Anda di halaman 1dari 41

BUDAYA dan KARAKTER INDONESIA

di ERA GLOBALISASI
Tugas ini disusun untuk memenuhi UTS Pembelajaran PKN SD
Dosen Pengampu: Ibu Dr. Titin Sunaryati, S.Pd.I., M.Pd.

Disusun oleh:
Siska Nur Fadillah
132210049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS PELITA BANGSA

2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah penulis


panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas segala
limpahan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah- Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas pembelajaran ini dengan tepat
waktu. Modul pembelajaran ini penulis susun sebagai syarat
ketuntasan Ujian Tengah Semester Pembelajaran PKN SD
semester ganjil tahun ajaran 2023/2024. Tak lupa penulis ucapkan
terimakasih kepada Ibu Dr. Titin Sunaryati, S.Pd.I., M.Pd. selaku
dosen pengampu mata kuliah Pembelajaran PKN SD yang telah
dan selalu memberikan bimbingan.

Kami juga menyadari bahwa tugas yang penulis buat masih


banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu penulis mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan
dan penulis juga berharap agar para pembaca dapat memberikan
kritik atau saran yang membangun agar kami dapat
menyempurnakan tugas ini.

Kami ucapkan terimakasih, tugas ini dapat bermanfaat dan


bisa menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Bekasi, November 2023

Penulis
ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................... ii

Daftar Isi .................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................6

3.4.8. Budaya dan Karakter Indonesia di Era Globalisasi..... 6

A. Pengertian Kebudayaan .............................................. 6


B. Perkembangan Kebudayaan di Indonesia ................... 7
C. Pembelajaran tentang Budaya Lokal ..........................10
D. Upaya-upaya dalam Melestarikan Budaya Indonesia 11
E. Karakter Generasi Muda ............................................15
F. Globalisasi Terhadap Budaya .....................................17
G. Globalisasi Terhadap Kehidupan ................................18
H. Pembangunan Karakter di Era Globalisasi .................20

BAB III KESIMPULAN ..........................................................25

DAFTAR PUSTAKA ................................................................29

BIOGRAFI PENULIS ..............................................................33

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Kebudayaan Indonesia adalah keseluruhan kebudayaan


lokal yang ada disetiap daerah di Indonesia.Kebudayaan nasional
dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah puncak-puncak dari
kebudayaan daerah”.Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham
kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin
lebih dirasakan daripada kebhinekaan.Wujudnya berupa negara
kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional, serta bahasa
nasional.Kebudayaan Indonesia dari zaman ke zaman selalu
mengalami perubahan, perubahan ini terjadi karena faktor
masyarakat yang memang menginginkan perubahan dan
perubahan kebudayaan terjadi sangat pesat yaitu karena masuknya
unsur-unsur globalisasi ke dalam kebudayaan Indonesia. Unsur
globalisasi masuk tak terkendali merasuki kebudayaan nasional
yang merupakan jelmaan dari kebudayaan lokal yang ada disetiap
daerah dari Sabang sampai Merauke (Tobroni: 2012: 123).

Pola hidup masyarakat masa kini dengan masa dahulu


sangatlah berbeda hal ini juga dampak arus globalisasi sehingga
perlu penanganan yang lebih baik. Dampaklain dari globalisasi
yaitu berkembangnya teknologi-teknologi canggih yang sangat
membantu manusia namun juga dapat merusak mental dan moral
Page | 1
generasi muda. Sebagai contoh pada Masyarakat NTT yang
dahulunya sangat menjunjung tinggi budaya gotong royong dalam
menyelesaikan pekerjaan di bidang pertanian, namun pada saat ini
masyarakat cenderung menggunakan mesin mulai dari menanam
hingga proses penggilingan padi, sehingga budaya gotong royong
yang sangat kental dalam masyarakat perlahan-lahan mulai
dilupakan pada generasi muda dimana; solidaritas mekanik dan
solidaritas organik. Sesuai dengan teori dari salah satu tokoh
sosiologi yaitu Emile Durkheim berpendapat bahwa; dalam
masyarakat ada dua jenis solidaritas yaitu solidaritas mekanik yang
kebersamaannya berdasarkan rasa kekeluargaan sedangkan
solidaritas organik kebersamaannya berdasarkan adanya
kepentingan. Oleh karena itu semua unsur budaya dari luar yang
masuk pada masa sekarang, perlu dikaji terlebih dahulu sebelum
menerapkan unsur tersebut.

Melihat kenyataan bahwa masyarakat Indonesia saat ini


lebih memilih kebudayaan asing yang mereka anggap lebih
menarik ataupun lebih unik dan praktis. Kebudayaan lokal banyak
yang luntur akibat dari kurangnya generasi penerus yang memiliki
minat untuk belajar dan mewarisinya.Menurut Malinowski,
Budaya yang lebih tinggi dan aktif akan mempengaruhi budaya
yang lebih rendah dan pasif melalui kontak budaya (Malinowski

Page | 2
dalam Mulyana, 2005:21). Teori Malinowski ini sangat nampak
dalam pergeseran nilai-nilai budaya kita yang condong ke Barat.

