Anda di halaman 1dari 25

ANALISIS PERUBAHAN DAN PRKEMBANGAN ETNIS TIONGHOA DALAM

MEWUJUDKAN PROFIL PELAJAR PANCASILA

Disusun Oleh:

JIVEN CHRISTY

SMAS METHODIST TANJUNG MORAWA

TAHUN PELAJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan karya ilmiah yang di berikan sebagai tugas Bahasa
Indonesia. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dameaty Sinaga sebagai guru
Bahasa Indonesia.

Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi orang banyak dan
dapat mencapai kehidupan yang lebih baik, menambah wawasan, dan tentunya berguna bagi
penulis dan pembaca.

Dalam penulisan makalah ini, saya menyadari makalah ini tidak luput dari kesalahan.
Maka dari itu dengan senang hati saya menerima kritik dan saran.

Tanjung Morawa, Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan Proyek................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1 Etnis.................................................................................................................................3
2.2 Perubahan Sosial............................................................................................................3
2.3 Etnis Tionghoa................................................................................................................4
2.4 Kurikulum Merdeka....................................................................................................13
2.5 Profil Pelajar Pancasila................................................................................................14
BAB III HASIL......................................................................................................................17
3.1 Perubahan dan Perkembangan Etnis Tionghoa Dari Masa Lampau Sampai Masa
Sekarang..............................................................................................................................17
3.2 Manfaat.........................................................................................................................18
3.3 Cerminan Etnis Tionghoa Terhadap Profil Pelajar Pancasila................................18
BAB IV PENUTUP................................................................................................................19
4.1 Kesimpulan...................................................................................................................19
4.2 Saran..............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20

ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1................................................................................................................................6
Gambar 2. 2................................................................................................................................6
Gambar 2. 3................................................................................................................................7
Gambar 2. 4................................................................................................................................8
Gambar 2. 5................................................................................................................................9
Gambar 2. 6..............................................................................................................................10
Gambar 2. 7..............................................................................................................................11
Gambar 2. 8..............................................................................................................................12
Gambar 2. 9..............................................................................................................................12
Gambar 2. 10............................................................................................................................13
Gambar 2. 11............................................................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki banyak suku serta budaya. Menurut kamus Wikipedia,


Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sekelompok orang, serta diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya juga
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang
cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Seseorang bisa
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaan di antara mereka, sehingga membuktikan bahwa budaya bisa
dipelajari. Budaya merupakan suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat
kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku
komunikatif. Unsur-unsur sosial-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan
sosial manusia. Kata kebudayaan menunjuk pada suatu tindakan berpola dari manusia
dengan menggunakan kemampuan akal budinya. Dalam catatan sejarah peradaban
umat manusia, kebudayaan dalam kehidupan manusia telah ada bahkan ratusan tahun
sebelum Masehi. Sehingga dapat di simpulkan bahwa budaya merupakan suatu pola
yang sudah ada sejak dulu dan di wariskan dari generasi ke generasi dan di miliki oleh
sekelompok anggota masyarakat yang berbentuk agama, adat istiadat, bahasa,
pakaian, makanan, politik maupun karya seni.

Perkembangan dan perubahan suatu budaya dari masa lampau sampai masa
sekarang pasti selalu ada. Hal ini dapat dikaitkan dalam perubahan sosial. Perubahan
sosial merupakan satu peristiwa yang selalu terjadi sepanjang masa dengan berbagai
faktor dalam suatu kelompok masyarakat. Faktornya seperti adanya penemuan baru,
bertambah atau berkurangnya satu penduduk, perubahan lingkungan, konflik sosial,
dan masih banyak lagi.

1
I.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini, yaitu:

1. Apa saja perubahan etnis Tionghoa dari masa lampau sampai masa sekarang?
2. Apakah etnis Tionghoa memiliki perkembangan dari masa lampau sampai masa
sekarang?
3. Apa kaitan Profil Pelajar Pancasila dalam merdeka belajar dengan perubahan etnis
Tionghoa dari masa lampau sampai masa sekarang?

