Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Herman Nirwana, M.Pd., Kons.
Triave Nuzila Zahri, M.Pd., Kons.
Oleh :
QOTRI MINATI NAILI
22006230
No Absen 39
Email: qotrinaili@gmail.com
PENDAHULUAN
Bagi perantau yang merantau ke daerah lain akan mudah menimbulkan tekanan
yang mengakibatkan terjadinya bias budaya tau biasa dikenal dengan sebutan culture
shock. Orang yang mengalami bias budaya akan kebingungan dalam berkomunikasi
dengan lingkungannya, karena adaptasi tersebut harus memiliki kemampuan
individu untuk memahami perilaku dan tingkah laku yang berbeda dengan individu
di daerah asalnya (Munthe, 1994 dalam Primasari, 2015). Ketika perantau mengalami
bias budaya maka akan berdampak pada kehidupan sosial dan lingkungan kerjanya,
di instansi pun pasti memiliki bimbingan untuk membantu pekerjaannya dalam
menghadapi masalahnya, seperti layanan bimbingan individual (Aspir, 2018).
METODE PENELITIAN
Layanan konseling dapat berhasil apabila ada Kerjasama antar konselor dan
juga konselinya, jika konselor bisa menyelarasi budaya konseli dan konseli pun dapat
menerima konselor maka layanan konseling tersebut akan berhasil (Habsy et al.,
2017). Budaya sunda merupakan budaya yang sangat terbuka dengan pendatang dan
juga budaya lainnya, maka layanan konseling individual bisa dilakukan atas
persetujuan oleh konselinya (Jubba et al., 2019).
Berdasarkan hasil literasi yang saya dapatkan akan penulis tuangkan dalam
tabel berikut ini.
Proses konseling diatas bisa berhasil karena konselor pun dapat menempatkan
dirinya di situasi yang betul, dan konselor pun secara sadar dan cepat melakukan
penyesuaian terhadap budaya konseli agar respon yang diberikan pun lebih efektif.
Pada dua decade terakhir, isu mengenai kajian yang bersifat multibudaya, antar
budaya, trans budaya, dan lintas budaya sudah banyak dibicarakan di banyak negara.
Bahkan sudah banyak sekali artikel, dan jurnal yang membahas mengenai isu ini
(Patsiopoulos & Buchanan, 2011). Sunaryo Kartadinata, 1996 mengatakan bahwa
konselor berperan dan berfungsi sebagai seorang pebimbing, maka harus bisa
memahami kompleksitas interaksi dan dapat menguasai ragam bentuk intervensi
psikologis yang tidak terbatas kepada interpersonal multi budayanya. (Adhiputra,
2015)
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Evans, K., & Sullivan, J. M. (2012). Dual diagnosis: Counseling the mentally ill substance
abuser. Guilford Press.
Habsy, B. A., Hidayah, N., Lasan, B. B., & Muslihati, M. (2017). A literature review of
indonesian life concept linuwih based on the teachings of adiluhung Raden Mas
Panji Sosrokartono. 3rd International Conference on Education and Training
(ICET 2017), 64–73.
Jubba, H., Pabbajah, M., Prasodjo, Z. H., & Qodir, Z. (2019). The future relations
between the majority and minority religious groups, viewed from Indonesian
contemporary perspective: A case study of the coexistence of Muslims and the
Towani Tolotang in Amparita, South Sulawesi. International Journal of Islamic
Thought, 16, 13–23.
Legiani, W. H., Lestari, R. Y., & Haryono, H. (2018). Transmigrasi dan Pembangunan di
Indonesia. Hermeneutika: Jurnal Hermeneutika, 4(1), 25–38.
Lim, S. S., Vos, T., Flaxman, A. D., Danaei, G., Shibuya, K., Adair-Rohani, H., AlMazroa, M.
A., Amann, M., Anderson, H. R., & Andrews, K. G. (2012). A comparative risk
assessment of burden of disease and injury attributable to 67 risk factors and
risk factor clusters in 21 regions, 1990–2010: a systematic analysis for the Global
Burden of Disease Study 2010. The Lancet, 380(9859), 2224–2260.
Saputra, W. N. E., Alhadi, S., Supriyanto, A., & Adiputra, S. (2021). The development of
creative cognitive-behavior counseling model as a strategy to improve self-
regulated learning of student. International Journal of Instruction, 14(2), 627–
646.
Tarmizi, R., & Karneli, Y. (2021). Konseling Individual Dengan Pendekatan Realitas
Untuk Mengurangi Perilaku Konsumtif (Studi Kasus Pada Siswa Sekolah Di
Medan). Counsenesia Indonesian Journal Of Guidance and Counseling, 2(1), 31–40.