Dalam era globalisasi informasi menjadi kekuatan yang


sangat dahsyat dalam mempengaruhi pola pikir manusia.Budaya
barat saat ini diidentikkan dengan modernitas (modernisasi), dan
budaya timur diidentikkan dengan tradisional atau konvensional.
Orang tidak saja mengadopsi ilmu pengetahuan dan teknologi
Barat sebagai bagian dari kebudayaan tetapi juga meniru semua
gaya orang Barat, sampai-sampai yang di Barat dianggap sebagai
budaya yang tidak baik tetapi setelah sampai di Timur diadopsi
secara membabi buta. Seorang yang sudah lama menetap di
Australia kemudian mudik ke Indonesia, ia tercengang melihat
betapa cepatnya perubahan budaya di Indonesia. Ia saat itu bahkan
merasa berada di Amerika. Ada beberapa saluran TV yang
menayangkan banyak film Amerika yang penuh dengan adegan
kekerasan dan seks. Selama beberapa minggu ia berada di tanah
air, ia tidak melihat kesenian tradisional yang ditayangkan di TV
swasta seperti yang pernah dilihatnya dahulu di TVRI. Ia
kemudian sadar bahwa reog, angklung, calung, wayang golek,
gamelan, dan tarian tradisional tidak hanya nyaris tidak
ditayangkan di TV, tetapi juga jarang sekali dipertontonkan
langsung di tengah-tengah masyarakatnya. Sementara itu, ia justru
menemukan Mc. Donald‟s, Kentucky Fried Chicken, Pizza Hut,
Page | 3
dan Dunkin Donuts di sini. Beberapa toserba dan pasar swalayan
juga mirip seperti yang ia temukan di luar negeri dengan penataan
yang serupa. Kedua tempat berbelanja tersebut bahkan lebih
banyak menggunakan petunjuk-petunjuk berbahasa Inggris,
meskipun mayoritas pengunjungnya adalah orang Melayu.Ia
melihat banyak pemuda bergaya masa kini, dengan rambut
panjang sepertiekor kuda, sebelah telinganya beranting, bercelana
Levi‟s duduk-duduk santai di Mall, seraya meneguk minuman
dingin „Soft Drink‟. Demikian pula pemuda-pemudinya banyak
sekali yang hanya menggunakan kaos sepotong yang ketat dan
tidak sempat menutup pusarnya, dengan celana panjang yang ketat
pula, sedangkan rambutnya disisir dengan gaya semrawut.

Di kota-kota besar sudah tumbuh pub-pub, night-club,


diskotik dan karaoke yang sangat laris. Restoran-restoran yang
menyediakan makanan ala China, dan Eropa. Ia tertegun benarkah
ini negeriku Indonesia? Fenomena tersebut menunjukkan bahwa
kebudayaan Indonesia yang halus dan yang tinggi nilai budayanya
telah terkontaminasi oleh kebudayaan Barat yang sekuler seperti
itu? Karenanya, kewajiban bagi setiap lapisan masyarakat untuk
mempertahankan kebudayaan yang dimiliki sejak dahulu dan
diwariskan secara turun-temurun.Peran generasi muda sangat
diharapkan untuk terus berusaha belajar dan dapat mewarisinya.
Oleh karena itu, dalam tulisan ini penulis bertujuan ingin
Page | 4
memaparkan tentang: 1) Pengertian Kebudayaan, 2)
Perkembangan kebudayaan di Indonesia 3) Pembelajaran tentang
Budaya Lokal 4) Upaya-upaya dalam Melestarikan Budaya
Indonesia.

Page | 5
BAB II

PEMBAHASAN

3.4.8. Budaya dan Karakter Indonesia di Era Globalisasi

A. Pengertian Kebudayaan

Menurut Koentjaraningrat (2015: 146) kebudayaan


diartikan sebagai keseluruhan gagasan dan karya manusia yang
harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil
budi dan karyanya itu. Bila dilihat dari bahasa inggris kata
kebudayaan berasal darikata latincolera yang berarti mengolah
atau mengerjakan, yang kemudian berkembang menjadi kata
culture yang diartikan sebagai daya dan usaha manusia untuk
merubah alam.Banyak berbagai definisi dari kebudayaan, namun
terlepas dari itu semua kebudayaan pada hekekatnya mempunyai
jiwa yang akan terus hidup, karena kebudayaan terus mengalir
pada diri manusia dalam kehidupannya. Kebudayaan akan terus
tercipta, dari tempat ketempat, dari individu keindividu dan dari
masa ke masa. Berdasarkan pendapat Koentjaraningrat diatas
menggambarkan bahwa kebudayaan selalu akan mengalami
perubahan-perubahan dari waktu ke waktu sehingga masyarakat
yang memiliki kebudayaan itu harus tetap mengenal, memelihara
Page | 6
dan melestarikan kebudayaan yang dimiliki agar setiap perubahan
yang terjadi tidak menghilangkan karakter asli dari kebudayaan itu
sendiri.

B. Perkembangan Kebudayaan di Indonesia

Kebudayaan dan masyarakat adalah ibarat dua sisi mata


uang, satu sama lain tidakdapat dipisahkan.Disamping itu,
Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam
budaya sosial masyarakat yang unik dan indah serta sangat cocok
bagi para pelancong yang ingin melihat pesona sosial budaya
Indonesia. Oleh karena itu, para wisatawan sangat antusias untuk
memenuhi kerinduannya dalam menyaksikan langsung
akanNatural Wonderful cultureyang sulit ditemui pada bagian
bumi yang lain di dunia ini. Pada tahun 2018, semua orang dari
semua penjuru di dunia berbondong-bondong datang ke
Labuanbajo NTT, hanya untuk mau menyaksikan langsung
kebudayaan lokal dan komodo-komodo yang ada disana. Teori
Sinkronisasi Budaya (Hamelink dalam Liliweri, 1983: 23)
menyatakan “lalu lintas produk budaya masih berjalan satu arah
dan pada dasarnya mempunyai mode yang sinkronik. Negara-
negara Metropolis terutama Amerika Serikat menawarkan suatu
model yang diikuti negara-negara satelit yang membuat seluruh
proses budaya lokal menjadi kacau atau bahkan menghadapi

Page | 7
jurang kepunahan. Dimensi-dimensi yang unik dari budaya
Nusantara dalam spektrum nilai kemanusiaan yang telah
berevolusi berabad-abad secara cepat tergulung oleh budaya
mancanegara yang tidak jelas manfaatnya.Ironisnya hal tersebut
justru terjadi ketika teknologi komunikasi telah mencapai tataran
yang tinggi, sehingga kita mudah melakukan pertukaran budaya.
(Dalam sumber yang sama) Hamelink juga menyatakan, bahwa
dalam sejarah budaya manusia belum pernah terjadi lalu lintas satu
arah dalam suatu konfrontasi budaya seperti yang kita alami saat
ini. Karena sebenarnya konfrontasi budaya dua arah di mana
budaya yang satu dengan budaya yang lainnya saling pengaruh
mempengaruhi akan menghasilkan budaya yang lebih kaya
(kompilasi). Sedangkan konfrontasi budaya searah akan
memusnahkan budaya yang pasif dan lebih lemah. Menurut
Hamelink, bila otonomi budaya didefinisikan sebagai kapasitas
masyarakat untuk memutuskan alokasi sumber-sumber dayanya
sendiri demi suatu penyesuaian diri yang memadai terhadap
lingkungan, maka sinkronisasi budaya tersebut jelas merupakan
ancaman bagi otonomi budaya masyarakatnya. Hal ini terjadi pada
masyarakat Indonesia dimana, jaman sekarang masyarakat lebih
suka merayakan Ulang tahun di tempat-tempat yang identik
dengan budaya Barat sehingga dinilai tidak kuno lebih modern.
Misalnya; KFC, Dunkin Donuts Pizza Hut.