I.3 Tujuan Proyek

1. Mengetahui perubahan dan perkembangan etnis Tionghoa dari masa lampau sampai
masa sekarang
2. Mengetahui kaitan merdeka belajar dengan perubahan suatu etnis terkhusus etnis
Tionghoa
3. Mengetahui manfaat dari merdeka belajar terkhusus Profil Pelajar Pancasila dalam
kaitannya dengan etnis

2
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Etnis

Etnis adalah suatu penggolongan kelompok individu dalam suatu masyarakat


dan menjadi identitas unsur kebudayaan yang memiliki berbagai aspek seperti
Bahasa, tradisi, agama, kepercayaan, suku, norma, adat istiadat, dan lain sebagainya.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etnis adalah sesuatu


yang bertalian dengan kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang
mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa, dan
sebagainya.

Berdasarkan Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang


Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis, etnis adalah penggolongan manusia
berdasarkan kepercayaan, nilai, kebiasaan, adat istiadat, norma, bahasa, sejarah,
geografis, dan hubungan kekerabatan.

Menurut Koentjaraningrat (2007), etnis adalah sesuatu yang mencakup warna


kulit sampai asal usul acuan kepercayaan, status kelompok minoritas, kelas
stratifikasi, keanggotaan politik, bahkan program belajar.

Menurut Wilbinson (Koentjaraningrat, 2007), etnis mungkin mencakup dari


warna kulit sampai asal usus acuan kepercayaan, status kelompok minoritas, kelas
stratafikasi, keanggotaan politik bahkan program belajar.

Menurut Koentjaraningrat (2007),  suku merupakan suatu kesatuan sosial yang


dapat dibedakan dari kesatuan yang lain berdasarkan akar dan identitas kebudayaan,
terutama bahasa.

II.2 Perubahan Sosial

3
Perubahan sosial merupakan satu peristiwa yang selalu terjadi sepanjang masa
dengan berbagai faktor dalam suatu kelompok masyarakat. Faktornya seperti adanya
penemuan baru, bertambah atau berkurangnya satu penduduk, perubahan lingkungan,
konflik sosial, dan masih banyak lagi.

Menurut William F. Ogburn, ruang lingkup perubahan sosial terdiri dari unsur-unsur
kebudayaan baik material dan immaterial. Fokusnya ialah pengaruh besar unsur material terharap
unsur immaterial.

Kingsley Davis menekankan bahwa perubahan sosial itu sebagai wujud perubahan yang
terjadi dalam struktur dan fungsi suatu masyarakat.

Menurut pendapat Parsudi Suparlan, perubahan sosial merupakan wujud perubahan dalam
struktur sosial dan pola hubungan sosial. Termasuk didalamnya ialah sistem politik, sistem
kekuasaan, hubungan keluarga, dan kependudukan.

Menurut Samuel Koening, perubahan sosial merujuk pada modifikasi dalam pola kehidupan
manusia. Modifikasi tersebut bisa terjadi karena sebab dari internal dan eksternal yang mengakibatkan
perubahan.

Definisi perubahan sosial menurut Selo Soemardjan merujuk pada perubahan lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang berpengaruh pada sistem sosialnya. Perubahan ini
mencakup nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku.

Hans Garth dan C. Wright Mills mengemukakan bahwa perubahan sosial adalah perubahan
yang terjadi baik kemunculan, perkembangan, bahkan kemunduran, dalam kurun waktu tertentu
terhadap tatanan yang meliputi struktur sosial.

II.3 Etnis Tionghoa

A. Asal-usul

Etnis Tionghoa biasanya di sebut Tenglang dalam Bahasa hokkien, Tengnang dalam Tiochiu,
dan Tangren dalam bahasa Mandarin. Terdapat perbedaan antara orang Tionghoa dan orang Cina.
Orang Tionghoa-Indonesia mayoritas berasal dari Cina selatan yang menyebut diri mereka sebagai
orang Tang, sementara orang Cina utara menyebut diri mereka sebagai orang Han. Ada juga
perbedaan golongan antara etnis Tionghoa totok dengan etnis Tionghoa peranakan. Etnis Tionghoa
totok merupakan etnis Tionghoa asli dari China, merka bermigrasi secara langsung ke Indonesia baik
pada masa kerajaan-kerajaan Nusantara maupun pada masa kolonial Belanda. Sedangkan etnis
Tionghoa peranakan sudah merupakan hasil akulturasi dan asimilasi kebudayaan antara etnis Tinghoa

4
dengan kebudayaan Indonesia. Kebanyakan etnis Tionghoa peranakan sudah tidak bisa lagi berbahasa
Mandarin, sedangkan etnis Tionghoa totok masih sangat fasih berbahasa Mandarin.

