Anda di halaman 1dari 11

REKAYASA IDE (RI)

DISUSUN OLEH:

NAMA : FERONICA AGUSTINA GINTING

NIM : 4183331013

KELAS : KIMIA DIK B 2018

DOSEN PENGAMPU : Dra. YUSNA MELIANTI, M.H.

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmatNya sehingga tugas Rekayasa Ide ini dapat diselasaikan dengan baik. Rekayasa Ide ini
disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan . Dan tidak
lupa saya berterimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
ibu Dra. YUSNA MELIANTI, M.H. yang telah memberikan saya arahan dalam penyelesaian
tugas saya.

Saya berharap Rekayasa Ide ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan pengetahuan
bagi semua pembaca. Saya mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam makalah ini, saya
sangat mengharapkan tanggapan, kritik, dan saran dari pembaca. Sekian dan terimakasih.

Medan, 18 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................3

1.1 Latar belakang.........................................................................................................3


1.2 Tujuan dan Manfaat ...............................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………….6

2.1 Gagasan…………………………………………………………………………..6
2.2 Solusi yang pernah diterapkan…………………………………………………...7
2.3 Langkah – Langkah Strategis……………………………………………………8

BAB III PENUTUP...............................................................................................................9

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Identitas masa dan ruang mempunyai makna penting dalam permasalahan kebudayaan.
Bagi sebuah negara modern seperti Indonesia dalam mengandung keragaman kelompok sosial
dan sistem budaya yang tercermin pada keanekaragaman kebudayaan suku bangsa. Melalui
perjalanan sejarah, berbagai proses kehidupan manusia telah melahirkan ciri keanekaragaman
bentuk budaya. Mencermati sejarah bangsa ini terlihat liku-liku proses yang dilalui menuju
satu komunitas yang diidealkan. Bermodal pada suasana awal hubungan antar kelompok etnis
yang tersebar di seluruh kawasan nusantara ini, kendatipun dalam kenyataannya sering
diwarnai ketegangan- ketegangan namun cukup kondusif bagi terbangunnya satu komunitas
terbayang (Anderson, 1991).
Kenyataan ini juga diperkuat oleh aktivitas silang yang saling mendekatkan di antara
berbagai kelompok etnis tersebut, berkat pengaruh persebaran budaya-budaya (agama) besar
yang datang ke Indonesia. Deskripsi untuk merumuskan identitas bangsa Indonesia yang tepat
bukanlah pekerjaan mudah. Diakui realitas sosial bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku
bangsa dengan kebudayaannya masing-masing. Sejauh ini masih terjadi perbedaan
pemahaman dalam mengartikan konsep suku bangsa, sehingga berapakah tepatnya jumlah
suku bangsa di Indonesia. Ada yang mengatakan bahwa di Indonesia terdapat sekitar 300 suku
bangsa (Hildred Geerts, 1981; Poerwanto, 2003), bahkan ada yang menyebutkan jauh lebih
banyak dari jumlah tersebut. Melalatoa (1997) mencatat tidak kurang dari 520 suku bangsa di
Indonesia dengan berbagai kebudayaannya. Identitas seseorang ditentukan oleh
keanggotaannya di dalam berbagai kesatuan sosial. Seseorang adalah berasal dari suku Bugis
dengan kebudayaan Bugisnya, sehingga dapat dikatakan ia mempunyai identitas Bugis, dan
demikian seterusnya terhadap suku Dani, Amukme, Tugutil, Jawa, Bali, Manggarai dan lain-
lain. Nasikun (2001:4) dengan menyitir pandangan beberapa ahli ilmu kemasyarakatan bangsa
asing yang menganggap semboyan “ Bhineka Tunggal Ika” sesungguhnya masih lebih
merupakan suatu cita-cita yang masih harus diperjuangkan oleh segenap bangsa Indonesia
daripada sebagai kenyataan yang benar-benar hidup di dalam masyarakat. Oleh karena itulah
memahami kebudayaan Indonesia dari berbagai segi penting artinya dalam rangka
menemukan integrasi sebagai unsur penting dalam usaha persatuan bangsa.
Kebudayaan Indonesia berakar dari kebudayaan etnik (lokal) di Indonesia yang
memiliki keragaman. Pantaslah motto “Bhinneka Tunggal Ika” menjadi bingkai dalam
memahami isi (nilai) kebudayaan ini. Berkaitan dengan tujuan inilah sangat penting dipupuk
rasa persatuan dalam pembinaan dan pengembangan kebudayaan Indonesia untuk
memahaminya lewat pendekatan kebudayaan se-Indonesia. Multikulturalisme dapat dimaknai
sebagai sebuah kepercayaan yang menyatakan bahwa kelompok- kelompok etnik atau budaya
(ethnic and cultural groups) dapat hidup berdampingan secara damai dalam prinsip
coexistence yang ditandai oleh kesediaan menghormati budaya lain.
Multikulturalisme juga merupakan sebuah formasi sosial yang membukakan jalan bagi
dibagunnya ruang-ruang bagi identitas yang beragam dan sekaligus jembatan yang
menghubungkan ruang-ruang itu untuk sebuah integrasi (Sparingga, 2003). Paham
multikulturalisme ini muncul sebagai reaksi dari semakin kuatnya cengkeraman globalisasi
yang cenderung menyatukan dunia (budaya) menjadi satu di bawah pengaruh ideologi
kapitalisme atau modernisme. Sebagai bangsa yang memiliki sejarah panjang, sehingga tidak
dapat dihindari bahwa bangsa Indonesia berada dalam kehidupan dengan beraneka budaya di
dalamnya, seperti: budaya Jawa, Sunda, Madura, Minang, Batak, Makasar, Bugis, Toraja,
Manggarai, Sikka, Sumba, Bali, Sasak dan lain-lain yang hidup berdampingan dan saling
melengkapi satu sama lain. Dengan berpegang pada prinsip bahwa tiada masyarakat dan
kebudayaan yang bersifat statis, maka dalam perspektif kultural, secara garis besar masyarakat
dan kebudayaan lokal telah bergerak secara dinamis. Namun hadirnya Four T Revolution
(Telecommunication, Transformation, Trade, Tourism) telah memunculkan kecenderungan
baru di era globalisasi, seperti terjadinya kesamaan atau homogenitas budaya antara daerah
atau negara, akibatnya sekat antar negara menjadi kabur. Dalam kaitan ini setiap individu atau
masyarakat tentu tidak ingin kehilangan jati dirinya atau tercerabut dari akar budaya yang
dimilikinya. Berbicara tentang jatidiri bangsa atau identitas suatu kelompok etnik tertentu
tampaknya dapat ditelusuri dari tradisi yang dimiliki.