Page | 8
Pada awalnya, Indonesia mempunyai banyak peninggalan
budaya dari nenek moyang kita terdahulu, hal seperti itulah yang
harus dibanggakan oleh penduduk Indonesia sendiri, tetapi saat ini
budaya Indonesia sedikit menurun dari sosialisasi di tingkat
nasional,sehingga masyarakat kini banyak yang melupakan dan
tidak mengetahui apa itu budaya Indonesia. Semakin majunya arus
globalisasi rasa cinta terhadap budaya semakin berkurang, dan hal
ini sangat berpengaruh terhadap keberadaan budaya lokal dan bagi
masyarakat asli Indonesia.

Saat ini Indonesia lebih gencar mempromosikan budaya


Indonesia dalam kancah Internasional, buktinya masyarakat luar
lebih mengenal budaya Indonesia dibandingkan masyarakat
Indonesia. Sebagai contoh adalah batik hasil dari budaya
Indonesia, batik tersebut belakangan ini termasuk salah satu
budaya yang diminati oleh masyarakat luar.Muncul trend ini
dikarenakan batik telah ditetapkan oleh UNESCO pada hari jumat
tanggal 02 oktober 2009 sebagai warisan budaya Indonesia, dan
hari itulah ditetapkannya sebagai hari batik nasional.

Ada sejumlah kekuatan yang mendorong terjadinya


perkembangan sosial budaya masyarakat Indonesia.Secara
kategorikal ada 2 kekuatan yang menyebabkan terjadinya
perubahan sosial, Petama, adalah kekuatan dari dalam masyarakat

Page | 9
sendiri (internal factor), seperti pergantian generasi dan berbagai
penemuan dan modifikasi setempat. Kedua, adalah kekuatan dari
luar masyarakat(external factor), seperti pengaruh kontakkontak
antar budaya (culture contact) secara langsung maupun persebaran
(unsur) kebudayaan serta perubahan lingkungan hidup yang pada
gilirannya dapat memacu perkembangan sosial dan kebudayaan
masyarakat yang harus menata kembali kehidupan mereka
(Koentjaraningrat, 2015: 191).

C. Pembelajaran tentang Budaya Lokal

Kesadaran masyarakat untuk menjaga budaya lokal


sekarang ini terbilang masih sangat minim.Masyarakat lebih
memilih budaya asing yang lebih praktis dan sesuaidengan
perkembangan zaman.Hal ini bukan berarti bahwa tidak boleh
mengadopsi budaya asing, namun banyak budaya asing yang tidak
sesuai dengan kepribadian bangsa. Seperti masuknya budaya asing
yaitu budaya berpakaian yang lebih mini dan terbuka yang sering
dikenal istilah” you can see” dimana tidak sesuai dengan budaya
Indonesia yang menganut nilai sopan santun dan ditunjang dengan
mayoritas penduduknya beragama islam yag menjunjung tinggi
cara berpakaian yang dapat menutup aurat. Budaya lokal juga
dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman, selagi tidak

Page | 10
meninggalkan ciri khas dari budaya aslinya. Kurangnya
pembelajaran budaya merupakan salah satu sebab dari
memudarnya budaya lokal bagi generasi muda. Oleh karena itu,
Pembelajaran tentang budaya, harus ditanamkan sejak dini. Namun
sekarang ini banyak yang sudah tidak menganggap penting
mempelajari budaya lokal. Hal ini dibuktikan dengan dalam setiap
rencana pembangunan pemerintah, bidang sosial budaya masih
mendapat porsi yang sangat minim. Padahal melalui pembelajaran
budaya, kita dapat mengetahui pentingnya budaya lokal dalam
membangun budaya bangsa serta bagaiman cara mengadaptasikan
budaya lokal di tengah perkembangan zaman yaitu era globalisasi
(Sedyawati: 2006: 28).

D. Upaya-upaya dalam Melestarikan Budaya Indonesia

Pelestarian sebagai kegiatan atau yang dilakukan secara


terus menerus, terarah dan terpadu guna mewujudkan tujuan
tertentu yang mencerminkan adanya sesuatu yang tetap dan abadi,
bersifat dinamis, luwes, dan selektif.Pelestarian budaya adalah
upaya untuk mempertahankan nilai-nilai seni budaya, nilai
tradisional dengan mengembangkan perwujudan yang bersifat
dinamis, luwes dan selektif, serta menyesuaikan dengan situasi dan
kondisi yang selalu berubah dan berkembang. Widjaja (1986)

Page | 11
mengartikan pelestarian sebagai kegiatan atau yang dilakukan
secara terus menerus, terarah dan terpadu guna mewujudkan tujuan
tertentu yang mencerminkan adanya sesuatu yang tetap dan abadi,
bersifat dinamis, luwes dan selektif (Widjaja dalam Ranjabar,
2006:56).

Menjaga dan melestarikan budaya Indonesia


dapatdilakukan dengan berbagai cara. Ada dua cara yang dapat
dilakukan masyarakat khususnya sebagai generasi muda dalam
mendukung kelestarian budaya dan ikut menjaga budaya lokal
(Sendjaja, 1994: 286). yaitu:

1. Culture Experience

Culture Experience Merupakan pelestarian budaya yang


dilakukan dengan cara terjun langsung kedalam sebuah
pengalaman kultural. contohnya, jika kebudayaan
tersebutberbentuk tarian, maka masyarakat dianjurkan untuk
belajar dan berlatih dalammenguasai tarian tersebut, dan dapat
dipentaskan setiap tahun dalam acara-acara tertentu atau
diadakannya festival-festival. Dengan demikian kebudayaan lokal
selalu dapat dijaga kelestariannya.