Asal-usul datangnya orang Tionghoa di Indonesia adalah pada saat leluhur orang Tionghoa-
Indonesia berimigrasi melalui kegiatan buruh perkebunan maupun pekerja yang mencapai pada
perempatan awal tahun 1900an. Ramainya interaksi perdagangan di daerah pesisir tenggara Cina
menyebabkan banyak sekali orang-orang yang merasa perlu keluar untuk berdagang. Tujuan utama
saat itu adalah Asia Tenggara. Rata-rata mayoritas pedagang suku Tionghoa tersebut memutuskan
untuk menetap dan menikahi wanita setempat, ada pula pedagang yang pulang ke Cina. Bahkan
sebelum Republik Indonesia dideklarasikan dan terbentuk, Peran mereka beberapa kali muncul dalam
sejarah Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, orang Tionghoa yang berkewarganegaraan Indonesia
digolongkan sebagai salah satu suku dalam lingkup nasional Indonesia sesuai dengan Pasal 2 UU
Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.

Pada faktanya, kebudayaan etnis Tionghoa di Indonesia merupakan etnis yang heterogen atau
beragam yang dimana merupakan kumpulan dari budaya yang ada di Tiongkok yang teralkulturasi
dari budaya daerah Tiongkok dan budaya Indonesia. Berikut berbagai macam suku etnis Tionghoa,
sebagai berikut:

Hokkien : Sumatera Utara, Pekanbaru,, Sumatera Selatan, Padang, Jambi, Bengkulu, Jawa,
Bali), Banjarmasin, Kupang, Makassar, Kendari, Sulawesi Tengah, Menado, dan
Ambon.

Hainan : Riau ( umumnya di Pekanbaru dan Batam) dan Menado.


Hakka : Aceh, Sumatera Utara, Batam, Sumatera Selatan, Bangka-Belitung, Lampung,
Jawa, Kalimantan Barat, Banjarmasin, Sulawesi Selatan, Manado, Ambon dan
Jayapura.

Hokchia : Bandung, Banjarmasin, Cirebon, dan Surabaya.


Tiochiu : Sumatera Utara, Riau Kepulauan, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat.
Kantoni : Jakarta, Makassar dan Manado.
s
B. Unsur Kebudayaan

Adapun beberapa unsur kebudayaan seperti bahasa, pengetahuan,


kemasyarakatan maupun organisasi sosial, teknologi, mata pencaharian, religi, serta
kesenian. Berikut beberapa unsur kebudayaaan yang sesuai dengan etnis Tionghoa.

1. BAHASA

5
Gambar 2. 1

Gambar 2. 2

Ada beberapa jenis bahasa suku budaya Tionghoa, antaranya seperti Bahasa hokkien,
Bahasa Tiochiu, Bahasa Mandarin, maupun Bahasa Khek. Penggunaan bahasanya di
gunakan masing-masing sesuai macam sukunya. Bahasa nasionalnya merupakan Bahasa
Mandarin. Tetapi dalam perkembangannya di Indonesia, para etnis Tionghoa lebih banyak
menggunakan bahasa-bahasa tradisional mereka. Hal ini berdampak pada semakin
berkurangnya jumlah etnis Tionghoa yang menguasai bahasa Mandarin, terutama generasi
muda masa sekarang. Untuk bahasa tulisan, etnis Tionghoa tradisional menggunakan
aksara kanji China (Hanzi) dari bahasa Mandarin dan aksara Hanyu Pinyin sebagai sistem
alih aksara dari aksara kanji China ke aksara Latin.

6
2. PENGETAHUAN

Gambar 2. 3

Sejak zaman dulu, bangsa China sangat terkenal dan di percayai akan ilmu
pengetahuannya tentang obat. Beberapa praktek pengobatannya seperti yang utama adalah
obat herbal. Teori yang digunakan dalam pengobatan didasarkan pada beberapa acuan filsafat
termasuk teori Yin-yang, lima unsur (Wu-xing), sistem meridian tubuh manusia (Jing-luo),
teori organ Zang Fu, dan lainnya. Diagnosis dan perawatan dirujuk pada konsep tersebut.
Pengobatan tradisional Cina tidak jarang berselisih dengan kedokteran Barat, namun
beberapa praktisi mengombinasikannya dengan prinsip kedokteran berdasarkan pembuktian.
Kemampuan bangsa China dalam pengobatan ini dibawa pula oleh etnis Tionghoa yang
bermigrasi ke Indonesia. Bahkan sampai saat ini, tekhnik pengobatan dengan menggunakan
bahan obat-obatan herbal tetap populer dikalangan masyarakat Indonesia sebagai salah satu
bentuk teknik pengobatan alternatif.

