Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KONSELING LINTAS BUDAYA

Diajukan Untuk Memenuhi Satu Tugas Akhir Semester Mata Kuliah Konseling Lintas
Budaya

Di susun Oleh :

Shaila Sandra Pratimy (2619086)

Kelas : PBK 6C

Dosen Pembimbing :

Nori Natalia, S. Psi, S. Pd, M.Pd

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI

T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Hidayahnyalah akhirnya
dapat menyelesaikan tugas laporan ini walaupun hanya dalam bentuk sederhana.

Kami menyadari bahwa sangat banyak tantangan dan rintangan yang dihadapi dalam
penulisan laporan ini, Kami tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Akhirnya semua ini dapat
kai pahami. Untuk melalui kesempatan ini kami ingin menyampaikan terimakasih kepada semua
pihak yang telah banyk membantu kami dalam materi maupun material. Semoga segala bantuan
yang telah di berikan akan dapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Dalam penulisan laporan ini telah diupayakan kesempurnaannya. Namun tidak dapat di
pungkiri masih banyak kekeliruan. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis nantiakan dengan
hati terbuka demi kesempurnaan penulisan laporan yang akan datang.

Akhir kata semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Bukittinggi, Juni 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1

A. Latar Belakang...................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................. 1
C. Tujuan ..................................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3

A. Konsep Konseling Lintas Budaya.................................................................................... 3


B. Pelaksanaan Konseling Lintas Budaya ........................................................................... 6
C. Proses Konseling ............................................................................................................... 7

BAB III PENUTUP ........................................................................................................................ 11

A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 11
B. Saran .................................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 12

LAMPIRAN.................................................................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Isu-isu tentang antar atau lintas budaya yang disebut juga multibudaya meningkat dalam
dekade 1960-an, yang selanjutnya melatari kesadaran bangsa Amerika pada dekade 1980-an.
Namun, rupanya kesadaran itu disertai dengan kemunculan kembali sikap-sikap rasialis yang
memecah-belah secara meningkat pula.
Hal ini menjelaskan pandangan, bahwa dibutuhkan pendekatan baru untuk kehidupan
pada abad-21, baik yang melingkup pendidikan bagi orang biasa maupun profesional dalam
bidang lintas serta keragaman budaya. Pendidikan yang dimaksud hendaknya menegaskan
dimensidimensi keragaman dan perbedaan. Dengan kata lain, kecenderungan pendidikan yang
berwawasan lintas budaya sangat diperlukan dalam kehidupan manusia abad-21.
Dasar pertimbangan yang melatari sangat pentingnya wawasan lintas budaya dalam
bidang pendidikan, terutama dipengaruhi oleh globalisasi dan modernisasi yang sangat pesat,
yang antara lain ditandai dengan kecenderungan besar perubahan kehidupan sebagai berikut.
Pertama, kehidupan demokratisasi yang ditunjukkan dengan kesadaran akan hak asasi yang
semakin meningkat pada setiap lapisan masyarakat. Kedua, transparansi sebagai dampak dari
perkembangan jenis media dan informasi yang semakin beragam, yang menuntut kemampuan
memproses dan memproduksi secara cerdas. Ketiga, efisiensi dalam pemanfaatan waktu yang
menuntut manusia untuk pandai membuat keputusan dalam bentuk perencanaan, pelaksanaan,
penilaian, dan penaksiran serta penerimaan risiko dari setiap keputusan secara bertanggung
jawab.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Konsep konseling lintas budaya?
2. Bagaimana pelaksanaan Konseling lintas budaya?
3. Bagaimana proses konseling lintas budaya?

1
C. TUJUAN
Tujuan diadakannya konseling ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Konseling Lintas Agama dan Budaya, sebagai salah satu indikator yang mempu mengukur
sejauh mana pemahaman mahasiswa dalam konseling lintas agama dan budaya, sehingga
mahasiswa menjadi konselor yang peka terhadap masalah klien yang memiliki latar belakang
agama dan budaya yang berbeda.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Konseling Lintas Budaya