2. Culture Knowledge

Page | 12
Culture Knowledge Merupakan pelestarian budaya yang
dilakukan dengan cara membuat suatu pusat informasi mengenai
kebudayaan yang dapat difungsionalisasi ke dalam banyak bentuk.
Tujuannya adalah untuk edukasi ataupun untuk kepentingan
pengembangan kebudayaan itu sendiri dan potensi kepariwisataan
daerah. Dengan demikian para Generasi Muda dapat memperkaya
pengetahuannya tentang kebudayaanya sendiri. Selain dilestarikan
dalam dua bentuk diatas, kebudayaan lokal juga dapat dilestarikan
dengan cara mengenal budaya itu sendiri. Dengan demikian,
setidaknya dapat diantisipasi pembajakan kebudayaan yang
dilakukan oleh negara-negara lain. Persoalan yang sering terjadi
dalam masyarakaat adalah terkadang tidak merasa bangga terhadap
produk atau kebudayaannya sendiri. Kita lebih bangga terhadap
budaya-budaya impor yang sebenarnya tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa sebagai orang Timur. Budaya lokal mulai
hilang dikikis zaman, Oleh sebab masyarakat khususnya generasi
muda yang kurang memiliki kesadaran untuk melestarikannya.
Akibatnya kita baru bersuara ketika negara lain sukses dan
terkenal, dengan budaya yang mereka ambil secara diam-diam.
Oleh karaena itu peran pemerintah dalam melestarikan budaya
bangsa juga sangatlah penting. Bagaimanapun juga pemerintah
memiliki peran yang sangat besar dalam upaya pelestarian
kebudayaan lokal di tanah air.

Page | 13
Pemerintah harus mengimplementasikan kebijakan-
kebijakan yang mengarah pada upaya pelestarian kebudayaan
nasional. Salah satu kebijakan pemerintah yang pantas didukung
adalah penampilan kebudayaan-kebudayaan daerah disetiap
eventevent akbar nasional, misalnya tari-tarian, lagu daerah dan
pertunjukkan sarung ikat dan sebagainya. Lebih konkrit lagi pada
akhir-akhir ini Presiden Joko Widodo mewajibkan semua
jajarannya agar setiap event penting nasional seperti pada HUT RI
tanggal 17 Agsutus setiap tahun mengenakan pakaian tradisional
masing-masing berdasarkan daerah asalnya. Hal ini perlu
diapresiasi karena merupakan salah satu upaya dalam melestarikan
budaya Indonesia. Semua itu dilakukan sebagai upaya pengenalan
kebudayaan lokal kepada generasi muda, bahwa budaya yang
ditampilkan itu adalah warisan dari leluhurnya,bukan berasal dari
negara tetangga, demikian juga upaya-upaya melalui jalur formal
pendidikan (Ranjabar : 2006: 34).

Masyarakat wajib memahami dan mengetahui berbagai


macam kebudayaan yang dimiliki.Pemerintah juga dapat lebih
memusatkan perhatian pada Pendidikan muatan lokal kebudayaan
daerah.Selain hal-hal tersebut diatas, masih ada cara lain dalam
melestarikan budaya lokal ( Yunus: 2014: 123) yaitu:

Page | 14
a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam
memajukan budaya local
b. Mendorong masyarakat untuk memaksimalkan potensi
budaya lokal beserta pemberdayaan dan pelestariannya
c. Berusaha menghidupkan kembali semangat toleransi,
kekeluargaan, keramahtamahan dan solidaritas yang tinggi
d. Selalu mempertahankan budaya Indonesia agar tidak
punah. Mengusahakan agar masyarakat mampu mengelola
keanekaragaman budaya lokal.

Kebudayaan Indonesia adalah kebudayaanyang ada hanya


dimiliki oleh bangsa Indonesia dan setiapkebudayaan daerah
mempunyai ciri khas masing–masing. Bangsa Indonesia juga
mempunyai kebudayaan lokalyang sangat kaya dan beraneka
ragam. Oleh sebab itu, sebagai generasi penerus, kita wajib
menjaganya karena eksistensi dan ketahanankebudayaan lokal
berada pada generasi mudanya, dan jangan sampai kita terbuai
apalagi terjerumus pada budayaasing karena tidak semua budaya
asing sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia bahkan banyak
kebudayaan asing membawa dampak negatif. Sebagai negara
kepulauan pasti sulit untuk mempertahankan persatuan dan
kesatuan antara masyarakat.Namun, hal itu bisa diminimalisir jika
kita memiliki kepedulian dan kesadaran untuk menjaga,
mempelajari, serta melestarikan, sehinggakebudayaan lokal yang
Page | 15
sangat kaya di Indonesia ini tetap utuh dan tidak punah apalagi
sampai dibajak ataudicuri oleh negara lain karena kebudayaan
merupakan identitas suatu bangsa dan negara.

E. Karakter Generasi Muda

Globalisasi merupakan era yang tidak dapat kita hindari.


Semakin lama manusia akan semakin berkembang, hal tersebut
sudah menjadi insting manusia yang selalu ingin sesuatu yang
lebih. Terutama bagi para generasi muda yang memiliki kewajiban
untuk meneruskan dan melakukan inovasi. Generasi muda dari
sebuah bangsa merupakan young citizen (Widiyono,2019).
Generasi muda adalah sekelompok individu usia muda yang
sedang dalam proses membentuk karakter atau jati diri mereka.
Dalam hal ini para generasi muda masih sangat rentan untuk
terpengaruh segala sesuatu yang kadang kurang baik bagi diri
mereka. Generasi muda memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Para
generasi muda bangsa Indonesia di era globalisasi ini harus
mampu mengambil sisi positifnya dan sebisa mungkin tidak
terbawa ke dalam pengaruh negatif dari globalisasi.

Karakter sendiri adalah suatu hal yang membedakan antara


satu dengan yang lainnya atau bisa disebut dengan ciri khas yang
identik dari sebuah individu. Kondisi karakter generasi muda
Page | 16
sangat berkaitan erat dengan situasi lingkungan mereka. Karena
lingkungan merupakan tempat belajar mereka secara langsung
dalam kehidupan bermasyarakat. Pembinaan karakter yang baik
dan mulia harus dilakukan serta diterapkan sejak usia muda agar
dapat membentuk jati diri sebuah generasi bangsa yang maju dan
mulia.