7
Gambar 2. 4

Selain sistem pengetahuan dalam bidang pengobatan, bangsa China juga memiliki
sistem penanggalan yang sedikit berbeda. Sistem penanggalan Tionghoa menggunakan
sistem kalender lunisolar yaitu sebuah kalender yang menggunakan fase bulan sebagai acuan
utama. Namun juga menambahkan pergantian musim di dalam perhitungan tahunnya.
Kalender ini biasanya ditandai dengan adanya bulan-bulan kabisat beberapa tahun sekali
ataupun berturut-turut. Dengan demikian, jumlah bulan dalam satu tahun dapat mencapai 12
sampai 13 bulan. Cara perhitungan kalender Tionghoa memiliki aturan yang sedikit berbeda
dengan kalender umum seperti perhitungan bulan adalah rotasi bulan pada bumi. Berarti hari
pertama setiap bulan dimulai pada tengah malam hari bulan muda astronomi. Satu tahun ada
12 bulan, tetapi setiap 2 atau 3 tahun sekali terdapat bulan ganda (rùnyuè, 19 tahun 7 kali).
Berselang satu kali jiéqì (musim) tahun matahari Cina adalah setara dengan satu pemulaan
matahari ke dalam tanda zodiak tropis. Matahari selalu melewati titik balik matahari musim
dingin selama bulan 11. Selain itu pergantian hari dalam kalender Tionghoa dimulai pada
pukul 11 malam bukan pada pukul 12 tengah malam. Kalender Tionghua sekarang masih
digunakan untuk memperingati berbagai hari perayaan tradisional Tionghua dan memilih hari
yang paling menguntungkan untuk perkawinan atau pembukaan usaha. Kalender Tionghua
dikenal juga dengan sebutan lain seperti "Kalender Agrikultur" (nónglì 农 历 / 農 曆 ),
"Kalender Yin 阴历/陰曆" (karena berhubungan dengan aspek bulan), "Kalender Tua" (jìulì
旧 历 / 舊 曆 ) setelah "Kalender Baru" (xīnlì 新 历 / 新 曆 ) yaitu kalender masehi, diadopsi
sebagai kalender resmi dan "Kalender Xià 夏 历 / 夏 曆 " yang pada hakekatnya tidak sama
dengan kalender saat ini.

8
3. ORGANISASI SOSIAL

Gambar 2. 5

Sistem kekerabatan etnis Tionghoa menggunakan sistem patrilineal atau garis


keturunan ayah. Artinya bila 2 orang etnis Tionghoa menikah, maka nama sang anak akan
mengikuti marga (nama keluarga) dari sang ayah. Satu poin penting dari sistem kekerabatan
etnis Tionghoa adalah penggunaan marga atau nama keluarga. Marga dalam etnis Tionghoa
menunjukkan asal-usul nenek moyang etnis Tionghoa ketika berada di China. Setiap marga
umunya berasal dari suku yang berbeda-beda. Orang yang memiliki marga yang sama, bila di
telusuri garis keturunannya, maka nenek moyang orang-orang yang memiliki marga yang
sama tersebut berasal dari suku atau keturunan yang sama. Berkaitan dengan kesamaan
marga tersebut, etnis tionghoa di Indonesia banyak mendirikan organisasi kekerabatan yang
mewakili marga-marga yang sama, seperti Perkumpulan Marga Huang, Perkumpulan Marga
Dao dan lain sebagainya. Pendirian berbagai organisasi kekerabatan ini bertujuan untuk
menjalin hubungan kekeluargaan dengan sesama etnis Tionghoa yang memiliki marga yang
sama, karena pada dasarnya mereka memang berasal dari keluarga yang sama. Para etnis
Tionghoa dapat bertemu dengan orang-orang yang pada awalnya tidak mereka kenal yang
ternyata memiliki hubungan kekeluargaan berdasarkan marga. Selain itu, lewat organisasi
kekerabatan ini, etnis Tionghoa dapat memperluas social networking mereka sehingga dapat
memudahkan pengembangan terhadap usaha mereka.