Konseling lintas budaya yaitu suatu proses konseling yang melibatkan antara
konselor dan klien yang berbeda budayanya dan dilakukan dengan memperhatikan
budaya subyek yang terlibat dalam konseling. Jika konseling memperhatikan
budaya,maka konseling semacam ini adalah pemaduan partner secara meningkat dari
budaya yang berbeda baik antara kelompok bangsa, kelompok etnik, atau kelompok-
kelompok yang peranan
mereka secara budaya dibedakan. Konsekuensinya adalah konselor harus mengetahui
aspek-aspek khusus budaya dalam proses konseling dan dalam gaya konseling tertentu
mereka, sehingga mereka dapat menanganinya secara lebih terampil dengan variabel
budaya itu.1
Konseling lintas budaya dapat terjadi jika antara konselor dan klien mempunyai
perbedaan. Kita tahu bahwa antara konselor dan klien pasti mempunyai perbedaan
budaya yang sangat mendasar. Perbedaan budaya itu bisa mengenai nilai-nilai,
keyakinan, perilaku dan lain sebagainya. perbedaan ini muncul karena antara konselor
dan klien berasal dari budaya yang berbeda. Konseling lintas budaya dapat terjadi jika
konselor kulit putih memberikan layanan konseling kepada klien kulit hitam atau
konselor orang Batak memberikan layanan konseling pada klien yang berasal dari
Ambon.2 Selain itu konseling lintas budaya tidak hanya terjadi pada suku yang berbeda
tetapi bisa jadi masih dalam satu suku yang sama.
Prayitno dan Erman Amti dengan mengutip hipotesis Pedersen dkk. menjelaskan
bahwa dalam konseling lintas budaya harus memperhatikan berbagai aspek dan seluk
beluknya, yaitu:3
1. Makin besar kesamaan harapan tentang tujuan konseling lintas budaya yang pada diri
klien dan konselornya, maka dimungkinkan konseling itu akan berhasil.

1
Jumarin, 2002, Dasar-Dasar Konseling Lintas-Budaya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
2
Sulistyarini & Mohammad Jauhar, 2014, Dasar-Dasar Konseling, Jakarta: Prestasi Pustaka.
3
Prayitno & Erman Amti, 1999, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan dan PT Rineka Cipta

3
2. Makin besar kesamaan pemahaman tentang ketergantungan, komunikasi terbuka, dan
berbagai aspek hubungan konseling lainnya pada diri klien dan konselornya, makin besar
kemungkinan konseling itu akan berhasil.
3. Makin besar kemungkinan penyederhanaan harapan yang ingin dicapai oleh klien
menjadi tujuan-tujuan operasional yang bersifat tingkah laku dalam konseling lintas
budaya, makin efektiflah konseling dengan klien tersebut.
4. Makin bersifat personal dan penuh dengan nuansa emosional suasana konseling lintas
budaya, makin mungkinlah klien menanggapi pembicaraan dalam konseling dengan
bahasa ibunya, dan makin mungkinlah konselor memahami sosialisasi klien dalam
budayanya.
5. Keefektifan konseling lintas budaya tergantung pada kesensitifan konselor terhadap
proses komunikasi pada umumnya (baik verbal maupun non-verbal), dan terhadap gaya
komunikasi dalam budaya klien.
6. Latar belakang dan latihan khusus, serta pemahaman terhadap permasalahan hidup
sehari-hari yang relevan dengan budaya tertentu, akan meningkatkan keefektifan
konseling dengan klien yang berasal dari latar belakang budaya tersebut.
7. Makin klien lintas budaya kurang memahami proses konseling, makin perlu konselor atau
program konseling lintas budaya memberikan pengarahan/pengajaran/latihan kepada
klien itu tentang keterampilan berkomunikasi, pengambilan keputusan, dan transfer
(mempergunakan keterampilan tertentu pada situasi-situasi yang berbeda).
8. Keefektifan konseling lintas budaya akan meningkat sesuai dengan pemahaman (klien
dan konselor) tentang nilai-nilai dan kerangka budaya asli klien dalam hubungannya
dengan budaya yang sekarang dan yang akan datang yang akan dimasuki klien.
Inilah beberapa hipotesis Pedersen dkk. yang dikutip oleh Prayitno dan Erma
Amti tentang berbagai aspek dan seluk-beluk konseling lintas budaya yang harus
dipahami oleh konselor lintas budaya. Konseling lintas budaya lebih kompleks dalam
menanganinya dan tidak dapat disamakan dalam penanganannya.
Lanjut Pedersen seperti dikutip oleh Sulistyarini & Mohammad Jauhar (2014:
276-277) bahwa konseling lintas budaya memiliki tiga elemen, yaitu:
a). Konselor dan klien berasal dari latar belakang budaya yang berbeda dan melakukan
konseling dalam latar belakang budaya (tempat) klien