Indonesia merupakan negara dengan filosofi Pancasila


sebagai pedoman dan pandangan dalam hidup. Karakter generasi
muda bangsa Indonesia jelas tidak boleh melenceng dari filosofi
Pancasila juga. Para generasi muda negeri ini harus memiliki
karakter yang menjunjung tinggi Ketuhanan, Kemanusiaan,
Persatuan, Permusyawaratan, serta Keadilan Sosial. Namun,
karena pesatnya kemajuan globalisasi sekarang ini membuat
banyak generasi muda yang melupakan karakter Pancasila
tersebut. Hilangnya filosofi Pancasila pada generasi muda
mengakibatkan krisis moral dan krisis karakter yang akan menjadi
tantangan besar bagi bangsa ini.

F. Globalisasi Terhadap Budaya

Globalisasi banyak membawa pengaruh asing masuk ke


negara Indonesia. Dari banyaknya pengaruh asing yang masuk ke
Indonesia, tidak sedikit juga yang bertentangan dengan Pancasila
Page | 17
dan budaya kita namun malah menjadi tren. Salah satu akibatnya
adalah terjadinya degradasi pada adat dan budaya bangsa kita.
Degradasi sendiri dapat diartikan sebagai kemunduran,
kemerosotan, penurunan nilai pada suatu hal. Semakin modernnya
teknologi informasi dan komunikasi menjadi jalan utama
masuknya budaya asing ke Indonesia. Hal ini dapat membuat
budaya lokal lama kelamaan ditinggalkan dan tergantikan oleh
budaya-budaya luar jika karakter para generasi muda tidak
memiliki kesadaran untuk menyaring budaya asing yang masuk
dan melestarikan budaya lokal.

Akibat era globalisasi ini banyak anak muda yang lebih


menyukai budaya kebarat-baratan. Padahal budaya barat banyak
yang tidak sesuai dengan budaya dari bangsa kita. Sebagai
generasi muda seharusnya lebih bersemangat dan tertarik untuk
ikut melestarikan budaya ke jenjang internasional. Karena
didukung oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
saat ini sehingga publikasi dan sosialisasi budaya ke tingkat
internasional lebih mudah dilakukan. Generasi muda harus
memiliki karakter cinta budaya bangsa dan bisa memanfaatkan
teknologi tersebut untuk menduniakan budaya bangsa kita, tidak
hanya menjadi penikmat dari budaya asing yang kemudian malah
melupakan budaya bangsa sendiri.

Page | 18
G. Globalisasi Terhadap Kehidupan

Globalisasi juga memberikan banyak pengaruh bagi


karakter kehidupan generasi muda Indonesia. Bangsa Indonesia
sejak memiliki karakter persatuan dan gotong royong dalam setiap
individu. Generasi muda yang sudah terbawa arus kemudahan
globalisasi perlahan-lahan meninggalkan karakter tersebut, karena
hampir segala sesuatu pada era ini dapat dilakukan menggunakan
teknologi tanpa harus berpindah tempat. Misalnya saja, saat ingin
bertemu dengan seseorang kita hanya perlu menggunakan
teknologi disebut dengan video call, lalu saat ingin membeli
sesuatu dengan mudahnya hanya perlu membelinya lewat online
shop, kemudian teknologi yang semakin maju juga membuat
generasi muda berpikir dapat menyelesaikan segala permasalahan
dengan bantuan internet saja tanpa perlu bantuan orang lain, dan
masih banyak lagi.

Semua contoh perilaku para generasi muda di atas dapat


menimbulkan sikap individualistik, pola hidup konsumtif, sampai
kesenjangan sosial jika terus menerus dilakukan tanpa adanya
pagar pembatas. Segala kemudahan yang diberikan oleh teknologi
modern saat ini berpeluang besar memunculkan sifat malas pada
diri generasi muda. Para generasi muda dengan majunya teknologi

Page | 19
harus bisa memanfaatkannya secukupnya dan mengambil efek
positifnya.

Segala kemajuan teknologi pasti bertujuan untuk


membantu manusia dalam kehidupan. Beberapa contoh aktivitas
yang dapat dilakukan oleh para generasi muda dalam
memanfaatkan teknologi yakni sebagai berikut:

1. Tersedianya banyak platform jual beli online dapat menjadi


peluang besar bagi para generasi muda untuk belajar dan
memulai bisnis dalam berdagang sejak usia dini. Hal ini
tentunya akan memberikan banyak manfaat baik dari segi
pengalaman maupun ekonomi bagi mereka.
2. Mudahnya mengakses informasi dari seluruh dunia dapat
dimanfaatkan untuk mencari ilmu yang dengan sumber yang
lebih luas secara mudah dan cepat dengan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi yang ada. Sehingga tidak
hanya menggunakan kemajuan teknologi ini untuk mencari
hiburan dari negara asing.
3. Memanfaatkan teknologi komunikasi untuk menambah kenalan
dan koneksi hingga mancanegara. Dengan begitu kita juga akan
belajar banyak hal baru dari mereka. Agar tidak terjadi
kesenjangan sosial, melakukan aktivitas yang seimbang antara
di dunia nyata dengan di dunia maya tentu sangat diperlukan.

Page | 20
H. Pembangunan Karakter di Era Globalisasi

Terdapat lima poin utama dalam membangun karakter


generasi muda Indonesia yang patut diperhatikan menurut
Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa berdasarkan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-
2025 yang juga merupakan pelaksanaan dari arahan Presiden
Republik Indonesia (2010). Kelima poin tersebut adalah sebagai
berikut:

1. Filosofis. Secara filosofis bangsa dengan karakter kuat serta


tangguh dapat tetap berjaya menghadapi tantangan perubahan
zaman yang sangat cepat. Secara filosofis hal tersebut
menunjukkan bahwa karakter sangat diperlukan oleh sebuah
bangsa.

2. Ideologis. Secara ideologis pembangunan karakter harus


berpegang teguh terhadap ideologi Pancasila. Kelima sila
Pancasila harus ditanamkan secara matang kepada setiap
individu generasi muda bangsa, karena asas Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Permusyawaratan, dan keadilan sosial
sudah menjadi darah daging identitas bangsa Indonesia sejak
zaman awal kemerdekaan dahulu.

Page | 21
3. Normatif. Secara normatif pembangunan karakter bagi generasi
muda dapat diaktakan sebagai wujud serta tujuan bangsa
Indonesia yang telah tercantum dalam pembukaan Undang-
undang Dasar 1945 pada alinea keempat yang berbunyi
“melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia; memajukan kesejahteraan umum;
mencerdaskan kehidupan bangsa; dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial”.