9
4. RELIGI

Gambar 2. 6

Peyembahan roh halus ataupun di sebut nenek moyang sudah tidak asing lagi dalam
kepercayaan masyarakat suku budaya Tionghoa, Penyembaha dalam budaya Tionghoa
merupakan kepercayaan yang sudah lama ada, sekitar 3000 tahun lalu, sudah ada satu buku
bernama buku I-Ching yang merumuskan kepercayaan tersebut. Prinsipnya adalah membawa
kesejahteraan, kedamaian, kemakmuran serta kebahagiaan dalam hidup untuk hidup
harmonis. Selain itu, mereka juga percaya tradisi ini akan membawa keberuntungan dan
kelancaran rezeki yang merupakan salah satu tujuan dalam kehidupan masyarakat Tionghoa.
Ada juga beberapa Dewa-Dewi yang menjadi simbolisasi karakter tertentu seperti Dewa
dapur, Dewa tanah, Dewi langit, dan lainnya. Tetapi dari semua itu, dewa yang paling tertua
atau merupakan pangkat tertinggi di sebut Thien yang artinya penguasa langit.

10
Gambar 2. 7

Beberapa pusat acaranya seperti Sin Chia (tahun baru imlek) yang sudah tidak asing lagi
oleh masyarakat Tionghoa maupun non-Tionghoa, hari upacara imek ini di mulai dengan
perayaan mengantar Dewa dapur yang akan melaporkan tingkah laku pemilik rumah kepada
Thien. Agar Thien tidak mendengar hal yang tidak baik, maka di pasangi petasan, dan agar
yang disampaikan hanya hal yang baik, maka dibakar hio (kertas sembahyang) yang berbau
harum dan di pajang buah-buahan. Dengan demikian rejeki dan khususnya isi dapur rumah
tangga penuh rejeki. Praktek memberikan angpao (uang yang dibungkus kertas merah)
merupakan praktek umum pada waktu Sin Chia agar yang diberi hal yang manis dan baik.
Mengapa rata-rata angpao berwarna merah? Karena Sejak lama warna merah melambangkan
kebaikan dan kesejahteraan dalam kebudayaan Tionghoa, warna merah menunjukkan
kegembiraan serta semangat yang pada akhirnya akan membawa nasib baik. Sebenarnya,
tradisi memberikan angpao sendiri bukan hanya di laukan saat tahun baru Imlek, melainkan
di dalam peristiwa apa saja yang melambangkan kegembiraan seperti pernikahan, ulang
tahun, masuk rumah baru dan lain sebagainya. Di dalam tradisi Tionghoa, orang yang wajib
dan berhak memberikan angpao biasanya adalah orang yang telah menikah. Bagi yang belum
menikah, tetap berhak menerima angpao walaupun secara umur seseorang itu sudah termasuk
dewasa. Ini dilakukan dengan harapan angpao dari orang yang telah menikah akan
memberikan nasib baik kepada orang tersebut.

11
Gambar 2. 8

Ada beberapa suku yang bingung mengapa masyarakat Tionghoa memberikan mainan
rumah-rumahan, mobil, uang, pesawat,kue keranjang maupun buah-buahan untuk di sajikan
di upacara sembahyang maupun upacara kematian seseorang. Ingat, setiap tradisi yang di
lakukan masyarakat Tionghoa memiliki arti, penyajian tersebut di lakukan memiiki arti untuk
menyenangkan roh nenek moyang agar arwahnya senang dan tidak menganggu
keberuntungan yang masih hidup, supaya barang-barang mainan yang di sajikan dapat di
pindahkan ke alam sana.

5. KESENIAN

Gambar 2. 9

12
Barongsai sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat sekitar bukan? Barongsai
adalah tarian tradisional China dengan menggunakan sarung yang menyerupai singa. Di
China, kesenian barongsai dikenal dengan nama lungwu, namun khusus untuk menyebut
tarian singa. Tarian Barongsai disebut shiwu dalam bahasa Mandarin. Sebutan barongsai
bukan berasal dari China. Kemungkinan kata barong diambil dari bahasa Melayu yang mirip
dengan konsep kesenian barong Jawa, sedangkan kata sai bermakna singa dalam bahasa
Hokkian.