Sehubungan dengan itu, maka pemahaman terhadap kebudayaan etnik yang kaya akan
nilai-nilai kearifan lokal dan pembahasan terhadap persoalan kesadaran kolektif lokal yang
merefleksikan identitas suatu kelompok etnik atau bangsa menjadi sangat relevan diangkat
kepermukaan seiring dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
1.2 TUJUAN DAN MANFAAT

2. Agar mahasiswa lebih peduli terhadap kebudayaan Indonesia yang merupakan


Identitas Nasional, disamping itu seluruh kebudayaan yang diterima bangsa Indonesia
juga sebagai dasar untuk membangun kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Sebagai kaum muda, mahasiswa juga harus memajukan kebudayaan nasional
Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat baik itu
mereka sendiri dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.
4. Kebudayaan Indonesai juga sebagai suatu Identitas nasioanl yang dikenal dan diakui
oleh negara lain. Disinilah tugas mahaasiswa agar bagaimanan dapat memperkenalkan
kebudayaan Indonesia sebagai Identitas Nasional ke mancanegara.
5. Dalam menjaga dan melestarikan budaya lokal yang ada dalam masyarakat khususnya
kita sebagai generasi muda dapat melakukan berbagai cara untuk mendukung
pelestarian budaya serta ikut menjaga seperti mau mempelajari budaya tersebut baik
hanya sekedar mengenal ataupun dengan ikut mempraktekkannya dalam kehidupan
kita, ikut berpartisipasi apabila ada kegiatan dalam rangka pelestarian kebudayaan
(mengikuti kompetisi tari tradisional/teater daerah).
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 GAGASAN