4. Historis. Secara historis pembangunan karakter bangsa telah


berlangsung sejak zaman penjajahan sampai sekarang ini.
Proses ini akan terus berlanjut selama bangsa Indonesia masih
berdiri. Dari setiap generasi, pembangunan karakter generasi
muda pasti mengalami tantang yang berbeda-beda. Tantangan
tersebut akan terus bertambah seiring dengan perkembangan
globalisasi ini, oleh karena itu upaya-upaya yang dilakukan
dalam membentuk karakter juga harus berkembang. Namun
generasi muda bangsa Indonesia tetap harus berpegang teguh
pada Pancasila sebagai dasar pembentukan karakter mereka.

5. Sosiokultural. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural


dengan berbagai macam adat dan budayanya. Bagi bangsa
multikultural secara sosiokultural pembangunan karakter

Page | 22
merupakan suatu hal yang wajib dilakukan pula untuk menjaga
keberlangsungan keberagaman yang ada pada bangsa Indonesia
ini.

Era globalisasi memberikan berbagai macam tantang


terhadap pembangunan karakter generasi muda bangsa Indonesia.
Karakter sangat perlu untuk dipertahankan sebagai hal yang
menjadi pembeda serta ciri khas dari bangsa kita. Eksistensi
tersebut penting untuk dijaga oleh para generasi muda bangsa
Indonesia, guna memperkuat jati diri bangsa pembangunan
karakter diperlukan sebagai upaya perwujudan amanat Pancasila
dan Pembukaan UUD 1946 (Rachmah, 2013).

Pembangunan Karakter generasi muda Indonesia di era


globalisasi ini dapat dimulai dari lingkungan terdekat para anak
muda itu sendiri, yakni lingkungan keluarga mereka masing-
masing. Lingkungan keluarga merupakan awal bagi anak muda
untuk mempelajari sesuatu. Keluarga memiliki hak dan kewajiban
memberikan bimbingan karakter dasar untuk menjaga generasi
muda agar tidak terjerumus ke dampak negatif dari globalisasi
yang semakin hari semakin berkembang ini. Lingkungan keluarga
harus menunjukkan keteladanan serta kebaikan dalam berbagai
aspek kehidupan dan mendukung serta memfasilitasi generasi

Page | 23
muda untuk berinteraksi secara luas dalam kehidupan
bermasyarakat.

Setelah lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan


menjadi pengaruh besar untuk membentuk karakter para generasi
muda. Di lingkungan pendidikan inilah para generasi muda bangsa
mendapatkan ilmu serta pengalaman baik secara teoritis maupun
praktik langsung yang sangat berpengaruh dalam membentuk
karakter diri mereka untuk menghadapi perkembangan era
globalisasi ini. Mulai dari aspek spiritual, kecerdasan,
pengendalian diri, dan keterampilan harus diberikan pada
lingkungan pendidikan sejak usia dini.

Kemudian lingkungan masyarakat menjadi langkah akhir


dalam pembentukan karakter generasi muda untuk menghadapi
globalisasi. Di lingkungan masyarakat ini para generasi muda
bertanggung jawab atas segala perilaku yang diperbuatnya secara
mandiri. Moral dan karakter generasi muda terbentuk melalui
bagaimana mereka menjalani kehidupan setiap harinya. Di
lingkungan ini mereka dididik secara langsung oleh kerasnya
kehidupan di era globalisasi. Mereka harus siap akan segala
permasalahan yang menghampiri.

Page | 24
BAB III

KESIMPULAN

Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak


sekali Kebudayaan, yang terdiri dari kumpulan kebudayaan yang
ada di seluruh tanah air Indoesia yang berbentuk kebudayaan
lokal. Budaya asing terus masuk dengan tidakterbendung ke
Indonesia yang dapat mengikis ataupun melunturkan budaya lokal
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, untuk ituperlunya upaya-
upaya penting terus dilakukan dalam menanggulangi permasalahan
tersebut sehingga budaya Indonesia dapat tetap eksis dalam
Page | 25
keasliannya walaupun diterpa arus globalisasi. Berbagai cara dapat
dilakukan dalam melestarikan budaya, namun yang palingpenting
yang harus pertama dimiliki adalah menumbuhkan kesadaran serta
rasa memiliki akan budaya tersebut, sehingga dengan rasa
memiliki serta mencintai budaya sendiri, orang akan termotivasi
untuk mempelajarinya sehingga budaya akan tetap ada karena
pewaris kebudayaannya akan tetap terus ada. Ada berbagai upaya
yang dapat dilakukan untuk melestarikan budaya lokal
diantaranya:

1. Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya budaya sebagai


jati diri bangsa.

2. Ikut melestarikan budaya dengan cara berpartisipasi dalam


pelestarian dan pelaksanaannya.

3. Mempelajarinya dan ikut Mensosialisasikan kepada orang lain


sehingga mereka tertarik untuk ikut menjaga atau
melestarikannya bahkan mempertahankannya.

Budaya lokal merupakan aset Bangsa Indonesia yang harus


memperoleh perhatian terutama di era Globalisasi saat ini.Budaya
nasional menjadi bagian penting negara Indonesia yang dapat
dikembangkan dan dikelola sebaik-baiknya. Hal ini penting agar
dapat berfungsi lebih luas tidak hanya sekadar warisan ataupun
adat istiadat masyarakat Indonesia yang dirayakan ataupun
Page | 26
dilaksanakan pada saat peringatan hari Sumpah Pemuda atau hari
Pahlawan saja. Budaya nasional harus menjadi bagian dari aset
Bangsa Indonesia yang dapat mendatangkan pendapatan bagi
masyarakat dan negara.Tentunya perlu ada suatu kesadaran secara
nasional dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia pada
semua aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Kemudian adapun kesimpulan dari pengaruh globalisasi


terhadap pembangunan karakter generasi muda bangsa Indonesia:

1. Globalisasi memang memberikan manfaat positif dan


kemudahan bagi aktivitas manusia. Namun, jika tidak
diimbangi dengan pengetahuan dan dasar yang teguh maka
akan ada banyak sisi negatif yang bisa merusak pembangunan
karakter generasi muda bangsa Indonesia. Karakter dari
generasi muda sendiri menjadi ciri khas dan keistimewaan dari
sebuah bangsa yang penting untuk mempertahankan bangsa
tersebut.
2. Dari segi budaya bangsa Indonesia globalisasi memberikan
dampak negatif berupa degradasi budaya lokal. Para generasi
muda era globalisasi ini kebanyakan lebih menyukai
kebudayaan modern dari negara asing yang kurang sesuai
dengan budaya lokal bangsa Indonesia ini. Padahal, bangsa
Indonesia sendiri memiliki keragaman budaya yang tidak

Page | 27
terhitung jumlahnya. Degradasi budaya tersebut dapat terjadi
karena pesatnya perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi yang menjadikan budaya asing sebagai tren saat ini.
Tidak sedikit generasi muda yang merasa malas mempelajari
budaya lokal Indonesia karena dianggap kuno dan susah untuk
dipelajari.
3. Dari segi kehidupan era globalisasi ini memberikan perubahan
besar terhadap perilaku atau gaya hidup generasi muda
Indonesia. Mulai dari gaya berpakaian mereka yang semakin
lama lebih mengikuti gaya negara barat, lalu penggunaan
bahasa yang juga memunculkan bahasa-bahasa baru hasil
leburan bahasa luar. Semakin mudahnya kehidupan generasi
muda di era globalisasi ini menyebabkan perilaku konsumtif
yang berlebihan, kesenjangan sosial, sikap individualis, dan
berbagai perilaku lain yang kurang sesuai dengan karakter
persatuan dan gotong royong bangsa Indnonesia.
4. Pembangunan karakter di era globalisasi ini harus
menggunakan metode yang semakin berkembang juga namun
tetap menjadikan Pancasila sebagai dasar dari karakter generasi
muda bangsa Indonesia. Terdapat 5 poin penting dalam
pembangunan karakter generasi muda bangsa Indonesia, yakni
filosofis, ideologis, normatif, historis, dan sosiokultural. Selain
kelima poin utama tersebut lingkungan para generasi muda juga

Page | 28
berperan penting dalam pembentukan karakter mereka di era
globalisasi ini. Mulai dari yang paling dasar adalah lingkungan
keluarga sebagai fondasi mental dan karakter generasi muda.
Lalu lingkungan pendidikan seperti sekolah menjadi lingkungan
yang memberikan berbagai ilmu untuk menyiapkan karakter
generasi muda dalam menghadapi era globalisasi. Lalu
lingkungan masyarakat menjadi lingkungan akhir dari generasi
muda Indonesia dalam membentuk karakter setiap individu
melalui pembelajaran secara langsung dari kehidupan sehari-
hari dengan tanggung jawab kepada diri mereka sendiri atas
segala perilaku yang mereka perbuat.

DAFTAR PUSTAKA

Referensi Buku:

Liliweri. Alo, 2007, Makna Budaya dalam Komunikasi Antar


Budaya, Yogyakarta, LkiS.

Koendjaraningrat,Pengantar Ilmu Antropologi, Sejarah Teori


Antropologi, Jakarta, Rineka Cipta, 2015.
Page | 29
Mulyana, Deddy, 2005, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar,
Bandung, Remaja Rosdakarya

Ranjabar. Jacobus, 2006, Sistem Sosial Budaya Indonesia, Suatu


Pengatar, Bandung, Ghalia Indonesia.

Sendjaja, S. Djuarsa, 1994, Teori Komunikasi, Jakarta, Universitas


Terbuka

Sedyawati, Edi. 2006. Budaya Indonesia: Kajian Arkeologi, Seni,


dan Sejarah. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Raja


Grafindo Persada, 2003.

Tobroni.2012. Relasi Kemanusiaan dalam Keberagaman


(Mengembangkan Etika Sosial Melalui Pendidikan).
Bandung: Karya Putra Darwati.

Yunus. Rasid, 2014, Nilai-Nilai Kearifan Lokal (Local Genius)


Sebagai Penguat Karakter Bangsa, Studi Empiris Tentang
Hayula, Yogyakarta, Budi Utama.

Dini Palupi Putri. (2018). Pendidikan Karakter Pada Anak Sekolah


Dasar di Era Digital.AR-RIAYAH :Jurnal Pendidikan
Dasar, 2, (1), 38-48.

Page | 30
Sukiman, dkk. (2016). Seri Pendidikan Orang Tua: Mendidik Anak
di Era Digital. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

Suyata. 2011. “Pendidikan Karakter: Dimensi Filosofis”, dalam


Darmiyati Zuchdi (ed.). 2011. Pendidikan Karakter dalam
Perspektif Teori dan Praktik. Yogyakarta: UNY Press.

Sudrajat, Ajat. 2011. “Mengapa Pendidikan Karakter ?” dalam


Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun 1, Nomor 1.

Huckle, J., & Sterling, S. (1996). Education for Sustainability.


London: Earthscan.

Rachmah, H. (2013). Nilai-Nilai dalam Pendidikan Karakter


Bangsa yang Berdasarkan Pancasila dan UUD1945. E-
Journal WIDYA Non-Eksakta, 1(1), 7-14.

Widiyono, S. (2019). Pengembangan Nasionalisme Generasi Muda


di Era Globalisasi. Jurnal Populika, 7(1), 12–21.

Referensi Online:

http://iindramawan.blogspot.com/2013/03/upaya-melestarikan-
budayabangsa.html

http://lorentfebrian.wordpress.com/perkembangan-budaya-di-
indonesia/

Page | 31
https://www.academia.edu/5448812/
Melestarikan_Budaya_Lokal_sebagai_Aset_Kekayaan_Na
sional

http://www.academia.edu/3721187/makalah_isbd_kebudayaan

https://media.neliti.com/media/publications/243158-none-
98ba8711.doc, Tantangan Pelestarian Budaya Nasional di
Era Globalisasi.

Dikutip dari artikel bertajuk Pemertahanan Nilai-Nilai Budaya


Lokal dalam Pembelajaran Sastra di Sekolah, diakses
melalui
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/artikel

FISIPOL UMA.2022.” Pentingnya Pendidikan Bagi Generasi


Muda”, https://fisipol.uma.ac.id/pentingnya-pendidikan-
bagi-generasi-muda/ , diakses pada 30 November 2022.