Gambar 2. 10

Setiap masyarakat Tionghoa masing-masing pasti mempunyai Shio. Shio itu


berjumlah 12 yang di lambangkan dengan binatang, urutannya mulai dari tikus, kerbau,
macan, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet , ayam, anjing, dan babi. Sejarah
mengatakan bahwa Buddha mendapatkan pencerahan dengan memanggil semua jenis
binatang yang ada di dunia ini. Namun, hanya 12 jenis binatang saja yang datang karenanya
shio diurutkan sesuai dengan urutan waktu kedatangan para binatang tersebut ke Buddha.
Bagi orang yang percaya, shio dapat digunakan untuk memprediksi keberuntungan seperti
jodoh, karir, kelahiran anak, kesehatan dan banyak lagi. Masing-masing dari lambang
binatang dalam astrologi shio memiliki karakter yang berbeda-beda sehingga mempengaruhi
keberuntungannya pada tahun tertentu. Masing-masing shio juga memiliki ciri dan sifatnya,
contohnya Shio anjing yang merupakan  tipikal yang setia. Mereka memiliki sifat yang sangat

13
loyal karena selalu mengedepankan perasaan dan logika sehingga mereka adalah sahabat
sejati dan mitra paling andal bagi banyak orang.

II.4 Kurikulum Merdeka

Kurikulum merdeka atau biasanya di sebut merdeka belajar dalam sekolah


penggerak merupakan kurikulum baru yang bertujuan untuk meningkatkan potensi
peserta didik di bidang pendidikan, pengetahuan, serta bakat peserta didik sesuai
dengan minatnya masing-masing serta menciptakan penguatan karakter peserta didik
berdasarkan Profil Pelajar Pancasila dalam elemennya. Menurut BSNP atau Badan
Standar Nasional Pendidikan, pengertian kurikulum merdeka belajar adalah
suatu kurikulum pembelajaran yang mengacu pada pendekatan bakat dan minat. Di
sini, para pelajar (baik siswa maupun mahasiswa) dapat memilih pelajaran apa saja
yang ingin dipelajari sesuai dengan bakat dan minatnya.
Berikut keunggulan kurikulum merdeka menurut Naadiem:

1. Lebih sederhana dan mendalam karena kurikulum ini akan fokus pada
materi yang esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik pada
fasenya.
2. Tenaga pendidik dan peserta didik akan lebih merdeka karena bagi peserta
didik, tidak ada program peminatan di SMA, peserta didik memilih mata
pelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasinya.
3. Bagi guru, mereka akan mengajar sesuai tahapan capaian dan
perkembangan peserta didik.
4. Sekolah memiliki wewenang untuk mengembangkan dan mengelola
kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan
dan peserta didik.
5. Lebih relevan dan interaktif di mana pembelajaran melalui kegiatan projek
akan memberikan kesempatan lebih luas kepada peserta didik untuk secara
aktif mengeksplorasi isu-isu aktual, misalnya isu lingkungan, kesehatan,
dan lainnya untuk mendukung pengembangan karakter dan kompetensi
Profil Pelajar Pancasila.

Program Sekolah Penggerak adalah upaya untuk mewujudkan visi Pendidikan


Indonesia dalam mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan

14
berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila. Program Sekolah Penggerak
berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik yang mencakup
kompetensi (literasi dan numerasi) dan karakter, diawali dengan SDM yang unggul
(kepala sekolah dan guru). Tujuan dari Program Organisasi Penggerak ialah
meningkatkan kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan dengan melibatkan
peran serta Ormas bidang pendidikan yang dibuktikan dengan peningkatan hasil
belajar peserta didik.

II.5 Profil Pelajar Pancasila

Gambar 2. 11

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang


Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024:
Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat
yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila,
dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan
berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis,
dan kreatif.

Berikut 6 elemen Profil Pelajar Pancasila:


1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia

15
Pelajar Indonesia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia adalah
pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Ia memahami
ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman tersebut dalam
kehidupannya sehari-hari. Ada lima elemen kunci beriman, bertakwa kepada Tuhan YME,
dan berakhlak mulia: (a) akhlak beragama; (b) akhlak pribadi; (c) akhlak kepada manusia; (d)
akhlak kepada alam; dan (e) akhlak bernegara.

2. Berkebhinekaan global

Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap
berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa
saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya dengan budaya luhur yang positif dan
tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa. Elemen dan kunci kebinekaan global
meliputi mengenal dan menghargai budaya, kemampuan komunikasi interkultural dalam
berinteraksi dengan sesama, dan refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman
kebinekaan.