a. Kondisi Kekinian

Kebudayaan-kebudayaan bangsa sekarang sudah mulai luntur dari masyarakat


kita karena masyarakat kita khususnya para mahasiswa/kaum muda lebih condong
senang meniru budaya kebarat-baratan (westernisasi) dari pada budaya asli kita sendiri.
Sayang sekali sampai dengan saat ini, masyarakat Indonesia mengalami krisis
kebudayaan. Hal ini disebabkan Kebudayaan asli bangsa Indonesia dibiarkan merana,
tidak terawat, dan tidak dikembangkan oleh pihak-pihak yang berkompeten . Bahkan
kebudayaan asli bangsa terkesan dibiarkan mati merana digerilya oleh kebudayaan
asing khususnya kebudayaan barat.
Globalisasi juga berpengaruh kuat terhadap menurunnya tingkat kepedulian
masyarakat dalam menjaga atau melestarikan budaya Indonesia. Sebagian besar
mayarakat Indonesia, terutama generasi muda, mulai lupa dengan identitas diri bangsa
Indonesia. Hal ini disebabkan begitu mudahnya mereka meniru budaya dan gaya hidup
negara lain, misalnya K-Pop, Rap, Hip-Hop, Punk, Harajuku, Capoeira, dan lain-lain.
Berikut ini adalah daftar budaya Indonesia yang diduga dicuri, dipatenkan,
diklaim, dan atau dieksploitasi secara komersial oleh korporasi asing, oknum warga
negara asing, ataupun negara lain:
 Batik dari Jawa oleh Adidas

 Naskah Kuno dari Riau oleh Pemerintah Malaysia

 Naskah Kuno dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia

 Naskah Kuno dari Sulawesi Selatan oleh Pemerintah Malaysia

 Naskah Kuno dari Sulawesi Tenggara oleh Pemerintah Malaysia

 Lagu Rasa Sayang Sayange dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia

 Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia

 Lagu Soleram dari Riau oleh Pemerintah Malaysia

 Lagu Injit-injit Semut dari Jambi oleh Pemerintah Malaysia


 Alat Musik Gamelan dari Jawa oleh Pemerintah Malaysia

 Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia

 Tari Piring dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia

 Lagu Kakak Tua dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia

 Lagu Anak Kambing Saya dari Nusa Tenggara oleh Pemerintah Malaysia

 Motif Batik Parang dari Yogyakarta oleh Pemerintah Malaysia

 Musik Indang Sungai Garinggiang dari Sumatera Barat oleh Malaysia

 Kain Ulos oleh Malaysia

 Alat Musik Angklung oleh Pemerintah Malaysia

 Lagu Jali-Jali oleh Pemerintah Malaysia

 Tari Pendet dari Bali oleh Pemerintah Malaysia

2.2 SOLUSI YANG PERNAH DITERAPKAN

a. Cara melaksanakan upacara bendera dengan menghormat ke arah bendera merah putih,
menyanyikan lagu indonesia raya, dan mengucapkan pancasila dengan semangat.
Sebenarnya cara ini sudah dilakukan selama mengenyam pendidikan 12 tahun, tetapi
hasil yang diberikan tidak terealisasikan dengan baik ke kehidupannya.
b. Cara yang pernah dilaksanakan sebelumnya adalah dengan cara mahasiswa mengetahui
kebudayaan pada daerahnya sendiri, hal itu dianggap kuno atau ketinggalan zaman
bagi remaja sekarang.
2.3 LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS

1. Pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara terjun langsung kedalam


sebuah pengalaman kultural. Contohnya, jika kebudayaan tersebut berbentuk tarian,
maka masyarakat dianjurkan untuk belajar dan berlatih dalam menguasai tarian
tersebut. Dengan demikian dalam setiap tahunnya selalu dapat dijaga kelestarian
budaya kita ini.
2. Pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara membuat suatu pusat informasi
mengenai kebudayaan yang dapat difungsionalisasi kedalam banyak bentuk.
Tujuannya adalah untuk edukasi ataupun untuk kepentingan pengembangan
kebudayaan itu sendiri dan potensi kepariwisataan daerah. Dengan demikian para
generasi muda dapat mengetahui tentang kebudayaanya sendiri. Selain dilestarikan
dalam dua bentuk diatas, kita juga dapat melestarikan kebudayaan dengan cara
mengenal budaya itu sendiri. Dengan hal ini setidaknya kita dapat mengantisipasi
pencurian kebudayaan yang dilakukan oleh negara - negara lain.penyakit masyarakat
kita ini adalah mereka terkadang tidak bangga terhadap produk atau kebudayaannya
sendiri. Kita lebih bangga terhadap budaya-budaya impor yang sebenarnya tidak sesuai
dengan budaya kita sebagai orang timur. Budaya daerah banyak hilang dikikis zaman.
Oleh sebab kita sendiri yang tidak mau mempelajari dan melestarikannya. Akibatnya
kita baru bersuara ketika negara lain sukses dan terkenal dengan budaya yang mereka
curi secara diam-diam. Selain itu peran pemerintah dalam melestarikan budaya bangsa
juga sangatlah penting. Bagaimanapun pemerintah memiliki peran yang cukup
strategis dalam upaya pelestarian kebudayaan daerah ditanah air. Pemerintah harus
mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang mengarah pada upaya pelestarian
kebudayaan nasional.salah satu kebijakan pemerintah yang pantas didukung adalah
penampilan kebudayaan-kebudayaan daerah disetiap eventevent akbar nasional,
misalnya tari-tarian, lagu daerah, dan sebagainya. Semua itu harus dilakukan sebagai
upaya pengenalan kepada generasi muda, bahwa budaya yang ditampilkan itu adalah
warisan dari leluhurnya. Bukan berasal dari negara tetangga.
3. Mengusahakan agar semua orang mampu mengelola keanekaragaman budaya lokal.
4. Mengajarkan kebudayaan kepada generasi penerus sehingga kebudayaan tidak musnah
dan dapat bertahan ataupun memaksimalkan potensi budaya lokal beserta
pemberdayaan dan pelestariannya.
5. Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, berusaha menghidupkan kembali
semangat toleransi, kekeluargaan, keramahtamahan dan solidaritas yang tinggi.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Gagasan yang diajukan pada kesimpulan ini adalah bagaimana kita sebagai generasi
penerus bisa melestarikan kebudayaan Indonesia kita ke khalayak ramai dan tidak malu untuk
melakukannya yang sebagian menganggap hal itu kuno/ketinggalan zaman. Pada dasarnya
budaya/kebudayaan kita adalah identitas nasional kita sendiri. Jangan marah ketika
budaya/kebudayaan kita di klaim orang lain, karena kitalah penyebab dari hal itu. Kitalah
penerus untuk meneruskan budaya kita, bukan kita yang merealisasikan budaya kebarat-
baratan itu ke kehidupan kita.

Dari gagasan ini dapat pula kita simpulkan teknik implementasinya dengan cara kita
mengexplore budaya tersebut seperti belajar dan berlatih tari-tarian tradisonal, melakoni atau
mengapresiasi teater daerah. Mencari atau membuat informasi semenarik mungkin tentang
kebudayaan kita. Mengajarkan kebudayaan kepada generasi penerus untuk lebih mencintai
budayanya sendiri.

Manfaat yang kita dapatkan dari gagasan ini adalah bagaimana kita bisa menumbuh
kembangkan rasa cinta kita terhadap kebudayaan di Indonesia sebagai Identitas Nasioanl
bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Suryadinata, Leo. 1990. Mencari Identitas Nasional.

Syarbani Syahrial, Wahid Aliaras. 2006. Membangun Karakter dan Kepribadian melalui
Pendidikan Kewarganegaraan, UIEU – University. Yogyakarta: Press 2009.

Maladi Irianto, Agus. 2005. Pencarian Identitas dan Integrasi Kebudayaan pada Masyarakat
Multikultural. Semarang: Lustrum VIII.

Anda mungkin juga menyukai