Page | 32
BIOGRAFI PENULIS

Dr. Titin Sunaryati, S.Pd.I., M.Pd, Tempat dan


Tanggal Lahir, Pendidikan S1, Pendidikan
Magister (S2), Pendidikan Study Doktoral (S3).
Bekerja sebagai Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar (PGSD) merangkap Dosen
Pengampu di Universitas Pelita Bangsa, Cikarang
pada Fakultas Ilmu Pendidikan dan Humaniora,
Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Siti Muthi'ah, Tempat dan Tanggal Lahir, 13


September 1999, Saat ini sedang menyelesaikan
Page | 33
Studi S1 pada Universitas Pelita Bangsa, Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Bekerja
sebagai Tenaga Kependidikan di BIMBA
AIUEO Unit Purwasari
Elsih Yulian Nisah, Tempat dan Tanggal Lahir,
Jakarta 5 Juni 2003, Pendidikan saat ini sedang
menyelesaikan Program Study Pendidikan Guru
Sekolah Dasar (S1) pada Universitas Pelita
Bangsa. Kesibukan sehari-hari bekerja di salah
satu perusahaan yang berada di kawasan KIIC.

Nida Ul' Husna Rabbani, Tempat dan Tanggal


Lahir, 10 April 2003, Pendidikan saat ini sedang
menyelesaikan Program Study Pendidikan Guru
Sekolah Dasar (S1) pada Universitas Pelita
Bangsa (PGSD).

Page | 34
Nijma Adzkiya Ramadhani, Tempat dan
Tanggal Lahir, 09 November 2004, Saat ini
sedang menyelesaikan Studi S1 pada Universitas
Pelita Bangsa, Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar. Bekerja sebagai guru pendamping
di taman kanak-kanak.

Senja Pertiwi, Tempat dan Tanggal Lahir, 28 Juli


2003, Saat ini sedang menyelesaikan Studi S1
pada Universitas Pelita Bangsa, Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Bekerja sebagai
Tenaga Kependidikan di Sekolah Dasar Negeri
Taman Rahayu 04 Setu.

Reinald Fahrezzi, Tempat dan Tanggal Lahir, 01


Januari 2004, Saat ini sedang menyelesaikan
Studi S1 pada Universitas Pelita Bangsa, Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Bekerja
sebagai Tenaga Kependidikan di SDIT MUMTAZ
MULIA.

Menila Wati Zalukhu, Tempat dan Tanggal


Lahir, Hayo 17 Maret 2002, Saat ini sedang
menyelesaikan study pendidikan strata 1 (S1) di
Universitas Pelita Bangsa, Program study
Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Page | 35
Rizal Nugraha, Tempat dan Tanggal Lahir,
Ciamis, 17 Oktober 2003, Saat ini sedang
menyelesaikan Study (S1) pada Universitas Pelita
Bangsa, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar (PGSD). Kesibukan sehari-hari sebagai
Mahasiswa di Universitas Pelita Bangsa.

Putri Ayu Wandira, Tempat dan Tanggal Lahir,


Karawang, 24 Januari 2001, Pendidikan saat ini
sedang menyelesaikan Program Study Pendidikan
Guru Sekolah Dasar (S1) pada Universitas Pelita
Bangsa. Kesibukan sehari-hari sebagai
Mahasiswa di Universitas Pelita Bangsa.

Yessa Afrilia, Tempat Tanggal Lahir, Bekasi 08


April 2003, sedang menempuh Pendidikan Guru
Sekolah Dasar (S1), pada Universitas Pelita
Bangsa. Kesibukan sehari-hari sebagai
Mahasiswa di Universitas Pelita Bangsa.

Holifah, Tempat dan Tanggal Lahir, Lampung, 16


Oktober 2003, Saat ini sedang menyelesaikan
Study (S1), pada Universitas Pelita Bangsa,
Program Study Pendidikan Guru sekolah Dasar
(PGSD). Bekerja sebagai Admin toko cake dapur
bariklana.

Page | 36
Dania Isnaeni Zahrah, Tempat dan Tanggal
Lahir, Bekasi, 6 agustus 2001, Pendidikan saat ini
sedang menyelesaikan Program Study Pendidikan
Guru Sekolah Dasar (S1) pada Universitas Pelita
Bangsa. Kesibukan sehari-hari sebagai
Mahasiswa di Universitas Pelita Bangsa.

Warti Sri Ariani, Tempat dan Tanggal Lahir, 12


February 2004, Pendidikan saat ini sedang
menyelesaikan Program Study Pendidikan Guru
Sekolah Dasar (S1) pada Universitas Pelita
Bangsa. Kesibukan sehari-hari sebagai
Mahasiswa di Universitas Pelita Bangsa.

Citra Cahyani, Tempat dan Tanggal Lahir,


Bekasi, 1 Januari 2002, Pendidikan saat ini
sedang menyelesaikan Program Study Pendidikan
Guru Sekolah Dasar (S1) pada Universitas Pelita
Bangsa. Kesibukan sehari-hari sebagai
Mahasiswa di Universitas Pelita Bangsa.

Sarah Nahilla Zaini, Tempat tanggal lahir


Bekasi, 20 Desember 2002, Pendidikan saat ini
sedang menyelesaikan Program Study Pendidikan
Guru Sekolah Dasar (S1) pada Universitas Pelita
Bangsa. Kesibukan sehari-hari sebagai
Mahasiswa di Universitas Pelita Bangsa.

Nasya Eka Kurniawan, Tempat dan Tanggal


Lahir, Bekasi, 21 Juli 2000, Pendidikan saat ini
Page | 37
sedang menyelesaikan Program Study Pendidikan
Guru Sekolah Dasar (S1) pada Universitas Pelita
Bangsa. Kesibukan sehari-hari sebagai
Mahasiswa di Universitas Pelita Bangsa.
Tiara Nur Shafa, Tempat dan Tanggal Lahir,
Lahir di Jakarta, 13 September 2000, Pendidikan
saat ini sedang menyelesaikan Program Study
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (S1) pada
Universitas Pelita Bangsa. Kesibukan sehari-hari
sebagai Mahasiswa di Universitas Pelita Bangsa.

Page | 38

Anda mungkin juga menyukai