3. Bergotong royong

Pelajar Indonesia memiliki kemampuan bergotong-royong, yaitu kemampuan untuk


melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan
dapat berjalan lancar, mudah dan ringan. Elemen-elemen dari bergotong royong adalah
kolaborasi, kepedulian, dan berbagi.

4. Mandiri

Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar yang bertanggung jawab atas
proses dan hasil belajarnya. Elemen kunci dari mandiri terdiri dari kesadaran akan diri dan
situasi yang dihadapi serta regulasi diri.

5. Bernalar kritis

Pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif memproses informasi baik kualitatif
maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis
informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya. Elemen-elemen dari bernalar kritis adalah

16
memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan mengevaluasi
penalaran, merefleksi pemikiran dan proses berpikir, dan mengambil keputusan.

6. Kreatif

Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal,
bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Elemen kunci dari kreatif terdiri dari menghasilkan
gagasan yang orisinal serta menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal.

17
BAB III
HASIL

III.1 Perubahan dan Perkembangan Etnis Tionghoa Dari Masa Lampau Sampai
Masa Sekarang

Setiap etnis pasti mengalami perubahan dan perkembangannya dari masa


lampau ke masa sekarang. Etnis Tionghoa memiliki beberapa perubahan dan
perkembangan, salah satunya adalah Bahasa. Bahasa yang digunakan etnis Tionghoa
pada zaman dulu cenderung menggunakan Bahasa mandarin dan Bahasa
tradisionalnya, sedangkan pada zaman sekarang kebanyakan kelompok individu
menggunakan Bahasa campuran. Hal ini terjadi karena kurangnya pengguasaan
Bahasa Mandarin seiring perkembangan zaman. Sebagai contoh, ada satu keluarga
yang berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Jawa, Bahasa Hokkien dan Bahasa
Indonesia.

Etnis Tionghoa memiliki prinsip dalam bekerja bahwa “Apa yang kami
lakukan hari ini, bukan untuk hari ini saja, tetapi untuk kedepan”. Dalam keluarga
etnis Tionghoa selalu diajarkan untuk tidak bergantung kepada orang lain. Etnis
Tionghoa selalu memberikan ajaran harus harus mampu menguasai jenis pekerjaan
dari yang paling mudah sampai yang sulit. Bahkan etnis Tionghoa selalu beranggapan
kalau pekerjaan itu tidak permanen seperti layaknya roda berputar, suatu saat diatas,
lain waktu dibawah. Maka modal yang paling penting bagi etnis Tionghoa adalah
sikap dapat dipercaya, sehingga sudah menjadi semacam kewajiban bagi etnis
Tionghoa untuk pandai bergaul. Pada umumnya, banyak masyarakat etnis Tionghoa
sangat berbakat dalam bidang perdagangan terutama dalam berwirausaha seperti
membuka took dan lainnya. Tetapi sekarang ekonomi masyarakat Tionghoa tidak
terpacu pada bidang perdagangan lagi, banyak yang menekuni bidang politik maupun
tenaga akademis seperti guru maupun dokter dan lain sebagainya.

Perayaan Tahun Baru Imlek sudah tidak asing lagi untuk seluruh masyarakat
baik masyarakat Tionghoa maupun non-Tionnghoa. Pemberian angpao merupakan
praktek umum yang di laksanakan baik saat peryaan Imlek maupun perayaan lainnya.
Pada masa dahulu, pemberian angpao pada peryaan Imlek selalu menggunakan

18
angpao merah, tetapi pada masa sekarang pemberian angpao pada perayaan Imlek
tidak wajib berwarna merah lagi, ada yang memberikan dengan warna pink maupun
gold/emas. Perubahaan penggunaan baju pada perayaan Imlek juga demikian. Pada
zaman dulu masyarakat Tionghoa selalu memakai baju merah dan sangat melarang
masyarakat memakai baju warna putih maupun hitam sedangkan pada masa sekarang
hal itu tidak menjadi kewajiban lagi meskipun ada beberapa orang masih menerapkan
kewajiban tersebut.

III.2 Manfaat

Adapun perubahan dan perkembangan suku budaya Tionghoa dari masa


lampau sampai masa sekarang pastinya memiliki manfaaat yang menguntungkan.
Masyarakat etnis Tionghoa dapat mengikuti perkembangan jaman tanpa berpatokan
pada tradisinya, perkembangan IPTEK, terciptanya lapangan pekerjaan yang baru
maupun terciptanya norma-norma baru yang memudahkan kehidupan masyarakat
etnis Tionghoa.