4
b). Konselor dan klien berasal dari latar belakang budaya yang berbeda dan melakukan
konseling dalam latar belakang budaya(tempat) konselor
c). Konselor dan klien berasal dari latar belakang budaya yang berbeda dan melakukan
konseling di tempat yang berbeda pula.
Konselor berwawasan lintas budaya adalah konselor yang memiliki kepekaan
budaya dan mampu melepaskan diri dari bias-bias budaya, mengerti dan dapat
mengapresiasi diversitas budaya, dan memiliki keterampilan yang responsif secara
kultural. Dari segi ini, maka konseling berwawasan lintas budaya pada dasarnya
merupakan sebuah "pejumpaan budaya" (cultural encounter) antara konselor dengan
budayanya sendiri dengan klien dari budaya berbeda atau sama dengan yang
melayaninya.
Kajian-kajian tentang konsep konseling berwawasan lintas budaya di atas berlaku
juga untuk konsep yang sepadan lainnya seperti multi budaya (multi cultural), antar-
budaya (intercultural), atau trans-budaya (transcultura ) yang digunakan secara berganti-
ganti dalam berbagai literatur untuk maksud yang sama. Sehingga pembahasan konseling
berwawasan lintas budaya dapat juga dipahami sebagai pembahasan konseling multi
budaya, konseling antar budaya, konseling silang budaya atau konseling trans-budaya. Di
samping itu, dalam berbagal literatur digunakan pula istilah konseling untuk populasi
khusus (counseling for special populations) dan konseling multi-etnik (multi-ethnic
counseling), konseling untuk mahasiswa internasional (counseling for international
students) .
Selama proses konseling berwawasan lintas budaya berlangsung konselor dan
klien masing-masing akan menjadikan budaya yang dimiliki sebagai investasi awal untuk
pemecahan masalah. Selanjutnya konselor dan klien akan membesarkan investasi itu
melalui perolehan pengalaman dalam proses kelompok, pematangan diri masing–masing
dengan saling tukar kesadaran budaya, yang semuanya bertujuan untuk pemecahan
masalah dan pengembangam potensi anggota kelompok.
Bantuan atau intervensi yang berwawasan lintas budaya dalam konseling adalah
bantuan yang didasarkan atas nilai/keyakinan, moral, sikap dan perilaku individu sebagai
refleksi masyarakatnya, dan tidak semata-mata mendasarkan teori belaka dengan

5
anggapan bahwa pendekatan terapi yang sama bisa secar efektif diterapkan pada semua
klien dari berbagai budaya (Corey.1997.43)
Menurut (Supriyatna, 2011: 169) Sedikitnya ada tiga pendekatan dalam konseling
lintas budaya, pertama, pendekatan universal atau etik yang menekankan inklusivitas,
komonalitas atau keuniversalan kelompok-kelompok. 4Kedua, pendekatan emik
(Kekhususan-budaya) yang menyoroti karakteristik khas dari populasi-populasi spesifik
dan kebutuhan-kebutuhan konseling khusus mereka. Ketiga, pendekatan inklusif atau
transcultural. Mereka mengunakan istilah trans sebagai lawan dari inter atau cross
cultural counseling untuk menekankan bahwa keterlibatan dalam konseling merupakan
proses yang aktif dan resiprokal.

B. Pelaksanaan Konseling Lintas Budaya


a. Identitas
1. Identitas Konselor
Nama : Shaila Sandra Pratimy
Tempat / Tanggal Lahir : Perawang, 02 Agustus 2001
Asal : Perawang, Kab. Siak
Alamat Domisili : Kubang Putiah
Suku/ Ras : Melayu
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa

2. Identitas Klien
Nama : Wasilah
Tempat / Tanggal Lahir : Muaro Paiti, 23 November 2000
Asal : Kapur IX
Alamat Domisili : Kubang putiah
Suku / Ras : Minang
Agama : Islam

4
Supriyatna, M. 2011. Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi. Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada

6
Pekerjaan : Mahasiswa

b. Deskripsi masalah
Klien adalah seoranang perempuan yang kini sedang menempuh studi di
Universitas Sjech M. Djamil Djambek BukitTinggi, Prodi Pendidikan Matematika
Semester 6. Sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama ia sangat menyukai
Matematika.
Klien termasuk mahasiswa yang aktif dalam bidang apapun, termasuk dalam
kegiatan kampus. Namun akhir-akhir ini klien merasa murung dan gelisah karena
masalah keluarga yang saat ini ia hadapi. Disini konselor memberikan nasihat dan arahan
kepada klien mengenai permasalahan dengan keluarganya sehingga klien dapat
mengambil keputusan dengan tepat.

c. Proses Konseling
1. Pengantaran
Ki : Assalamualaikum buk
Ko : Waalaikumsalam silahkan masuk
Ki : Terimakasih buk
Ko : Apakabar sila ?
Ki : Alhamdulillah baik bu
Ko : Alhamdullillah, kalau boleh tau sibuk apa sila sekarang ? kerja / kuliah?
Ki : sekarang saya kuliah buk
Ko : Oh kuliah dimana ?
Ki : Di UIN buk jurusan Matematika semester 6
Ko : Oh berarti setahun lagi sudah tamat ya?
Ki : Iya buk
Ko : Harus tetap semangat ya biar cepat wisuda
Ki : Amin buk

7
2. Penjajakan
Ki : Sebenarnya tadi waktu saya masuk kesini daya gugup sekali tapi setelah saya
berbicara dengan ibu saya merasa nyaman
Ko : Tidak apa apa, Sekarang kita punya waktu beberapa menit untuk kamu
menceritakan permasalahan kamu dan disini kamu tidak perlu takut untuk
menceritakannya karena apa yang kamu ceritakan akan ibuk rahasiakan dan disini
kamu bisa berbicara secara sukarela dan terbuka. Jadi sekarang kamu bisa
menceritakannya
Ki : Jadi begini buk, kedatangan saya kesini ingin menceritakan apa yang
membuat saya tidak tenang. Saya harap ibu bisa membantu menemukan
solusinya.Karena saya tidak punya siapa-siapa
Ko : Saya tidak menjanjikan bisa membantu kamu untuk keluar dari masalah ini.
Karena selesai / tidaknya masalah yang kamu hadapi tergantung kamu cara
menyikapinya bagaimana dan kamu tidak perlu bingung saya siap untuk
mendengarkan cerita kamu

3. Penafsiran
Ki : Jadi begini buk, yang saya maksud gelisah itu, benar-benar gelisah dan sedih
karena keadaan keluaarga saya
Ko : Kalau ibu boleh tau gelisah kenapa?
Ki : Kondisi kelurga saya yang tidak seharmonis orang lain. Saya hanya
membutuhkan perhatian lebih dari keduaorang tua saya, karena kedua orang tua
saya sudah bercerai dan sekarang sudah mempunyai pasangan masing-masing.
Ko : Saya merasakan apa yang kamu rasakan betapa beratnta masalah yang kamu
hadapi.
Ki : iya saya bingung dengan masalah ini. Ibu dan ayah saya bercerai dan saya
bingung harus berbuat apa. Karena mereka sudah tinggal dengan keluarganya
masing-masing
Ko : Jadi sekarang kamu tinggal dengan siapa ?
Ki : Saya tinggal dengan tante saya buk
Ko : ohh dengan tante, hal lain apa yang menganggu kamu sekarang?

8
Ki : Intinya sekarang saya tinggal dengan tante saya tapi tidak mungkin
selamanya saya tinggal dengan tante saya dan saya mempunyai satu adik laki-laki
yang sekarang duduk di bangku SMA. Yang saya beratkan sekarang ini mengenai
ibu saya yang akan pergi ke palembang dengan sumai barunya dan saya hanya
tinggal berdua dengan adik saya dirumah
Ko : Apakah ayah kamu ada mengajak kamu untuk tinggal bersamanya saat ibu
kamu pergi?
Ki : Ada buk, tapi adik saya paling tidak mau tinggal dengan orang lain termasuk
dengan ayahnya sendiri.

