyati, 1997. Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan (Undang-


Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan), Liberty, Yogyakarta,

Subandi, M. A. (ed. ) 2003. Psikoterapy; Pendekatan Konvensional dan Kontemporer.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Tim BKI’ A 20. (2022). The World of Counselor: Graflit. Anagraf Indonesia.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan.

Anda mungkin juga menyukai