III.3 Cerminan Etnis Tionghoa Terhadap Profil Pelajar Pancasila

Profil pelajar Pancasila merupakan bimbingan penguatan karakter yang


diterapkan dalam kurikulum merdeka. Masyarakat Tionghoa dapat menekuni Profil
Pelajar Pancasila pada berbagai situasi. Contohnya seperti sikap mandiri yang selalu
di cerminkan oleh mayarakat Tionghoa berhubungan dengan elemen Profil Pelajar
Pancasila yang keempat yaitu mandiri. Masyarakat Tionghoa memiliki beberapa
prinsip seperti berhemat, menabung, memanajemen, kerja keras, dan bangkit dari
setiap kegagalan. Berbagai prinsip tersebut tentunya memiliki maknanya tersendiri,
ini menandakan prinsip itu berhubungan dengan elemen Profil Pelajar Pancasila yang
kelima yaitu bernalar kritis. Tidak lupa bahwa masyarakat etnis Tionghoa sangat
berpegang teguh pada tradisi dan kepercyaaan, masyarakat etnis Tionghoa sangat taat
dalam beribadah dan hal ini menunjukkan elemem Profil Pelajar Pancasila yang
pertama yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.

19
BAB IV
PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

Setiap suku budaya ataupun etnis pasti mengalami perubahan atau


perkembangan mengikuti alur zaman. Selayaknya juga dengan etnis Tionghoa
yang mengalami beberapa perubahan dari segi pekerjaan, bahasa, tradisi,
maupun prinsip sesuai dengan adat istiadatnya.

Kurikulum merdeka memberikan bimbingan dengan cara baru kepada


pelajar yang bertujuan untuk meningkatkan potensi pelajar serta memberikan
penguatan karakter yang sudah tertuang dalam 3P (Profil Pelajar Pancasila)
yang terdiri dari 6 elemen yaitu beriman, bertakwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dan berakhlak mulia, berkbhebinekaan global, bergotong royong,
mandiri, bernalar kritis, dan juga kreatif.

Etnis Tionghoa memiliki beberapa cerminan dalam mewujudkan Profil


Pelajar Pancasila. Salah satu contohnya seperti ketaatan masyarakat etnis
Tionghoa dalam beribadah menunjukkan cerminan Profil Pelajar Pancasila
pada elemen yang pertama yaitu beriman, bertakwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, dan berakhlak mulia.

IV.2 Saran

Perubahan dan perkembangan suat etnis tentunya memiliki dampak


baik maupun dampak buruk. Akan lebih baik jika kita mengambil hal positif
dari perubahan tersebut. Karena seiring perkembangan zaman, kita tidak bisa
menolak terbentuknya perubahan maupun perkembangan dari suatu budaya
tersebut.

Untuk meningkatkan penguatan karakter Pendidikan, perlu kita mengenalkan


serta mempraktekkan elemen-elemen Profil Pelajar Pancasila kepada seluruh peserta
didik maupun masyarakat sekitar kita.

20
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Tionghoa-Indonesia

http://peterrchandradinata.blogspot.com/2009/09/kebudayaan-etnis-tionghoa-ditinjau-
dari_18.html

http://solata-sejarahbudaya.blogspot.com/2015/12/kebudayaan-tionghoa.html

https://suvihsuchan.wordpress.com/2012/10/30/unsur-unsur-kebudayaan-negara-cina/

https://www.slideshare.net/dianaists/final-exam-tionghoa

https://today.line.me/id/v2/article/zmYzNj

https://tirto.id/pengertian-perubahan-sosial-ciri-ciri-dan-faktor-penyebabnya-f8pX

https://katadata.co.id/safrezi/berita/6202282ace61a/etnis-adalah-kelompok-sosial-berikut-
penjelasannya#:~:text=Pengertian%20Etnis&text=Menurut%20Koentjaraningrat
%20(2007)%2C%20etnis,dan%20identitas%20kebudayaan%2C%20terutama%20bahasa.

https://kampus.republika.co.id/posts/125478/apa-itu-kurikulum-merdeka-simak-penjelasan-
lengkapnya

https://sekolah.penggerak.kemdikbud.go.id/

http://ditpsd.kemdikbud.go.id/hal/profil-pelajar-pancasila

https://www.ruangguru.com/blog/7-pengertian-perubahan-sosial-menurut-para-ahli

21

Anda mungkin juga menyukai