4. Pembinaan
Ko : Jadi orang tua kamu sudah bercerai dan ayah ibu sila sudah memiliki
keluarga baru lagi. Dan kamu gelisah karena mau di tinggal kan oleh ibu berdua
dengan adik kamu begitu ?
Ki : Iya buk itu yang membuat saya gelisah dan sedih
Ko : Kalau menurut kata hati sila bagaimana?
Ki : Menurut saya tetap merelakan ibu saya pergi ikut dengan suaminya
walaupun berat buk
Ko : Baik itu pilihan yang tepat, karena kamu bisa mengerti situasi yang ada
pada saat ini, Akan tetapi apakah kamu benar-benar yakin dengan pilihan kamu ?
Ki : Saya harus tetap tinggal bersama adik saya dirumah, Adik saya sudah
menjadi tanggung jawab saya buk dan ini sudah menjadi pilihan satu satunya dan
merelakan ibu pergi dengan keluarga barunya
Ko : Saya paham dengan keadaan kamu, jadi kamu tetap yakin tinggal dirumah
dengan adik kamu?
Ki : Mau tidak mau saya harus relakan bu karna kalau saya akan menghambat ibu
saya untuk keluarga barunya dan saya juga harus bertanggung jawab atas adik
saya
Ko : Pilihan sila sangat tepat merelakan ibu tinggal dengan keluarga barunya
Ki : Iya buk, tapi menurut ibu apakah pilihan saya sudah benar? Takutnya saya
salah

9
Ko : Sebenarnya tidak ada pilihan itu yang benar tergantung dengan cara kita
menyikapi masalah aja lagi
Ki : Jadi pilihan saya tidak salah bu?
Ko : Tidak itu adalah pilihan yang tepat dan dewasa untuk sila sendiri, apalagi
ditambah menjaga adik kamu
Ki : Iya buk

5. Pengakhiran
Ko : Jadi menurut sila kesimpulan dari pembincangan ini yang dapat sila ambil
apa ?
Ki : Kesimpulannya saya harus tetap merelakan ibu saya pergi ke palembang dan
saya disini fokus dengan adik saya dan menjaga adik saya walaupun sedikit berat
untuk saya
Ko : Bagus, sila sudag bersikap dewasa dalam pengambilan keputusan, semoga
perbincangan ini bermanfaat untuk kamu. Sekarang bagaimana perasaan kamu
setelah menceritakan permasalahan kamu ?
Ki : Sedikit lebih lega buk, terimakasih sudah mau mendengarkan permasalahan
saya
Ko : Iya sama-sama, baiklah kita tutup saja ya. Kalau ada yang ingin kamu
ceritakan lagi saya siap untuk mendengarkannya
Ki : Baik buk, kalau begitu saya pamit dulu, Assalamualaikum buk
Ko : Waalaikumsalam

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses dalam wawancara konseling tidaklah semudah yang dibayangkan, terlebih
konseling lintas agama dan budaya yang saat ini kita lakukan. Konselor yang sudah mahir
dalam bidangnya sekalipun seringkali menemukan hambatan dalam proses konseling.
Terlebih lagi kita sebagai calon konselor yang baru mempelajari beberapa teori
konseling, dan belum sepenuhnya memahami materi tersebut. Namun, dengan
diadakannya praktik wawancara konseling, kita sebagai calon konselor dapat belajar
untuk memperbaiki proses konseling yang kita lakukan, ala bisa karena biasa.
Konselor yang baik adalah konselor yang mampu menyadari kesalahannya, dan
terus berusaha untuk memperbaiki diri agar selalu tampil maksimal ketika mengadapi
klien dalam upaya membantu megentaskan masalah hidupnya.

B. Saran
Hambatan dalam proses konseling lintas budaya pasti selalu ada dan akan menjadi
hambatan yang sulit dilalui ketika konselor tidak memahami msalah klien, dan cenderung
bias terhadap masalah klien tersebut. Oleh karena itu, jadilah konselor yang peka
terhadap masalah klien. Karena dengan kepekaan yang kita miliki, jalan untuk membantu
klien dalam upaya mengentaskan masalah hidupnya akan terbuka lebar. Proud to be
counselor!

11
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Jumarin, 2002, Dasar-Dasar Konseling Lintas-Budaya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sulistyarini & Mohammad Jauhar, 2014, Dasar-Dasar Konseling, Jakarta: Prestasi Pustaka.

Prayitno & Erman Amti, 1999, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan PT Rineka Cipta

Supriyatna, M. 2011. Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi. Jakarta :


PT. Raja Grafindo Persada

12
LAMPIRAN

Identitas Klien

Identitas Konselor

13
14

Anda mungkin juga menyukai